Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BESAR 1

MATA KULIAH KAPITA SELEKTA INDUSTRI

Dosen :

F.A Bayu Satya Wijaya, ST, MMSI

Disusun Oleh :

Meizy Anggun Ningsih 41620110063

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era digitalisasi ini dunia seakan menjadi semakin kecil. Teknologi
digital membawa dampak secara nyata dan signifikan bagi arah dan laju
kehidupan manusia. Revolusi Industri 4.0 dapat menyatukan dunia digital dan
fisik serta menawarkan peluang baru untuk mengumpulkan, menyebarkan dan
menggunakan informasi. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan
mendorong inovasi dalam skala besar didalam perusahaan. Menurut Savitri
(2019) Dengan munculnya Revolusi Industri 4.0 akan banyak teknologi
membantu pekerjaan-pekerjaan manusia untuk meningkatkan produksi
didalam perusahaan, serta dapat mempercepat proses pekerjaan dan
memaksimalkan jam dalam bekerja. Dari penjelasan tersebut Revolusi
Industri 4.0 adalah sebuah revolusi baru yang muncul, revolusi berbasis
teknologi yang dapat secara langsung membantu manusia dalam
menyelesaikan pekerjaannya, dengan munculnya teknologi baru maka akan
berdampak bagi dunia perindustrian, bisnis, dan sumber daya manusia. bukan
hanya teknologi di dalam pabrik yang akan berubah, namun sistem
pengelolaan dari sebuah perusahaan seperti sistem teknologi, bisnis, dan
sumber daya manusia juga akan berubah.
Revolusi industri 4.0 sudah memasuki dunia digitalisasi sistem industri.
Semua data yang diperlukan pada produksi maupun manajemen diinputkan
pada suatu sistem digital sehingga semua yang berkepentingan dapat
mengakses tanpa perlu mencari orang yang berkepentingan. Sebelumnya, di
industri 3.0, dunia industri menggencarkan dalam hal otomatisasi proses-
proses produksi. Mesin-mesin produksi lebih dipilih perindustrian untuk
menggantikan tenaga kerja manusia. Hal ini dapat memberikan efek positif
dengan adanya peningkatan output dan keseragaman produk. Akan tetapi,
efek negatif yang terjadi adalah banyaknya pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan industri-industri besar dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan
bagi masyarakat.
Dengan dimulainya revolusi industri ketiga di abad dua puluh ini,
Indonesia tertuntut untuk mengikuti perkembangan industri dunia, sehingga
efek negatif yang ditimbulkan dengan adanya revolusi industri saat itu juga
berdampak pada industri-industri di Indonesia. Peningkatan efisiensi dan
produktivitas dari setiap departemen pada industri tersebut menjadi tolak ukur
yang signifikan untuk memperkuat alasan diterapkannya industri 3.0 ini.
Meskipun dalam realitanya Indonesia mengalami keterlambatan dalam
revolusi ini, efek peningkatan efisiensi dan produktivitas yang dirasakan
industri-industri besar sangat signifikan, yaitu penurunan biaya produksi.
Ketatnya persaingan dunia industri era ini membuat pengelola industri
berpikir keras untuk menciptakan strategi yang tepat dalam menghadapi
situasi yang ada. Perlu adanya strategi transformasi agar tidak terjebak dalam
industrial dan manpowers shock. Menteri ketenagakerjaan, dalam siaran pers
(10/3/2018) mengatakan bahwa jika lambat mengantisipasi hal tersebut maka
Indonesia akan tertinggal oleh negara-negara lain (M. Hanif Dhakiri dalam
Detik Finance). Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pengelola industri adalah meningkatkan produktivitas tanpa mengurangi
kualitas produk yang dihasilkan.
Namun dengan berkembangnya Revolusi Industri 4.0 akan memunculkan
berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh Sumber Daya Manusia (SDM).
Tantangan utama yang akan dialami Sumber Daya Manusia hilangnya
pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi. Menurut Karnawati, 2017
dalam Slamet Rosyadi Revolusi Industri 4.0 dalam 5 tahun mendatang akan
menghapus 35% jenis pekerjaan. Bahkan dalm 10 tahun mendatang pekerjaan
yang akan hilang menjadi 75% . Hal ini disebabkan oleh tergantinya peran
pekerjaan yang dilakukan manusia dan setahap demi setahap digantikan
dengan teknologi digitalisasi program. Berdasarkan penjelasan tersebut
munculnya Revolusi Industri 4.0 akan menuntut sumber daya manusia untuk
bisa lebih berfikir kreatif dalam mengelola pekerjaan dan dapat juga
mengaplikasikan teknologi dengan bidang pekerjaan yang dikerjakan, hal ini
bertujuan untuk melatih sumber daya manusia dalam menggunakan teknologi
yang sudah berkembang. Selain dapat mengaplikasikan teknologi dalam
bidang pekerjaan yang dikerjakan, sumber daya manusia juga perlu
mempunyai beberapa kompetensi untuk menghadapai Revolusi Industri 4.0.
Pada tanggal 30 April sampai dengan 4 Mei 2018, Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto melakukan kunjungan kerja ke dua negara, Ceko dan
Jerman. Kunjungan ini dilakukan untuk mendukung upaya Pemerintah
Indonesia menerapkan Industri 4.0 dan meningkatkan investasi. Jerman
merupakan negara pertama yang membuat roadmap mengenai implementasi
ekonomi digital. Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan
langkahlangkah strategis yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making
Indonesia 4.0. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat terwujudnya visi
nasional yang telah ditetapkan untuk memanfaatkan peluang di era revolusi
industri keempat. Salah satu visi penyusunan Making Indonesia 4.0 adalah
menjadikan Indonesia masuk dalam 10 besar negara yang memiliki
perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
Dunia saat ini sedang menghadapi perubahan industri ke-4 atau yang
dikenal dengan Industri 4.0. Berdasarkan analisis Mckinsey Global Institute,
Industri 4.0 memberikan dampak yang sangat besar dan luas, terutama pada
sektor lapangan kerja, di mana robot dan mesin akan menghilangkan banyak
lapangan kerja di dunia. Untuk itu era revolusi industri ini harus disikapi oleh
pelaku industri dengan bijak dan hati-hati.
Di satu sisi, era industri ini melalui konektivitas dan digitalisasinya
mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur dan kualitas produk. Namun
demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan menghilangkan 800 juta
lapangan kerja di seluruh dunia hingga tahun 2030 karena diambilalih oleh
robot. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi Indonesia sebagai negara yang
memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi. Untuk
itu pemerintah perlu menyikapi perubahan ini dengan tepat melalui
penyusunan strategi yang mampu meningkatkan daya saing industri nasional
sekaligus menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas :
1. Apa tantangan digitalisasi di Indonesia ?
2. Apa solusi tantangan digitalisasi di Indonesia ?
1.3 Tujuan
Tujuan :
1. Untuk mengetahui tantangan digitalisasi di Indonesia
2. Untuk mencari tahu solusi tantangan digitalisasi di Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tantangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata tantangan
adalah ajakan berkelahi (berperang dan sebagainya). Arti lainnya dari
tantangan adalah hal atau objek yang perlu ditanggulangi.Tantangan memiliki
4 arti. Tantangan berasal dari kata dasar tantang. Tantangan adalah sebuah
homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi
maknanya berbeda.
Tantangan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga
tantangan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan.

2.2 Solusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata solusi adalah
penyelesaian. Arti lainnya dari solusi adalah pemecahan (masalah dan
sebagainya). Solusi memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda
sehingga solusi dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan.

2.3 Revolusi Industri Global


Era Revolusi Industri keempat ini diwarnai oleh kecerdasan buatan
(artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano,
mobil otomatis, dan inovasi. Perubahan tersebut terjadi dalam kecepatan
eksponensial yang akan berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan,
dan politik. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi
kampung global.
Industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di Jerman
pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industri ini merupakan
suatu proses industri yang terhubung secara digital yang mencakup berbagai
jenis teknologi, mulai dari 3D printing hingga robotik yang diyakini mampu
meningkatkan produktivitas. Sebelum ini telah terjadi tiga revolusi industri
yang ditandai dengan:
1. Ditemukannya mesin uap dan kereta api tahun 1750-1930;
2. Penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak tahun 1870-1900;
3. Penemuan komputer, internet, dan telepon genggam tahun 1960-
sekarang.
Kemunculan mesin uap pada abad ke-18 telah berhasil mengakselerasi
perekonomian secara drastis dimana dalam jangka waktu dua abad telah
mempu meningkatkan penghasilan perkapita negara-negara di dunia menjadi
enam kali lipat.
Revolusi industri kedua dikenal sebagai Revolusi Teknologi. Revolusi ini
ditandai dengan penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala besar,
meluasnya penggunaan tenaga uap, mesin telegraf. Selain itu minyak bumi
mulai ditemukan dan digunakan secara luas dan periode awal digunakannya
listrik.
Pada revolusi industri ketiga, industri manufaktur telah beralih menjadi
bisnis digital. Teknologi digital telah menguasai industri media dan ritel.
Revolusi industri ketiga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat
kontemporer. Revolusi ini telah mempersingkat jarak dan waktu, revolusi ini
mengedepankan sisi real time . 20 Lompatan besar terjadi dalam sektor
industri di era revolusi industri keempat, di mana teknologi informasi dan
komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Pada era ini model bisnis mengalami
perubahan besar, tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di
seluruh rantai nilai industri.
2.4 Pengertian Digitalisasi
Digitisasi dan digitalisasi sangat erat kaitannya. Keduanya sering dianggap
sebagai istilah yang memiliki arti sama, tapi dalam praktiknya, keduanya
memiliki arti yang berbeda.
Digitalisasi adalah sebuah istilah atau terminologi yang digunakan untuk
menjelaskan sebuah proses peralihan media. Peralihan yang dimaksud adalah
peralihan dari tercetak, video, maupun audio menjadi sebuah digital. Tujuan
melakukan digitalisasi adalah agar bisa membuat sebuah arsip dokumen
dalam bentuk digital.
Digitalisasi adalah proses membuat atau memperbaiki proses bisnis
dengan menggunakan teknologi dan data digital.
Istilah digitalisasi mengacu pada penggunaan teknologi dan data digital
untuk meningkatkan bisnis, pendapatan, dan menciptakan budaya digital.
Dalam praktiknya, data digital dijadikan sebagai pendukung utama untuk
seluruh proses tersebut. Jika sudah ditahap digitalisasi, perusahaan sudah
mampu mengubah proses bisnis menjadi lebih efisien, produktif, dan
menguntungkan. Contoh praktiknya adalah mengunggah data atau informasi
ke cloud dan membagikannya ke kolega agar dapat diakses dan dilihat secara
bersamaan, lalu dianalisa untuk keperluan bisnis

2.5 Perkembangan Digitalisasi Di Indonesia


Perlu dipahami bahwa perkembangan digitalisasi di Indonesia berlangsung
cepat seolah-olah tidak pernah terhenti. Para developer atau
pengembang selalu berusaha melakukan inovasi untuk menciptakan sebuah
terobosan baru yang berbasis informasi dengan tujuan agar para pengguna
bisa semakin terbantu di dalam kegiatan sehari-hari. Setiap sektor sekarang ini
sudah tidak bisa lepas dari yang namanya digitalisasi.
Selain itu, digitalisasi juga tidak bisa lepas dari internet karena memang
internet merupakan jantung atau organ penting dalam semua sektor
digitalisasi. Berdasarkan keterangan yang dijelaskan oleh Kemkominfo bahwa
para pengguna internet yang berasal dari Indonesia kurang lebih mencapai 82
juta. Dengan pencapaian tersebut, maka Indonesia menduduki peringkat
kedelapan sebagai negara yang memiliki jumlah pengguna internet terbanyak.
Hal ini membawa dampak positif bagi para pelaku pasar di bidang
teknologi. Mereka menjadikan Indonesai sebagai negara yang tentu akan
memberikan banyak keuntungan bagi para investor atau perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi.
Meskipun begitu bukan berarti tidak ada aktivitas yang dapat memberikan
dampak negatif. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari kriminologi.id,
bahwa Kepolisian Jawa Barat ternyata berhasil membongkar adanya
perdagangan senjata api secara ilegal di situs tersebut. Kejadian ini terjadi
pada tanggal 1 Maret 2018 yang mana jika penemuan ini tidak berhasil
diungkap bisa menyebabkan banyaknya pembunuh bayaran.
Intinya, perkembangan digitalisasi di Indonesia memiliki unsur positif dan
negatif. Yang terpenting adalah semua pihak harus saling membantu dalam
meningkatkan dan menemukan berbagai solusi yang dibutuhkan untuk
mengatasi hal-hal negatif yang ditimbulkan akibat digitalisasi tersebut.
Dengan begitu, maka semua pihak bisa terhindar dari kemungkinan-
kemungkinan yang bisa merugikan diri sendiri maupun juga orang lain.

2.6 Manfaat Digitalisasi


Tujuan dari adanya digitalisasi adalah membantu pekerjaan atau aktivitas
sehari-hari manusia. Digitalisasi akan memberikan keefektifan dan
optimalisasi mengenai berbagai banyak hal yang malah sebelumnya
membutuhkan waktu atau usaha lebih untuk bisa mendapatkannya.
Misalnya, digitalisasi di bidang transporasi yang mana dengan hadirnya
aplikasi GO-JEK masayarakat bisa dengan mudah menemukan lokasi yang
diinginkan yang terkadang tidak bisa dijangkau oleh angkutan umum. Selain
itu, waktu untuk bisa mencapai tempat tersebut juga tidak lama bahkan lebih
cepat dari perkiraan. Manfaat digitalisasi di bidang transportasi juga membuat
kita lebih mudah mendapatkan makanan maupun minuman atau juga
mengirimkan barang.
Sementara itu, manfaat digitalisasi di bidang perdaganan atau jual beli
yaitu penjual maupun pembeli bisa dengan mudah melakukan transaksi jual
beli dalam waktu yang singkat. Bahkan meskipun lokasi barang yang
diinginkan di luar negeri, namun waktu dan komunikasi tetap berjalan lancar
dan tanpa adanya gangguan.

2.7 Kesiapan Digitalisasi


Indonesia saat ini telah memasuki Revolusi Industri 4.0. Segala hal dapat
dikendalikan dari segala tempat melalui jaringan internet dan perangkat gawai
yang saling terhubung. Implikasi dari era ini sangat besar ketika teknologi
berbasis digital dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya untuk :

1. Meningkatkan produktivitas kerja,

2. Membangun hubungan sosial-ekonomi, serta

3. Membantu memudahkan dalam berbagai hal (Doukidis et al, 2004).

Berbagai persiapan dan antisipasi telah dilakukan oleh pemerintah


Indonesia dalam menghadapi era transformasi digital ini, seperti :

 Penyediaan infrastruktur seperti listrik dan internet untuk mendukung


transformasi digital,
 Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pelatihan, baik
yang diberikan oleh pemerintah maupun swasta,
 dikeluarkannya kebijakan terkait dengan Revolusi Industri 4.0.
2.8 Roadmap Industri 4.0 di Indonesia
Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang
berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0. Hal ini
ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap
dan strategi Indonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini.
Kementerian Perindustrian merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah
roadmap yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi
dalam memasuki era Industri 4.0. Implementasi Industri 4.0 tersebut bertujuan
untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Dalam roadmap tersebut terdapat lima industri yang menjadi fokus
implementasi, yaitu: makanan dan minuman (mamin), tekstil, otomotif,
elektronik, dan kimia. Kelima industri ini merupakan tulang punggung
perekonomian yang diharapkan akan mampu memberikan efek ungkit yang
besar, meningkatkan daya saing, serta memberikan kontribusi nyata terhadap
ekonomi Indonesia. Selain itu, Making Indonesia 4.0 memuat 10 inisiatif
nasional yang bersifat lintas sektoral untuk mempercepat perkembangan
industri manufaktur.
Indonesia telah mengawali proses adaptasi terhadap Industri 4.0 dengan
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and
match antara pendidikan dengan industri. Upaya ini dilaksanakan secara
sinergis antara Kementerian Perindustrian dengan kementerian dan lembaga
terkait seperti Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Kementerian Perindustrian telah menetapkan empat langkah strategis
dalam menghadapi Industri 4.0. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan
tersebut adalah: Pertama, mendorong agar angkatan kerja di Indonesia terus
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, terutama dalam
menggunakan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan
internet dengan lini produksi di industri. Kedua, pemanfaatan teknologi digital
untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah
(IKM) agar mampu menembus pasar ekspor melalui program E-smart IKM.
Ketiga, pemanfaatan teknologi digital yang lebih optimal dalam perindustrian
nasional seperti Big Data, Autonomous Robots, Cybersecurity, Cloud, dan
Augmented Reality. Keempat, mendorong inovasi teknologi melalui
pengembangan start up dengan memfasilitasi inkubasi bisnis agar lebih
banyak wirausaha berbasis teknologi di wilayah Indonesia.
Dengan menerapkan Industri 4.0, Menteri Perindustrian menargetkan, visi
besar nasional dapat tercapai. Visi tersebut secara 21 garis besar yaitu:
membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi pada tahun 2030;
mengembalikan angka net export industri 10 persen; peningkatan
produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibanding peningkatan biaya
tenaga kerja; dan pengalokasian dua persen dari GDP untuk aktivitas research
and development teknologi dan inovasi, atau tujuh kali lipat dari saat ini.

2.9 Keuntungan dan Kelemahan Digitalisasi


a. Keuntungan

1. Inovasi tanpa akhir.

Banyak perusahaan di era revolusi industri 4.0 yang seakan belum


puas terhadap apa yang telah mereka capai. Mereka senantiasa
melakukan berbagai inovasi baru. Perusahaan pada era ini secara terus
menerus melakukan kerja sama dengan perusahaan–perusahaan
rintisan (startup company). Tak hanya itu, mereka juga memfasilitasi
para startup company ini melalui incubator dan akselerasi sehingga
memiliki model bisnis yang dapat menarik minat investor.
2. Solusi terhadap permasalahan saat ini.

Contoh nyata dari kasus ini adalah lahirnya ojol seperti Gojek atau
Grab, mereka menawarkan solusi atas kemacetan kota namun dengan
ongkos murah serta cara penggunaan yang sangat mudah. Tak cuma
itu, Gojek atau Grab juga telah membuka lapangan kerja baru sehingga
meringankan beban pemerintah.

3. Kemudahan-kemudahan yang senantiasa tersaji.

Perusahaan melihat para konsumen tidak sebatas sebagai pengguna


produk atau jasa saja, tetapi melihat konsumen dari multi dimensinya,
sehingga konsumen akan memilih produk yang memuaskan
keinginannya untuk berpartisipasi, berkreasi, komunitas, dan
idealismenya. Perusahaan pada era ini cenderung mencari solusi
terhadap permasalahan kemudian mencari keuntungan secara tidak
langsung merupakan ciri dari pemasaran pada era ini.

4. Inovasi mejadi kunci utama merebut pasar pada era revolusi industri
4.0

Hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan inovatif tersebut adalah


mengkombinasikan teknologi seperti 3D Printing, Big Data, ataupun
Internet of Things. Kemudian perusahaan melakukan pengembangan
teknologi yang cepat, dan menawarkan solusi terhadap permasalahan
global.

5. Kemudahan-kemudahan yang senantiasa tersaji.

Seperti Internet of Things dimana alat terintergrasi ke internet dan


saling terhubung. Contoh, pada tata kota dimana sekitar 20 tahun yang
lalu polisi harus turun ke lapangan untuk mengamati situasi maupun
menata lalu lintas, namun sekarang mereka hanya perlu duduk dan
memantau lewat cctv yang terintergrasi dengan internet. Di bidang
otomotif, terdapat smart car yang dapat mengemudi sendiri dengan
memanfaatkan beberapa sensor.

b. Kelemahan
1. Mempertahankan integritas proses produksi dengan minimnya
pantauan dari manusia menjadi penghalang.
Jadi yang dimaksud yaitu sulitnya mempertahankan integritas /
kekonsistenan dalam proses produksi tanpa adanya pantauan atau
campur tangan dari manusia.
2. Hilangnya berbagai bidang pekerjaan.
Maksudnya yaitu hilangnya berbagai bidang pekerjaan yang selama ini
dikerjakan oleh manusia, yang sekarang telah diganti dengan mesin
yang bekerja secara otomatis.
BAB III
TANTANGAN

Revolusi Industri 4.0 mendorong berbagai negara di dunia untuk terus


berinovasi dalam ranah perekonomian digital. Melakukan inovasi dan
mengikuti perkembangan yang ada memang tidak selalu mudah. Ada berbagai
macam tantangan yang dihadapi melalui strategi-strategi yang terencana.
Untuk kasus di tanah air, ada lima tantangan. Berikut di antaranya:

1. Cyber Security

Cyber security masih menjadi tantangan utama di berbagai negara dalam


hal perekonomian digital. Begitu pula dengan investasi digital ekonomi
Indonesia. Sebagai negara berkembang yang memiliki peluang besar,
Indonesia memiliki arus transaksi online yang semakin meningkat setiap
tahunnya. Hal ini akan menjadi celah baru bagi pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan terhadap dunia cyber.
Bahkan negara kita pernah mendapat 1.225 miliar serangan cyber setiap
harinya.

Salah satu bentuk serangan cyber ini adalah ransomware yang dapat
menyerang website yang bergerak di perekonomian digital. Kasus yang
dapat dijadikan pelajaran adalah bagaimana ransomware dapat membobol
bank sentral Bangladesh dan Malaysia. Akibatnya, kerugian yang cukup
besar pun tak bisa dihindari. Oleh karenanya, penting bagi pemerintah
menciptakan sistem keamanan internet tingkat tinggi guna menjaga
transaksi dan investasi ekonomi digital.

2. Persaingan yang semakin ketat

Perekonomian digital juga membawa persaingan pasar semakin ketat.


Berkembangnya e-commerce seolah menjadi keran masuknya produk-
produk dari negara lain ke Indonesia dengan mudah. Akibatnya, produk-
produk lokal pun jika tidak berkembang akan tergerus oleh produk dari
negara lain yang cenderung dijual dengan harga terjangkau.

Misalnya saja membanjirnya produk-produk dari Cina, Singapura,


maupun Jepang. Ditambah lagi sat ini masih minim produk dari UMKM
yang masuk dalam ranah e-commerce. Di sinilah diperlukan adanya
sinergi dari pihak pemerintah maupun swasta agar produk lokal ini dapat
bersaing. Baik melalui pembinaan hingga bantuan inovasi supaya di masa
mendatang produk lokal dapat menikmati keuntungan dari adanya
investasi digital ekonomi Indonesia.

3. Pembangunan sumber daya manusia

Tantangan selanjutnya dalam menghjadapi investasi digital ekonomi


Indonesia ialah mengenai sumber daya manusia. Hal ini tentu menjadi PR
bagi pemerintah di negara-negara berkembang seperti Asia Tenggara,
termasuk pula di Indonesia. Pada tahun 2017, sebagaimana dilansir
dari Kompas.com, Google menyebutkan bahwa di Asia Tenggara sumber
daya profesional dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital masih
minim.

Seperti pekerjaan rumah di negara-negara berkembang, tenaga kasar


masih mendominasi sumber daya dalam hal sistem perekonomian.
Tantangan ini memang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Salah
satu pemecahannya ialah pemerintah lagi-lagi harus bekerja sama dalam
mengedukasi masyarakat dan mempersiapkan sistem pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman jika ingin memiliki daya saing yang
baik dalam menghadapi ekonomi digital saat ini.

4. Ketersediaan akses internet yang mumpuni

Sama halnya dengan pembangunan sumber daya manusia, faktor lain yang
tak kalah pentingnya adalah mengenai infrastruktur. Dalam hal ini, yang
menjadi poin penting adalah ketersediaan akses internet mumpuni di
hampir seluruh wilayah. Sebab, akses internet inilah yang memengaruhi
investasi digital ekonomi di Indonesia.

Saat ini akses internet masih terpusat di pulau-pulau terbesar saja seperti
Jawa, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara. Sedangkan wilayah seperti
Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua dinilai masih minim. Data tersebut
dilansir oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia pada 2017
lalu. Diharapkan dengan adanya program pembangunan internet, nantinya
bisa mendorong peningkatan perekonomian.

5. Regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman

Tantangan lainnya ialah mengenai adanya regulasi dan dasar hukum yang
perlu dirancang untuk mengikuti perkembangan zaman. Hukum klasik
yang menyebutkan bahwa hukum selalu berjalan tertatih-tatih mengejar
perkembangan zaman mungkin akan berlaku jika aturan main mengenai
digital ekonomi di Indonesia tidak ditangani dengan optimal.

Menanggapi hal ini, pemerintah pun dengan sigap membuat peraturan


perundang-undangan yang mengatur jalannya perekonomian digital
nasional. Begitu pula dengan lembaga-lembaga terkait. Ini semata-mata
untuk melindungi hak-hak konsumen dan pelaku ekonomi digital agar
dapat berjalan dengan baik di masa mendatang.
Pada Peran teknologi di era revolusi industri 4.0 mengambil alih hampir
sebagian besar aktivitas perekonomian. Selain mendorong pertumbuhan
ekonomi, tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia,
termasuk dunia kerja dan bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Pada
dasarnya, revolusi industri 4.0 menggabungkan mesin, alur kerja dan sistem
dengan penerapan jaringan cerdas di sepanjang prosesnya. Revolusi industri
4.0 ini mampu melenyapkan sejumlah jenis pekerjaan, namun di sisi lain juga
menghadirkan jenis pekerjaan baru.

Kita berdiri di tepi revolusi industri 4.0 yang secara fundamental akan
mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Dalam
skala, cakupan, dan kerumitannya, transformasi ini tidak akan seperti apa pun
yang dialami manusia sebelumnya. Kita juga belum mengetahui bagaimana
hal itu akan terungkap, tetapi satu hal yang jelas: respons terhadapnya harus
terintegrasi dan komprehensif, melibatkan semua pemangku kepentingan dari
pemerintahan global, dari sektor publik dan swasta hingga akademisi dan
masyarakat sipil.

Dalam Revolusi Industri yang pertama adalah menggunakan tenaga air


dan uap untuk memekanisasi produksi. Kedua menggunakan tenaga listrik
untuk membuat produksi massal. Yang ketiga menggunakan elektronik dan
teknologi informasi untuk mengotomatisasi produksi. Sekarang Revolusi
Industri 4.0 sedang membangun di atas yang ketiga, revolusi digital yang telah
terjadi sejak pertengahan abad terakhir. Ini dicirikan oleh perpaduan teknologi
yang menghubungkan garis antara bidang fisik, digital, dan biologis. Terdapat
tiga alasan mengapa transformasi saat ini tidak hanya mewakili perpanjangan
dari revolusi industri ketiga, akan tetapi lebih kepada kedatangan revolusi
industri 4.0 jauh berbeda dari kecepatan, ruang lingkup, dan dampak system.

Kecepatan terobosan saat ini tidak memiliki preseden historis. Jika


dibandingkan dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi ini berkembang
pada kecepatan yang eksponensial daripada linear. Selain itu, ini harus
diadaptasi hampir setiap industri di setiap negara. Dengan luas dan masifnya
perubahan ini menandai transformasi seluruh sistem produksi, manajemen,
dan tata kelola teknologi informasi. Pada dasarnya, teknologi-teknologi cerdas
tersebut dapat membantu industri untuk bekerja lebih efisien dan efektif tanpa
harus mengeluarkan budget yang berlebihan, berbeda ketika era terdahulu
yang masih menggunakan tenaga kerja dan teknologi yang konvensional.
BAB IV
SOLUSI

Pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional dalam upaya


mengimplementasikan peta jalan Making Indonesia 4.0. Dari strategi tersebut,
diyakini dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar
lebih berdaya saing global di tengah era digital saat ini.
“Revolusi industri keempat tidak bisa kita hindari. Untuk menghadapinya,
kita sudah ada roadmap yang terintegrasi sehingga dalam mengembangkan
industri manufaktur kita ke depan punya arah yang jelas,” kata Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto ketika memberikan kuliah umum yang
diselenggarakan Para Syndicate di Jakarta, Kamis (26/4).
Kesepuluh inisiatif tersebut, pertama adalah perbaikan alur aliran barang
dan material. Upaya ini akan memperkuat produksi lokal pada sektor hulu dan
menengah melalui peningkatan kapasitas dan percepatan adopsi teknologi.
Menyusun strategi sumber material secara nasional, yang diharapkan dapat
mengurangi impor bahan baku maupun komponen dan memacu sumber daya
alam kita agar bernilai tambah tinggi.
Langkah kedua, mendesain ulang zona industri. Dari beberapa zona
industri yang telah dibangun di penjuru negeri, Indonesia akan mengop-
timalkan kebijakan zona-zona industri tersebut dengan menyelaraskan peta
jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus dalam Making Indonesia 4.0.
Dilihat secara geografis, kemudian dari aspek transportasi, infrastruktur, dan
lainnya sehingga komprehensif antar lintas sector.
Ketiga, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. Indonesia melihat
tantangan keberlanjutan sebagai peluang untuk membangun kemampuan
industri nasional, seperti yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik,
biokimia, dan energi terbarukan. Oleh karenanya, Indonesia akan berusaha
memenuhi persyaratan keberlanjutan itu di masa mendatang, dengan
mengidentifikasi aplikasi teknologi dan peluang pertumbuhan ramah
lingkungan, serta mempromosikan lingkungan yang kondusif.
Keempat, memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hampir 70 persen, pelaku usaha Indonesia berada di sektor UMKM.
Pemerintah berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha UMKM dengan
membangun platform e-commerce, yang juga bisa dimanfaatkan petani dan
pengrajin. Selanjutnya juga akan membangun sentra-sentra teknologi dalam
rangka meningkatkan akses UMKM terhadap akuisisi teknologi dan
memberikan dukungan mentoring untuk mendorong inovasi.
Upaya kelima, yaitu membangun infrastruktur digital nasional. Indonesia
akan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital, termasuk
internet dengan kecepatan tinggi dan meningkatkan kemampuan digital
melalui kerja sama antara pemerintah dengan publik dan swasta untuk dapat
berinvestasi di teknologi digital seperti cloud, data center, security
management dan infrastruktur broadband.
Keenam, menarik minat investasi asing. Hal ini dapat mendorong transfer
teknologi ke perusahaan lokal. Untuk meningkatkan investasi, Indonesia akan
secara aktif melibatkan perusahaan manufaktur global, memilih 100
perusahaan manufaktur teratas dunia sebagai kandidat utama dan menawarkan
insentif yang menarik, dan berdialog dengan pemerintah asing untuk
kolaborasi tingkat nasional.
Ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut
Menperin, SDM adalah hal yang penting untuk mencapai kesuksesan
pelaksanaan Making Indonesia 4.0. Indonesia berencana untuk merombak
kurikulum pendidikan dengan lebih menekankan pada Science, Technology,
Engineering, the Arts, dan Mathematics (STEAM), serta meningkatkan
kualitas sekolah kejuruan.
Kedelapan, pembangunan ekosistem inovasi. Pemerintah akan
mengembangkan cetak biru pusat inovasi nasional, mempersiapkan
percontohan pusat inovasi dan mengoptimalkan regulasi terkait, termasuk di
antaranya yaitu perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan insentif fiskal
untuk mempercepat kolaborasi lintas sektor diantara pelaku usaha swasta atau
BUMN dengan universitas.
Kesembilan, insentif untuk investasi teknologi. Pemerintah akan
mendesain ulang rencana insentif adopsi teknologi, seperti subsidi, potongan
pajak perusahaan, dan pengecualian bea pajak impor bagi perusahaan yang
berkomitmen untuk menerapkan teknologi industri 4.0. Selain itu, Indonesia
akan meluncurkan dana investasi negara untuk dukungan pendanaan
tambahan bagi kegiatan investasi dan inovasi di bidang teknologi canggih.
Dan, langkah kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan
kebijakan. Indonesia berkomitmen melakukan harmonisasi aturan dan
kebijakan untuk mendukung daya saing industri dan memastikan koordinasi
pembuat kebijakan yang erat antara kementerian dan lembaga terkait dengan
pemerintah daerah.

Solusi untuk menghadapi digitalisasi industry :


Bagi negara-negara maju, Industri 4.0 dapat menjadi cara untuk
mendapatkan kembali daya saing infrastruktur. Bagi negaranegara
berkembang, Industri 4.0 dapat membantu menyederhanakan rantai suplai
produksi, yang dalam hal ini sangat dibutuhkan guna menyiasati biaya tenaga
kerja yang kian meningkat.
Untuk itu, dalam menghadapi era revolusi industri keempat, sektor
industri nasional perlu banyak berbenah, terutama dalam aspek penguasaan
teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing. Setidaknya terdapat lima
teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industri 4.0, yaitu
Internet of Things, Artificial Intelligence , Human-Machine Interface,
teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing. Kelima unsur
tersebut harus mampu dikuasai oleh perusahaan manufaktur Indonesia agar
dapat bersaing.
Pemerintah juga harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0
seperti disruptive technology. Kehadiran disruptive technology ini akan
membuat perubahan besar dan secara bertahap akan mematikan bisnis
tradisional. Peran Industri 4.0 juga ini masih dipertanyakan bila dilihat dari
gejala deindustrialisasi global yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan
semakin meningkatnya peran sektor jasa. Kombinasi antara proyeksi
pertumbuhan ekonomi yang tidak bertambah dengan cepat dan penurunan
peran sektor manufaktur telah menimbulkan keraguan tentang kehebatan
Industri 4.0. Selain itu Industri 4.0 juga berdampak negatif terhadap
penciptaan lapangan pekerjaan. Di kawasan ASEAN, hanya Singapura yang
telah siap mengadapi era industri baru ini.
Pada saat pemerintah memutuskan untuk beradaptasi dengan sistem
Industri 4.0, maka pemerintah juga harus memikirkan keberlangsungannya.
Jangan sampai penerapan sistem industri digital ini hanya menjadi beban
karena 22 tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Banyak hal yang harus
dipersiapkan seperti: peran para pengambil keputusan, tata kelola, manajemen
risiko implementasi sistem, akses publik pada teknologi, dan faktor keamanan
sistem yang diimplementasikan. Selain itu pemerintah juga harus
mempersiapkan sistem pendataan yang berintegritas, menetapkan total
harga/biaya kepemilikan sistem, mempersiapkan payung hukum dan
mekanisme perlindungan terhadap data pribadi, menetapkan standar tingkat
pelayanan, menyusun peta jalan strategis yang bersifat aplikatif dan
antisipatif, serta memiliki design thinking untuk menjamin keberlangsungan
industri.
BAB V
KESIMPULAN

Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri keempat. Pada revolusi
industri ini terjadi lompatan besar dalam sektor industri, di mana teknologi
informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Agar mampu bersaing,
Indonesia harus mampu mengadopsi Industri 4.0 ini dan mempersiapkan
strategi yang tepat di semua sektor. Indonesia telah berkomitmen untuk
membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui
percepatan implementasi Industri 4.0. Hal ini ditandai dengan peluncuran
Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap dan strategi Indonesia
memasuki era digital. Kementerian Perindustrian merancang Making
Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap untuk mengimplementasikan sejumlah
strategi secara terintegrasi. Selain mampu mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi, revolusi ini juga memiliki dampak negatif. Industri ini akan
mengacaukan bisnis konvensional dan mengurangi permintaan terhadap
tenaga kerja. Untuk itu pemerintah harus mempersiapkan strategi antisipatif
terhadap berbagai kemungkinan yang akan berdampak negatif terhadap
perekonomian nasional.
REFERENSI

https://inixindojogja.co.id/apa-itu-digitisasi-digitalisasi-dan-transformasi-digital-
ketahui-perbedaannya/

https://lektur.id/arti-solusi/

https://www.nesabamedia.com/pengertian-digitalisasi/

https://lektur.id/arti-tantangan/

Anda mungkin juga menyukai