GENETIKA
(interaksi gen)
Di susun oleh
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Shalawat serta salam
tak lupa pula kita curahkan kepada Rasulullah SAW dan keluargaNya. Dan tidak lupa
pula penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiranNya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih memiliki banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu frekuensi gen.
2. Mengetahui apa itu hokum Hardy-Weinberg serta cirinya
3. Mengetahui seperti apakah frekuensi Alel dan frekuensi genotip didalam suatu
populasi.
4. Mengetahui factor apasajakah yang mempengaruhi frekuensi gen.
BAB II
PEMBAHASAN
Frekuensi gen adalah frekuensi kehadiran suatu gen pada suatu populasi dalam
hubungannya dengan frekuensi semua alelnya. Dalam genetika, populasi berarti
kelompok organisme yang dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang
fertil. Misalnya dalam suatu populasi terdapat gen dominan (A) dengan alel gen
resesif a. Perkawin anantara induk galur murni AA dengan aa, menghasilkan
keturunan F1 dengan genotip Aa. Pada keturunan F2 menghasilkan perbandingan
genotip atau keseimbangan frekuensi gen dalam populasi (F2) = AA (homozigot
dominan) : Aa (heterozigot) : aa (homozigot resesif) = 25% : 50% : 25% atau 1 : 2 :
1. Pada keturunan berikutnya (F3) ternyata menghasilkan perbandingan genotip
seperti keturunan F2, yaitu AA : Aa : aa = 1 : 2 : 1.
Variasi genetic dalam populasi alamiah sempat membingungkan Darwin. Hal ini
terjadi karena reproduksi sel belum dikenal. Akan tetapi, pada tahun 1908
kebingungan itu terjawab oleh G.H. Hardy seorang matematikawan Inggris dan G.
Weinberg seorang fisikawan Jerman. Hardy dan Wienberg menyatakan bahwa dalam
populasi besar dimana perkawinan terjadi secara random dan tidak adanya kekuatan
yang mengubah perbandingan alel a dalam lokus, perbandingan genotip alami selalu
konstan dari generasi ke generasi. Pernyataan tersebut dikenal dengan hokum
Perbandingan Hardy-Weinberg.
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy – Weinberg :
1. Dalam suatu populasi mahasiswa Fakultas Peternakan, terdiri dari mahasiswa dari
dalam kota 51% sedangkan mahasiswa dari luar kota (tt) 49%. Hitunglah :
a. Berapa frekuensi gen mahasiswa dari dalam kota (T) dan gen mahasiswa dari
luar kota (t) dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
Penyelesaiannya :
b. TT = (0,3)2 = 0,09 = 9%
Tt = 2Tt = 2 x 0,3 x 0,7 = 0,42 =42%
Tt = (0,7) x 2 = 0,49 = 49%
Untuk mempelajari komposisi dan variasi genetik suatu populasi, maka seorang
peneliti Genetika Populasi harus mampu menggambarkan lengkang gen populasi
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi genotip dan frekuensi
alel populasi tersebut. Jika gamet yang dihasilkan oleh suatu populasi ditetapkan
sebagai suatu campuran unit-unit genetik yang akan menimbulkan generasi
berikutnya, kita mempunyai konsep suatu lengkang gen.
f(AA) = (p x p) = p2
f(Aa) = (p x q) + (p x q) = 2pq
f(aa) = (q x q) = q2
Berdasarkan hal di atas, beberapa peneliti genetika populasi ada yang menganggap
bahwa frekuensi alel adalah frekuensi gen atau gamet, sedangkan frekuensi genotip
adalah frekuensi zigot. Penggunaan frekuensi alel memiliki kelebihan bila
dibandingkan dengan frekuensi genotip. Sebagai contoh jika suatu lokus memiliki 3
alel (A1, A2, A3), maka frekuensi genotip yang harus dihitung ada 6 yaitu genotip
A1A1, A1A2, A1A3, A2A2, A2A3, A3A3, sedangkan frekuensi alel yang harus
dihitung hanya 3, yaitu frekuensi A1, A2, dan A3.
1. Seleksi
Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsi gen. Jika
gen mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit
menurun, sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi bervariasi dari suatu
kejadian mutasi ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif rendah ( kira – kira satu
dalam satu juta pengandaan ge) sebagai gambaran, diambil contoh frekuensi gen
merah pada sapi angus, yaitu antara 0.05-0.08. jika terjadi kawin acak maka akan
dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari setiap 10.000 kelahiran. Anak sapi yang berwarna
merah dan juga tetua yang heterozigot akan dikeluarkan dari peternakan. Secara
teoritis frekuensi gen merah akan menurun mendekati angkan nol, namun kenyataan
frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08 dari suatu generasi ke generasi berikutnya
hal itu bisa dijalaskan dengan mengunakkan teori mutasi. Diduga bahwa laju mutasi
gen hitam menjadi gen merah sama dengan laju seleksi terhadaap gen merah sehingga
tercapai suatu keseimbangan.
3. Pencampuran populasi
Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi
gen tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua
populasi yang bercampur.
Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan =
0.95 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya akan bertanduk.
Selanjutnya, jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang diamsukkan ke
peternakan utnuk memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang ada. Dari enam
pejantan dimasukkan terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor yang tidak
bertanduk heterozigot dan tiga ekor yang tidak bertanduk homozigot. Frekuensi gen
bertanduk pada kelompok pejantan = 1/6 = 0.033. dengan asumsi bahwa tidak ada
sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka frekuensi gen bertanduk pada
populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi ( 0.950 + 0.333) / 2 =
0.064
Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika suatu populais
terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya keterbatasan pilihan dalam
proses perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak yang tidak terisolasi
secara geografis maka pengaruhnya juga yang sama. Oleh sebab itu, silang dalam
merupakan suatu isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak merubah frekuensi
gen awal pada saat proses silang dalam dimulai. Jika terjadi perubahan frekuensi gen
maka perubahan itu disebabkan oleh adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel
acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu populasi yang memilik rasio jenis kelamin
yang sama dengan frekuensi gen pada suatu lokus yang sama pada kedua jenis
kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah akibat pengaruh langsung silang luar.
5. Genetic drift
Mutasi Akhirmya , gen-gen terdapat dalam berbagai bentuk sebagai alela yang
berlainan karena mereka mengalami mutasi. Sebab itu, frekuensi alela-alela pada
lokus didalam suatu populasi di pengaruhi oleh sifat dapat bermutasi dari lokus itu.
Mutasi maju (“forward mutation”) mengurangi frekuensi gen-gen tipe liar; muatsi
surut (“back mutation”) meningkatkan frekuensi gen-gen tipe liar.
Selain dari pada itu, gen-gen dapat mengalami mutasi maju menjadi banyak
bentuk yang berlainan, suatu penomena yang telah kita teliti terdahulu sebagai
alelisma jamak. Adanya banyak alela yang berlainan bagi gen yang sama dikenal
sebagai polimorfisma.Pada tahun-tahun terakhir ini, genetika molekular telah
meningkatkan pengetahuan kita mengenai polimorfisma ekstensif melalui studi
struktur molekular protein-protein (hemoglobin, misalnya) dan deretan AND.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Genetika populasi adalah cabang genetika yang membahas transmisi bahan genetik
pada ranah populasi. Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan
sebagai cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik.
Pola pewarisan sifat tertentu adakalanya tidak dapat dipelajari melalui percobaan
persilangan, tetapi harus dilakukan pengamatan langsung pada suatu populasi alam
yang disebut sebagai populasi mendelian. Populasi mendelian ialah sekelompok
individu suatu spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu
pada waktu yang sama, dan diantara mereka terjadi perkawinan (interbreeding)
sehingga masing-masing akan memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen
(gene pool).
DAFTAR PUSTAKA