Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH POPULASI MAKHLUK HIDUP

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Dra. Ir. Hj. Arzita, M.Si.
Miranti Sari Fitriani, S.P., M.P.

DISUSUN OLEH:
 RIENALDI APRIAN P. (D1B023032)

PROGRAM STUDY BIOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI

KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESa.
Yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga saya bisa
menyelesaikan makalah tentang "Populasi Makhluk Hidup".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Saya berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jambi, 23 September 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iii
PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 2
A. Habitat bagi Populasi................................................................................................................. 2
B. Konservasi Populasi................................................................................................................... 5
PENUTUP............................................................................................................................................... 9
Kesimpulan.................................................................................................................................... 9
Saran............................................................................................................................................. 9

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

2 BAB I
3 PENDAHULUAN
4 1.1 Latar Belakang
5 Ekologi adalah cabang ilmu
pengetahuan yang
mempelajari tentang
6 hubungan makluk hidup dan
lingkungannya. Bumi
memiliki banyak sekali
7 jenis-jenis mahkluk hidup,
mulai dari tumbuhan dan
binatang yang sangat
8 kompleks hingga
organisme yang sederhana
seperti jamur, amuba dan
1
9 bakteri. Meskipun demikian
semua mahkluk hidup tanpa
kecuali, tidak
10 bisa hidup sendirian.
Masing-masing tergantung
pada mahkluk hidup yang
11 lain ataupun benda mati di
sekelilinganya. Ruang
Lingkup Kajian Ekologi
12 adalah untuk memahami
batas-batas ruang lingkup
kajian ekologi terlebih
13 dahulu perlu dipahami
bagaimana sistem kehidupan
di muka ini tersusun

2
14 dari sistem kehidupan
terbesar (biosfer) sampai
ke dalam sistem
15 kehidupan terkecil.
Antara makhluk hidup
satu dengan yang lain
akan
16 selalu terjadi interaksi
17 BAB I
18 PENDAHULUAN
19 1.1 Latar Belakang
20 Ekologi adalah cabang
ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang
21 hubungan makluk hidup
dan lingkungannya. Bumi
memiliki banyak sekali
3
22 jenis-jenis mahkluk hidup,
mulai dari tumbuhan dan
binatang yang sangat
23 kompleks hingga
organisme yang sederhana
seperti jamur, amuba dan
24 bakteri. Meskipun
demikian semua mahkluk
hidup tanpa kecuali, tidak
25 bisa hidup sendirian.
Masing-masing tergantung
pada mahkluk hidup yang
26 lain ataupun benda mati di
sekelilinganya. Ruang
Lingkup Kajian Ekologi

4
27 adalah untuk memahami
batas-batas ruang lingkup
kajian ekologi terlebih
28 dahulu perlu dipahami
bagaimana sistem kehidupan
di muka ini tersusun
29 dari sistem kehidupan
terbesar (biosfer) sampai
ke dalam sistem
30 kehidupan terkecil.
Antara makhluk hidup
satu dengan yang lain
akan
31 selalu terjadi interaksi
32 BAB I
33 PENDAHULUAN
34 1.1 Latar Belakang
5
35 Ekologi adalah cabang
ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang
36 hubungan makluk hidup
dan lingkungannya. Bumi
memiliki banyak sekali
37 jenis-jenis mahkluk hidup,
mulai dari tumbuhan dan
binatang yang sangat
38 kompleks hingga
organisme yang sederhana
seperti jamur, amuba dan
39 bakteri. Meskipun
demikian semua mahkluk
hidup tanpa kecuali, tidak

6
40 bisa hidup sendirian.
Masing-masing tergantung
pada mahkluk hidup yang
41 lain ataupun benda mati di
sekelilinganya. Ruang
Lingkup Kajian Ekologi
42 adalah untuk memahami
batas-batas ruang lingkup
kajian ekologi terlebih
43 dahulu perlu dipahami
bagaimana sistem kehidupan
di muka ini tersusun
44 dari sistem kehidupan
terbesar (biosfer) sampai
ke dalam sistem
45 kehidupan terkecil.
Antara makhluk hidup
7
satu dengan yang lain
akan
46 selalu terjadi interaksi
Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentanghubungan makluk hidup dan lingkungannya. Bumi memiliki
banyak sekali. Jenis-jenis mahkluk hidup, mulai dari tumbuhan dan
binatang yang sangat kompleks hingga organisme yang sederhana
seperti jamur, amuba dan bakteri Meskipun demikian semua mahkluk
hidup tanpa kecuali, tidak bisa hidup sendirian. Masing-masing
tergantung pada mahkluk hidup yang lain ataupun benda mati di
sekelilinganya.
Ruang Lingkup Kajian Ekologi adalah untuk memahami batas-
batas ruang lingkup kajian ekologi terlebih dahulu perlu dipahami
bagaimana sistem kehidupan di muka ini tersusun dari sistem
kehidupan terbesar (biosfer) sampai ke dalam sistem kehidupan
terkecil antara makhluk hidup satu dengan yang lain akan selalu
terjadi interaksi.
Ekosistem tersusun atas komponen-komponen yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Komponen itu membentuk
satuan-satuan organism kehidupan. Antara individu yang satu dengan
yang lainnya dalam satu daerah akan membentuk populasi.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana upaya dalam melestarikan populasi makhluk hidup?
1.3 Tujuan penulisan
Pembaca dapat memahami apa itu populasi dan cara melestarikannya

8
BAB II
PEMBAHASAN
Populasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang
berasal dari lingkungan maupun faktor internal dari spesies itu
sendiri. Faktor lingkungan seperti suhu, air, makanan, dan tempat
berlindung dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan
reproduksi populasi. Sedangkan faktor internal seperti genetik, tingkat
persaingan, dan tingkat kematian juga memainkan peran penting
dalam mempengaruhi populasi . Pemahaman tentang populasi dalam
ekosistem menjadi penting dalam upaya konservasi dan pengelolaan
lingkungan. Informasi tentang jumlah populasi, tingkat pertumbuhan,
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat membantu dalam
pengambilan keputusan yang bijak dalam upaya menjaga
keseimbangan ekosistem dan melindungi spesies yang terancam
punah (Sumarto et al., 2012).
A. Habitat bagi Populasi
1. Pengertian Habitat
Habitat adalah area geografis di mana populasi spesies tertentu
hidup, termasuk lingkungan fisik dan biotik yang memberikan sumber
daya dan kondisi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup populasi.
Habitat dapat meliputi berbagai macam lingkungan seperti hutan,
sungai, dan padang rumput, serta lingkungan di dalam laut seperti
terumbu karang dan laut dalam (S and Milla, 2017). Habitat yang
sesuai menyediakan semua kelengkapan bagi suatu spesies selama
musim tertentu atau sepanjang tahun. Kelengkapan habitat terdiri dari
berbagai macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-
faktor lainnya yang diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk
bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya. Habitat
merupakan penghubung kehadiran spesies, populasi, atau individu
(satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik
biologi. Habitat terdiri lebih dari sekedar vegetasi atau struktur
vegetasi yang merupakan jumlah kebutuhan sumberdaya khusus suatu
spesies.
Habitat suatu organisme pada umumnya mengandung faktor
ekologi yang sesuai dengan persyaratan hidup populasi yang
9
mendiami suatu ekosistem. Persyaratan hidup setiap organisme
merupakan kisaran faktor-faktor ekologi yang ada dalam habitat yang
diperlukan untuk mempertahankan hidup (Asyiawati and Akliyah,
2016). Ekologi dari suatu habitat mencakup variabel biotik (makhluk
hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, baik yang mikro maupun
yang makro) dan abiotik (benda tidak hidup). Namun, Relung ekologi
menjadi penentu populasi dalam memberikan tanggapan terhadap
ketersediaan sumber daya hidup dan keberadaan pesaing dan
pemangsa.
2. Ketersediaan Sumber Daya Alam
Populasi membutuhkan ketersediaan sumber daya alam seperti
air, makanan, dan tempat berlindung untuk bertahan hidup.
Ketersediaan sumber daya ini sangat penting dalam menciptakan
habitat yang baik. Salah satu sumber daya penting untuk
keberlangsungan hidup berbagai organisme adalah air. Air sebagai
unsur kimia dalam bentuk molekul H2O merupakan sumber daya
non-hayati karena sifat kimianya tetap tidak berubah dan dapat
dihitung jumlahnya. Namun, air juga dapat dianggap sebagai sumber
daya alam hayati karena air memiliki keterkaitan yang erat dengan
keberlangsungan kehidupan organisme
3. Interaksi antar Populasi
Populasi seringkali berinteraksi dengan spesies lain dalam
lingkungan mereka, baik sebagai pemangsa, mangsa, atau dalam
hubungan simbiosis. Kondisi komunitas biologis dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup populasi. Komunitas biologis terdiri dari
berbagai spesies organisme, seperti tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme, yang hidup bersama dalam suatu ekosistem. Setiap
spesies dalam komunitas biologis 54 | Syifa Saputra mempunyai
peran yang berbeda dalam menjaga keseimbangan ekosistem
(Sumarto et al., 2012). Interaksi antar spesies dalam komunitas
biologis dapat berupa hubungan simbiosis, persaingan, atau kerja
sama.
Komunitas biologis sangat penting dalam menjaga
keberlangsungan ekosistem dan berperan dalam pengendalian
populasi organisme yang ada di suatu wilayah (Maknun, 2017). Setiap
spesies dalam suatu komunitas biologis memiliki peran dan fungsi

10
yang berbeda dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Berikut
adalah beberapa alasan mengapa komunitas biologis sangat penting:
A. Komunitas biologis memastikan bahwa sumber daya alam seperti
air, udara, dan tanah terjaga dengan baik dan dapat digunakan secara
berkelanjutan oleh organisme di dalamnya. Organisme di dalam suatu
ekosistem saling bergantung satu sama lain untuk mendapatkan
sumber daya yang dibutuhkan.
B. Setiap spesies dalam komunitas biologis mempunyai peran dan
fungsi yang berbeda dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ketika
satu spesies mengalami perubahan populasi atau punah, hal ini dapat
mempengaruhi seluruh ekosistem.
C. Komunitas biologis berperan dalam mengontrol populasi
organisme yang ada di suatu wilayah. Beberapa spesies seperti
predator dan parasit membantu mengendalikan populasi organisme
lain yang menjadi mangsa atau inangnya.
D. Komunitas biologis yang sehat dan beragam memiliki kemampuan
untuk bertahan dari perubahan lingkungan dan memberikan dukungan
bagi organisme yang hidup di dalamnya.
E. Komunitas biologis menyediakan berbagai jasa ekosistem seperti
pengendalian banjir, penyerapan karbon, dan penyediaan bahan
pangan dan bahan obat-obatan. Komunitas biologis juga memainkan
peran penting dalam menjaga keseimbangan alam dan mempengaruhi
kualitas lingkungan. Oleh karena itu, perlindungan dan pelestarian
komunitas biologis sangat penting untuk menjaga kelestarian
ekosistem dan memastikan kelangsungan hidup organisme di bumi
(Niman, 2019; Khairina, Purnomo and Malawnai, 2020).
4. Ketersediaan Tempat Berlindung
Populasi membutuhkan tempat berlindung seperti gua, celah
batu, dan tumpukan daun untuk bertahan hidup dari predator dan
kondisi lingkungan yang buruk. Keberlangsungan hidup populasi
dalam ekosistem dapat terpengaruh oleh perubahan lingkungan,
seperti perubahan suhu, iklim, dan tingkat kebisingan. Studi tentang
bagaimana populasi menyesuaikan diri terhadap perubahan
lingkungan dapat membantu mengidentifikasi strategi yang efektif
untuk melindungi populasi yang terancam. Ketersediaan tempat
berlindung bagi hewan terganggu akibat aktivitas antropogenik, akan
11
menyebabkan populasi yang mendiami suatu daerah akan terancam
bahkan menuju kepunahan (Saputra et al., 2021). Perubahan
lingkungan adalah perubahan yang terjadi pada lingkungan fisik dan
biologis yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas
manusia, perubahan iklim, bencana alam, dan lain-lain.
B. Konservasi Populasi
Konservasi populasi melibatkan upaya untuk melindungi
populasi spesies yang terancam punah dan memperbaiki populasi
yang telah menurun. Hal ini meliputi pemantauan populasi,
pengelolaan habitat, dan tindakan lainnya untuk melindungi spesies
dari faktor- Ilmu Lingkungan | 59 faktor yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup populasi. Secara garis besar konservasi populasi
merupakan upaya untuk menjaga keberlangsungan populasi spesies
yang terancam punah atau mengalami penurunan populasi yang
signifikan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang
mempengaruhi populasi, menetapkan tujuan konservasi yang spesifik,
dan menerapkan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Konservasi populasi merupakan cari khas dari suatu ekosistem dalam
mempertahankan suatu kawasan, karena identik dengan spesies
endemik yang mendiami suatu wilayah. Namun demikian, konservasi
populasi tetap harus dipertahankan untuk menjaga identitas suatu
kawasan (Purnomo, Saputra and Sumarni, 2020).
1. Penilaian Status Populasi
Penilaian status populasi spesies sangat penting untuk
mengidentifikasi spesies mana yang membutuhkan tindakan
konservasi dan tingkat urgensi tindakan tersebut. Populasi spesies
yang sedang mengalami penurunan dapat menjadi prioritas utama
dalam tindakan konservasi. Semakin sedikit jumlah populasi spesies,
semakin besar kemungkinan spesies tersebut akan punah. Beberapa
spesies hanya dapat bertahan hidup di habitat tertentu, seperti hutan
hujan atau terumbu karang. Begitu halnya dengan tingkat ancaman,
beberapa spesies menghadapi ancaman langsung seperti perburuan,
perdagangan ilegal, atau perusakan habitat spesies. Sama halnya
dengan spesies yang memiliki potensi untuk pulih dari penurunan
populasi. Spesies-spesies ini harus diidentifikasi dan 60 | Syifa
Saputra diberikan prioritas dalam tindakan konservasi, karena
memulihkan populasi dapat lebih mudah dibandingkan dengan spesies
yang tidak dapat pulihkan (Sumianto et al., 2019).
12
2. Pengelolaan Habitat
Pengelolaan habitat yang baik dan lestari merupakan faktor
penting dalam menjaga populasi spesies. Pengelolaan habitat meliputi
pemulihan atau perlindungan habitat yang sudah ada, dan juga
pembuatan atau peningkatan habitat baru yang sesuai dengan
kebutuhan spesies yang dilindungi. Habitat yang baik adalah habitat
yang memenuhi kebutuhan spesies, seperti tempat untuk mencari
makan, tempat berlindung, dan berkembang biak. Habitat yang lestari
adalah habitat yang dapat bertahan lama dan mampu mempertahankan
populasi spesies dalam jangka waktu yang panjang (Sumarto et al.,
2012). Pengelolaan habitat meliputi perlindungan habitat yang sudah
ada, serta pemulihan kembali habitat yang rusak atau hilang.
Mempertahankan keberadaan habitat yang sudah ada sangat penting
untuk menjaga populasi spesies. Hal ini dapat dilakukan dengan
menghindari kerusakan habitat dan merancang penggunaan lahan
secara berkelanjutan (Mangunjaya et al., 2017).
3. Pengendalian Spesies Invasif
Spesies invasif dapat menjadi ancaman bagi populasi spesies
asli dan ekosistem. Pengendalian spesies invasif perlu dilakukan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Pengendalian spesies invasif
dapat dilakukan dengan beberapa hal (Radiansyah et al., 2015;
Tjitrosoedirdjo et al., 2017), diantaranya: a. Pemantauan dan deteksi
dini spesies invasif sangat penting untuk mencegah penyebaran yang
lebih luas. Dalam melakukan pemantauan, dapat menggunakan
teknologi seperti citra satelit atau pengindraan jauh. b. Penghapusan
spesies invasif dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode seperti pemotongan atau pembakaran tanaman, pembersihan
mekanis, atau penggunaan herbisida. Penghapusan harus dilakukan
secara hati-hati agar tidak merusak ekosistem asli. c. Pengendalian
biologis menggunakan predator atau penyakit alami yang dapat
mengendalikan spesies invasif tanpa merusak ekosistem asli.
Pengendalian biologis harus dilakukan secara hati-hati dan selektif
agar tidak membahayakan spesies asli. d. Restorasi habitat dapat
membantu memulihkan ekosistem yang rusak akibat invasi spesies
invasif. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pemulihan habitat
alami, seperti penanaman tumbuhan asli dan pengendalian erosion.
4. Pelestarian Satwa Liar

13
Pelestarian satwa liar meliputi tindakan untuk mengurangi
perburuan liar, perlindungan terhadap perdagangan satwa liar, dan
membangun sarana penampungan satwa liar yang terluka atau
terancam punah. Habitat yang lestari dan sehat sangat penting bagi
keberlangsungan hidup satwa liar, seperti pemulihan habitat alami dan
pengelolaan habitat yang baik. Pengelolaan satwa liar harus dilakukan
dengan cara yang berkelanjutan dan tidak merusak populasi satwa
liar. Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pelestarian satwa
liar. Masyarakat dapat dilibatkan dalam program pelestarian dan
dibuat sadar akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.
Pelestarian satwa liar harus dipadukan dengan pengembangan
ekonomi yang berkelanjutan, sehingga masyarakat dapat mengambil
manfaat dari sumber daya alam tanpa merusak keanekaragaman
hayati (Efendi, 2020)
5. Riset dan Pemantauan
Riset dan pemantauan terhadap populasi spesies yang terancam punah
atau terancam mengalami penurunan populasi sangat penting. Untuk
mengidentifikasi masalah dan menetapkan tindakan konservasi yang
tepat. Riset dan pemantauan populasi dapat ditentukan dengan
beberapa alasan (Seno et al., 2017), diantaranya:
a. Riset dan pemantauan populasi membantu para ilmuwan untuk
mengidentifikasi ancaman terhadap spesies dan habitat mereka,
seperti perusakan habitat, polusi, dan perubahan iklim. Dengan
mengetahui ancaman ini, maka dapat merencanakan tindakan yang
tepat untuk melindungi spesies dan habitat yang terganggu.
b. Riset dan pemantauan populasi juga membantu para ilmuwan untuk
mengukur keberhasilan upaya pelestarian. Dengan membandingkan
data sebelum dan setelah tindakan pelestarian dilakukan, sehingga
dapat mengetahui apakah upaya pelestarian tersebut berhasil atau
tidak
c. Memprediksi perubahan ekosistem dengan mengumpulkan data
tentang populasi dan habitat spesies, para ilmuwan dapat memprediksi
perubahan ekosistem di masa depan. Hal ini memungkinkan untuk
merencanakan tindakan yang tepat untuk menjaga keberlangsungan
hidup populasi dan ekosistem secara keseluruhan.
d. Riset dan pemantauan populasi juga membantu meningkatkan
pemahaman kita tentang ekosistem secara keseluruhan. Dengan
mempelajari populasi spesies dan hubungannya dengan lingkungan,

14
kita dapat memahami bagaimana ekosistem berfungsi dan dapat
berinteraksi dengan ekosistem tersebut secara berkelanjutan.
e. Riset dan pemantauan populasi juga membantu menentukan
prioritas pelestarian. Dengan membandingkan keadaan populasi
spesies yang berbeda dan tingkat ancaman, para ilmuwan dapat
menentukan spesies mana yang memerlukan tindakan pelestarian
yang paling mendesak.
6. . Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
konservasi populasi dapat membantu memperkuat tindakan
konservasi yang sudah dilakukan dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya konservasi. Pendidikan masyarakat dapat
membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga
populasi spesies tertentu dan menghargai keragaman hayati. Ini dapat
membantu masyarakat memahami konsekuensi negatif dari
kehilangan spesies dan membantu mereka mempertimbangkan
dampak tindakan mereka terhadap lingkungan (Efendi, 2020).
Masyarakat dapat merasa terdorong untuk mengambil tindakan
pelestarian, mencakup mendukung kampanye pelestarian,
menyumbangkan dana ke organisasi konservasi, atau bahkan
melakukan tindakan pelestarian di lingkungan sendiri. Masyarakat
juga dapat membantu mengurangi dampak negatif Ilmu Lingkungan |
65 pada populasi spesies tertentu. Misalnya, masyarakat dapat
memahami bagaimana tindakan seperti membuang sampah
sembarangan atau memburu hewan secara liar dapat membahayakan
populasi. Selain itu, para aktivis konservasi dapat melibatkan
masyarakat secara langsung dalam upaya pelestarian. Hal ini dapat
mencakup pengembangan program penangkaran dan pelepasliaran,
atau melibatkan masyarakat dalam pemantauan populasi spesies.
Dengan demikian, pendidikan masyarakat dapat membantu
meningkatkan kesadaran global tentang isu konservasi dan
memberikan dukungan untuk pelestarian di seluruh dunia.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan yang terdiri dari
individu-individu atau bahkan satuan-satuan yang akan diteliti
mengenai karakteristiknya. Kemudian, individu atau satuan-satuan
tersebut disebut dengan unit analisis, dari unit analisis ini dapat
berbentuk keseluruhan benda-benda, orang-orang atau bahkan
institusi-institusi (Djarwanto, 1994: 420).
Cara melestarikan populasi adalah dengan cara habitat yang
sesuai, ketersediaan sumber daya alam,interaksi antar populasi,
ketersediaan tempat berlindung, konservasi populasi, penilaian status
populasi, pengelolaan habitat, pengendalian spesies invasif,
pelestarian satwa liar, riset dan pemantauan, serta pendidikan dan
kesadaran masyarakat.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna,kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Jayawardana,H.B.A dkk. 2023. ILMU LINGKUNGAN. Malang:
Madza Media.

16

Anda mungkin juga menyukai