STRUKTUR POPULASI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 INDRALAYA :
ANGGELA (06091182126007)
DEA TRISANDINI (06091282126039)
HASLINDA (06091082126044)
KEZIA ARDIAN ANJALI (06091282126051)
LISNA NEPRIANI (06091282126046)
PUTRI AYU NUR ROHMAH (06091282126054)
TRI SEPTIANA (06091182126002)
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ekologi
Tumbuhan dengan judul “Struktur Populasi” tepat pada waktunya guna memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Demikian Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan ini kami buat dengan sepenuh hati.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat ketidaksempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari Bapak/ibu dosen
maupun pembaca. Kami berharap semoga ini dapat bermanfaat dan memotivasi kita semua.
Kelompok 2 Indralaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini
dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu-individu suatu jenis organisme
dapat tersebar luas dimuka bumi ini, namun tidak semua individu dapat saling
berhubungan untuk mengadakan perkawinan sehingga dapat melakukan pertukaran
informasi genetic dinyatakan sebagai suatu kelompok yang disebut populasi.
Berdasarkan dari perkembangan yang sudah terjadi pada dinamika populasi,
maka dinamika populasi dibagi menjadi dua kata, dinamika adalah suatu
pertumbuhan atau penurunan yang terjadi pada suatu makhluk hidup. Sedangkan
populasi adalah sekelompok spesies yang hidup dan berkembang serta tinggal di
suatu habitat dengan menggunakan sumber daya alam di habitat itu untuk bertahan
hidup.
Dinamika populasi adalah naik turunnya suatu populasi yang dapat
dipengaruhi oleh suatu ekosistem. Selain itu dinamuka populasi juga dapat
dipengaruhi oleh natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), emigrasi dan imigrasi.
Struktur umur tumbuhan dapat dibedakan menjadi kecambah (seeding), anakan
(sampling), tiang (pole), pohon (tree).
Pertumbuhan populasi merupakan suatu aspek yang penting untuk pengamatan
dinamika populasi. Perubahan jumlah pada suatu pupolasi dipengaruhi oleh keadaan
eksternal dan internal populasi. Keadaan eksternal dari populasi seperti imigrasi,
emigrasi, musiman dan pencemaran lingkungan. Keadaan internal dari populasi
yaitu kelahiran, kematian, dan ketahanan hidup. Pertumbuhan populasi dapat
diamati dengan mengetahui apakah perubahan jumlah populasi untuk tahun
berikutnya selalu meningkat, menurun atau tetap. Pertumbuhan populasi dapat
diprediksi dengan mengamati internalnya.
1.14 Tujuan
Untuk menentukan struktur umur populasi tumbuhan dalam suatu komunitas
1.15 Manfaat
Siswa dapat menentukan struktur umur suatu tumbuhan.
Siswa dapat mengetahui perbedaan umur tumbuhan dalam satu populasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu: ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang
dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik,
yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu
yang berinteraksi satu dengan lainnya.
• Ciri-ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi,
antara lain :
1. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang
konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur).
2. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh,
berdiferensiasi, menjadi tua sama dengan senessens, dan mati).
3. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap
perubahan lingkungan.
4. Mempunyai hereditas, terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh
faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini
adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi.
Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan
keturunanuntuk waktu yang lama.
• Ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan
pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu
itu sendiri, antara lain:
1. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter-
parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi,
imigrasi, emigrasi.
2. Sebaran (agihan, struktur) umur
3. Komposisi genetik (“gene pool” sama dengan ganangan gen).
4. Dispersi(sebaran individu intra populasi).
2. Respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara
atau proses reproduksi atau regenerasi.
Struktur umur dari populasi dapat dikelompokan menjadi tiga kelopok, yaitu;
a) Populasi cukup berkembang, individu yang muda lebih besar dari individu tua.
Data struktur umur dari populasi biasanya disajikan dalam bentuk piramida umur.
a) Piramida dengan bentuk dasar luas dengan ciri populasi umur muda besar.
b) Bentuk segitiga sama sisi atau lonceng dengan jumlah kelompok muda
seimbang dengan kelompok tua.
c) Bentuk kendi, memiliki jumlah individu muda lebih kecil dari kelompok
dewasa
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di lingkungan sekitar Laboratorium Kebun Botani
Kampus FKIP UNSRI Inderalaya. Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 16
Maret 2023 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB.
4. Asystasia gangetica 13 ✔ ✔ 1%
6. Melastoma 29 ✔ ✔ 2%
malabathricum
7. Epilobium parviflorum 11 ✔ 1%
8. Lolium perenne 43 ✔ 2%
15 Richardia scabra 17 ✔ 1%
24 Setaria pumila 35 ✔ 2%
93,5%
Keterangan :
Daerah tutupan kanopi
Daerah tak berkanopi
4.3 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan struktur umur populasi
tumbuhan dalam suatu komunitas dan untuk mengetahui jenis tumbuhan apa saja
yang terdapat dalam suatu plot pengamatan. Pengamatan ini dilakukan di taman
pendidikan FKIP Universitas Sriwijaya dengan membuat plot 10 x 10 m² dan
kemudian didalamnya dibuat plot 1 x 1 m² dan 5 x 5 m². Semua jenis yang ada di
dalam plot dihitung dan ditentukan mana yang termasuk seedling, sapling dan
pohon, hal tersebut dilakukan untuk perhitungan populasi, selain itu yang termasuk
pohon dihitung ketinggian dan diameternya. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan didapatkan data perameter lingkungan dengan suhu lokasi pengamatan
yaitu 32⁰ C dan pH tanah nya 7. Pada plot yang kami buat terdapat 25 jenis tumbuh
tumbuhan yang berbeda. Jenis tanaman tersebut antara lain Durio zibethinus,
Averrhoa carambola, Fagraea fragrans, Asystasia gangetica, Ageratum conyzoides,
Melastoma malabathricum, Epilobium parviflorum, Lolium perenne, Polypodium
vulgare, Lygodium venustum, Camellia sinensis, Caharium oleiferum, Sida
rombifolia, Brunfelsia uniflora, Richardia scabra, Chamaecrista nictitans, Croton
hirtus, Persea Americana, Mentha x piperira, Broussonetia papyfifera, Iris
foetidissinia, Annona glabra, Digitaria sanguinalis, Setaria pumila dan Lindsaea
lancea. Dengan jumlah keseluruhan yang diperoleh adalah 876.
Pada plot 1x1 m² didapatkan jenis tanaman yang didominasi oleh spesies
Ageratum conyzoides dengan jumlah total 80 individu dimana tanaman tersebut
masih bertunas. Hal ini menandakan bahwa pada plot ini masuk kedalam populasi
yang berkembang karena keseluruhan tanaman didominasi oleh individu muda.
Pada plot 5x5 m² didapatkan 14 jenis tanaman yang terdiri dari Asystasia
gangetica dengan jumlah 3 tunas dan 10 anakan, Melastoma malabathricum dengan
jumah 12 tunas dan 17 anakan, Epilobium parviflorum dengan jumlah 11 anakan,
Lygodium venustum dengan jumlah 5 tunas, Camellia sinensi dengan jumlah 9
anakan, Caharium oleiferum dengan jumlah 12 tunas, Sida rombifolia dengan
jumlah 8 tunas dan 10 anakan, Brunfelsia uniflora dengan jumlah 3 anakan,
Richardia scabra dengan jumlah 17 tunas, Chamaecrista nictitans dengan jumlah 7
tunas, Mentha piperita dengan jumlah 8 anakan, Broussonetia papyfifera dengan
jumlah 3 anakan, Iris foetidissima dengan jumlah 7 anakan, Lindsaea lancea dengan
jumlah 3 tunas. Pada plot ini banyak ditemukan individu dengan usia tunas dan
anakan, ini menunjukkan bahwa jumlah individu muda lebih besar. Dengan
banyaknya jumlah individu muda maka dapat dikatakan populasi di plot ini
tergolong ke dalam populasi berkembang.
Pada plot 10x10 m² diperoleh 10 jenis tanaman yang terdiri dari Durio
zibethinus dengan jumlah 1 dewasa, Averrhoa carambola dengan jumlah 1 dewasa,
Fagraea fagrans dengan jumlah 3 dewasa, Lolium perenne dengan jumlah 43
anakan, Polypodium vulgare dengan jumlah 4 anakan, Croton hirtus dengan jumlah
20 anakan, Persea Americana dengan jumlah 1 anakan, Annona glabra dengan
jumlah 5 anakan, Digitaria sanguinalis dengan jumlah 165 anakan, Setaria pumila
dengan jumlah 35 anakan. Plot ini menunjukkan keadaan populasi yang cukup
berkembang dimana jumlah individu muda lebih banyak dibanding individu dewasa.
Kepadatan populasi suatu spesies disuatu tempat tidak pernah tetap.
Kelahiran menyebabkan bertambahnya anggota populasi sedangkan kematian
menyebabkan berkurangnya anggota populasi. Kelahiran ditentukan oleh kapasitas
organisme secara genetic untuk menghasilkan keturunan yang terkait dengan
fekunditas dan fertilitas. Selain itu juga ditentukan oleh lingkungan biotis (parasit
dan predator) dan ketersediaan bahan makanan serta tempat berlindung. Juga
ditentukan oleh factor kesanggupan bertemunya spesies organisme jantan dan betina
(Odum, 1983).
Banyaknya anggota suatu populasi di suatu daerah merupakan karakteristik
dasar dari suatu populasi yang dikenal dengan kepadatan populasi. Yang ditentukan
oleh natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian), imigrasi (masuknya anggota
populasi dari daerah yang lain), dan emigrasi (keluarnya anggota populasi ke daerah
lain). Kepadatan populasi merupakan besarnya ukuran populasi pada areal tertentu
yang dinyatakan sebagai jumlah individu, biomassa populasi persatuan luas atau
volume (Odum, 1983).
Perubahan keadaan lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap
organisme yang hidup disana. Bila karena suatu hal keadaan suatu lingkungan
berubah menjadi ekstrim bagi kehidupan suatu organisme maka organisme terpaksa
bermigrasi kearah lain atau mati. Sebaliknya bila perubahan factor lingkungan
sangat optimal bagi organisme maka kepadatan akan meningkat bahkan
mengundang organisme lain yang sejenis untuk bermigrasi. (Suin, 2002).
Perubahan laju pertumbuhan populasi dapat disajikan dalam bentuk kurva.
Yaitu kurva eksponensial dan sigmoid. Kurva eksponensial dapat dipakai jika laju
pertumbuhan populasi konstan. Yang diasumsikan bahwa dalam waktu dengan
interval yang pendek suatu individu mempunyai kemungkinan untuk kematian. Hal
ini berlaku untuk laju pertumbuhan populasi perkapita. (Suin, 2002).
Perubahan kepadatan merupakan perubahan suatu titik dalam suatu ruang
yang berdimensi banyak dalam selang waktu yang mengikuti suatu lintasan atau
trayektori dari system. Dalam hal ini perubahan terjadi dalam waktu tertentu. Jadi
waktu merupakan salah satu dimensi dari perubahan tersebut. Perubahan dalam
dimensi waktu disebut laju. (Suin, 2003).
Pertumbuhan berbentuk eksponensial menghendaki factor lingkungan yang
konstan dan optimal sebagai pendukung pertumbuhan. Dialam jarang terjadi
pertumbuhan secara eksponensial dalam waktu yang panjang karena factor
pendukung pertumbuhan populasi tidak pernah cukup tersedia dialam. Musuh alami
baik berupa predator maupun bibit penyakit akan makin beroperasi dalam menekan
pertumbuhan populasi bila kepadatan populasi cukup tinggi sehingga pertumbuhan
populasi tidak berbentuk eksponensial (Odum, 1983).
Dengan demikian dialam bentuk pertumbuhan bukan eksponensial tapi ada
batasnya dimana anggota populasi mencapai maksimum pada batas daya dukung.
Hal ini menyebabkan berkurangnya laju pertumbuhan populasi sampai akhirnya
berhenti tumbuh. Dan kurva dalam kondisi ini disebut sigmoid yang serupa huruf S.
Pada kurva dikenal fase tersendat (liog), fase pertumbuhan menanjak naik
(accelerating growth), fase pertumbuhan melambat (diaccelerating growth) dan
perioda keseimbangan (equilibrium period). (Suin, 2002).
Mortalitas adalah kematian individu di alam populasi. Laju mortalitas setara
dengan kelahiran. Selain mortalitas juga dikenal migrasi atau perpindahan individu
dalam populasi. Migrasi dapat dilakukan sebagai bagian dari pemencaran.
Pemencaran merupakan bagian yang penting dalam siklus hidup organisme. Hal ini
dapat mencegah inbreeding dan proses ekologi yang menghasilkan aliran gen antara
populasi local. Pemencaran ini diatur oleh pembatasan distribusi geografik dan
komposisi komunitas (Soegianto, 1994).
Natalitas adalah munculnya individu muda, baik berupa lahirnya anak,
peneluran telur, perbanyakan secara aseksual, produksi spora serta biji. Laju
natalitas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh satu induk per satuan waktu.
Natalitas tergantung pada ukuran per sarang (clutch size) atau jumlah dihasilkan
pada tiap kelahiran, waktu antara satu kejadian reproduksi dengan kejadian
selanjutnya dan umur reproduksi yang pertama (Soegianto, 1994).
Keanekaragaman jenis penyusun komunitas tumbuhan pada suatu tempat
merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah waktu,
kenekaragaman jenis dalam suatu komunitas tumbuhan merupakan hasil dari
evolusi. Oleh karena itu, keanekaragaman jenis tergantung pada panjang waktu.
Keanekaragaman jenis ini tidak hanya merupakan fungsi dari penambahan jenis
tetapi juga merupakan pengurangan jenis. Faktor kedua adalah adanya heterogenitas
ruang, komunitas tumbuhan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh lingkungan
yang ada. Sehingga semakin heterogen dan kompleks suatu lingkungan maka
keanekaragaman jenis penyusun komunitas semakin meningkat. Faktor yang ketiga
adalah adanya persaingan di antara individu dalam suatu komunitas yang merupakan
salah satu bagian dari seleksi alam. Faktor yang keempat adalah predasi, adanya
jenis tertentu yang dimakan oleh herbivora berarti mengurangi persaingan. Faktor
kelima adalah stabilitas lingkungan, pada lingkungan yang stabil akan menghasilkan
jenis yang lebih banyak, oleh karena itu pada daerah tropis yang mempunyai iklim
yang lebih stabil mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih tinggi dari pada
daerah yang beriklim sedang dan kutub. Faktor yang terakhir adalah produktivitas,
faktor ini berhubungan dengan stabilitas iklim (Odum, 1993).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dipercobaan maka diperoleh hasil sebanyak 25 jenis
tanaman yang berbeda-beda. Jenis tanaman tersebut antara lain Durio
zibethinus, Averrhoa carambola, Fagraea fragrans, Asystasia gangetica,
Ageratum conyzoides, Melastoma malabathricum, Epilobium parviflorum,
Lolium perenne, Polypodium vulgare, Lygodium venustum, Camellia
sinensis, Caharium oleiferum, Sida rombifolia, Brunfelsia uniflora,
Richardia scabra, Chamaecrista nictitans, Croton hirtus, Persea Americana,
Mentha x piperira, Broussonetia papyfifera, Iris foetidissinia, Annona
glabra, Digitaria sanguinalis, Setaria pumila dan Lindsaea lancea. Dengan
jumlah keseluruhan yang diperoleh adalah 876. Struktur populasi dari ketiga
plot tersebut menunjukkan populasi yang berkembang dimana jumlah
tanaman muda lebih banyak dari tanaman dewasa. Dan untuk model struktur
populasi yang terbentuk adalah struktur populasi stabil, hal ini ditandai
dengan jumlah tanaman muda lebih banyak dibandingkan tanaman dewasa.
5.2 Saran
Bisa melakukan praktikum dengan lahan yang lebih luas lagi agar
memperoleh jenis tumbuhan yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Faqih Sha’ab, dkk, 2013, LAPORAN praktikum Ekologi tumbuhan Topic : Populasi
Enceng Gongok (Eichhornia crassipes), (Palangka Raya: UNPAR)
Ewusi, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Suin, N.M. 2003. Ekologi Populasi, Andalas University Press. Padang
Tim Penyusun, 2015, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan, (Palangka Raya: IAIN
Palangka Raya, hlm. 34)
Ibid, hlm. 34
LAMPIRAN
• Proses pengukuran plot dan pemasangan patok
• Proses perhitungan tumbuhan
• Anggota kelompok 2