Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

Faktor Pembatas Tumbuhan (Penyakit)

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH :

Dr. ST. FATMA HIOLA S.P. M.Si

Oleh :

Kelompok VIII

Dinul Qayyimah / 1614441008


Irma Lestari Syukur / 1714442008
Wahdania Misliyanti / 1814441012
Magfira Amalia /1814442006
Ahmad Fahrezi Diab / 1814442014

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii


BAB I .............................................................................................................................
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
B. Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6
A. Pengertian populasi tumbuhan .......................................................................... 6
B. Faktor pembatas populasi tumbuhan................................................................. 6
C. Dampak yang ditimbulkan fakto pembatas penyakit ........................................ 8
BAB III ..........................................................................................................................
PENUTUP .................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata ”ekologi” mula-mula diusulkan oleh biologiwan bangsa
Jerman, Ernest Haeckel dalam tahun 1869. Sebelumnya banyak
biologiwan terkenal di abad ke-18 dan ke-19 telah memberikan
sumbangan pikiran dalam bidang ini, sekalipun belum menggunakan kata
”ekologi”. Antony van Leeuwenhoek lebih dikenal sebagai pelopor ahli
mikroskop pada tahun 1700-an, memelopori pula pengkajian rantai
makanan dan pengaturan populasi (Egerton, 1968). Tulisan botaniwan
bangsa Inggris Richard Bradley menyatakan bahwa ia memahami betul hal
produktivitas biologis (Egerton, 1969). Ketiga bidang tersebut penting
dalam ekologi mutakhir.
Ekologi mempelajari rumah tangga mahluk hidup (oikos), istilah
yang digunakan oleh Ernst Haeckel sejak tahun 1869 (Odum 1983:2).
Dalam ekologi, dikenal istilah sinekologi yaitu ekologi yang ditujukan
pada lebih dari satu jenis organisme hidup, misalnya ekologi hutan dimana
terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan, dan autekologi yaitu ekologi
tentang satu jenis mahluk hidup misalnya ekologi Anoa, ekologi burung
Maleo, hingga ekologi manusia.
Ekologi merupakan studi keterkaitan antara organisme dengan
lingkungannya, baik lingkungan abiotik maupun biotik. Lingkungan
abiotik tediri dari atmosfer, cahaya, air, tanah dan unsur mineral. Tetapi
perlu diketahui apa yang dimaksud dengan organisme. Ini penting karena
pada hakikatnya organisme dibangun dari sistem-sistem biologik yang
Setiap organisme didalam habitatnya selalu dipengaruhi oleh
berbagai hal disekelilingnya. Setiap faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan organisme tersebut disebut faktor lingkungan. Lingkungan
mempunyai dimensi ruang dan waktu, yang berarti kondisi lingkungan

3
tidak mungkin seragam baik dalam arti ruang maupun waktu. Kondisi
lingkungan akan berubah sejalan dengan perubahan ruang, dan akan
berubah pula sejalan dengan waktu. Organisme hidup akan bereaksi
terhadap variasi lingkungan ini , sehingga hubungan nyata antara
lingkungan dan organisme hidup ini akan membentuk komunitas dan
ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang maupun waktu.Lingkungan
organisme tersebut merupakan suatu kompleks dan variasi faktor yang
beraksi berjalan secara simultan, selama perjalan hidup organisme itu. Ada
kalanya tidak sama sekali, hal ini tidak saja bergantung pada besaran
intensitas faktor itu dan faktor – faktor lainnya dari lingkungan, tetapi juga
kondisi organisme itu, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor - faktor
tersebut dinamakan faktor pembatas. Dengan mengetahui faktor pembatas
(limiting factor) suatu organisme dalam suatu ekosistem maka dapat
diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme tidak dapat bertahan
hidup.Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan untuk
melewati atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi
yang besar dan kisaran geografi penyebaran yang luas pula. Sebaliknya
jika organisme tersebut tidak mampu melewatinya maka ia memiliki
toleransi yang sempit dan memiliki kisaran geografi penyebaran yang
sempit pula. Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme tertentu
yang tidak hanya beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik
saja, tetapi mereka bisa memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur
dan memprogram kehidupannya guna mengambil keuntungan dari
keadaan tersebut
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian populasi
2. Apa jenis-jenis factor pembatas
3. Bagaimana dampak adanya factor pembatas penyakit bagi tumbuhan
C. Tujuan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
1. Apa pengertian populasi

4
2. apa saja yang itu factor pembatas
3. dapat mengetahui dampak adanya factor pembatas penyakit bagi
tumbuhan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi Tumbuhan


Populasi berasal dari bahasa latin yaitu ”populus” yang artinya
rakyat, berarti penduduk. Populasi dari suatu negara dimaksudkan adalah
penduduk dari negara tersebut. Sedangkan populasi yang dimaksudkan
dalam ekologi adalah populasi dari spesies-spesies atau jenis-jenis
organisme. Populasi meliputi kumpulan individu-individu organisme di
suatu tempat yang memiliki sifat-sifat serupa, mempunyai asal-usul yang
sama, dan tidak ada yang menghalangi anggota-anggota individunya untuk
berhubungan satu sama lain mengembangkan keturunan secara bebas.
Individu-individu itu merupakan kumpulankumpulan yang heteroseksual.
Diperkirakan di atas planet Bumi saat ini ditemui kurang lebih 5 juta spesies
tumbuhan, 10 juta spesies hewan dan lebih kurang 2-3 juta spesies
mikroorganisme, dan lebih kurang 10% dan semua organisme itu yang
berhasil diidentifikasi dan diberi nama. Ukuran populasi tumbuhan dan
hewan di suatu tempat tertentu (kerapatan populasi) biasanya tergantung
dari migrasi. Karena pengaruh pakan atau lingkungan fisik populasi maka
ukuran populasi suatu spesies akan tidak sama dengan ukuran spesies lain.
Misalnya gajah yang bertubuh besar yang rendah potensi biologiknya, akan
dengan cepat merusak lingkungan hidupnya hingga persediaan pakannya
juga cepat habis, dan akan segera diikuti dengan angka kematian tinggi,
tetapi angka kelahirannya rendah dan akhirnya angka kematian pun akan
turun kembali diikuti meningkatnya angka kelahiran.
B. Pengertian faktor pembatas dalam ruang lingkup ekologi
Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan ditentukan
oleh bahan atau faktor penting yang ditemukan dalam keadaan minimum, faktor
inilah yang disebut faktor pembatas. Tumbuhan dan juga hewan dalam ekosistem
membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini akan bertoleransi
terhadap kondisi lingkungan tertentu. Tidak ada organisasi hidup dalam hal ini

6
berada dalam keadaan yang berdiri sendiri, sehingga setiap orgsnisme harus
mempunyai kondisi-kondisi lingkungan yang menentukan kehidupannya
(Champbell, 2000).
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan organisme-
organieme tergantung kepada kompleks keadaan. Keadaan manapun yang
mendekati atau melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai
membatasi atau faktor pembatas. Konsep lebih umum yang dapat dicapai
dengan menggabungkan gagasan minimum dan batas toleransi berguna untuk
menentukan faktor-faktor pembatas sehingga dapat diketahui organisme-
organisme di alam dikendalikan oleh:
1) Jumlah dan keragaman material untuk suatu kebutuhan minimum dan faktor-
faktor fisik yang membatasi.
2) Batas-batas toleransi organism sendiri terhadap keadaan tersebut dan
komponen-komponen lainnya. (Eugene P. Odum, 1993).
Hubungan lingkungan antar organisme cenderung rumit, sehingga semua
faktor yang mungkin adalah sama pentingnya dalam situasi tertentu. Jika suatu
organism mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu faktor yang relatif
mantap dalam jumlah sedang di lingkungannya, maka faktor itu tidak
mungkin membatasi. Sebaliknya jika suatu organisme memiliki batas-batas
toleransi tertentu untuk faktor yang beragam di lingkungannya maka faktor itu
harus dikaji lebih cermat karena mungkin membatasi (RA. Hutagalung, 2010).
Penggabungan konsep hukum minimum dan toleransi dapat digunakan
untuk memahami konsep faktor pembatas. Faktor pembatas dapat diartikan
sebagai keadaan yang mendekati atau melampaui ambang batas toleransi suatu
kondisi. Faktor pembatas suatu organisme mencakup kisaran minimum atau
maksimum dari faktor-faktor abiotik suatu ekosistem. Organisme dengan
kisaran toleransi yang lebar (eury) terhadap faktor abiotik X yang relatif
konstan bukan merupakan faktor pembatas, sehingga organisme tersebut dapat
hadir dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bagi organisme dengan toleransi yang
sempit (steno) terhadap faktor abiotik (Y) yang selalu berubah akan menjadi

7
“faktor pembatas” sehingga akan hadir dalam jumlah sedikit (RA. Hutagalung,
2010).
Pokok perhatian pada konsep gabungan factor pembatas adalah untuk
menemukan factor yang secara operasional nyata bagi organisme pada
sementara waktu selama daur hidupnya. Kajian analisis lingkungan mengenai
factor tersebut memiliki tujuan yaitu :
1) Menemukan faktor-faktor mana yang secara operasional nyata dengan
cara pengamatan, analisis, maupun percobaan.
2) Menentukan bagaimana factor-faktor itu membawa pengaruhnya
terhadap individu, populasi, atau komunitas, apabila hal itu
memungkinkan. (Eugene P. Odum, 1993).
C. Dampak adanya factor pembatas bagi tumbuhan
Semua keadaan atau syarat fisik untuk kehidupan tidak hanya
merupakan faktor pembatas perusak, tetapi juga faktor pengatur
menguntungkan bagi organisme yang telah menyesuaikan diri untuk
menanggapi faktor-faktor tersebut, sehingga komunitas dan organisme
mencapai homeostatis semaksimum mungkin dibawah keadaan atau syarat
tersebut (Champbell, 2000).
Organisme tidak hanya beradapsi terhadap lingkungan fisik dalam
arti mentoleransinya tetapi juga memanfaatkan periodisitas alam dalam
lingkungan fisik untuk mengatur waktu kegiatan dan memprogram riwayat
hidupnya sedemikian rupa sehingga memperoleh keuntungan dari keadaan
yang meguntungkan. Interaksi antar organism dan seleksi alam secara
timbale balik antar jenis membuat seluruh komunitas menjadi terprogram
untuk tanggap terhadap ritme musiman dan lain-lain (RA. Hutagalung,
2010).
Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak
munculnya dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun
ditemukan pada fosil daun yang berasal dari zaman purba. Orang Yunani
dan Yahudi (500 – 280 SM) meyakini bahwa penyakit tanaman
merupakan hukuman atas dosa yang dilakukannya. Pada saat itu, penyakit

8
tumbuhan jugasudah dihubungkan dengan cuaca atau iklim yang buruk.
Sekitar Tahun 875 hingga beberapa tahun kemudian, penyakit ergot pada
rye (sejenis gandum) yang disebabkan oleh cendawan Claviceps purpurea
mengalami epidemi di berbagai negara di Eropa. Sklerotium cendawan,
yang tercampur butir rye, mengandung senyawa alkaloid dan
menyebabkan ergotisme pada manusia, yaitu menyebabkan jari tangan dan
kaki, kadangkadang hidung dan telinga penderita membengkak, dan dapat
menyebabkan kematian. Penyakit tumbuhan terhebat yang tercatat dalam
sejarah adalah hawar daun kentang yang disebabkan oleh cendawan
Phytophthora infestans. Sejak Tahun 1845 penyakit tersebut telah tersebar
di hampir semua pertanamankentang di Eropa yang meliputi luas jutaan
hektar. Selain kisaran serangan yang sangat luas, penyakit dengan
intensitas serangan yang sangat hebat ini menyebabkan pertanaman
kentang di Eropa binasa. Di Irlandia, di mana makanan pokok rakyatnya
adalah kentang, timbul paceklik yang sangat menyedihkan dan dikenal
sebagai ”The Irish Famine”.
Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan salah satu faktor
pembatas produksi tanaman secara fisik, sedangkan penyakit
menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman. Perikehidupan HPT di
pengaruhi oleh faktor iklim, terutama suhu dan kelembapan udara. Faktor
iklim tersebut berpengaruh langsung terhadap kemampuan bertahan hidup
(survival rate) dan keperidian (fecundity) hama, serta perbanyakan
danpenyebaran penyakit. Menurut FAO (2008), suhu dan curah hujan
sangat berpengaruh terhadap pola hidup spesies, dinamika populasi,
perpindahan habitat alami, serta struktur dan komposisi ekosistem Salah
satu faktor penghambat peningkatan produksi cabai adalah adanya
serangan hama dan penyakit. Kehilangan hasil akibat serangan hama dan
penyakit berkisar 5-30%. Bahkan jika serangan tersebut sangat fatal dapat
mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu pengendalian hama dan
penyakit merupakan tahap yang harus dilakukan untuk menunjang
keberhasilan usaha budidaya cabai. Hama yang sering dijumpai pada

9
tanaman cabai adalah lalat buah, thrips, tungau, nematode. Hama-hama ini
biasanya menyerang pada waktu musim kemarau, sedangakn penyakit
biasanya menyerang tanaman cabai pada musim hujan. Penyakit penting
yang sering dijumpai tanaman cabai tidak hanya candawan, bakteri atau
virus saja. Penyakit cabai bisa karena kekurangan atau kelebihan unsur-
unsur makanan. Dan penyakit yang paling merugikan adalah penyakit
kriting atau mosaic. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Tetapi ada juga
penyakit lain yang merugikan, penyakit akar,penyakit bercak daun, dan
penyakit busuk buah (Tanjung, 2018).

Gambar 1.1 Hama atau Penyakit yang menyebabkan tumbuhan mati.


Upaya untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh OPT
mulamula dilakukan dengan cara sederhana seperti membunuh dengan
cara fisik dan mekanik. Tetapi dengan semakin banyaknya populasi
manusia maka luas lahan pertanian juga semakin meningkat sehingga
pengendalian dengan cara sederhana tersebut dipandang tidak mampu lagi
mengatasi laju populasi OPT yang semakin meningkat pada luas lahan
pertanian yang semakin luas. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan
upaya pengendalian OPT telah dikembangkan, misalnya melalui teknik
bercocok tanam, penggunaan tanaman tahan, penggunaan agen biokontrol
seperti antagonis, parasitoid dan predator. Selanjutnya penemuan DDT

10
pada era Perang Dunia II mengubah pengendalian OPT secara drastis yaitu
melalui penggunaan pestisida sintetik secara luas.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi meliputi kumpulan individu-individu organisme di suatu
tempat yang memiliki sifat-sifat serupa, mempunyai asal-usul yang sama, dan
tidak ada yang menghalangi anggota-anggota individunya untuk berhubungan
satu sama lain mengembangkan keturunan secara bebas. Individu-individu itu
merupakan kumpulankumpulan yang heteroseksual
Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan
ditentukan oleh bahan atau faktor penting yang ditemukan dalam keadaan
minimum, faktor inilah yang disebut faktor pembatas. Tumbuhan dan juga hewan
dalam ekosistem membentuk bagian hidup atau komponen biotik, komponen ini
akan bertoleransi terhadap kondisi lingkungan tertentu
Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan salah satu faktor
pembatas produksi tanaman secara fisik, sedangkan penyakit menimbulkan
gangguan fisiologis pada tanaman. Perikehidupan HPT di pengaruhi oleh
faktor iklim, terutama suhu dan kelembapan udara. Faktor iklim tersebut
berpengaruh langsung terhadap kemampuan bertahan hidup (survival rate)
dan keperidian (fecundity) hama, serta perbanyakan danpenyebaran penyakit
Upaya untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh OPT
mulamula dilakukan dengan cara sederhana seperti membunuh dengan cara
fisik dan mekanik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Campbell.2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga.


Jayadi, E, M., 2015. Ekologi Tumbuhan. Institut Agama Islam Negeri (IAN)
Mataram : Mataram
Hutagalung, RA.2010. Ekologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Odum, Eugene P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soeraatmadja.1987. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.
Tanjung, M. Y., Kristalisasi, E. N., & Yuniasih, B. (2018). Keanekaragaman
Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum
L) Pada Daerah Pesisir Dan Dataran Rendah. Jurnal Agromast, 3(1).1-
10
Hidayat, S, H., Hidayat. P., Harahap, I, S., Nurhayati, E., Giyarto., Guntoro,
D. 2016. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Negeri
Makassar : Tangerang.

13

Anda mungkin juga menyukai