KONSEP SPESIES
Interaksi dapat dihubungkan oleh faktor kemis, atau faktor fisik, yang
akan mempengaruhi dan menentukan distribusi ruang (spatial) individu. Pola
distribusi suatu spesies yang hanya terbatas pada suatu tempat dapat
merupakan indikator (“clue”) bagi ekologiwan tentang adanya suatu bentuk
interaksi.
Justus Von Liebig 1840 menulis tentang hasil sembarang panen yang
tergantung pada zat makanan atau nutrien tanah yang paling terbatas
jumlahnya. Kemudian masalah tersebut diperluas, sehingga definisi bebas
hukum minimum sekarang adalah, Pertumbuhan dan atau distribusi spesies
bergantung pada satu faktor lingkungan yang paling kritis dalam
kebutuhannya.
Faktor Pemicu.
Konsep holosenotik tidak berarti bahwa semua faktor harus setara
atau mempunyai bobot sama. Faktor tertentu dalam suatu ekosistem dapat
mendominir yang lainnya. Billings (1970) menamakan faktor tersebut sebagai
faktor pemicu (trigger).
3. Spesies Taksonomis.
Kesepakatan tentang definisi spesies belum dicapai antara
ekologiwan dengan taxonomiwan. Definisi spesies berikut, disintesakan dari
beberapa sumber:
Suatu spesies terdiri atas group populasi alami yang secara
morfologis dan ekologis serupa, dan yang dapat atau tidak dapat ber-
3.2. Biosistematikawan.
(1). Pertama, proses penentuan dan pembatasan spesies berbeda dari satu
taksonomiwan dengan taksonomiwan lain, tetapi ada satu fase di mana
semua pendekatan yang berbeda sama-sama berbagi pada tingkat
tertentu. Sehingga hasilnya bersifat arbitary/sekehendak hati. Jadi
spesies yang ditentukan dengan berbagai pendekatan tersebut sebagian
bersifat alami, dan sebagian bersifat artifact.
(2). Kedua, karakteristik habitat belum atau jarang dianggap penting sebagaii
kriteria taksonomis. Akibatnya, beberapa spesies yang mempunyai
kisaran luas, mereka diragukan memiliki satuan genetis yang homogen.
4. Spesies Ekologis.
5. Ekotipe
EKOTIPE
Sifat Lahan Belukar Ladang Dune
Habitus tegak menrayap intermediate
Daun lebar intermediate sempit
Rambut tak ada ada tak ada
Dormansi lebar intermediate sempit
Elemen ekotipe.
e. Sinonim ekotipe.
6. Ekoklin (Ecocline).
a. Penelitian Gregor.
b. Penelitian Langlet.
Cavers dan Harper (1967) juga menemukan variasi nyata apa yang
disebut ekotipe yang jelas dari gulma annual Rumex crispus. Mereka
memakai tanggapan perkecambahan sebagai indikator heterogenitas
genetik. Pertama-tama mereka mengumpulkan biji yang berasal dari :
1. populasi berbeda (biji di pool dari banyak tumbuhan dari tiap
populasi);
2. kemudian dari tumbuhan terpisah dalam populasi sama;
3. kemudian dari inflorescence tumbuhan sama;
4. dan akhirnya dari bagian atas dan bawah inflorescence sama.
Pada setiap kasus, diperoleh hasil bahwa kisaran tanggapan
perkecambahan adalah sangat besar dari populasi ke populasi, dari
tumbuhan ke tumbuhan, dan seterusnya. Implikasi penelitian tersebut adalah
bahwa sifat genetik, adaptif, dapat berfluktuasi sama luasnya. Di sini, sekali
lagi, suatu ekotipe dalam sifatnya sama heterogennya dengan spesies yang
mempunyai kisaran luas.
7. Genoecoclinodeme.
Gilmour memikirkan keseluruhan sistem nomenklatur yang
menghilangkan perlunya memakai term ekotipe dan memberi presisi hasil
riset autekologi dan biosistematik.
8. Aklimasi.
Suatu contoh riset ekotipe yang sangat baik sekarang yang memakai
pilihan teknik luas, termasuk biologi populasi dan ekologi fisiologi, adalah
kajian ekotipe Dryas octopetala dari Tundra Alaska (McGraw dan Antonovics
1083, McGraw 1985).
Penulis ini menggabungkan teknik tersebut seperti kajian ruang
tumbuh dalam fitotron, transplant lapangan, percobaan kompetisi, ekologi
polinasi, pengamatan demografik, manipulasi lingkungan in situ, pengukuran
fotosintesis, dan penentuan pola alokasi “photosynthate” terhadap berbagai
organ tumbuhan.
Berbagai gabungan atau campuran yang banyak tersebut
menghasilkan kesimpulan ekologis yang lebih kuat dan penting.
10. Ringkasan
Latihan
Daftar Pustaka
1. Bagon, B.,J.L., Harper and C.R. Townsend. 1986. Ecology Individual,
Population and Communities. Sinauer Assosiates.Inc. Publisher.
Shunderland Massachusetts.
2. Barbour, Burk, Pits. 1987. Terrestrial Plant Og Ecology. Tehe Benjamin
cumming Publishing Company Inc. Sand Hil, Road, Menlo Park. California.
3. Harjosuwarno, S., 1990. Dasar-Dasar Ekologi tumbuhan. Fakuktas Biologi
UGM. Yogyakarta
4. Kasim, A., 2004. Ekologi Tumbuhan
5. Miller.T.G., 1981. Living in The Environment, Third edition
6. Odum.E.P., 1983, Basic of Ecology
7. Surasana, 1988. Ekologi Tumbuhan. PAU Hayati ITB. Bandung