Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KAJIAN KIMIA

“PROSES KIMIA DALAM PRODUKSI BIODIESEL SEBAGAI ENERGI


TERBARUKAN”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Atun, M.Si.

Oleh :
TRI WAHYUNI
20708251003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021

KATA PENGATAR
Dengan segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu banyak rahmat, karunia, hidayah serta inayah kepada penyusun sehingga
diberi kelancaran serta kemudahan dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Kajian Kimia yang berjudul “Proses Kimia Dalam Produksi Biodiesel Sebagai
Energi Terbarukan ”

Dengan bantuan dari berbagai pihak tentunya sangat memberikan


semangat serta dorongan bagi penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini tetap waktu, maka dari itu ucapan terima kasih tidak lupa penyusun sampaikan
kepada:

1. ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan,petunjuk dan nikmat yang


begitu berlimpah.
2. Kedua orangtua yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tiada
henti-hentinya.
Makalah ini penyusun selesaikan dengan usaha serta do’a supaya hasil
yang diperoleh maksimal. Namun tidak menutup kemungkinan dalam makalah
yang telah penyusun selesaikan terdapat banyak kekurangan, hal tersebut terjadi
karena masih kurang pemahaman dari beberapa aspek. Untuk itu kritik serta saran
yang membangun sangat penyusun butuhkan dari pembaca untuk kelancaran serta
kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 19 Maret 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Mengetahui asal-usul biodiesel.......................................................... 3
B. Mengetahui bahan baku pembuatan biodiesel.................................... 8
C. Mengetahui proses produksi biodiesel............................................... 12
D. Mengetahui dampak penggunaan biodiesel....................................... 17

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan akan energi utama bahan bakar minyak terus meningkat sejalan
dengan pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Konsumsi BBM
secara nasional terus meningkat dari tahun ke tahun. Setiap harinya konsumsi
BBM tingkat nasional rata-rata mencapai 140.000 - 180.000 kiloliter. Sering
kemajuan bidang industri dan transportasi dalam 15 tahun terakhir, permintaan
BBM terus meningkat sekitar 6 % per tahun. Meningkatnya kebutuhan akan
energi ini menyebabkan eksploitasi dan konsumsi energi dari minyak bumi
semakin tinggi semakin cadangan minyak bumi semakin menipis. Data dari
departemen ESDM menyebutkan bahwa produksi minyak di Indonesia saat ini per
tahunnya sebesar 55 juta ton, dimana produksi ini diperkirakan hanya dapat
mencukupi kebutuhan BBM di Indonesia selama 10 tahun ke depan. Salah satu
solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mencari sumber energi
terbarukan yang dapat diproduksi secara terus menerus dan berkesinambungan.
Keberadaan minyak bumi sebagai sumber utama energi kini semakin
langka karena termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Penggunaan
bahan bakar dari minyak bumi juga menuai kontroversi, karena dapat
meningkatkan kadar CO2, CO, SO, dan timbulnya hujan asam, efek rumah kaca,
dan perubahan iklim global. Krisis energi dari minyak bumi akhirnya memicu
pencarian dan pengembangan sumber bahan bakar alternatif yang dpat
diperbaharui.
Melihat kondisi tersebut pemerintah telah memberikan perhatian serius
untuk pengembangan bahan bakar nabati (disebut sebagai biofuel, yang terdiri
dari biodiesel, bioetanol dan pure plant oil) dengan menerbitkan Instruksi
Presiden nomor 1 tahun 2006 tanggal 26 Januari 20016 tentang penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternatif (Wangi, A.P.,
2013; Bismo, S, 2005; Kusumaningsih, T., dkk., 2006; Puspitojati, E., 2009).
Pengembangan biodiesel atau bahan bakar nabati sebagai sumber energi alternatif

1
sangat strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut, karena biodiesel bersifat
ramah lingkungan, lebih mudah terurai, tidak beracun, bebas kandungan belerang
(sulfur) (Paendong & Tangkuman, 2010).Beberapa tumbuhan penghasil minyak
nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel sangat beragam,
namun dalam perkembangannya kebutuhan tersebut berbenturan dengan
kebutuhan produksi dan pangan masyarakat. Oleh karenanya pemilihan bahan
baku biodiesel sangat penting untuk mencegah timbulnya distorsi kebutuhan
antara kebutuhan pangan dengan kebutuhan bioenergy. Beberapa tumbuhan
penghasil minyak nabati yang banyak tumbuh di Indonesia.
Bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel adalah bahan bakar transportasi
berbasis komoditi pertanian yang biasanya digunakan untuk bahan makanan.
Produk komersial BNN yang populer adalah bioetanol dan biodiesel. Biodiesel
merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang menjanjikan, bersifat ramah
lingkungan, tidak mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan
dengan minyak diesel. Biodiesel dapat digunakan secara murni maupun dicampur,
dan dikhususkan untuk mesin jenis diesel. Biodiesel dimanfaatkan untuk
mengurangi konsumsi solar. Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat
review yang berjudul: Biodiesel sebagai Bioenergi Alternatif dan Prospeftif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal-usul biodiesel ?
2. Apa sajakah bahan baku pembuatan biodiesel ?
3. Bagaimana proses produksi biodiesel ?
4. Bagaimana dampak penggunaan biodiesel ?

C. Tujuan
1. Mengetahui asal-usul biodiesel.
2. Mengetahui bahan baku pembuatan biodiesel.
3. Mengetahui proses produksi biodiesel.
4. Mengetahui dampak penggunaan biodiesel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal-usul biodiesel.

Energi adalah properti fisika dari suatu objek, dapat berpindah melalui
interaksi fundamental yang dapat diubah bentuknnya, tetapi tak dapat diciptakan
maupun dimusnahkan. Joule adalah satuan SI untuk energi, diambil dari jumlah
yang diberikan pada suatu SI untuk energi, di ambil dari jumlah yang diberikan
pada suatu objek (melalui kerja mekanik dengan memindahkan sejauh 1 meter
dengan gaya 1 newton). Kerja dan panas adalah dua contoh proses atau
mekanisme yang dapat memindahkan sejumlah energi (Kurniasih, 2020). Sistem
seperti mesin dan benda hidup membutuhkan energi tersedia, tidak hanya
sembarang energi. Energi mekanik dan bentuk-bentuk energi lainnya dapat
berpindah langsung ke bentuk energi panas tanpa batasan tertentu. Energi ada
disemua benda, yaitu manusia, tanaman, binatang, mesin dan elemen-elemen alam
(matahari, angin, air dan sebagainya). Berikut merupakan penjelasan dari contoh
energi.
1. Matahari mengeluarkan cahaya dan energi panas yang membuat semua
tanaman di sekitar kita tumbuh.
2. Di malam hari, lampu-lampu di rumah menggunakan tenaga listrik untuk
menghasilkan cahaya.
3. Bahan bakar minyak adalah energi yang disimpan dalam tenaga sepeda
motor, mobil, atau kapal dan membuat kita bisa bepergian dari satu tempat ke
tempat lainnya.

Sumber energi utama digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Energi konvensional

Energi konvensional adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya
tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat regenerasi. Sumber-
sumber energi ini akan berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi
lingkungan. Sumber-sumber energi konvensional biasanya terkait dengan

3
polusi sumber energi konvensional biasanya terkait dengan polusi terhadap
lingkungan menimbulkan polusi udara, air, dan tanah yang berdampak
kepada penurunan tingkat kesehatan dan standar hidup, dikarenakan tidak
ramah lingkungan. Salah satu contoh energi konvensional yang sering
digunakan adalah bahan bakar fosil. Adapun contoh bahan bakar fosil yaitu
minyak bumi, batu bara dan gas alam.

2. Energi terbarukan
Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti
matahari, angin dan air serta dapat dihasilkan lagi secara terus menerus.
Sumber akan selalu tersedia dan tidak merugikan lingkungan. Beda halnya
dengan sumber-sumber energi konvensiaonal tidak dapat tergantikan dalam
waktu singkat, itulah mengapa sumber ini juga sisebut sebagai sumber energi
yang tidak terbarukan. Bahan bakar fosil disebut sebagai sumber yang tidak
terbarukan. Bahan bakar fosil merupakan sumber daya alami yang
mengandung hidrokarbon yang berasal dari fosil tanaman dan hewan yang
berusia jutaan tahun, contohnya adalah minyak bumi, gas alam dan batu bara.
Sejak Revolusi Industri antara tahun 1760-1850, disaat ditemukannya
mesin uap dilanjutkan dengan beroperasi kereta api, mobil dan pesawat terbang,
bahan bakar fosil menjadi sumber energi utama dalam menggerakkan roda
kehidupan (Paendong & Tangkuman, 2010). Revolusi Industri untuk kali
pertamanya muncul di Inggris hingga akhirnya menyebar keseluruh dunia, adalah
perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi kehidupan corak
manusia sering disebut revolusi.
Istilah revolusi biasanya digunakan dalam melihat perubahan politik atau
sistem pemerintah. Namun, revolusi Industri di Inggris pada hakikatnya adalah
perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan
tangan (tenaga manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan
demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu
yang relatif singkat. Hal ini muncul dikarenakan peningkatan dari aspek ilmu
pengetahuan. Adanya penemuan teknologi baru mendorong munculnya berbagai
penemuan penting lainnya seperti : Abraham Darby pada tahun 1750

4
menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan besi untuk mendapatkan nilai
besi yang lebih sempurna, Alessandro Volta penemu pertama baterai pada tahun
1872 dan berbagai penemuan lainnya.
Manusia saat ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil sperti
minyak bumi, gas alam dan batu bara selain harganya murah hal ini juga
dikarenakan aplikasinya sangat dibutuhkan manusia untuk melanjutkan
kehidupan. Tanpa peran bahan bakar fosil, kegiatan manusia dalam bidang
transportasi, pertanian, peternakan, pariwisata, kuliner, serta kegiatan ekonomi
lainnya akan terhambat dan kembali ke zaman purba. Dari sejumlah kegunaan
bahan bakar fosil tersebut, ternyata penggunaan bahan bakar fosil menimbulkan
dampak negatif bagi kehidupan. Berikut akan dibahas beberapa dampak negatif
dari penggunaan bahan bakar fosil.

1. Pencemaran lingkungan

Seperti yang kita ketahui, saat bahan bakar fosil dibakar ia akan membentuk
gas karbon dioksida (biasanya dihasilkan dari kendaraan bermotor).
Banyaknnya karbondioksida yang dihasilkan dari kegiatan manusia tersebut
dapat mengakibatkan pemansan global yang menyebabkan suhu bumi naik.
Akibat naiknnya suhu bumi maka es kutub utara akan mencair yang
menyebabkan kenaikan air laut, hingga menyebabkan menurunnya lahan
tinggal dikarenakan air laut semakin banyak.

2. Hujan asam

Saat bahan bakar fosil dibakar, selain membentuk gas karbon dioksida, ia
juga akan melepaskan zat sulfur oksida. Zat tersebu meruapakan salah satu
polutan yang menyebakan terjadinya hujan asam. Damapak dari hujan asam
adalah rusaknya bangunan yang terbuat dari bata dan juga akan berpengaruh
pada tanaman karena terjadinya pengasamaan tanah.

3. Berdampak pada kesehatan manusia

Polusi dari kendaraan, pembangkit listrik batu bara dan asap dari sejumlah
pabrik dapat menyebabkan polusi lingkungan yang serius, serta berdampak

5
pada kesehatan manusuia seperti gangguan pernapasan (ISPA) hingga kanker
paru-paru.

4. Bahan bakar fosil akan menipis

Jika manusia terlaau bergantung pada bahan bkaar fosil dalam segala aspek
kehiduapan, maka bahan bakar fosil akan menipis bahkan habis dalam 30-40
tahun ke depan. Butuh jutaan tahuan lagi untuk dapat meenganti mainyak
bumi, gas, dan batu bara yang telah dipakai selama ini. Dari uraian tersebut,
dapat dilihat bahwa penggunaan bahan bakar fosil sangat berisiko, sangat
tidak ramah lingkungan dan merugikan di amsa mendatang, selain itu
persediannya di alam telah menipis dan belum juga ditemukan sumber bahan
bakar fosil yang baru karena sifatnnya yang tidak ditemukan sumber bahan
bakar fosil yang baru karena siatnnya yang tidak dapat diperbarui. Oleh
karenyaitu saat ini penggunaan bahan bakar fosil sudah dibatasi dan manusia
telah beralih sedikit demi sedikit ke energi terbarukan yang ramah lingkungan
dan tersedia melimpah di alam.
Energi terbarukan merupakan sumber energi yang cepat dipulihkan
kembali secara alami dan prosesnya berkelanjutan. Energi terbarukan dihasilkan
dari sumber daya neegrgi yang secara alami tidak habis bahkan berkelanjutan jika
dikelola denhan baiik. Adapun contoh energi terbarukan yaitu biofuel, biomassa,
apnas bumi, energi air, energi surya, energi pasang surut, energi ombak, dan
energi angin. Konsep energi terbarukan mulai dikenal di dunia pada era 1970-an.
Kemunculannya sebagai pembanding terhadap penegmbangan dan penggunaan
energi berbahan fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam) dan nuklir. Selain
dapat dipulihkan kembali dan tersedia melimpah di alam, energi terbarukan juga
diyakini lebih ramah lingkungan mapun kerusakan lingkungan, aman, serta
terjangkau jika diaplikasikan.
Dari sudut pandang ekonomi, ketergantungan pada bahan fosil akan
memengaruhi jumlah subsidi pemerintah dan biaya produk maupun barang yang
menggunakan komponenn minyak fosil. Peningkatan konsumsi bahan bakar fosil
dan harga minyak dunia adalah dua hal yang dapat meningkatkan pengeluaran

6
negara. Selama pemerintah menyubsidi konsumsi minyak, pengeluaran akan
meningkatkan terus-menerus seiring pengeluaran negara akan meningkat terus-
menerus seiring meningkatnya harga minyak dunia. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi harga minyak yang stabil serta sumber minyak bumi yang makin
lama makin menipis, Indonesia harus mengurangi ketergantungan pada minyak
fosil.
Biodiesel memiliki sejarah yang panjang. Cerita penggunaan biodiesel ini
sudah dimulai oleh Rudolf Diesel ketika dia menciptakanmesin diesel pertamanya
tahun 1893. Dia mencoba berbagai alternatif bahan bakar untuk menggerakan
mesin diesel ciptaannya, mulai dari coal dust sampai minyak nabati. Mesin diesel
dengan bahan bakar minyak dari kacang tanah (peanut oils) pertama dipamerkan
di World's Fair 1900 di Paris, Prancis. Dia mencoba berbagai alternatif bahan
bakar untuk menggerakan mesin diesel ciptaannya, mulai dari coal dust sampai
minyak nabati. Mesin diesel dengan bahan bakar minyak dari kacang tanah
(peanut oils) pertama dipamerkan di World's Fair 1900 di Paris, Prancis. Mesin
diesel berbahan bakar minyak kacang ini hasil inisiatif pemerintah Prancis dan
perusahaan Otto. Rudolf Diesel pun setelah itu melakukan riset mendalam
mengenai aplikasi minyak nabati untuk mesin temuannya. Namun, setelah Rudolf
Diesel wafat pada 1913 yang menjadi sumber tenaga utama mesin diesel berasal
dari proses destilasi minyak bumi (petroleum diesel atau petrodiesel).
Sejauh ini pengembangan biofuel telah digalakkan dan dipertimbangkan
dengan serius oleh pemrintah untuk pengembangan biofuel dengan
menyubtitusikan penggunaanan bahan bakar fosil menjadi bahan bakar nabati
(BBN), dan diperkuat dengan mengeluarkan Intruksi Presiden No.1/ 2006 tentang
Penyediaan dan penggunaan Biofuel sebagai energi Alternatif. Selain itu
Keputusan penggunaan Biofuel sebagai Energi Alternatif. Selain itu, Keputusan
Presiden Nomor 10 Tahun 2006 mengenai Pembentukan dan Tugas Tim Nasional
Perrcepatan Pemanfaatan BBN untuk mengurangi Kemiskinan dan pengangguran
(Timnas BBN) dan Dekret Presiden No 10/ 2006 tentang pembentukan Tim
Nasional untuk Pengembangan Biofuel. Salah satunya melalui Peraturan Menteri
ESDM No. 25/2013 yang telah direvisi melalui Peraturan Menteri ESDM No.

7
20/2014. Kebijakan tersebut mengenai mandatori pemanfaatan biofuel: 10%
campuran biodiesel dalam solar (B-10) sejak 1 September 2013. Dampaknya,
pemanfaatan biodiesel meningkat secara signifikan setiap tahun. Pemanfaatan
biodiesel untuk kebutuhan domestik pada tahun 2013 sebesar 1,05 juta KL
(meningkat sebesar 56,62% dari capaian pada tahun 2012).
Menurut penelitian BPPT, biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar
untuk mesin diesel tanpa perlu memodifikasi mesin, atau sebagai campuran pada
bahan bakar deisel dengan konsentrasi dimulai dari 5% (B5). Saat ini Biodiesel
dikembangakan menuju konsenrasi B30-B50. Biodiesel di campur dengan bahan
bakar diesel. Conohnya :
1. B5 artinya bahan bakar biodiesel sebanyak 5% di campur dengan bahan bakar
diesel sebanyak 95%.
2. B30 artinya bahan bakar biodiesel sebanyak 30% dicampur dengan bahan
bakar diesel sebanyak 70%
3. B50 artinya bahan bakar biodiesel sebanyak 50 % di campur dengan bahan
bakar disesel sebanyak 50 %
4. B100, artinya bahan bakar biodisesel murni 100% tanpa adanya pecampurann
dengan bahan bakar diesel.
B. Bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkil ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bahan bakar dari
mesin diesel. Biodeseel juga merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati
(biofuel) dan termasuk salah satu energi terbarukan yang di gadang-gadang
sebagai alternatif pengganti BBM ini dihasilkan dari minyak nabati. Biodiesel
memiliki sifat fisis yang sama dengan minyak solar sehingga dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermesin diesel. Biodiesel yang
termasuk bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang
lebih sedikit dibandingkan dengan minyak diesel lainnya. Selain itu, biodiesel
juga bebas sulfur dan memiliki angka asap yang rendah.
Di Indonesia terdapat lebih 50 jenis tanaman yang dapat menghasilkan
minyak nabati baik untuk non pangan maupun pangan, namun hanya beberapa

8
jenis yang dapat diolah menjadi minyak nabati untuk bahan baku pembuatan
biodiesel. Berbagai sumber minyak atau lemak dapat dijadikan sebagai bahan
baku biodiesel, antara lain minyak kelapa, minyak sawit, minyak biji jarak,
minyak kedelai, dan sebagainya. Tanaman yang paling layak diolah dan siap
diproduksi sebagai biodiesel di Indonesia yaitu kelapa sawit sedangkan lainnya
masih memerlukan penelitian dan budidaya tanaman. Di Indonesia saat ini sedang
dikembangkan bahan bakar alternatif dari minyak biji jarak, minyak sawit dan
minyak kelapa.
Minyak nabati merupakan bahan baku yang sangat potensial sebagai
sumber biodiesel karena keberadaannya dapat diperbaharui. Minyak asam lemak
bebas (ALB) yang rendah (<1%), maka perlu pretreatment karena akan berakibat
pada rendahnya kinerja efisiensi. Contoh minyak nabati yang digunakan dalam
produksi biodiesel adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak jarak.
Dari ketiga bahan dasar tersebut, kelapa sawit menghasilkan minyak nabati paling
tinggi.

Gambar 1. Struktur Kimia Triglyceride


Bahan baku penunjangnya adalah alkolhol. Alkohol yang digunakan
sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah metanol, iso-propanol atau butyl.
Perlu diperhatikan kandungan air dalam alkohol tersebut, kandungan air yang
tinggi akan menghasilkan biodiesel dengan kualitas rendah karena kandungan
sabun, ALB dan triglyceride tinggi.

9
a) b) c)
Gambar 2. Struktur Kimia Bahan Penunjang Pembuatan Biodiesel
a) Metanol b) iso-propanol c) t-butilalkohol

Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi
berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH
atau KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak
nabati yang digunakan, apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan
ALB kurang dari 2 %, di samping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis
tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan
kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap
oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang
baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam
mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan
dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi
katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat
(K3PO4).

a)Minyak Kelapa Sawit b) Kapur Tohor c)Metanol


Gambar 3. Bahan Pembuatan Biodiesel
Saat ini produksi biodiesel di Indonesia mencapai 2 juta kiloliter (KL) per
tahun dan akan segara meningkat menjadi 5 juta KL per tahun. Hal ini akan
membuat Indonesia menjadi negara penghasil utama biodiesel dunia. Menteri

10
energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Periode 2000-2009, apalagi dengan
menurunnya harga minyak sawit, kalangan pengusaha sawit mendorong agar
pemanfaatan sawit di dalam negeri untuk produksi biodiesel diperbesar. Tentu ini
peluang yang sangat bagus untuk masa depan energi nasional.
Biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel dapat digunakan dalam
keadaan murni atau dicampur dengan minyak diesel dengan perbandingan
tertentu. Spesifikasi biodiesel yang dihasilkan tergantung pada minyak nabati
yang digunakan sebagai bahan baku dan kondisi operasi pabrik serta modifikasi
dari peralatan yang digunakan. Biodiesel sebagai bahan bakar motor diesel dapat
dikatakan layak karena angka cetannya minimal 47, sedangkan minyak diesel
angka cetan sekitar 50. Apabila angka biodiesel terlalu dapat merusak motor.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada 2010 diperkirakan mencapai areal
seluas 10 juta ha dengan total produksi CPO 15 juta ton. Melimpahnya produksi
CPO di pasar dunia akan mengganggu stabilitas harga CPO, maka
pemanfaatannya untuk produksi biodiesel minyak sawit diharapkan bisa menjadi
stabilitator harga CPO.

Tabel 1. Spesifiaksi Biodiesel


Penyerapan pasokan CPO untuk bahan baku biodiesel dapat ditingkatkan
lagi, tetapi masih membutuhkan subsidi agar harga jualnya kompetitif. Apabila 20
persen minyak sawit dengan harga Rp 4.000 per liter dan 80 persen minyak
diesel/solar (Rp 1.700 per liter) akan diperoleh harga jual Rp 2.160 per liter.
Volume CPO yang terserap bisa mencapai 4,6 juta ton dengan subsidi mencapai

11
Rp 460 per liter (27 persen) guna menjaga harga jual di tingkat Rp 1.700 per liter
atau sekitar Rp 1,9 triliun. Pada kondisi seperti ini tentu saja para investor
menunggu kebijakan pemerintah dalam bentuk subsidi langsung guna
mengembangkan industri biodiesel di Tanah Air. Dari sisi anggaran tampaknya
tak terlalu sulit jika sebagian dari subsidi BBM yang diperkirakan mencapai Rp
66 triliun dapat dialokasikan untuk program ini. Pilihan terhadap pembangunan
industri biodiesel diharapkan mengurangi ketergantungan pada produk impor
BBM. Sumber daya alam kelapa sawit yang melimpah di Indonesia dan
ketersediaan teknologi proses serta SDM dapat diharapkan hasil produksi industri
biodiesel dapat menggantikan kedudukan BBM.

C. Proses produksi biodiesel.


Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi
dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua
produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang
merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara
lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan
baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar
dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada ini pembuatan
biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena
alkohol larut dalam minyak. Minyak nabati kandungan asam lemak bebas lebih
rendah dari pada lemak hewani, minyak nabati biasanya selain mengandung ALB
juga mengandung phospholipids, phospholipids dapat dihilangkan pada proses
degumming dan ALB dihilangkan pada proses refining.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah
methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi
perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol tersebut. Bila kandungan air
tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan
sabun, ALB dan trigliserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi

12
oleh tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau
kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi
berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH
atau KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak
nabati yang digunakan, apabila digunakan minyak mentah dengan kandungan
ALB kurang dari 2 %, di samping terbentuk sabun dan juga gliserin. Katalis
tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan
kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap
oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang
baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam
mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan
dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi
katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasilkan pupuk phosphat
(K3PO4).
Proses dasar pembuatan biodiesel lihat Proses transesterifikasi yang umum
untuk membuat biodiesel dari minyak nabati (biolipid) ada tiga macam yaitu :
1. Transesterifikasi dengan Katalis Basa
2. Transesterifikasi dengan Katalis Asam Langsung
3. Konversi minyak/lemak nabati menjadi asam lemak dilanjutkan menjadi
biodiesel.

13
Gambar 4. Blok Diagram Proses Biodiesel
Hampir semua biodiesel diproduksi dengan metode transesterifikasi
dengan katalisator basa karena merupakan proses yang ekonomis dan hanya
memerlukan suhu dan tekanan rendah. Hasil konversi yang bisa dicapai dari
proses ini adalah bisa mencapai 98%. Proses ini merupakan metode yang cukup
krusial untuk memproduksi biodiesel dari minyak/lemak nabati. Proses
transesterifikasi merupakan reaksi dari trigliserin (lemak/minyak) dengan
bioalkohol (methanol atau ethanol) untuk membentuk ester dan gliserol.
Minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas (ALB)-nya rendah (< 1%),
bila lebih, maka perlu pretreatment karena berakibat pada rendahnya kinerja
efisiensi. Padahal standar perdagangan dunia kadar ALB yang diijinkan hingga
5%. Jadi untuk minyak nabati dengan kadar ALB >1%, perlu dilakukan
deasidifikasi dengan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar. Secara
sederhana reaksi transesterifikasi dapat digambar sebagai berikut :

R1, R2, dan R3 adalah alkil dari ester. Selama proses esterifikasi, trigliserin
bereaksi dengan alkohol dengan katalisator alkalin kuat (NaOH, KOH atau
sodium silikat). Jumlah katalisator yang digunakan dalam proses titrasi ini adalah
cukup menentukan dalam memproduksi biodiesel. Secara empiris, 6,25gr/l NaOH
adalah konsentrasi yang memadai. Reaksi antara biolipid dan alkohol adalah
reaksi dapat balik (reversible) sehingga alkohol harus diberikan berlebih untuk
mendorong reaksi kekanan dan mendapatkan konversi yang sempurna.

14
Gamba
r 5. Reaksi Transesterifikasi

Gambar 6. a) Proses Pemanasan; b) Hasil Pemanasan

Gambar 7. Proses Pemisahan

15
Biodiesel berasal dari kelapa sawit, sudah tentu bahan bakar biodiesel ini
dijamin ramah lingkungan. Tak hanya itu,  teknologi pengolahan minyak kelapa
sawit menjadi biodiesel ini tidaklah sulit. Dapat dikatakan, semua orang bisa
membuat produk ini.
Pada umumnya biodiesel sintesis dari ester asam lemak dengan rantai
karbon antara C6-C22. Minyak sawit  merupakan salah satu jenis minyak nabati
yang men-gandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20, sehingga
mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.
Pembuatan biodiesel melalui proses trans-esterifikasi dua tahap.
dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi,  tetapi jika bahan
baku dari CPO (Crude Palm Oil) maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.
Proses trans esterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu
pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan
minyak sawit.  Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-
65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak
yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan .
Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk.
Selama proses pemanasan,  pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 63°C,
campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi
mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan ter-bentuk metil ester dengan
konversi sekitar 94%.  Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu
untuk memisahkan gliserol dan metil ester.
 Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya
lebih hesar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar
tidak mengganggu proses transeslerifikasi II. Setelah  proses transesterifikasi II
selesai dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari
metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada
pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut 
melalui proses pencucian.
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.

16
Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali
sampai pH campuran menjadi normal (pH 6.8-7.2).
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam
metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C..
Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu
sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah
permukaan cairan pada alat pengering. Tahap akhir dari proses pembuatan
biodiesel adalah filtrasi yang bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel
pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak
besi) yang berasal dari  dinding reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan
baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 .
Bila pada bahan bakar bensin kita mengenal angka oktan tingkat
pembakaran, maka dalam bahan bakar diesel dikenal dengan setane number (CN).
Makin tinggi nilai CN maka makin cepat pembakarannya dan mesin pun bekerja
optimal. Pada biodiesel kandungan CN nya mampu lebih tinggi dibandingkan
nilai CH pada bahan bakar diesel umumnya yang bernilai  CN sebesar 50,
sementara CN yang dihasilkan biodiesel hingga ke level 64.

D. Dampak penggunaan biodiesel.


Indonesia negera dengan sumber energi terbarukan yang melimpah.
Menurut Deputi Bidang Teknologi Informasi energi dan Material BPPT, Eniya L.
Dewei, pertumbuhan energi terus meningkat rata-rata 7% per tahun, akan tetapi
belum diimbangi dengan suplai energi yang cukup. Oleh karena itu, energi
terbarukan menjadi konsep alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi di masa
yang akan datang sehingga generasi selanjutnya masih memiliki sumber energi
yang bisa dikelola selain energi fosil. Berikut beberapa manfaat dari penggunaan
energi terbarukan :

1. Ramah lingkungan

Energi terbarukan memiliki manfaat yang baik yaitu bersifat ramah


lingkungan. Hal ini karena energi terbarukan berasal langsung lingkungan.

17
Hal ini karena energi terbarukan berasal langsung dari tenaga yang dihasilkan
oleh proses alam. Sebagai contoh, energi yang dihasilkan oleh sinar matahari
proses pengelolaaannya tidak akan mengeluarkan polusi yang tidak baik
untuk lingkungan. Selanjutnya energi air yang digunakan untuk
menggerakkan turbin pembangkit listrik pengelolaannya tidak perlu proses
yang dpat mencari air. Disisi lain dengan sifatnya yang ramah lingkungan,
potensi pemanasan global (global warming) bisa diturunkan. Hal ini
disebakan karena energi terbarukan tidak banyak menyebabkan polusi dan
membuat pencemaran udara berkurang yang berdampak pada penurunan
pemanasan global, sehingga tingkat kesehatan masyarakat lebih terjaga.

2. Investasi teknologi

Energi terbarukan dalam peneglolaannya membutuhkan suatu teknologi


sehingga dpaat diakatkan sebagai investasi teknologi, sebab dalam jangka
panjang teknologi dalam memproses energi terbarukan akan selalu
dikemabnagkan untuk mengahsilakan energi dari hasil alam yang tidak akan
habis. Investasi teknologi di amsa yang akan datang akan semakin membuat
pengelolaan energi terbarukan menajdi lebih mudah dan efisien.

3. Peluang kerja
Adanya pengelolaan energi terbarukan akan membutuhkan SDM yang
memadai seabagai pekerja untuk mengelola. Sebagai contoh, dibukanya
sebuah pembangkit listrik tenaga air di suatu daerah yang berasal dari
manfaat energi air akan Nama biodiesel telah disetujui oleh Department of
Energi (DOE), Environmental Protection Agency (EPA) dan American
Society of Testing Material (ASTM), biodiesel merupakan bahan bakar
alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan,
lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol (Ozgul
dan Turkay 2002; Pamuji, dkk. 2004; Gerpen 2004).
Penggunaan biodiesel mempunyai beberapa keuntungan, menurut studi
yang dilakukan National Biodiesel Board beberapa keuntungan penggunaan
biodiesel antara lain :

18
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan
modifikasi yang signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Hasil percobaan membuktikan bahwa jarak tempuh 15.000.000 mil, biodiesel
memberikan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama dengan
minyak diesel konvensional.
4. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak
menyebabkan pemanasan global. Analisa siklus kehidupan memperlihatkan
bahwa emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan
dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.
5. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel,
sehingga dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan
modifikasi yang signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
6. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
7. Hasil percobaan membuktikan bahwa jarak tempuh 15.000.000 mil, biodiesel
memberikan konsumsi bahan bakar, HP, dan torsi yang hampir sama dengan
minyak diesel konvensional.
8. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak
menyebabkan pemanasan global. Analisa siklus kehidupan memperlihatkan
bahwa emisi CO2 secara keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan
dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar petroleum.

Di satu sisi upaya pengalihan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar
nabati atau biofuel memang positif mengingat makin menipisnya cadangan
minyak di seluruh dunia.Namun di sisi lain, terdapat dampak negatifnya juga,
penggunaan bahan bakar nabati bisa menimbulkan efek negatif yakni

19
meningkatkan harga makanan dan menambah laju pengrusakan hutan
(deforestation). Demikian laporan hasil studi dari Insurance Society seperti
dilansir BBC 2007. Laporan itu keluar beberapa hari setelah Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB) merilis laporan mengenai biofuel. PBB mengatakan biofuel itu
lebih efektif bila digunakan untuk pembangkit energi dan panas dibandingkan
transportasi. Laporan Insurance Society itu menyebutkan butuh sekitar 9 persen
dari lahan perkebunan di dunia untuk hanya mengganti 10 persen BBM. Ini
artinya produksi biofuel mengakibatkan pengurangan lahan untuk produksi
pangan di negara yang masalah kelaparan sudah muncul. Hutan dibabat manusia
untuk menanam tanaman yang menghasilkan biofuel. Bayangkan kerusakan iklim
yang terjadi jika hutan dibabat.
Dibalik sejumlah fakta menguntungkan, biodiesel memiliki beberapa sifat
fisik yang dianggap merugikan, diantaranya memilki kandungan energi yang lebih
rendah, kurang stabil, dan memiliki viskositas dan tegangan muka (surface
tension) yang lebih tinggi dibandingkan minyak diesel. Dalam aplikasi pada
mesin diesel, viskositas dan densitas sangat signifikan mempengaruhi atomisasi
dan evaporasi partikel bahan bakar, sehingga dapat mempengaruhi prilaku
pembakaran di ruang bakar.
Viskositas bahan bakar yang lebih tinggi dapat menyulitkan proses
atomisasi bahan bakar, sehingga berakibat pada penurunan daya mesin. Daya
mesin yang lebih rendah dapat menyebabkan penurunan efisiensi termal mesin
(Xue et al., 2011; Ismail et al., 2011 ; Um dan Park, 2009). Dilain pihak, karena
mengandung oksigen, biodiesel memiliki nilai kalor yang 5- 13% lebih rendah
dibandingkan minyak solar, sehingga bila diaplikasikan pada sistem bahan bakar,
lebih banyak massa bahan bakar yang diinjeksikan untuk mencapai stoikiometri
pembakaran sehingga berpengaruh pada peningkatan konsumsi bahan bakar
(Miller, 2008 ; Xue et al., 2011; Tesfa et al., 2011; Sivasami et al., 2012).
Sebagian peneliti menyatakan bahwa sifat lubrikasi biodiesel yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saringan bahan bakar dan
terjadinya injector coking, sehingga berdampak negatif bagi daya tahan mesin
(Komariah, 2015). Namun sebagian peneliti lain menyatakan bahwa pada

20
prosentase pencampuran yang rendah, penggunaan biodiesel dapat mengurangi
terbentuknya deposit karbon dan mempersingkat frekuensi perawatan mesin
(Sinha dan Agarwal, 2010 ; Xue et al., 2011). Biodiesel B20 yang sudah
diterapkan saat ini memiliki dampak untuk kendaraan yang menggunakannya.
Salah satunya adalah membuat filter solar menjadi lebih cepat kotor.
Umumnya efek terhadap kinerja mesin berbahan bakar biodiesel diuji
berdasarkan variasi beban kerja, seperti yang dilakukan Rao (2011), Sivasami et
al., (2012), Rahim et al., (2012). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
peningkatan beban mesin, berpengaruh pada peningkatan pembentukan emisi
NOx. Peningkatan beban kerja mesin menyebabkan 8 emisi NOx semakin
meningkat. Yadav et al., (2010) menggunakan biodiesel dari asam lemak sawit,
dan menyatakan bahwa B40 dapat digunakan tanpa modifikasi. Kecenderuangan
efek terhadap efisiensi termal, emisi CO, hidrokarbon semakin berkurang dengan
bertambahnya kandungan biodiesel dalam bahan bakar.
Dilain pihak, Wirawan, et al., (2008) menguji biodiesel sawit pada mesin
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa B50 merupakan komposisi campuran
yang optimum, sementara kondisi optimum lainnya tercapai pada rasio kompresi
17 dan beban mesin 80%. Xue et al., (2011) mengkompilasi beberapa hasil
penelitian yang menguji penggunaan biodiesel pada mesin diesel, menyimpulkan
bahwa emisi polutan CO, PM, SO2, HC, dan CO2 berkurang dan profilnya
semakin menurun dengan bertambahnya kandungan biodiesel dalam bahan bakar.
Sedangkan konsumsi bahan bakar dan daya mesin cenderung lebih rendah
dibandingkan penggunaan minyak diesel. Untuk mengantisipasi efek penurunan
daya mesin dan peningkatan konsumsi bahan bakar, penggunaan turbocharged
engine atau mesin dengan pelepasan panas yang rendah serta penyesuaian kondisi
operasi mesin berhasil memberikan efek yang lebih baik.

21
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Biodiesel merupakan energi terbarukan yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan, biodiesel telah berkembang sejak mulai munculnya revolusi
industri hingga pada tahun 1893 oleh Rudolf Diesel mulai dikembangkan
energi ini.
2. Bahan baku pembuatan biodiesel meliputi minyak yang mengandung
trigliserida, basa kuat dan alkohol. Bahan yang sering digunakan di
Indonesia adalah kelapa sawit.
3. Proses produksi biodiesel Pembuatan biodiesel melalui proses trans
esterifikasi dua tahap. dilanjutkan dengan pencucian, pengeringan dan
terakhir filtrasi,  tetapi jika bahan baku dari CPO (Crude Palm Oil) maka
sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.
4. Dampak penggunaan biodiesel terdiri dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah ramah lingkungan, energi yang terbarukan, investasi
energi, membuka lapangan pekerjaan. Dampak negatifnya adalah
deforestation dan memberatkan kerja mesin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Balai Teknologi Bahan Bakar Dan Rekayasa Desain. (2020). Pojok Biodiesel..
https://btbrd.bppt.go.id/services/26-pojok-biodiesel.
Bismo, S. 2005. Sintesis Biodiesel dengan Teknik Ozonasi: Ozonolisis Eti-Ester
Minyak Sawit sebagai Suatu Bahan Bakar Mesin Diesel Alternatif. Jurnal
Teknik Kimia Indonesia, 4 (1): 175-182. https://www.aptekim.id/j tki/ind
ex.php/J
Gerpen, J.V., (2005). Biodiesel processing and production. Fuel Processing
Technology 86, 1097-1107, https://www.journals.el sevier .com/fuel-
processing.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral. www.esdm.go.id.
Komariah, L. (2015). Makalah Ilmiah Hasil Penelitian. Analisis Efek Penggunaan
Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Terhadap Kinerja Fire Tube Boiler.
Makalah Universitas Sriwijaya.
Kurniasih, E. (2020). Merancang Energi Masa Depan dengan Biodiesel.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Kusumaningsih, T., Pranoto, & Saryoso. R. (2006). Pembuatan Bahan Bakar
Biodiesel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada
Reaksi Transwsterifikasi Berbasis Katalis Basa. Bioteknologi, 3 (1).
Miller, C. A. (2008). Characterizing Emissions from the combustion of biofuels.
U.S. Environmental Protection Agency.
Ozgul-Yucel, S and Turkay, S. (2002). Variables affecting the yoelds of methyl
esters derived from in situ esterification of rice bran oil, JAOCS. 79 (6),
611-614, https://aocs.onlinelibrary.wiley.com/journal/1558933.
Paendong J.e., Tangkuman, HD. (2010). Optimasi Biodiesel dengan Prekursor
Minyak kelapa. Chemistry Progres. 3(1), https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/ chemprog
Pamuji, Lanang, & Maulana, Y.H., (2004). Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel
dari Minyak Goreng Kelapa Sawit dengan Proses Catalytic Cracking dan
Katalis Zeolit. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

23
Universitas Diponegoro Semarang. https://core.ac.uk/download/pdf
/11702711 . pdf?repositoryId=379.
Puspitojati, E. (2009). Produksi Biodiesel Kasar dari Bekatul dengan Metode
Esterifikasi In Situ. Jurnal Ilmu Pertanian, 5(2): 164- 194, https://jurnal
.ugm.ac.id/jip
Rahim, R., Mamat, R., & Yusuf, M. (2012). Comparative Study of Biofuel and
Biodiesel Blend with Mineral Diesel Using One-Dimensional Simulation.
International Conference on Mechanical Engineering Research 2.
https://proicomera.ub.ac.id/index.php/icomera/2
Rao , H., Ram Sudheer Voleti, A. V., Sitarama Raju and P., & Nageswara. R..
(2009). Experimental Investigations on Jatropha Biodiesel and Additive in
Diesel Engine. Indian Journal and Science Technology, 2(4).
https://www .indjst.org/
Sinha S, Agarwal AK, Garg S. (2008). Biodiesel development from rice bran oil:
Transesterification process optimization and fuel characterization. Energy
Conversion and Management. 49(5), https://www.journals.elsevier.
com/energy-conversion-and-management
Sivasami, K., Selladuari, V., & Devadasan, S. R. (2012). Performance and
Emission Characteristics of a Marin Diesel Engine using Biodiesel.
European Journal of Scientific research , 90 (No. 4), 613-620. https://ww
w.europeanjournalof scientificresearch.com.
Tesfa, B., Mishra, F., Gu, F., & Ball, A. D. (2011). Combustion Characteristics of
CI Engine Running with Biodiesel Engine. International Conference on
renewable Energies and Power Quality (ICREPQ'11). 13th. Las Palmas de
Gran Canaria: European Association for the Development of renewable
energie, Environment and Power Quality transesterification process
optimization and fuel characterization.
Wangi, A.P., dkk. 19-20 November (2013). Pemanfaatan Limbah Sludge CPO
menjadi Biodiesel sebagai Alternatif Energi Terbarukan
(EBT).Disampaikan dalam Seminar Nasional Sains & Teknologi.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

24
Wirawan, S. S., Tambunan, A. H., & Djamin, M. (2008). The Effect of Palm
Biodiesel Fuel on Performance and Emission of The Automotive Diesel
Engine. Engineering International CIGR E-Journal , 1-13,
Xue, J., Grift, T. E., & Hansen, A. C. (2011). Effect of biodiesel on engine
performances and emissions. Renewable and Sustainable Energy Reviews
15 , 1098-1116, https://techniumscience.com.

25

Anda mungkin juga menyukai