Anda di halaman 1dari 39

MONOHIBRID, DIHIBRID DAN TRIHIBRID

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
GENETIKA
Yang dibina oleh:
Ibu Novida Pratiwi, S.Si, M.Sc

Oleh kelompok 5 :
1. M. Agung Laksono G.A (150351607322)
2. M. Riky Hidayatullah (150351607309)
3. Savira Mahdia (150351608353)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FEBRUARI 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Monohibrid, Dihibrid dan Trihibrid dengan
baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Genetika. Makalah
ini menjelaskan lebih mendalam mengenai persilangan monohibrid, dihibrid dan
trihibrid dengan bahasa yang lebih mudah untuk dicerna dan dipahami.
Makalah ini ditulis dari hasil data-data sekunder yang penulis peroleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan materi persilangan monohibrid, dihibrid dan
trihibrid, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan genetika.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai persilangan
monohibrid, dihibrid dan trihibrid khususnya bagi penulis.
Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Malang, 21 Februari 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1. Persilangan Monohibrid ........................................................................ 3
2.2. Persilangan Dihibrid ........................................................................... 22
2.3. Persilangan Trihibrid .......................................................................... 31
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika
dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi
hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di dalam kromosom.
Menurut W. Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu
makhluk hidup yang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus
gen. Gen terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran
antara 4 – 8 m (mikron).
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar dalam usaha
menyediakan bibit tanaman dan ternak unggul di bidang pertanian dan
peternakan. Di bidang kedokteran, genetika mempunyai lingkup yang sangat
luas, bersifat akademis dan praktis. Genetika di bidang kedokteran juga
menyangkut beberapa aspek keluarga, antara lain diagnosis kelainan genetik
pada bayi sebelum lahir, penyuluhan tentang kemungkinan resiko
mendapatkan anak dengan kelainan genetik.
Banyak sifat pada tanaman, binatang maupun manusia yang diatur
oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel
dan masing-masing orang tua ataupun parental mewariskan gen tersebut pada
keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada
keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini
mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan
mempelajari cara pewarisan gen akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu
sifat dan bagaimana sifat tetap ada dalam populasi.
Pada zaman ini, dimana teknologi telah berkembang, maka
berkembang pula ilmu tentang pewarisan sifat tersebut. Disamping itu,
dengan menggunakan teknologi masalah-masalah yang berhubungan dengan
genetika pun dapat dimanipulasi dengan cara ‘rekayasa genetika’. Ilmu
tentang genetika ataupun pewarisan sifat ini sangat penting untuk dipelajari

1
dan dimengerti. Selain dalam bidang kedokteran, ilmu pewarisan sifat atau
genetika ini pun mencakup bidang pertanian dan perternakan.
Bila semua gamet individu diketahui, maka genotip individu itu juga
akan diketahui. Suatu uji silang monohibrid menghasilkan ratio fenotipe 1:1,
menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang
dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang
faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas (Johnson, 1983: 98).
Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari
generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan
dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap
ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan
dua sifat atau lebih Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang
diatur oleh satu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-
pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu
pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal
dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut
hereditas (Crowder, 1990).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip dan terjadinya persilangan monohibrid?
2. Bagaimana prinsip dan terjadinya persilangan dihibrid?
3. Bagaimana prinsip dan terjadinya persilangan trihibrid?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan terjadinya persilangan monohibrid.
2. Mengetahui prinsip dan terjadinya persilangan dihibrid.
3. Mengetahui prinsip dan terjadinya persilangan trihibrid.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Persilangan Monohibrid


Persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)
Simbol Keterangan
Hibrid Hasil persilangan dari dua individu dengan sifat beda.
Dominan Sifat yang menang, sifat ini menggunakan simbol huruf
besar misalnya HH (halus), KK (kuning).
Resesif Sifat yang kalah, diberi simbol huruf kecil misalnya hh
(kasar), kk (hijau).
Intermediet Sifat di antara dominan dan resesif misalnya merah
adalah dominan (simbol M), sedangkan putih resesif
(simbol m) maka merah muda adalah intermediet (simbol
Mm).
Genotipe Merupakan sifat yang ditentukan oleh gen. Misalnya
MM, Mm
Fenotipe Sifat yang muncul dari luar karena adanya akibat dari
hubungan antara faktor genotipe dan lingkungannya.
Homozygot Merupakan bentuk dari gen yang sama pada pasangan
kromosom homolog, misalnya gen K mempunyai alel k
sehingga gen dan alel ditulis KK dan kk.
Heterozygot Kebalikan dari homozigot yaitu individu yang
mempunyai pasangan gen dan alel yang tidak sama.
Misalnya, kulit halus dominan simbol H dan kulit kasar
simbol h resesif. Maka Hh adalah heterozigot
Alel Bentuk alternatif suatu gen yang menempati lokus yang
sama dengan pasangan kromosom homolog misalnya gen
B memiliki alel b sehingga gen dan alel dapat ditulis BB
atau Bb

3
Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut
persilangan monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak
penuh (kodominan). Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk
keturunan pertama (F1) yang berbeda. Persilangan monohibrid akan
menghasilkan individu F1 yang seragam, apabila salah satu induk mempunyai
sifat dominan penuh dan induk yang lain bersifat resesif. Apabila dilanjutkan
dengan menyilangkan individu sesama F1, akan menghasilkan keturunan
(individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua macam fenotipe.
Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak
penuh (intermediet), maka persilangan individu sesama F1 akan
menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh
persilangan monohibrid dominan penuh terjadi pada persilangan antara
kacang ercis berbunga merah dengan kacang ercis berbunga putih. Mendel
menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang ercis
berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu
macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah). Pada
waktu F2, dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM:
50% Mm : 25% Mm atau 1 : 2 : 1 dan dua macam fenotipe dengan
perbandingan 75% berbunga merah : 25% berbunga putih atau merah : putih
= 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang berfenotipe merah dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe heterozigot (Mm) dan 1/3
homozigot dominan (MM). Persilangan antara kacang ercis berbunga merah
dominan dengan kacang ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan
sebagai berikut:

4
Selain hasil percobaan di atas, Mendel juga menemukan persilangan
monohibrid yang sifatnya intermediet, yaitu sifat perpaduan antara gen
dominan dengan gen resesif yang memunculkan fenotipe baru. Contoh
persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dengan
tanaman bunga pukul empat berbunga putih. Mendel menyilangkan tanaman
bunga pukul empat berbunga merah (MM) dengan putih (mm) menghasilkan
individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam
fenotipe (berbunga merah muda). Pada individu F2 dihasilkan tiga macam
genotipe dengan perbandingan 25% MM : 50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1
dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25% berbunga merah : 50%
berbunga merah muda : 25% berbunga putih atau merah :

5
merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah
dan putih selalu homozigot, yaitu MM dan mm. Persilangan antara tanaman
bunga pukul empat berbunga merah dominan dengan bunga pukul empat
berbunga putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut:

Jika kita perhatikan kedua contoh persilangan di atas, pada saat


pembentukan gamet terjadi pemisahan gen-gen yang sealel, sehingga setiap
gamet hanya menerima sebuah gen saja. Misalnya pada tanaman yang
bergenotipe Mm, pada saat pembentukan gamet, gen M memisahkan diri
dengan gen m, sehingga gamet yang terbentuk memiliki gen M atau gen m
saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I (Hukum Pemisahan Gen
yang Sealel) yang menyatakan bahwa “Selama meiosis, terjadi pemisahan
pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari
alelnya.”

6
Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum
Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi,
“Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan. Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohibrid
selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum
diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom
dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetik itu. Mendel
menyebut bahan genetik itu hanya faktor penentu (determinan) atau disingkat
dengan faktor.

Gb 1. Percobaan Mendel
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki
genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada
kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-
masing pergi ke satu gamet (Yasin, 2005).
a. Percobaan Mendel pada perkawinan
Monohibrida
Tokoh peletak prinsip dasar genetika adalah
Gregor Johan Mendell seorang biarawan dan
penyelidik tanaman berkebangsaan Austria. Pada
tahun 1866 Mendell melaporkan hasil

7
penyelidikannya selama bertahun-tahun atas kacang ercis/kapri (Pisum
sativum). Ia memilih menggunakan tanaman ini karena terdapat berbagai
sifat yang menguntungkan, yaitu :
1. Tanaman kapri dapat mengadakan penyerbukan sendiri dan dapat
disilangkan
2. Memiliki beberapa bagian yang dapat memperlihatkan sifat yang
kontras, yaitu :
a. Ukuran tanaman (tinggi lawan rendah)
b. Batang tanaman (bunga sepanjang batang lawan bunga di
ujung batang)
c. Buah polong : penuh lawan berlekuk, kuning lawan hijau
d. Biji : bulat lawan berlekuk, kuning lawan hijau, kulit biji
putih (berasal dari bunga putih) lawan kulit biji abu-abu
(berasal dari bunga ungu)
Jadi keseluruhan ada 7 sifat kontras yang sangat menguntungkan
Mendel. Semua sifat yang disebutkan adalah dominan (mengalahkan)
terhadap sifat resesif (dikalahkan). Pada percobaan monohibrid untuk
tujuh sifat yang diamati pada tanaman kapri, Mendel memperoleh hasil
seperti yang disajikan pada Tabel dibawah. Keuntungan dari penggunaan
ercis adalah waktu generasinya yang pendek dan jumlah keturunan yang
banyak dari setiap perkawinan. Selain itu, Mendel juga dapat mengontrol
perkawinan antar tanaman dengan ketat. Organ-organ reproduksi tanaman
ercis terletak pada bunganya, dan setiap bunga ercis memiliki organ
penghasil polen (stamen atau benang sari) sekaligus organ pengandung sel
telur (karpel atau putik) (Campbell, dkk., 2010).
Pada seluruh tanaman F1, hanya ciri sifat dari salah satu tetuanya
yang muncul, sedangkan ciri sifat dari tetua yang lain tidak muncul. Sifat
yang muncul pada F1, misalnya biji bundar disebut sifat dominan.
Sedangkan, sifat yang tidak muncul, misalnya biji keriput disebut sifat
resesif. Pada generasi F2, ciri-ciri yang dipunyai kedua tetua muncul
kembali, misalnya biji bundar dan biji keriput. Dari percobaan Mendel

8
untuk seluruh sifat yang diamati pada F2, terdapat perbandingan yang
mendekati 3 : 1, antara ciri dominan dan resesif.
Data Persilangan dan F1 Percobaan Mendel
Sifat Persilangan Tanaman F1
Bentuk biji bundar >< keriput 100 % bundar
Warna albumen kuning >< hijau 100 % kuning
Warna bunga merah-ungu >< putih 100 % merah-ungu
Bentuk polong gembung >< berkerut 100 % gembung
Warna polong hijau >< kuning 100 % hijau
Kedudukan bunga aksial >< terminal 100 % aksial
Tinggi tanaman tinggi >< pendek 100 % tinggi
Data F2 Percobaan Mendel
Sifat Dominan Resesif Perbandingan
Bentuk biji 5474 bundar 1850 keriput 2.96 : 1
Warna albumen 6022 kuning 2001 hijau 3.01 : 1
Warna bunga 705 merah-ungu 224 putih 3.15 : 1
Bentuk polong 882 gembung 299 berkerut 2.95 : 1
Warna polong 428 hijau 152 kuning 2.85 : 1
Kedudukan 451 aksial 207 terminal 3.14 : 1
bunga
Tinggi tanaman 787 tinggi 277 pendek 2.84 : 1

Dari percobaan tersebut maka Mendel menyimpulkan bahwa :


1. Hibrid (ialah persilangan dua individu dengan tanda beda)
memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setipa hibrid
mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dari species
yang sama.
2. Karakter (sifat) dari keturunan suatu hibrid selalu timbul kembali
secara teratur dan inilah yang memberi petunjuk kepada Mendel
bahwa tentu ada faktor-faktor tertentu yang mengambil peranan
dalam pemindahan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya.

9
3. Mendel merasa bahwa apabila “faktor-faktor keturunan” itu
mengikuti distribusi yang logis, maka suatu hukum atau pola akan
dapat diketahui dengan cara mengadakan banyak persilangan dan
menghitung bentuk-bentuk yang berbeda seperti yang tampak pada
keturunan.
Untuk lebih memahami hukum Mendel I, mari cermati percobaan
monohibrid berikut ini.

Gb 2. Percobaan Monohibdrida pada tanaman Ercis biji bulat dengan Biji


keriput
Disini tampak bahwa bila terdapat dominansi sepenuhnya, maka
persilangan monohibrid menghasilkan 4 kombinasi dalam keturunan
dengan perbandingan fenotip 3 : 1. Juga dapat diketahui bahwa suatu
individu dapat memiliki fenotip sama (contohnya tanaman berbiji bulat)
tetapi memiliki genotip yang berlainan (contohnya BB dan Bb). Mendel
berpendapat bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet (serbuk sari
dan sel telur) maka gen – gen yang menentukan suatu sifat mengadakan
segregasi (memisah), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen
saja. Hal ini dikenal sebagai Hukum Segregasi atau Hukum Mendel I.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

10
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter. Ini adalah konsep mengenai alel.
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantanan satu
dari tetua betina.
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan
akan terekspresikan. Alel resesif yang tidak terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk (Mega, 2008).

b. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh


Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurunkan sifat
dominan apabila sifat keturunannya sama dengan salah satu sifat
induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman
kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang
pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan
penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi
dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat
dilihat dalam bagan berikut :

Gb 3. Persilangan Monohibrid dominan penuh

11
c. Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan monohibrid intermediet adalah persilangan antara dua
individu sejenis yang memperhatikan satu sifat beda dengan gen-gen
intermediet. Jika tumbuhan berbunga merah disilangkan dengan tumbuhan
sejenis berbunga putih menghasilkan F, tumbuhan berbunga merah muda,
dikatakan bahwa bunga merah bersifat intermediet. Dengan cara
persilangan seperti pada persilangan monohibrid dominan di atas. dapat
diketahui bahwa rasio genotipe dan fenotipe F, pada persilangan
monohobrid intermediet sama, yaitu 1 : 2 : l.
Tanaman kapri yang digunakan dalam percobaan Mendel
merupakan varietas galur murni (true-breeding) yang artinya apabila
tanaman itu menyerbuk sendiri, semua keturunannya akan mempunyai
varietas yang sama. Induk galur murni disebut dengan parental (sering
disingkat dengan P) dan keturunannya disebut dengan generasi F1 (dari
kata filial keturunan pertama). Persilangan sendiri dari F1 menghasilkan
generasi F2 (filial kedua). Analisis kuantitatif Mendel pada tanaman F2
inilah yang terutama mengungkapkan dua prinsip dasar hereditas yang
sekarang dikenal sebagai hukum segregasi dan hukum pemilahan bebas.
Contoh persilangan monohibrid Intermediet dapat dilihat dalam tabel
persilangan berikut.

12
Gb 4. persilangan monohybrid Intermediet
d. Kotak Punnet (Punnet Square)
Sebagian besar orang yang tidak memiliki latar belakang tentang
ilmu biologi, mungkin masih cukup asing dengan Punnet Square. Ini
adalah diagram atau tabulasi yg digunakan sebagai alat untuk memprediksi
kemungkinan-kemungkinan gen anakan yang bakal dibawa/muncul dalam
perkawinan/persilangan dua makhluk hidup, termasuk tanaman.
Punnet Square diciptakan oleh Reginald C. Punnett, dan umum
digunakan oleh para ahli biologi untuk mencari tahu semua kemungkinan
yang bisa muncul dari sebuah persilangan/perkawinan. Syaratnya, kedua
orang tua (jantan dan betina) harus diketahui secara persis atau
teridentifikasi dengan benar genetika warna bawaan dan pola/corak/bentuk
bawaan.
Punnet Square umumya diterapkan untuk perkawinan/persilangan
monohibrid (satu alel) dan dihibrid/multihibrid (dua atau lebih alel, atau
persilangan gen heterozigot). Khusus untuk dihibrid, Punnet Square hanya
efektif jika masing-masing gen independen (lihat contoh di bawah).
Untuk menerapkan Punnet Square, terlebih kita terlebih dulu harus
memahami konsep dasar mengenai karakter gen resesif dan dominan. Gen

13
yang bersifat resesif diberi kode dengan huruf kecil, sementara gen
berkarakter dominan dikodekan dengan huruf besar. Cara menggunakan
kotak punnet (Punnet square) pada monohinrid sebagai berikut :
1) Buatlah sebuah kisi-kisi berukuran 2x2. Segiempat Punnet yang
paling dasar cukup mudah dibuat. Mulailah dengan menggambar
segiempat sama sisi, lalu bagi-bagilah bagian dalamnya menjadi empat
kisi yang sama besar. Setelah selesai, mestinya ada dua kisi di setiap
kolom dan dua kisi di setiap baris.

2) Gunakan huruf untuk mewakili alel orangtua atau sumber di


setiap baris dan kolom. Pada segiempat Punnet, kolom ditetapkan
untuk ibu, dan baris untuk ayah, atau sebaliknya. Tulislah huruf di sisi
setiap baris dan kolom yang mewakili masing-masing alel ayah dan
ibu. Gunakan huruf kapital untuk alel dominan dan huruf kecil untuk
alel resesif. Ini akan jauh lebih mudah dipahami dengan contoh.
Misalnya, katakanlah Anda ingin menentukan peluang bahwa anak
dari pasangan tertentu akan mampu menggulung lidah. Kita wakili ini
dengan huruf "R" dan "r" — huruf kapital untuk mewakili gen
dominan dan huruf kecil untuk resesif. Jika kedua orangtua heterozigot
(memiliki satu salinan dari masing-masing alel), kita akan menulis satu
"R" dan satu "r" sepanjang bagian atas kisi-kisi kotak dan satu "R" dan
satu "r" sepanjang bagian kiri kisi-kisi.

14
3) Tulis huruf untuk setiap kisi yang ada di baris dan kolom. Setelah
mengisi alel yang diberikan dari masing-masing orangtua, mengisi
segiempat Punnet jadi mudah. Di setiap kisi, tulis dua huruf kombinasi
gen dari alel ayah dan ibu. Dengan kata lain, ambil huruf dari kisi-kisi
di kolom dan baris, lalu tulis keduanya di kotak kosong yang
menghubungkan. Dalam contoh ini, isilah kisi-kisi segiempat Punnet
kita sebagai berikut:
1. Kotak di kiri atas: “RR”
2. Kotak di kanan atas: “Rr”
3. Kotak di kiri bawah: “Rr”
4. Kotak di kanan bawah: “rr”
Perhatikan bahwa biasanya alel dominan (huruf kapital) ditulis
lebih dulu

4) Tetapkan genotip masing-masing keturunan potensial. Setiap kotak


yang terisi dalam segiempat Punnet mewakili keturunan yang mungkin
dimiliki orangtuanya. Setiap kotak (dan karenanya setiap keturunan)
berkemungkinan setara — dengan kata lain, dalam sebuah kisi-kisi
berukuran 2x2, ada 1/4 kemungkinan untuk setiap empat kemungkinan

15
yang ada. Perbedaan kombinasi alel yang terwakili dalam segiempat
Punnet disebut "genotip". Meski genotip mewakili perbedaan genetik,
keturunannya tidak harus selalu berbeda untuk setiap kisi (lihat
tahapan di bawah ini). Dalam segiempat Punnet contoh kita, genotip
yang memungkinkan bagi keturunan dari kedua orangtua ini adalah:
1. “Dua alel dominan” (dua huruf R)
2. “Satu alel dominan dan satu resesif” (R dan r)
3. “Satu alel dominan dan satu resesif” (R dan r) — perhatikan
bahwa ada dua kisi dengan genotip ini.
4. “Dua alel resesif” (dua r)

5) Tetapkan fenotip masing-masing keturunan potensial. Fenotip


dalam organisme adalah ciri fisik aktual yang ditunjukkan berdasarkan
genotipnya. Beberapa contoh fenotip misalnya warna mata, warna
rambut, dan adanya sel penyakit darah — semua ini merupakan ciri
fisik yang "ditentukan" oleh gen, namun bukan merupakan kombinasi
gen aktual it sendiri. Fenotip yang akan dimiliki keturunan potensial
ditentukan oleh karakteristik gen. Gen yang berbeda akan memiliki
aturan yang berbeda pula dalam hal manifestasinya sebagai fenotip.
Dalam contoh kita, katakanlah bahwa gen yang memungkinkan
seseorang menggulung lidah adalah gen dominan. Ini berarti setiap
keturunan akan mampu menggulung lidah, bahkan bila hanya satu alel
yang dominan. Dalam hal ini, fenotip keturunan potensial adalah:
1. Kiri atas: “Mampu menggulung lidah (dua R)”
2. Kanan atas: “Mampu menggulung lidah (satu R)”

16
3. Kiri bawah: “Mampu menggulung lidah (satu R)”
4. Kanan bawah: “Tidak mampu menggulung lidah (tidak ada R)”

6) Gunakan kisi-kisi untuk menentukan probabilitas munculnya


fenotip yang berbeda. Salah satu penggunaan segiempat Punnet yang
paling umum adalah untuk menentukan seberapa besar peluang sebuah
keturunan memiliki fenotip spesifik tertentu. Karena setiap kisi
mewakili kemungkinan hasil genotip yang setara, Anda dapat
menemukan kemungkinan fenotip dengan "membagi jumlah kisi yang
berisi fenotip itu dengan total jumlah kisi yang ada." Segiempat
Punnett dalam contoh kita menyatakan bahwa ada empat kemungkinan
kombinasi gen untuk keturunan yang mana saja, dari kedua orangtua
ini. Tiga dari kombinasi ini menciptakan keturunan yang mampu
menggulung lidah. Karena itu, probabilitas untuk fenotip kita adalah:
1. Keturunan mampu menggulung lidah: 3/4 = “0.75 = 75%”
2. Keturunan tidak mampu menggulung lidah: 1/4 = “0.25 = 25%”

17
e. Perkawinan Monohibrida pada Manusia dan Hewan
1. Perkawinan Monohibrida pada Manusia
Pada permulaan kehidupan yang sebenarnya, pola
pertumbuhan seseorang yang diwarisi dari orang tuanya sudah
ditentukan, sekali untuk selamanya. Kedua orang tua masing-masing
telah memberikan kepada anaknya sejumlah 23 kromosom yang
berbentuk seperti benang di dalam sel masing-masing. Benang-benang
renik ini membawa beribu-ribu gen penentu bentuk keturunan
seseorang. Ada gen untuk bentuk hidung, untuk ukuran kaki, untuk
warna rambut, dan sifat-sifat lain yang tak terhitung jumlahnya,
termasuk beberapa jenis penyakit atau gangguan pada tubuh, yang
ternyata dapat diwariskan.
Pada manusia lebih banyak diketahui sifat herediter (turun
menurun) misalnya albino (bule), jari lebih (Polydactyli), kencing
manis, Thallasemia, mata biru, dan rambut ikat.
a) Jari lebih (Polydactyli)
Polydactyli dibawa oleh gen dominan P. contoh ibu normal (pp)
dan ayah Polydactyli (Pp) heterozigot, bagaimanakah
keturunannya?
P : Pp >< pp
Gamet : P dan p p
F1:

Keterangan:
Polydactyli (Pp) 50%, Normal (pp) 50%, Perbandingan 1 : 1
b) Kencing manis (Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus, suatu penyakit yang mengganggu metabolisme
pada tubuh manusia yang disebabkan oleh pankreas kurang
menghasilkan insulin, sehingga kadar gula dalam darah tinggi.

18
Timbulnya diabetes juga dipengaruhi oleh ekspresi gen dan
konsumsi gula yang berlebihan. Sifat diabetes dipengaruhi oleh
gen resesif d.
Contoh seorang pria normal heterozigot (Dd) dan wanita normal
heterozigot (Dd), bagaimana sifat diabetes yang diwariskan pada
keturunannya?
P : Dd >< Dd
Gamet : D dan d D dan d
F1:

Keterangan:
DD normal homozigot
Dd normal heterozigot (pembawa sifat)
Dd normal heterozigot (pembawa sifat)
dd diabetes
Oleh karena itu, keturunan F1 mempunyai peluang 25% untuk
menderita diabetes.
c) Albinisme
Albinisme merupakan peristiwa kurangnya pigmen tubuh
sehingga menyebabkan seseorang menderita albino. Seorang
albino tidak mempunyai pigmen kulit, pigmen bola mata, dan
pigmen rambut. Penderita albino mempunyai penglihatan yang
sangat sensitif terhadap cahaya. Seorang anak albino dapat lahir
dari pasangan yang keduanya normal heterozigot, atau dari
pasangan yang salah satunya albino, sedangkan yang lainnya
normal heterozigot.

19
2. Perkawinan Monohibrida pada Hewan
Persilangan monohibrid juga dapat dilakukan pada hewan.
Namun, persilangan pada hewan jauh lebih sulit karena untuk
mendapatkan keturunan dari persilangan alami membutuhkan waktu
cukup lama. Persilangan pada hewan juga menghasilkan perbandingan
fenotip tertentu. Persilangan monohibrid pada hewan contohnya
marmut. Rambut marmut ada yang berwarna hitam dan ada yang
berwarna putih. Marmut normal berambut hitam.
Hal ini disebabkan adanya gen dominan A yang menentukan
pembentukan pigmen melanin. Apabila alelnya a dalam keadaan
homozigot (aa) menyebabkan melanin tidak terbentuk sehingga

20
marmot berambut putih. Persilangan antara marmut hitam dengan
marmut putih menghasilkan keturunan F1 semua hitam.
Apabila anak-anak marmot tersebut kawin dengan sesamanya,
didapatkan keturunan-keturunan F2 dengan perbandingan fenotip dan
genotip tertentu.

Persilangan monohibrid merupakan persilangan sederhana


yang hanya melibatkan satu sifat beda pada dua individu, baik pada
hewan maupun tumbuhan. Hasil persilangan ini biasanya mempunyai
perbandingan tetap, baik pada persilangan dominan penuh maupun
intermediat.

21
2.2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen
yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah
sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan
rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan
persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet
sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Johnson,
1983). Sedangkan menurut Corebima (1997), hibrid adalah turunan dari
suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Arti hibrid
semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan
menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada
jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu.
Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri.
Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap
biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel
juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau
(g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji
kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1.
Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe
yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett
(Crowder, 1999).
Menurut Goodenough (1984), Mendel memperoleh hasil yang tetap
sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan
dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk
kromosom homolog. Pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda
mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap
bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada
kromosom nonhomolog, dengan kata lain, gen-gen yang tidak terpaut
mengalami pemilihan bebas secara meiosis Pengamatan ini menghasilkan
formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang
menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda
dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul

22
lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian
disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda.
Persilangan dihibrid dibentuk empat gamet yang secara genetik
berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak
dari kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila
dua dihibrid disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi
yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x
4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-10 gamet yang dimungkinkan.
Rasio fenotip klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotip dihibrid adalah
9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan
hubungan dominan dan resesif.
Saat melakukan persilangan, maka gen dan alel akan berpasangan
secara bebas dengan pasangan persilangannya. Hal tersebut merupakan
hukum baku yang sudah ditetapkan. Hukum tersebut adalah hukum
berpasangan secara bebas atau dikenal sebagai Hukum kedua Mendel.
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua
pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas.
Tidak tergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan
gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi.
Hukum Mendel II merupakan pengelompokkan gen secara bebas.
Dalam bahasa inggris disebut dengan “Independent Assortment of
ganes”.Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet sealel secara bebas
pergi ke masing-masing kutup ketika meiosis.Pembuktian hukum ini dipakai
pada Dihibrid.Berlakunya Hukum Mendel II ketika terjadinya meiosis pada
gametogonium individu yang memiliki genotip double-heterozigot, triple-
heterozigot, atau poli-heterozigot dan seterusnya sesuai dengan jenis
hibridanya.Sesuai anaphase I saat pemisahan dan pengelompokkan gen-gen
secara bebas, ke kutub atas atau ke kutub bawah (Yatim, 2003).
Hukum Mendel II dikenal sebagai hukum asortasi. Karena selama
proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling
berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap kromosom terkandung di dalam

23
satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi
bebas.
Setiap individu yang berkembang biak secara seksual terbentuk dari
peleburan 2 gamet berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis Mendel
setiap sifat atau karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Dalam peristiwa
meiosis, gen sealel akan terpisah masing-masing membentuk gamet. Baik
pada bunga jantan maupun bunga betina terjadi 2 macam gamet. Waktu
terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet
yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat 4 macam
peleburan atau perkawinan.
Contoh persilangan dihibrid adalah berdasarkan hasil percobaan
Mendel dengan menggunakan tanaman ercis. Pada bijinya terdapat 2 sifat
beda, yaitu pada bentuk biji dan warna biji. Kedua sifat beda ini ditentukan
oleh gen-gen yang berbeda, yaitu sebagai berikut.
B : gen untuk biji bulat
b : gen untuk biji keriput
K : gen untuk biji kuning
k : gen untuk biji hijau
Jadi biji bulat dan warna kuning merupakan sifat dominan.
Jika tanaman ercis berbiji bualat warna kuning homozigot (BBKK)
disilangkan dengan tanaman ercis berbiji keriput warna hijau (bbkk), maka
semua tanaman F1 berbiji bulat warna kuning. Dengan diagrampersilanagn
sebagai berikut.
P : ♀ BBKK x ♂ bbkk
Biji bulat – kuning Biji keriput – hijau
G : BK bk
F1 : BbKk
Biji buat – kuning
Apabila tanaman-tanaman F1 tersebut dibiarkan menyerbuk sendiri,
maka tanaman ini akan membentuk 4 macam gamet baik jantan maupun
betina, masing-masing dengan kombinasi BK,Bk,bK dan bk. Akibatnya
dalam F2 terdiri dari 4 fenotip, yaitu tanaman berbiji bulat-kuning (9/16

24
bagian), berbiji bulat-hijau (3/16 bagian), berbiji keriput-kuning (3/16 bagian)
dan berbiji keriput-hujau (1/16 bagian). Dengan diagrampersilangan sebagai
berikut. (Suryo, 2004)
P2 : ♀ BbKk x ♂ BbKk
Biji bulat-kuning Biji bulat-kuning
G : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
F2 :

♀ ♂ BK Bk Bk bk
BK BBKK BBKk BbKK BbKk
Bk BBKk BBKk BbKk Bbkk
bK BbKK BbKk bbKK bbKk
bk BbKk Bbkk bbKk bbkk
Maka diperoleh perbandingan rasio genotip sebagai berikut.
BBKK : BBKk : BBkk :BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1
Dan Perbandingan rasio fenotip sebagai berikut.
Bulat – kuning : Bulat – hijau : Keriput – kuning : Keriput – hijau
9 : 3 : 3 : 1
BBKK BBkk bbKK bbkk
BBKk Bbkk bbKk
BbKK
BbKk
a. Semidominansi dalam dihibrid
Peristiwa semidominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak
menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada
individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermediet). Berikut ini
contoh semidominansi dalam dihibrid.
Tanaman bunga pukul empat yang berdaun lebar (genotip LL) da
nada ung berdaun sempit (genotip ll), sedangkan yang berdaun sedang
bersifat heterozigot (genotip Ll). Bunganya ada yang berwarna merah
(genotip MM), ada yang putih (genotip mm) da nada yang merah jambu

25
(genotip Mm). Berikut ini diagram persilangan dari semidominansi dalam
dihibrid.
P : ♀ LLMM x ♂ llmm
Lebar – merah sempit – putih
G : LM lm
F1 : LlMm (sedang-merah jambu)

P2 : ♀ LlMm x ♂ LlMm
Sedang – merah jambu sedang – merah jambu
G : LM, Lm, lM, lm LM, Lm, lM, lm
F2 :

♀ ♂ LM Lm lM lm
LM LLMM LLMm LlMM LlMm
Lm LLMm LLmm LlMm Llmm
lM LlMM LlMm llMM llMm
lm LlMm Llmm llMm llmm

Perbandingan
Fenotip Genotip
Genotip Fenotip
Lebar – merah LLMM 1 1
Lebar – merah jambu LLMm 2 2
Lebar – putih LLmm 1 1
Sedang – merah LlMM 2 2
Sedang – merah jambu LlMm 4 4
Sedang – putih Llmm 2 2
Sempit – merah llMM 1 1
Sempit – merah jambu llMm 2 2
Sempit – putih llmm 1 1
Jadi dapat diketahui bahwa pada persilangan semidominansi
dihibrid diperoleh rasio perbandingan genotip sama dengan rasio
perbandingan fenotip.

26
b. Ujisilang (testcross) pada dihibrid
Testcross adalah menyilang atau mengawinkan suatu individu yang
tidak diketahui genotipnya dengan individu yang diketahui genotipnya
homozigot resesif. Bertujuan untuk mengetahui sifat genetis suatu
karakter (genotip) suatu individu yang belum diketahui genotipnya.
Testcross (uji silang) : juga dapat digunakan untuk mengetahui
peristiwa terjadinya pautan atau pindah silang, dan menentukan jarak antar
gen dalam satu kromosom. Contoh peristiwa ujisilang adalah sebagai
berikut.
Jika tanaman berbiji bulat - kuning homozigot (BBKK) disilangkan
dengan tanaman berbiji keriput – kuning (bbkk), maka tanaman F1 yang
dihasilkan merupakan dihibrid berbiji bulat – kuning (BbKk). Pada waktu
dilakukan ujisilang pada tanaman dihibrid ini didapatkan keturunan
dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 1, dengan diagram persilangan sebagai
berikut.
P : ♀ BBKK x ♂ bbkk
Bulat – kuning keriput - hijau
G : BK bk
F1 : BbKk
Bulat – kuning

P2 : ♀ BbKk x ♂ bbkk
Bulat – kuning keriput – hijau
G : BK, Bk, bK, bk bk
F2 : BbKk = bulat – kuning (25%)
Bbkk = bulat – hijau (25%)
bbKk = keriput – kuning (25%)
bbkk = keriput – hijau (25%)
c. Perkawinan dihibrid pada hewan
Persilangan dihibrid juga dapat dilakukan pada hewan. Berikut ini
akan ditunjukkan persilangan dihibrid pada hewan. Persilangan dihibrid
contohnya pada marmut. Marmut rambut hitam (ditentukan oleh gen H)

27
dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar
(ditentukan oleh gen K) dominan terhadap rambut halus (ditentukan gen
k). Persilangan marmut rambut hitam kasar dengan marmut rambut putih
halus menghasilkan F1 semua berambut hitam kasar. Selanjutnya, F1
dibiarkan mengadakan perkawinan secara bebas. Perkawinan tersebut
menghasilkan F2 marmut berambut hitam kasar, hitam halus, putih kasar,
dan putih halus dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Berikut ini diagram
persilangan dihibrid pada hewan.
P : ♀ HHKK x ♂ hhkk
Hitam – kasar putih – halus
G : HK hk
F1 : HhKk
Hitam – kasar

P2 : ♀ HhKk x ♂ HhKk
Hitam – kasar Hitam – kasar
G : HK, Hk, hK, hk HK, Hk, hK, hk
F2 :

♀ ♂ HK Hk hK hk
HK HHKK HHKk HhKK HhKk
Hk HHKk Hhkk HhKk Hhkk
hK HhKK HhKk hhKK hhKk
hk HHKk Hhkk hhKk hhkk
Maka diperoleh perbandingan rasio genotip sebagai berikut.
HHKK : HHKk : HHkk : HhKK : HhKk : Hhkk : hhKK : hhKk : hhkk
1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1

28
Dan Perbandingan rasio fenotip sebagai berikut.
Hitam – Kasar : Hitam – Halus : Putih – Kasar : Putih – Halus
9 : 3 : 3 : 1
HHKK HHkk hhKK hhkk
HHKk Hhkk hhKk
HbKK
HhKk
d. Perkawinan dihibrid pada manusia
Perkawinan dihibrid juga dapat dilakukan pada manusia. Berikut
ini akan ditunjukkan perkawinan dihibrid pada manusia. Perkawinan
dihibrid contohnya manusia dengan sifat normal ditentukan oleh gen K
dominan terhadap kidal (ditentukan oleh gen k). Rambut keriting
(ditentukan oleh gen R) dominan terhadap rambut lurus (ditentukan gen r).
Perkawinan orang normal berambut keriting (KKRR) dengan orang kidal
berambut lurus (kkrr) menghasilkan F1 semua orang normal dan berambut
keriting. Selanjutnya, F1 dibiarkan mengadakan perkawinan secara bebas.
Dengan diagram sebagai berikut.
P : ♀ KKRR x ♂ kkrr
Normal - keriting kidal - lurus
G : KR kr
F1 : KkRr
Lurus - keriting

P2 : ♀ KkRr x ♂ KkRr
Lurus - keriting Lurus - keriting
G : KR, Kr, kR, kr KR, Kr, kR, kr
F2 :

♀ ♂ KR Kr kR kr
KR KKRR KKRr KkRR KkRr
Kr KKRr KKrr KkRr Kkrr
kR KkRR KkRr kkRR kkRr
kr KkRr Kkrr kkRr kkrr

29
Maka diperoleh perbandingan rasio genotip sebagai berikut.
KKRR : KKRr : KKrr : KkRR : KkRr : Kkrr : kkRR : kkRr : kkrr
1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1
Dan Perbandingan rasio fenotip sebagai berikut.
Normal – keriting : Normal – lurus : Kidal – keriting : Kidal – lurus
9 : 3 : 3 : 1
KKRR KKrr kkRR kkrr
KKRr Kkrr kkRr
KkRR
KkRr

30
2.3. Persilangan Trihibrid
Persilangan trihibrid adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat
beda atau lebih yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip
dan genotip tertentu. Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan
kacang ercis dengan tiga sifat beda, ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji
warna kuning dengan kacang ercis berbatang pendek, biji keriput, dan biji
warna hijau. Masing-masing sifat dominan ditentukan oleh pasangan gen
sebagai berikut:
T = gen untuk batang tinggi
b = gen untuk batang pendek
B = gen untuk biji bulat
b = gen untuk biji kisut
K = gen untuk warna kuning
k = gen untuk warna hijau
Jika serbuk sari yang berasal dari tanaman berbatang tinggi berbiji
bulat-kuning diberikan kepada putik dari tanamanhomozigot berbatang
pendek berbiji kisut-hijau. Maka tanaman F1 berupa suatu trihibrid yang
berbatang tinggi berbiji bulat-kuning, dapat dilihat sebagai berikut:

P : ♂ MMKKBB x ♀ mmkkbb
Tinggi, bulat, kuning Pendek, kisut, hijau
Gamet ♂ MKB ♀ mkb
F2 : MmKkBb
Tinggi, bulat, kuning
Sesuai dengan rumus maka tanaman trihibrid ini akan membentuk
gamet yaitu 2n = 23 = 8 macam gamet, yaitu:
Gamet ♂ = MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb.
Gamet ♀ = MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb.
Apabila tanaman F1 itu mengadakan penyerbukan sendiri, maka
menurut rumusnya akan menghasilkan F2 yang terdiri dari (2n)2 = (23)2 = 64
kombinasi. Perincianya adalah sebagai berikut:

31
1. MMKKBB, MMKKBb, MMKkBB, MmKKBB, MmKkBB, MmKKBb,
MmKkBb = 27 kombinasi, 3 gen dominan
2. MMKKbb, MMKkbb, MmKKbb, MmkkBb, MMkkBB = 9 kombinasi, 2
gen dominan
3. MMkkBb, MmKkbb, MmkkBb, MmKKbb, MmkkBB = 9 kombinasi, 2
gen dominan
4. mmKKBB, mmKKBb, mmKkBB, mmKkBb = 9 kombinasi, 2 gen
dominan
5. MMkkbb, Mmkkbb, Mmkkbb = 1 gen dominan, 3 kombinasi
6. mmKKbb, mmKkbb = 1 gen dominan, 3 kombinasi
7. mmkkBB, mmkkBb = 1 gen dominan, 3 kombinasi
8. mmkkbb = 0 gen dominan, 1 kombinasi

32

MKB MKb MkB mKB Mkb mKb mkB mkb

MKB MMKKBB MMKKBb MMKkBB MmKKBB MMKkBb MmKKBb MmKkBB MmKkBb


MKb MMKKBb MMKKbb MMkkBb MmKKBb MMKkbb MmKKbb MmKkBb MmKkbb
MkB MMKkBB MMKkBb MMkkBB MmKkBB MMkkBb MmKkBb MmkkBB MmkkBb
mKB MmKKBB MmKKBb MmKkBB mmKKBB MmKkBb mmKKBb mmKkBB mmKkBb
Mkb MMKkBb MMKkbb MMkkBb MmKkBb MMkkbb MmKkbb MmkkBb Mmkkbb
mKb MmKKBb MmKKbb MmKkBb mmKKBb MmKkbb mmKKbb mmKkBb mmKkbb
mkB MmKkBB MmKkBb MmkkBB mmKkBB MmkkBb mmKkBb mmkkBB mmkkBb
mkb MmKkBb MmKkbb MmkkBb mmKkBb Mmkkbb mmKkbb mmkkBb mmkkbb

A. Alel kodominan
Alel kodominan adalah dua alel suatu gen yang dalam keadaan heterezigot tidak menghasilkan sifat itermediat. Dengan kata
lain, sifat dari induk dominan tidak saling mendominasi sempurna sehingga sifat dari kedua induk akan muncul pada fenotipe sang
anak.
Contoh pada sapi luar negeri Shorthorn dikenal 3 warna yaitumerah, coklat, dan putih. Cara memberi tanda untuk alel
kodominan berbeda dari biasanya,ialah sebagai berikut:
Sapi merah memiliki genotip CRCR

33
Sapi coklat memiliki genotip CRCW
Sapi putih memiliki genotip CWCW
Warna coklat bukanlah warna intermediat antara merah dan putih.

34
BAB III
KESIMPULAN

Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan
monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan).
Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang
berbeda. Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang
berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah
contoh dari persilangan dihibrid. Persilangan trihibrid adalah persilangan dua
individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotip dan genotip tertentu.

35
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A,Recce, J.B. 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Jakarta:


Erlangga.

Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto.

Corebima, A. D. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Universitas Airlangga-Press.

Crowder, L.V. 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti.

Dwijoseputro. 1997. Pengantar Genetika. Jakarta: Bharata.

Johnson, L.G., 1983. Biology. Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Suryo, Ir. 2004. Genetika Strata 1. Yogyakarta: UGM Press.

Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susanto, Hery Agus. 2011. Genetika. Graham Ilmu. Yogyakarta.

Yasin, Muhammad et al. 2005. Uji Kesesuaian Hukum Mendel Dalam Memilih
Benih Jagung Opaque. Jurnal Informatika Pertanian. Vol 14 No : 1.

Yatim, W. 1983. Genetika. Bandung: Tarsito.

36

Anda mungkin juga menyukai