Anda di halaman 1dari 22

Makalah

PERMASALAHAN LINGKUNGAN DAN


KONSERVASI SDA & LINGKUNGAN

( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Umum dari dosen
pengampuh Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si. M.Si )

Disusun oleh:

Putri S. Dadung
(411423020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan
hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah Biologi
Umum ini dapat terselesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Dr. Marini
Susanti Hamidun, S.Si. M.Si yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan
penilaian untuk mata kuliah Biologi Umum.

Alhamdulillah, segala puji bagi allah SWT sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul " Permasalahan Lingkungan dan Konservasi Sda & Lingkungan”. Melalui kata
pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana
isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah
Subhanahu Wa Ta'ala memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Gorontalo, 11 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1. Ekologi Sebagai Ilmu Lingkungan...........................................................................2
A. Populasi...................................................................................................................2
B. Komunitas...............................................................................................................5
C. Ekosistem..............................................................................................................10
2.2. Pencemaran Lingkungan.........................................................................................13
A. Pencemaran Udara.................................................................................................14
B. Pencemaran Tanah.................................................................................................14
C. Pencemaran Air.....................................................................................................15
D. Penyebab Terjadinya Pencemaran Lingkungan..............................................15
E. Pencegahan Pencemaran LIngkungan...................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18


3.1. Kesimpulan.............................................................................................................18
3.2. Saran...... .................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk hidup, zat energi atau
komponen lainnya ke dalam lingkungan dan akan merubah tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga akan menurunkan kualitas lingkungan
atau bahkan tidak berfungsi lagi. Peristiwa pencemaran lingkungan ini disebut sebagai
polusi. Sedangkan bahan yang bisa menyebabkan pencemaran disebut sebagai polutan.
Syarat-syarat suatu zat dapat dikatakan sebagai polutan apabila keberadaannya bisa
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Suatu zat dikatakan sebagai polutan
apabila jumlahnya melebihi jumlah normal dan berada pada tempat yang tidak tepat.

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan


lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani, oikos ("habitat") dan
logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan permasalahan lingkungan lokal, regional dan
global?
2. Apa yang dimaksud dengan Konservasi SDA dan lingkungan?
3. Bagaimana Konservasi SDA dan lingkungan dalam perlindungan sistem
ekologi, pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah,
pemanfaatan secara lestari dan pembagian konservasi kawasan suaka alam
dng kawasan pelestarian alam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang permasalahan lingkungan lokal, regional dan
global.
2. Untuk mengetahui tentang konservasi SDA dan lingkungan.
3. Untuk mengetahui konservasi SDA dan lingkungan dalam perlindungan
sistem ekologi, pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah,
pemanfaatan secara lestari dan pembagian konservasi kawasan suaka alam
dng kawasan pelestarian alam.

BAB II PEMBAHASAN

A. Permasalahan Lingkungan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani, oikos ("habitat") dan
logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor
abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Berikut
penjelasan tingkatan-tingkatan organisasi :

1.1 Populasi
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu ”populus” yang artinya rakyat,
berarti penduduk. Populasi dari suatu negara dimaksudkan adalah penduduk dari
negara tersebut. Sedangkan populasi yang dimaksudkan dalam ekologi adalah
populasi dari spesies-spesies atau jenis-jenis organisme. Populasi meliputi
kumpulan individu-individu organisme di suatu tempat yang memiliki sifat-sifat
serupa, mempunyai asal-usul yang sama, dan tidak ada yang menghalangi
anggota-anggota individunya untuk berhubungan satu sama lain mengembangkan
keturunan secara bebas. Individu-individu itu merupakan kumpulan-kumpulan
yang heteroseksual.
a. Sifat-sifat pada Populasi
 Kerapatan atau kepadatan
Kerapatan lazim digunakan pada tumbuhan, sedangkan kepadatan
biasanya digunakan pada manusia. Populasi organisme pada suatu daerah
tidak akan tetap dari waktu ke waktu berikutnya. Jika jumlah populasi
suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga akan berubah. Ada dua
hal yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi organisme pada
suatu daerah, yaitu :
1) Terdapat individu yang datang, yaitu individu yang lahir dan yang
datang dari tempat lain atau imigrasi.
2) Terdapat individu yang pergi, yaitu individu yang mati dan yang pergi
pindah ke tampat lain atau emigrasi.
Kecepatan pertumbuhan populasi pada dasarnya bergantung pada
rasio antara natalitas dengan mortalitas. Apabila natalitas lebih besar dari
pada mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat. Apabila natalitas
lebih kecil dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.
 Natalitas (Angka Kelahiran)
Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan
jumlah individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan
waktu. Dengan demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor
pendorong meningkatnya pertumbuhan populasi. Natalitas merupakan
kemampuan populasi untuk tumbuh. Laju Natalitas, laju kelahiran/birth
rate pada demografi diperoleh dengan kelahiran menetas, atau
berkecambah, dan sebagainya. Natalitas ekologi atau natalitas sebenarnya
atau biasa hanya disebut natalitas adalah kenaikan populasi dalam
keadaan sebenarnya. Harga tidak tetap bergantung pada lingkungan.
 Mortalitas (angka Kematian)
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan
jumlah pengurangan individu per-satuan waktu. Terjadinya kematian
merupakan salah satu faktor utama yang mengontrol ukuran suatu
populasi. Populasi organisme pada suatu ekosistem senantiasa
mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang tampak jelas dan ada
pula yang tidak jelas. Bentuk pertumbuhan, penyebaran umur dan
perkembangan populasi. Penyebaran umur merupakan ciri atau sifat
penting populasi yang mempengaruhi natalitas dan mortalitas. Karena itu
suatu populasi menentukan status reproduktif yang sedang berlansung
dari populasi dan menyatakan apa yang dapat diharapkan pada masa
mendatang. Biasanya populasi yang sedang berkembang cepat
mengandung sebagian besar individu – individu muda, populasi yang
stasioner memiliki umur yang lebih merata dan populasi yang menurun
akan mengandung sebagian besar individu-individu yang berumur tua.
Jika dikaji lebih dalam maka terdapat tiga umur ekologi yaitu
prereproduktif, reproduktif dan posreproduktif.
 Penyebaran Umur
Populasi Penyebaran umur merupakan sifat penting dari populasi
karena dapat mempengaruhi mortalitas dan natalitas. Perbandingan
berbagai golongan umur dalam populasi dapat menentukan keadaan
reproduktif yang berlangsung dalam populasi dan dapat dipakai untuk
memperkirakan keadaan populasi masa depan. Populasi yang sedang
berkembang cepat mengandung sebagian besar individu muda,
sedangkan populasi stasioner pembagian umur lebih merata dan populasi
yang sedang menurun sebagian besar individu berumur tua. Pada
penyebaran populasi yang sudah mantap, adanya kelahiran/kematian
yang luar biasa akan mengakibatkan perubahan sementara dalam
populasi yang kemudian kembali ke keadaan yang mantap.
Menurut Bodenheimer (1939) dalam populasi terdapat 3 kelompok
umur ekologis, yaitu :
1) Pre-reproduktif
2) Reproduktif
3) Post- reproduktif
Secara relatif panjang umur ekologis ini dibanding dengan panjang
umur sangat beraneka ragam. Pada manusia modern ketiga unsur ini
kurang lebih sama panjangnya, pada manusia primitif, post-reproduktif
pendek. Pada beberapa hewan (serangga) dan tanaman pre -reproduktif
sangat lama, reproduktif pendek dan post-reproduktif tidak ada.
b. Penyebaran Populasi
Penyebaran populasi ialah pindahnya individu atau keturunan(biji, spora,
larva) keluar dari populasi atau daerah populasi. Ada tigapola penyebaran
populasi yaitu :
 Emigrasi yaitu gerakan keluar atau kepergian individu keluar dari batas-
batas tempat populasi sehingga populasinya berkurang.
 Imigrasi yaitu gerakan kedalam batas-batas tempat populasi, sehingga
populasi bertambah.
 Migrasi yaitu berangkat (pergi) dan datang (kembai) secara periodik.
1.2 Komunitas
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu
waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Komunitas lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
Komunitas ialah beberapa kelompok makhluk yang hidup bersama-sama dalam
suatu tempat yang bersamaan, misalnya populasi semut, populasi kutu daun, dan
pohon tempat mereka hidup membentuk suatu masyarakat atau suatu komunitas.
Komunitas merupakan salah satu jenjang organisme biologik langsung di bawah
ekosistem, namun satu jenjang di atas populasi. Posisi itu menunjukkan bahwa
kaidah-kaidah tingkat populasi akan mempengaruhi konsep-konsep komunitas,
dan pada gilirannya kaidah-kaidah komunitas harus dipertimbangkan dalam
memahami konsep-konsep ekosistem.
Komunitas memiliki konsep-konsep ekologik, seperti konsep habitat dan
relung. Kombinasi antara habitat (tempat suatu spesies hidup) dengan fungsi
spesies dalam habitat itu memberikan pengertian nisia (niche). Konsep nisia ini
penting karena selain dapat digunakan untuk memperkirakan macam-macam
tumbuhan dan hewan yang yang dapat ditemukan dalam suatu komunitas, juga
dipakai untuk memperkirakan kepadatan serta fungsinya pada suatu musim.
a. Nama Komunitas
Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat
komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan
menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud
komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.
Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan
mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak.
Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :
 Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau
indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan
Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan
seperti hutan sklerofil.
 Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan
lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan, dan lainnya.
 Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe
metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim,
misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata
sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.
b. Macam-macam komunitas yang terdapat di alam
 Komunitas Akuatik; misalnya terdapat di laut, danau, sungai, parit dan
kolam.
 Komunitas Terestrial; sekelompok organisme yang terdapat di
pekarangan, padang rumput, padang pasir, halaman kantor, halaman
sekolah, kebun raya dan sebagainya.
Tidak semua organisme dalam komunitas sama pentingnya dalam
menentukan keadaan alamiah dan fungsi dari seluruh komunitas. Dari
ratusan/ribuan jenis organisme yang terdapat dalam komunitas hanya
beberapa jenis spesies yang berperan penting sebagai pengendali komunitas
berdasarkan atas jumlah, ukuran, produksi atau aktivitasnya dan jenis ini
disebut “jenis dominan”.
c. Struktur Komunitas
Karakter komunitas;
 Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas
menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan
organisme.
 Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas, dan densitas relatif. Frekuensi
kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah keberadaan suatu
spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai
jumlah atau biomassa per-unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau
persatuan penangkapan.
 Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah
dan dapat diperkirakan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu.
Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimaks. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis.
Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner
oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan
lingkungannya.
Kemudian suksesi dapat dibagi menjadi:
 Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami gangguan yang berat
sekali, sehingga komunitas awal (yang ada) menjadi hilang atau rusak
total, menyebabkan ditempat tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan
akhirnya terjadilah habitat baru.
 Suksesi sekunder yaitu prosesnya sama dengan yang terjadi pada suksesi
primer, perbedaannya adalah pada keadaan kerusakan ekosistem atau
kondisi awal pada habitatnya. Ekologi tersebut mengalami gangguan, akan
tetapi tidak total, masih ada komunitas yang tersisa.
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan
antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme,
antarpopulasi, dan antarkomunitas.
d. Interaksi antar organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain.
Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi
lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme
dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut.
 Netral adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak
merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contoh: antara capung dan
sapi.
 Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa.
Contoh: Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu
dengan tikus.
 Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil
makanan dari host/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.
Contoh: Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan
benalu dengan pohon inang.
 Komensalisme adalah merupakan hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak
dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
 Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies
yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
e. Interaksi Antar Populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi
secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi
antarpopulasi adalah alelopati.
Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya,
di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena
tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah
alelopati dikenal sebagai anabiosa. Contoh, jamur Penicillium sp. dapat
menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang
diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di
padang rumput.
f. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang
sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya
padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan,
ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai
dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke
sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat
kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang
berbeda misalnya laut dan darat.
g. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran
energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat
mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya
keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini
tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru.

1.3 Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan komunitas biotik dengan lingkungan
abiotiknya. Pada dasarnya ekosistem dapat meliputi seluruh biosfer dimana
terdapat kehidupan, atau hanya bagian-bagian kecil saja seperti sebuah danau atau
kolam. Dalam jangkauan yang lebih luas, dalam kehidupan diperlukan energi
yang berasal dari matahari. Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan
yang disebut homeostatis, yaitu adanya proses dalam ekosistem untuk mengatur
kembali berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan, atau dalam
pendekatan yang holistik. Dalam mekanisme keseimbangan itu, termasuk
mekanisme pengaturan, pengadaan dan penyimpanan bahan-bahan, pelepasan
hara makanan, pertumbuhan organisme dan populasi serta daur bahan organik
untuk kembali terurai menjadi materi atau bahan anorganik.
a. Kaidah-Kaidah Ekosistem
Menurut (Zoer’aini dalam ) kaidah-kaidah ekosistem sebagai berikut;
 Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah.
 Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam
keadaan berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi
terkendali, dengan akibat menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan
atau krisis lingkungan yang tidak lagi berada dalam keadaan lestari bagi
kehidupan organisme.
 Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi dan bersifat timbal balik.
 Interaksi terjadi antara;
1) Komponen-komponen biotik dengan komponen-komponen abiotik.
2) Sesama komponen biotik.
3) Sesama komponen-komponen abiotik
 Interaksi senantiasa terkendali menurut suatu dinamika yang stabil, untuk
mencapai suatu optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat
ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran batas-batas kesanggupan.
 Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang umum dan
secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya mempunyai peranan
terhadap ekosistem keseluruhannya (biosfer).
 Setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis-basis perbedaan
diantara ekosistem itu sendiri sebagai cerminan sifat-sifat yang khas.
 Antara satu dengan lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan diri
untuk memilih interaksinya pula secara tertentu.
b. Komponen dan Faktor Ekosistem
Komponen-komponen ekosistem dapat dibagi berdasarkan;
 Dari segi makanan (tropik)
1) Komponen autrotopik (memberi makanan sendiri), disini terjadi
pengikatan energi sinar matahari.
2) Komponen heterotropik (memakan yang lainnya), disini terjadi
pemakaian, pengaturan kembali dan perombakan bahan-bahan yang
kompleks.
 Dari segi keperluan deskriptif
1) Komponen Abiotik, terdiri dari ;
a) Senyawa-senyawa inorganik (C, H, CO2, H2O dan lainnya) yang
terlibat dalam siklus bahan atau mineral.
b) Senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak dan
seterusnya) yang menghubungkan biotik dan abiotik.
c) Iklim (temperatur, faktor-faktor fisik lainnya).
d) Air.
2) Komponen-komponen biomas terdiri dari;
a) Produsen, organisme autotropik, umumnya tumbuhan hijau yang
mampu menghasilkan atau membentuk makanan dari senyawa-
senyawa an-organik yang sederhana.
b) Makro-konsumer atau phagotrof, organisme-organisme heterotropik
terutama hewan yang mencernakan organisme-organisme atau
bagian bahan organik.
c) Mikro-konsumer, saprotrof (sapro=merombak) atau osmotrop,
organisme heterotropik terutama bakteri dan jamur yang merombak
senyawa-senyawa kompleks dari pada protoplasma mati. Menghisap
beberapa dari hasil perombakan dan melepaskan bahan makanan
inorganik yang dapat digunakan oleh produsen. Menghasilkan
senyawa organik sebagai sumber energi yang dapat menghambat
atau meransang komponen biotik lainnya dalam ekosistem.
3) Wiegest dan Owens (1970), membagi heterotrof menjadi;
a) Biophag : organisme yang makan organisme hidup.
b) Saprophag :organisme yang makan organisme mati.
1. Dari segi fungsional
 Lingkaran energi
Sesuai dengan azas pertama dari azas dasar ilmu lingkungan, yaitu
semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup atau
populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang
tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk
kebentuk yang lainnya tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan, atau
diciptakan.
 Rantai-rantai makanan
Rantai makanan merupakan perpindahan energi makanandari
sumber daya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang
makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap
tahappemindahan energi, 80–90% energi potensial hilang sebagai
panas karena itulangkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-
5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai
makanansemakin besar pula energi yang tersedia.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
1) Rantai makanan rerumputan (grazing food chain)Misal,
tumbuhan-herbivora-carnivora.
2) Rantai makanan sisa (detritus food chain)Bahan mati
mikroorganisme (detrivora = organisme pemakansisa) predator.
 Pola-pola keragaman dalam waktu dan ruang
Merupakan azas ketiga dari azas dasar ilmu lingkungan
yaitumateri, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya
termasuk kategori sumber alam.
 Perkembangan dan evaluasi.
Dapat didekati dengan azas ketiga belas dari azas dasar
ilmulingkungan, yaitu lingkungan yang secara fisik mantap
memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi
dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
 Pengendalian (cybernetiks)
Organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, akan tetapi
organisme juga dapat membuat lingkungannya menyesuaikan
terhadap kebutuhan biologisnya, misalnya tumbuhan dapat
mempengaruhi tanah tempat tumbuhnya. Dalam hal ini telah terjadi
fungsi pengendalian.
B. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat atau energi lain ke dalam air,
udara, dan tanah. Pencemeran ini juga dapat diartikan sebagai adanaya perubahan
suatu kondisi komposisi pada media yang tercemar. Misalnya saja tanah, air, dan
udara yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti proses alam, manusia, dan
yang lainnya. Hal tersebut mengakibatkan adanya penurunan kualitas media yang
tercemar sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Pada
saat ini pencemaran yang terjadi di bumi semakin tidak bisa dikendalikan
terutama setelah masa revolusi industri dimana banyak sekali pabrik yang
dibangun dan menyebabkan berbagai macam polusi. Oleh karena itu, adanya
pengendalian alam ini sangatlah penting dan perlu untuk dilakukan terutama pada
pencemaran lingkungan dengan cara menetapkan limbah yang harus dibuang di
lingkungan haruslah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Berikut ini adalah macam-macam pencemaran lingkungan yaitu:

1.3 Pencemaran Udara


Pencemaran udara biasanya terjadi disebabkan oleh pembakaran hutan yang
dilakukan secara ilegal dan asap dari kendaraan ataupun pabrik. Beberapa jenis
polutan yang sering mencemari udara, diantaranya adalah sebagai berikut ini.
a) Karbon Monoksida (CO), Gas CO adalah hasil pembakaran yang tidak
sempurna oleh mesin kendaraan bermotor. Jika gas ini terhirup oleh manusia
maka akan ikut beredar pada darah manusia sehingga akan mengakibatkan
kepala menjadi pusing dan bahkan bisa menyebabkan gangguan pada saraf.
b) Karbon Dioksida (CO2), Gas CO2 adalah gas yang dihasilkan dari proses
pernapasan makhluk hidup, pembusukan bahan organik dan pelabukan dari
batuan. Bila gas ini di atmosfer jumlahnya meningkat, maka akan
menyebabkan peningkatan suhu pada bumi.
c) Senyawa Nitrogen, Gas nitrogen ini sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
sebagai bahan untuk membangun protein. Jika gas ini bereaksi dengan air
maka akan membentuk sebuah senyawa asam.
d) Senyawa Belerang, Gas sulfur dioksida ini berasal dari pabrik yang
menggunakan belerang dan hasil dari pembakaran fosil. Gas ini jika bereaksi
dengan air akan membentuk senyawa asam. Bila senyawa ini turun
bersamaan dengan hujan, maka akan terjadilah hujan asam. 5)
Klorofluorokarbon (CFC), CFC sering kali digunakan untuk bahan pendingin
pada AC dan kulkas. Selain itu, CFC juga digunakan untuk alat penyemprot
rambut dan juga alat penyemprot nyamuk. CFC sangat berbahaya sekali
karena bisa merusak lapisan ozon pada atmosfer. Akibatnya perlindungan
bumi dari radiasi sinar ultraviolet akan berkurang.
1.4 Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah yang sering kita temukan adalah sampah. Sampah
merupakan salah satu penyebab tanah bisa tercemar. Pencemaran tanah bisa
disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu
pencemaran tanah bisa disebabkan oleh kebocoran limbah cair dari industri serta
tumpahan minyak, zat kimia, dan limbah yang lainnya. Jika tanah sudah tercemar
oleh suatu polutan, maka polutan tersebut akan mengendap ke dalam tanah
sebagai zat yang sangat beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Polutan bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yakni sebagai berikut :
 Polutan dapat diuraikan oleh proses alam, contohnya : kayu, atau bahan sisa
makanan serta sampah-sampah dedaunan.
 Polutan yang tidak dapat diuraikan oleh proses alam, contohnya : logam,
plastik, kaleng, dan lain sebagainya
1.5 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah kerusakan yang terjadi pada air sehingga melewati
batas normal pada umumnya. Air yang tercemar disebabkan oleh adanya sebuah
zat kimia atau polutan yang masuk ke dalam air. Polutan ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
a) Limbah Industri, yaitu limbah yang mengandung sebuah logam berat seperti
raksa, timbal, dan yang lainnya. Biasanya limbah ini dialirkan ke sungai.
Logam tersebut sangat berbahaya jika masuk de dalam tubuh manusia karena
dapat menimbulkan penyakit kanker.
b) Limbah Rumah Tangga, limbah rumah tangga sering kita temukan adalah
limbah deterjen dan limbah sampah. Limbah ini dapat mengakibatkan
penurunan oksigen di perairan sehingga dapat mengancam populasi makhluk
hidup yang hidup di air.
c) Limbah Pertanian, limbah pertanian yang sering kita temukan adalah limbah
pupuk atau insektisida. Limbah ini sangat berbahaya untuk kesehatan
manusia juga pada organisme yang lainnya. Hal ini juga akan mengakibatkan
kematian pada organisme yang hidup di dalam air.
1.6 Penyebab Terjadinya Pencemaran Lingkungan

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sering kali disebabkan oleh


tangan manusia. Pencemaran pada umumnya yang sering terjadi adalah
pencemaran tanah, pencemaran udara, dan pencemaran air. Alam mempunyai
kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang sudah tercemar dengan proses
pemurnian. Jumlah pencemaran yang sangat banyak membuat alam tidak mampu
mengembalikan kondisi tersebut seperti sediakala. Alam menjadi kehilangan
kemampuannya untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah plastik,
deterjen dan sebagainya yang tidak ramah terhadap lingkungan akan semakin
memperparah kondisi kerusakan lingkungan. Berikut ini adalah dampak dari
pencemaran lingkungan.

1. Punahnya Spesies Polutan sangat berbahaya untuk biota air dan darat.
Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan tidak sedikit yang mati
karenanya. Berbagai spesies hewan mempunyai kekebalan yang tidak sama.
Ada yang peka dan ada pula yang tahan terhadap polutan tersebut.
2. Peledakan Hama Penggunaan insektisida bisa pula membunuh predator pada
rantai makanan tertentu. Karena predator punah, maka serangga akan
berkembang dengan pesat tanpa terkendali.
3. Gangguan Keseimbangan Lingkungan Punahnya spesies tertentu bisa
merubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Akibatnya, keseimbangan
lingkungan akan menjadi terganggu dan tidak stabil.
4. Kesuburan Tanah Berkurang Penggunaan insektisida bisa mematikan fauna
tanah. Hal ini dapat menyebabkan kesuburan tanah menurun. Selain itu
menggunakan pupuk secara berlebihan dapat menyebabkan tanah menjadi
asam. Hal ini juga bisa menurunkan kesuburan pada tanah. Untuk mengatasi
hal tersebut maka hendaknya dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk kandang, sistem penanaman selang-seling (tumpang sari), dan rotasi
tanaman.
5. Terbentuk Lubang Ozon Terbentuknya lubang ozon ini merupakan salah satu
permasalahan dari pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh bahan
pencemar yang bisa merusak lapisan ozon seperti CFC.
6. Efek Rumah Kaca Permasalahan global lainnya adalah efek rumah kaca. Gas
CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran akan meningkatkan kadar CO2
pada atmosfer bumi. Hal ini menyebabkan suhu bumi,akan meningkat.
1.7 Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan:
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik-pabrik besar jauh dari daerah
pemukiman penduduk.
2. Pembuangan limbah industri harus diatur sehingga tidak lagi mencemari
lingkungan.
3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis peptisida dan zat kimia yang
lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Memperluas gerakan penghijauan dan reboisasi hutan yang gundul.
5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6. Membuang sampah pada tempatnya.
7. Memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang arti lingkungan hidup.
8. Penggunaan bahan yang ramah terhadap lingkungan.
Nah itulah penjelasan singkat mengenai pencemaran lingkungan. Mulai
dari pengertian lingkungan, macam macam pencemaran lingkungan, dampak
pencemaran lingkungan dan cara mencegah pencemaran lingkungan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekologi sebagai ilmu lingkungan adalah bahwa pemahaman mendalam
terhadap interaksi kompleks antara organisme dan lingkungannya adalah kunci
untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Pengintegrasian konsep ekologi dalam
ilmu lingkungan memberikan landasan untuk mengembangkan kebijakan dan
praktik yang mendukung kesehatan lingkungan, keanekaragaman hayati, dan
keberlanjutan planet kita. Ilmu ekologi memberikan wawasan tentang bagaimana
organisme saling mempengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan mereka,
menjadi dasar penting dalam upaya pelestarian biodiversitas dan pengelolaan
sumber daya alam. Integrasi konsep ekologi dalam ilmu lingkungan menjadi
kunci untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kesehatan
ekosistem.
Pencemaran lingkungan adalah perlunya tindakan segera untuk
mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh polusi. Pencemaran
lingkungan, baik dari limbah industri, pertanian, kendaraan, atau sampah,
memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan manusia, keanekaragaman hayati,
dan keseimbangan ekosistem. Kesadaran dan partisipasi aktif dalam upaya
perlindungan lingkungan menjadi kunci untuk menciptakan dunia yang lebih
bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan, penulis banyak berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran


Udara.
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat – zat Pencemar Udara.
Darmono, 2017. Lingkungan hidup dan Pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia
Dewanti, D. (2015). Pembagian Ekologi.
Irwan, Z.D. (2017). Prinsip-Prinsip Ekologi (Ekosistem, Lingkungan Dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Jayadi, E.M. (2015). Ekologi Tumbuhan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram.

Odum, E.P. 2014. Dasar-dasar ekologi (Terjemahan T. Samingan). Gajah Mada


Universitas Press, Yogyakarta : 697 pp.

Otto Soemarwoto. 2016. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta.

Resosoedarmo, S. K. Kartawnata dan A. Sugiarto, 2016. Pengantar Ekologi. Fakultas


Pascasarjana IKIP Jakarta sama dengan BKKBN, Jakarta : 149 pp.

Sudrajad, Agung. 2016. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan.


Utomo, S.W. dkk (2014). Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem.
Wardhana, Wisnu Aria, 2016, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset
Jogyakarta, Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai