Anda di halaman 1dari 13

Ancaman Industri 4.

0 Terhadap Ekologi
Ulfah Zulfa Siti Nur Afifah (20160520045)
ulfah.zulfa.2016@fisipol.umy.ac.id

Abstrak
Revolusi industri 4.0 menghasilkan banyak penemuan-penemuan teknologi canggih.
Teknologi tersebut membawa dampak perubahan yang pesat hingga bisa merubah
peradaban manusia. aktivitas sehari-hari manusia bisa sangat terbantu, efisiensi
waktu dan biaya membuat proses produksi semakin diuntungkan, dll. Namun, dibalik
keunggulan-keunggulan tersebut juga membawa dampak negatif bagi kehidupan
manusia. salah satunya berdampak negatif dan mengancam ranah ekologi.
Beberapa ancaman yang ditimbulkan diantaranya adalah pengangguran masal,
ketidak seimbangan ekonomi dan kerusakan lingkungan.
Kata kunci: industri 4.0, ekologi

A. Latar Belakang
Tatanan kehidupan manusia mengalami perubahan yang sangat signifikan seiring
dengan berjalannya waktu. Perubahan tersebut sejalan dan beriringan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Wajar saja hal tersebut terjadi, karena sejatinya ilmu
pengetahuan menyebabkan perubahan pada perilaku dan kemajuan manusia dalam
berfikir. Hal itu juga yang kemudian mendasari terjadinya perubahan pada bidang
industri. Hingga saat paper ini ditulis, manusia telah sampai pada tahap era industri 4.0.
Artinya, industri telah berkembang dalam empat tahap atau fase.
Seorang ekonom asal Jerman Prof. Klaus Schwab (Schwab, 2017) dalam bukunya
menjelaskan bagaimana tahap-tahap perkembangan industri 1.0 hingga sampai dengan
fase industri 4.0. Melihat sejarahnya, perjalanan revolusi industri diawali dari Revolusi
industri 1.0 abad 18 atau lebih tepatnya pada tahun 1784. Pada fase ini ditandai dengan
pemanfaatan air dan penemuan mesin uap untuk membantu industri berproduksi. Saat
itu juga ditemukan kereta api dan kapal layar. Selanjutnya, fase kedua dimulai pada
tahun 1870 ketika ditemukan dan digunakannya listrik dalam produksi masal.
Kemudian revolusi industri 3.0 dimulai sejak tahun 1969 dimana digunakannya energi
elektronik serta teknologi informasi untuk otomatisasi produksi. Puncaknya adalah
revolusi terakhir yang sedang kita bahas bersama, yakni era revolusi 4.0. Era industri
ini sebenarnya kekuatannya bertopang pada era revolusi 3.0 dimana prinsip otomatisasi
mesin digunakan sebagai dasarnya namun pada penerapannya diwarnai dengan
kolaborasi tiga bidang ilmu independen.
Era 4.0 adalah era dimana industri ini memiliki kompleksitas dan ruang yang lebih
luas. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Slamet Rosyadi (Rosyadi, 2018) dimana pada era
revolusi industri 4.0 ini terjadi kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan antara
3 dunia, yakni dunia digital, fisik dan biologis. Luasnya kemajuan tersebut memberikan
dampak atau pengaruh pada hampir semua bidang kehidupan manusia. Mulai dari
ekonomi, industri, pemerintahan hingga hampir semua disiplin ilmu.
Kemajuan-kemajuan teknologi diatas sangat membantu aktivitas sehari-hari
manusia. Berkat revolusi industri ini manusia semakin mudah melakukan komunikasi
dengan manusia lain yang berada diberbagai belahan dunia seolah interaksi menjadi tak
terbatas. Selain itu, penyebaran informasi pun menjadi sangat cepat dengan bentuk yang
beragam (teks, foto, vidio maupun suara). Industri 4.0 yang prinsip kerjanya
menjungjung otomatisasi dan digitalisasi juga sangat membantu pelaku industri atau
perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan pendapatnya karena penerapannya
membuat proses produksi lebih efisien dan efektif dalam segi tenaga, waktu dan biaya;
serta masih banyak-hal positif lain yang disebabkan oleh adanya revolusi industri 4.0.
Dibalik semua kecanggihan dan manfaat yang memukau dari adanya revolusi
tersebut ternyata kemajuan teknologi ini juga membawa dampak buruk bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi khususnya manusia. Efektifitas dan efisiensi yang ditawarkan
oleh teknologi-teknologi pada era industri ini memberikan dampak negatif. Alih-alih
membawa kesejahteraan ternyata kemajuan-kemajuan itu juga dapat menyengsarakan
di kemudian hari.
Salah satu contohnhya bisa kita lihat dari segi sosial yang akan banyak
menimbulkan pengangguran. Disadari atau tidak, kemajuan-kemajuan teknologi yang
dibawa oleh revolusi industri tersebut membuat tenaga manusia banyak tergantikan
oleh mesin. Akibatnya banyak pekerjaan manusia yang akan hilang dan menimbulkan
pengangguran besar-besaran bila dampak ini tidak ditangani secara benar. Sebuah
artikel mengatakan bahwa walaupun saat ini Indonesia telah menyiapkan serta
menyusun strategi dalam menghadapi era revolusi 4.0 yang tertuang dalam sebuah
roadmap berjudul “Making Indonesia 4.0”, dalam proses akumulasi kapitalnya industri
ini selalu mengisyaratkan adanya perusakan dan penghancuran sosial dan ekologi
(Rosidah, 2018).
Ekologi adalah satu diantara beberapa bidang yang juga terkena dampak negatif
dari revolusi industri ini. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan dampak
negatif dan menyebabkan beberapa kerusakan di 3 ranah ekologi sekaligus yakni sosial,
lingkungan dan ekonomi. Padahal, sebagaimana yang kita tahu ekologi begitu dekat
dan menyatu dengan kehidupan manusia hingga tidak dapat dipisahkan. Artinya, ketika
terjadi kerusakan dan gangguan atau ketidakstabilan dalam ekologi, akan sangat
berdampak terhadap keberlangsungan hidup manusia.
Paper ini dibuat untuk menyebutkan dan menjelaskan secara lebih dalam
mengenai dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya revolusi industri 4.0
di Indonesia bagi ekologi. Sebagaimana yang kita tahu bahwa kedepannya revolusi
tersebut akan men-disrupsi (merubah secara fundamental) kehidupan masyarakat
bahkan diprediksi juga mampu merubah peradaban. Tetapi, perubahan tersebut tidak
hanya ke arah positif namun juga membawa dampak negatif. Harapannya pemaparan-
pemaparan tersebut bisa memberikan informasi dan membantu mempersiapkan diri
untuk menghadapi tantangan industri ini dimasa mendatang. Disamping itu juga, paper
ini bisa digunakan untuk mencegah dan memperkecil dampak-dampak buruk yang
terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dampak negatif dari revolusi industri 4.0 terhadap ekologi di Indonesia?

C. Literature Review
Istilah revolusi industri 4.0 masih menjadi perdebatan dibanyak kalangan
terutama di kalangan para akademis. Bahkan, para pelaku manufaktur yang seharusnya
menjadi salah satu pemain utama mengaplikasikan disrupsi yang dibawa revolusi ini
masih kebingungan dalam memahami fenomena ini. Mereka juga sulit mengidentifikasi
mengenai langkah-langkah apa yang harus diambil dalam transisi menuju industri 4.0.
Beberapa ahli melalui hasil penelitiannya telah mengungkapkan pandangannya dalam
memahami industri ini. Salah satunya mendefinisikan dan menjelaskan industri 4.0
ialah industri yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip desain dan tren teknologi
(Alfifto Tanjung, 2019). Untuk menjawab ketidakjelasan industri ini prinsip desain
menyediakan pengetahuan yang tersistematisasi dan menggambarkan posisi konstituen.
Hal tersebut kemudian memungkinkan produsen untuk dapat memperkirakan kemajuan
adaptasinya terhadap industri ini yang kemudian memberikan informasi mengenai
pengembangan prosedur dan solusi yang tepat untuk transisi 4.0. Sedangkan tren
teknologi merujuk kepada inovasi teknologi canggih dalam bidang digital secara
kolektif yang kemudian memungkinkan munculnya teknologi industri baru yang
disebut dengan industri 4.0 (Liao, 2017).
Pendapat lain mengatakan (Massepe, 2018) bahwa perwujudan dari industri 4.0
adalah masa depan kehidupan manusia yang terbiasa dengan robot, pengaplikasian
kecerdasan buatan atau artificial intelligent, mobil tanpa pengendara yang dikendalikan
oleh komputer super canggih (autonomous vehicles), produk-produk hasil rekayasa
bioteknologi dan nanoteknologi, 3D Printing, aktifitas manusia yang mengadopsi
prinsip Internet of Things (IoT) dan energy storage. Pendapat tersebut banyak
dikemukakan pula oleh ahli lain. Penulis sendiri cukup setuju tetapi kurang lengkap dan
tidak mendefinisikan mengenai apa yang dimaksud dengan revolusi industri 4.0, karena
hanya sebatas perwujudan dari kemajuan teknologi yang terjadi berkat adanya revolusi
ini. Di sisi lain perwujudannya yang banyak tidak dijadikan satu kedalam sebuah bentuk
yang lebih umum sehingga mudah untuk mengatakan perwujudannya dalam beberapa
kata singkat saja. Puncak revolusi industri atau industri 4.0 ditandai dengan lahirnya
digitalisasi teknologi yang kemudian membawa dampak masif terhadap
keberlangsungan hidup dan aktivitas manusia (Rosyadi, 2018). Tetapi, ahli lain
mengatakan bahwa (Tjandrawinata, 2016) teknologi digital justru lahir ketika masa
industri 3.0 dimana pada masa ini sudah dilakukan otomatisasi mesin serta telah
ditemukannya internet.
Penulis sendiri memandang revolusi atau transformasi secara besar-besaran
industri 4.0 ini sebagai industri yang prinsip kerja serta kekuatannya bertopang pada
industri 3.0. kekuatan-kekuatan tersebut ialah otomatisasi mesin, internet serta
teknologi digital. Perbedaannya, pada revolusi industri 4.0 kekuatan-kekuatan tersebut
diintegrasikan secara sistematis sehingga menghasilkan kolaborasi dan menciptakan
prinsip kerja yang semakin tertata ditambah dengan kualitas internet yang semakin
pesat membuat interkonektivitas antar server menjadi sangat pesat. Pada era ini juga
disebut sebagai era big data dimanadata bagai sebuah primadona. Zaman dahulu kita
bisa melihat bahwa yang menjadi pendorong utama perekonomian adalah minyak. Oleh
karena itu, negara-negara penghasil minyak identik dengan negara maju dan kaya.
Namun, saat ini big data menjadi sumber utama pengembangan bisnis perusahaan-
perusahaan unicorn di dunia. Big data dikelola dengan apik menggunakan artificial
intelligent atau kecerdasan buatan sehingga menghasilkan informasi mengenai apa
yang disukai dan sedang dibutuhkan oleh seseorang.
Berdasarkan hasil perdebatan para ahli pada pertemuan tahunan World Economic
Forum (WEF) tahun 2016 di Davos, Swiss (Tjandrawinata, 2016) industri 4.0
mempunyai transformasi yang berbeda dengan transformasi industri sebelumnya. Ada
tiga hal yang membedakannya. Pertama, adanya pengembangan dan penyebaran
inovasi yang lebih cepat dan jauh dari sebelumnya. Kedua, adanya penurunan
pengeluaran pada produksi serta munculnya platform yang mengintegrasikan beberapa
bidang keilmuan. Ketiga, adanya disrupsi yang membawa perubahan tidak hanya pada
satu wilayah atau perusahaan saja, tetapi juga perubahan yang mempengaruhi seluruh
negara yang ada di dunia. Ketiga hal diatas juga menegaskan bahwa revolusi ini bukan
merupakan perpanjangan dari transformasi sebelumnya, tetapi merupakan transformasi
baru yang disebut dengan revolusi industri 4.0.
Disrupsi yang dibawa oleh industri tersebut menimbulkan berbagai dampak
khususnya untuk manusia. Banyak peneliti yang mulai melakukan penelitian tentang
dampak yang akan dihasilkan baik negatif maupun positif. Diantara beberapa dampak
yang telah diteliti ialah dampak terhadap kesehatan dan bioteknologi (Tjandrawinata,
2016), dampak terhadap alumni universitas terbuka (Rosyadi, 2018), dampak terhadap
masyarakat siber (Astuti, 2018) dan masih banyak lag. Sedangkan, penelitian ini lebih
difokuskan kepada dampak industri 4.0 terhadap ekologi yang mencakup tiga ruang
lingkup yakni sosial, lingkungan serta ekonomi.

D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode yang menggunkan penjabaran secara deskriptif
dengan kata-kata tertulis. Hal ini dipilih agar bisa menjelaskan hasil penelitian secara
mendalam, cermat, serta sistematis sesuai dengan fakta dilapangan. Miles dan
Huberman dalam Riska Andrilla (Andrilla, 2014) mengatakan bahwa penelitan
kualitatif adalah sumber dari deskripsi yang luas dan berlandaskan kukuh, serta
memuat penejelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.
Melalui data-data kualitatif kita dapat memahami serta mengikuti alur peristiwa secara
kronologis, menilai sebab-akibat, dan memperoleh penjelasan yang mendalam. Oleh
karenanya, janis penelitian ini sangat cocok untuk digunakan pada papre ini, karena
yang sedang kita teliti adalah peristiwa sebab akibat mengenai ancaman dan dampak
buruk apa yang ditimbulkan akibat dari adanya industri 4.0 bagi ekologi. Selain itu,
data kualitatif lebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-
penemuan yang tak terduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan datanya.
Data-data diambil dan dikumpulkan dari teori-teori pemikiran tokoh dari berbagai
buku, jurnal serta aertikel-artikel ilmiah. Berdasarkan teknik pengumpulan datanya,
sifat dari penelitian ini adalah konseptual, dimana hasil pemikiran dalam penelitian
ini adalah hasil dari rumusan review-review dari sumber-sumber akurat. Rumusan
tersebut kemudian dianalisis dan dipadukan dengan pemikiran penulis kemudian
disusun secara sistematis dan disajikan dalam bentuk kata-kata.

E. Pembahasan
Peradaban manusia berubah secara drastis seiring majunya ilmu pengetahuan.
Pengetahuan tersebut menghantarkan manusia kepada banyaknya penemuan hinga
akhirnya manusia banyak menciptakan alat-alat dan teknologi canggih. Teknologi ini
pula yang membawa kemajuan serta perubahan dibidang industri. Kemajuan-kemajuan
teknologi yang dibawa oleh revolusi industri4.0 memang sangat pesat sehingga dapat
mentransformasi peradaban manusia. Aktivitas sehari-hari terutama aktivitas produksi
menjadi lebih cepat dan efisien. Lebih jauh lagi efektivitas dan efisiensi itu membuat
out put yang dihasilkan menjadi lebih banyak dengan biaya yang kecil serta waktu yang
relatif singkat. Pekerjaan yang tadinya berat menjadi lebih ringan, ditambah lagi dengan
adanya integrasi beberapa bidang sekaligus membuat konektifitas semakin luas
jangkauannya dan sistematis. Terhitung selama satu dekade terakhir kemajuan
teknologi dan industri, arus globalisasi serta perubahan iklim mempengaruhi hidup
manusia di hampir segala bidang termasuk ekologi. Ketiga faktor itu menjadi faktor
penentu geoplitik global saat ini (Friedman, 2016).
Alec Ross (Alec Ross, 2016) meyakini bahwa industri ke-4 ini akan melahirkan
banyak inovasi yang kemudian inovasi tersebut akan menciptakan hal-hal yang
menjanjikan. Tetapi ia juga mengatakan industri ini bisa memicu munculnya hal-hal
yang membahayakan kesejahteraan orang banyak secara serius. Dapat disimpulkan jika
ini diibaratkan sebuah tantangan bagi manusia untuk bisa menjadikan revolusi ini
peluang atau ancaman.
Berikut akan dipaparkan mengenai dampak-dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh industri 4.0 dalam ranah ekologi:
1. Pengangguran Masal
Industri baru merubah peradaban sedemikian rupa. Peradaban-peradaban yang
dirubah tidak hanya sebatas gaya hidup atau cara berkomunikasi saja tetapi juga
merubah cara bersaing. Di era industri 4.0 ini, manusia tidak hanya bersaing dengan
manusia lainya, tetapi juga kini persaingannya semakin kompleks yakni bersaing
dengan robot dan atau komputer.
Sistem digital yang semakin canggih menghasilkan penemuan-penemuan robot
yang semakin menyaingi manusia. Mulai dari kemampuannya yang semakin banyak
hingga kualitas kecerdasan robot yang semakin tinggi. Hal tersebut tercipta karena
topangan teknologi terapan 4.0 sendiri seperti artificial intellegence (kecerdasan
buatan). Artificial intelligence atau biasa disebut dengan AI adalah suatu bidang
didalama ilmu komputer dimana dipelajari tentang bagaimana cara manusia berpikir,
bertindak, mengetahui, memprediksi sesuatu hingga memahami sesuatu yang
kemudian dibuat dan diterapkan kedalam sistem komputer (Budiharto & Suhartono,
2014). Akibatnya, pekerjaan-pekerjaan manusia dari mulai yang bersifat refetitif atau
berulang (seperti mencetak barang yang sama dengan jumlah yang banyak) hingga
pekerjaan analisis dapat digantikan oleh robot. Bayangkan, peran dokter yang penuh
analisis dalam mengartikan gejala penyakit pasien yang membutuhkan pemikiran
analisis mendalam saja bisa digantikan oleh robot, bgaimana dengan pekerjaan kasar
pabrik yang bisa diintegrasi mesin secara otomatis. Disisi lain, peran manusia yang
diganti oleh mesin atau robot membuat para pemodal atau pemilik industri merasa
diuntungkan sebab pengeluaran proses produksi bisa semakin kecil. Biaya yang
tadinya dipakai untuk menggaji banyak karyawan diganti dengan biaya mesin atau
komputer yang bisa dipakai bertahun-tahun. Setiap bulannya perusahaan atau pemilik
industri hanya perlu mengeluarkan biaya listrik dan perawatan mesin atau komputer
saja. Selain itu, pekerjaan manusia atau proses produksi yang digantikan oleh robot
membuat produksi semakin cepat. Jumlah produksi perharipun menjadi llebih
meningkat. Alasan-alasan diatas yang kemudian bisa mendorong para pemilik industri
untuk lebih memilih menggunakan mesin atau robot ketimbang tenaga manusia.
Banyaknya peran atau pekerjaan yang dapat digantikan oleh robot, komputer
atau mesin mengakibatkan banyak jenis pekerjaan yang hilang di masa depan.
Lembaga-lembaga penelitian terkemuka seperti Oxford, Global Institute dan
Mckensie juga memprediksi 50 persen pekerjaan akan hilang dimasa depan. Dilansir
dari laman berita (n.n, 2018), Pembina Binalattas Kemnaker, Bambang Satrio Lelono
mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan seperti staf akuntan, instruktur mesin, travel
agen, pramusaji restoran cepat saji, bahkan hingga supir truk akan mulai tergerus
perkembangan teknologi. Padahal, jumlah supir truk di Indonesia saja mencapai enam
juta orang.
Satu jenis pekerjaan saja yang hilang bisa menimbulkan jutaan orang
menganggur. Apalagi dengan prediksi 50% jenis pekerjaan yang ada di dunia akan
hilang, bisa kita perkirakan berapa juta orang yang nantinya akan kehilangan
pekerjaannya dan menjadi pengangguran akibat dari revolusi industri ini. Robot atayu
mesin memang membantu meringankan pekerjaan manusia. Manusia tidak perlu
berpeluh-peluh lagi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi, bila sampai
mengganti peran dan pekerjaan manusia, sumber mata pencaharian pun bisa diambil
alih mesin. Oleh karenanya ancaman pengangguran masal pun tidak dapat dihindari.
2. Ketidak Seimbangan Ekonomi
Ancaman lain dari revolusi industri 4.0 ini adalah ketidak seimbangan ekonomi.
Para pakar yang tergabung dalam World Economic Forum (WEF) mengatakan bahwa
industri ini melahirkan warna kapitalisme baru yang berbeda dari pendahulunya.
Warna ini menghasilkan angka ketimpangan ekonomi yang semakin tinggi yang pada
akhirnya mengakibatkan ketidak seimbangan ekonomi (Rosidah, 2018). Dampak ini
sebenarnya masih merupakan kepanjangan dari efek pengangguran masal yang
diakibatkan dari tenaga manusia yang diganti oleh robot.
Jika terus dibiarkan tanpa ada regulasi yang embatasi, ekonomi di masa depan
hanya akan dikuasai oleh segelintir orang saja. Orang-orang tersebut adalah para
pemilik modal atau pengusaha sukses yang mampu membeli dan menggunakan mesin
atau robot dalam proses produksi. Terlebih lagi kondisi sosial ekonomi kita yang
semakin kapitalis, dimana penguasa ekonomi lebih mengejar laba serta kuantitas
produksinya. Maka potensi keterpilihan mesin dibandingkan tenaga manusia akan
lebih besar. Sedangkan masyarakat dengan status ekonomi menengah kebawah tanpa
memiliki keahlian khusus akan semakin tergerus dan terhimpit ekonominya akibat
dari tidak adanya sumber mata pencaharian.
Selama ini, ekonomi masih dikatakan stabil karena para pengusaha dan
penguasa ekonomi masih banyak yang memperkerjakan manusia sebagai
karyawannya. Pendapatan masyarakat masih terbilang cukup (dalam artian ada
pemasukan) sehingga proses produksi dan konsumsi masih seimbang. Masyarakat
masih bisa mencukupi kebutuhan sekunder dan tersiernya dengan cukup. Konsumsi
masyarakat pun masih stabil sehingga jumlah permintaan dan penawaran pun akan
stabil. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi negara akan tumbuh dengan baik.
Tetapi jika penggantian tenaga manusia oleh mesin benar-benar banyak
diterapkan oleh industri, ketersediaan atau lowongan pekerjaan untuk manusia pun
semakin kecil. Artinya pada setiap angkatan kerja angka pengangguran akan lebih
banyak dibanding angka pekerja. Hanya akan ada segelintir orang saja yang memliki
kemampuan ekonomi diatas standar. Pasar di berbagai sektor Industri 4.0 mengarah
ke struktur pasar yang bersifat monopolistik sebagai dampak dari apa yang disebut
platform effect. Bila terus dibiarkan tanpa ada regulasi yang mengatur dengan bijak,
ekonomi negara ini akan mengarah menjadi semakin kapitalis jauh dari prinsip
ekonomi Pancasila. Di samping itu, dalam teori ekonomi, platform digital
menghasilkan increasing return to scale bagi produsen dimana tingkat hasil semakin
meningkat seiring meningkatnya skala ekonomi (Nugroho, 2019). Istilah “yang kaya
akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin”-pun sangat cocok untuk
menggambarkan keadaan tersebut. Akibatnya, ketimpangan ekonomi penduduk pun
akan semakin tinggi. Itulah mengapa ekonomi kita akan berjalan dengan tidak
seimbang.
3. Kerusakan Lingkungan
Perkembangan industri yang semakin pesat selalu diiringi dengan pembangunan
yang semakin meningkat. Salah satu teori pembangunan atau modernisasi mengatakan
pembangunan akan banyak mengorbankan lingkungan (Jemadu, 2013). Tuntutan
industri yang semakin meningkat serta teknologi yang semakin maju banyak membuat
keruskan lingkungan akibat dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Banyak teori yang mengatakan bahwa pembangunan adalah upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Padahal faktanya kesejahteraan itu hanya dinikmasti untuk
sebagian orang saja. Salah satu contohnya adalah pembangunan industri atau pabrik
pada suatu wilayah. Pabrik tersebut memang benar bisa meningkatkan ekonomi,
namun peningkatan ekonomi tersebut hanya bisa dirasakan oleh pemilik industri serta
para pekerjanya saja. Sedangkan masyarakat didekat wilayah pabrik belum tentu
mendapatkan keuntungan. Hal yang sudah pasti adalah menanggung efek polusi dan
limbah yang dihasilkan oleh pabrik tersebut. Akibat lainnya adalah marjinalisasi
penduduk setempat.
Sejak revolusi industri dicetuskan pada abad 17 telah banyak membawa
perubahan yang menempatkan industri dan manusia sebagai perusak utama alam
(Rosidah, 2018). Teknologi dan peralatan yang semakin berkembang memerlukan
energi yang semakin banyak pula. Alam sebagai sumber penyedia energi utama mau
tidak mau harus menjadi korban demi memenuhi tuntutan energi yang dibutuhkan.
Demi memenuhi kebutuhan tersebut banyaksumber daya alam yang dieksploitasi
secara berlebihan. Ditambah lagi dengan efek produksi yang dihasilkan oleh industri
seperti limbah dan polusi membuat lingkungan semakin rusak. Perkembangan industri
dan aktivitas pembangunan yang didorong dengan tingginya tuntutan ekonomi
membawa manusia pada perilaku serakah yang menjadikan lingkungan melampui
batas-batasnya. Planetary bounderies tidak lagi diperhatikan. Perilaku perubahan pola
konsumsi masyarakat yang semakin tinggi serta pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat juga mendesak alam untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan daya
dukung alam terbatas.
Persoalan-persoalan diatas kemudian mengakibatkan masalah-masalah
lingkungan. Mulai dari pemanasan global, ketidak seimbangan ekosistem, perubahan
iklim hingga menipisnya sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui.
Permasalahan lingkungan tersebut bagai sebuah efek domino menimbulkan
permasalahan lainnya. Banjir, longsor, krisis air bersih, pencemaran udara hingga
kelaparan adalah beberapa contoh efek domino rusaknya lingkungan akibat revolusi
industri. Efek-efek tersebut berpotensi besar mengancam keselamatan dan
kesejahteraan manusia.

Melihat dari keuntungan penerapan teknologi industri 4.0 memang benar revolusi
ini bisa menjadi sebuah peluang ekonomi yang besar. Tetapi, pemaparan diatas
menjabarkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh revolusi industri 4.0 yang sangat
kompleks sehingga berpotensi menjadi sebuah ancaman untuk keberlangsungan hidup
manusia. Untuk itu diperlukan persiapan yang matang bagi negara dan setiap individu
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dibawa industri ini. Karena kita tidak
dapat mencegah perkembangan industri ini. Arus globalisasi juga lambat laun akan
membawa pengaruh industri 4.0.
Ada beberapa saran untuk pemerintah dalam mempersiapkan masyarakat
menghadapi disrupsi yang terjadi. Pertama, menyediakan kurikulum pendidikan yang
menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan di era industri ini.
Kedua, membuat kebijakan atau program (terutama kebijakan dalam segi pendidikan)
yang bertujuan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai sosial dalam
masyarakat.
F. Kesimpulan
Penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa ancaman dari
industri 4.0 bagi ekologi, diantaranya:
1. Pengangguran masal
2. Ketidak seimbangan ekonomi
3. Kerusakan lingkungan
Daftar Pustaka
Alec Ross, d. (2016). Pengantar Keuangan Perusahaan, Buku 2. Jakarta: Salemba empat.

Alfifto Tanjung, R. F. (2019, April). PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA


REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Diambil kembali dari researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/332593287_PERENCANAAN_SUMBER_
DAYA_MANUSIA_DI_ERA_REVOLUSI_INDUSTRI_40

Andrilla, R. (2014). PENERAPAN STAKEHOLDER RELATIONSHIP MANAGEMENT


PLUS (SRM+) DALAM PENGELOLAAN COMMUNITY DEVELOPMENT DI
AREA OPERASIONAL TOTAL E&P INDONESIE. e-Jurnal Ilmu Komunikasi
Universitas Mulawarman, 333-346.

Astuti, S. A. (2018). Impact of Industrial Revolution 4.0 and the Utilization of Digital Media
Technology towards Siber Community Behavior . Proceeding of Community
Development Volume: 2, 483-494.

Budiharto, W., & Suhartono, D. (2014). Artificial Intelligence-Konsep dan Pennerapannya.


Yogyakarta: Andi.

Friedman, W. (2016). Legal Theory (Fourth Edition). London: Stevens and Sons Limited.

Jemadu, A. (2013). Pembangunan dan modernisasi: implikasinya terhadap tatanan ekologi


dan sosial. JAP Nomor 2, 222-234.

Liao, Y. D. (2017). Past, Present and Future of Industri 4.0. International Journal of
Production Research Vol. 55 No. 12, 3609-3629.

Massepe, A. N. (2018). Making Indonesia 4.0, babak baru industri kita. Researchgate.net.

n.n. (2018, April 17). Revolusi Industri 4.0: Beberapa Jenis Pekerjaan yang Akan Hilang.
Diambil kembali dari jpnn.com: https://www.jpnn.com/news/revolusi-industri-40-
beberapa-jenis-pekerjaan-bakal-hilang

Nugroho, J. R. (2019). Revolusi Industri 4.0, Globalisasi dan Permasalahan di Indonesia.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rachman, F. F. (2018, December 19). 7 Pekerjaan yang akan hilang digantikan robot.
Diambil kembali dari Detik Finance: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-4350187/catat-ini-7-pekerjaan-yang-akan-hilang-digantikan-robot
Rosidah, Z. (2018, December 4). Ancaman Krisis Ekologi Dalam “Roadmap Making
Indonesia 4.0”. Diambil kembali dari Berdikari Online:
http://www.berdikarionline.com/ancaman-krisis-ekologi-dalam-roadmap-making-
indonesia-4-0/

Rosyadi, D. S. (2018). Revolusi 4.0: Peluang dan Tantangan Bagi Alumni Universitas
Terbuka. Researchgate.net, 1.

Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Berlin: Crown Business Press.

Tjandrawinata, R. R. (2016). Industri 4.0: revolusi industri abad ini dan pengaruhnya pada
bidang kesehatan dan teknologi. Dexa Medica Group, 1-2.

Anda mungkin juga menyukai