Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULU

AN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi di dunia bisnis mengalami perkembangan yang

sangat cepat untuk membawa Indonesia memasuki era baru yang telah mencapai

generasi keempat. Revolusi yang sudah mencapai generasi keempat ini telah

mengubah revolusi digital yang secara fundamental mengubah cara hidup, cara

kerja, dan cara berinteraksi masyarakat diseluruh penjuru dunia (Hamdan,

2018). Awal mula revolusi industri 1.0 dimulai pada tahun 1750-1850 yang

dimana tenaga manusia digantikan dengan mesin uap. Revolusi industri 2.0

dimulai pada tahun 1870 dengan munculnya pembangkit tenaga listrik,

sedangkan revolusi industri 3.0 dimulai pada tahun 1969 dengan munculnya

teknologi digital dan internet. Pada era baru revolusi industri 4.0 dimulai pada

tahun 2018 yang ditandai dengan Artificial Intelligence, cloud computing, Big

Data, Sistem Sensor dan Otomasi, Virtual Augmented Reality, Mobility, dan

Internet of Things (IoT).

Era revolusi industri 4.0 memiliki dampak perubahan yang signifikan

dalam perkembangan akuntansi, dimana banyak orang dari berbagai latar

belakang profesi baru khawatir akan hilangnya pekerjaan mereka karena

munculnya teknologi yang canggih ini. Keberhasilan era tersebut memberikan

jaminan yang baik dalam mengarungi arus digitalisasi seakan berselisih dengan
ancaman mematikan bagi lapangan pekerjaan. Hal ini tentu tidak terlepas dari

kehadiran revolusi industry 4.0 yang membawa peran mesin dan robot

dalam melakukan pekerjaan. Industry 4.0 sebagai integrasi dari informasi digital

dengan berbagai banyak sumber dan lokasi yang dimulai dari aktifitas manual

dalam berbisnis menjadi lebih mudah dan efisien (Deloitte, 2018). “Revolusi

Industri 4.0 merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan

mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua

proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama,” kata

Airlangga. Generasi keempat ini telah dirasakan bukan hanya di negara-negara

maju yang memiliki modal dan ekonomi besar namun negara-negara di ASEAN

yang memiliki peluang untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan

kesejahteraan negaranya dalam revolusi ke empat ini.

Kemenristekdikti pada Rakernas 2018 (Ristekdikti, 2018) menjelaskan

ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan dilaksanakan

oleh Kemenristekdikti untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing

bangsa di era revolusi industri 4.0 yaitu pertama, persiapan sistem pembelajaran

yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian kurikulum

pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data

Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things

(IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan objek fisik, digital dan manusia

untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif dan terampil

terutama dalam aspek data literacy, technological literacy and human literacy.

Kedua, rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan

responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin

ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya
program Cyber University, seperti sistem perkuliahan distance learning,

sehingga mengurangi intensitas pertemuan dosen dan mahasiswa. Program

Cyber University diharapkan menjadi solusi bagi anak bangsa di pelosok

daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi yang berkualitas. Ketiga, persiapan

sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang

responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain

itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan,

riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan,

riset, dan inovasi. Keempat, Terobosan dalam riset dan pengembangan yang

mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan pengembangan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas riset dan pengembangan di Perguruan

Tinggi, Lembaga Litbang, LPNK, Industri, dan Masyarakat. Kelima, terobosan

inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri

dan meningkatkan perusahaan pemula berbasis teknologi.

Fenomena yang terjadi di Indonesia sendiri yaitu lulusan perguruan

tinggi masih cukup besar dalam menyumbang angka pengangguran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran terbuka di

Indonesia periode Agustus 2019 menurun tetapi dari sisi pendidikannya tingkat

pengangguran yang semakin banyak merupakan sarjana dan lulusan universitas

rentang pendidikan strata 1 sampai strata 3 yang mencapai angka 737.000 orang

(Rahayu,2019). Pada kenyataannya, mutu lulusan perguruan tinggi tidak selalu

dapat diterima dan mampu untuk bekerja sebagaimana yang diharapkan dunia

kerja (Asmawi, 2005). Kondisi seperti ini setiap Lembaga Pendidikan harus

mempersiapkan orientasi dan literasi baru dalam bidang Pendidikan. Presiden

RI Joko Widodo (Nursyabila, 2019) mengingatkan bahwa tantangan industri 4.0


menjadikan salah satu persaingan semakin ketat dan kemampuan runtuh sama

dengannya seperti profesi akuntan. Dalam 15 juta pekerjaan akan lepas ke

orang-orang teknologi pada tahun yang akan datang, 59% pemilik usaha kecil

tidak akan membutuhkan lagi akuntan dalam 10 tahun kedepan, konsep

reporting analisis bisa mengalami perubahaan dan profesi yang bisa tergantikan

oleh Artificial Intelligence adalah akuntan (Nursyabila, 2019).

Fenomena pada tahun 2020 ini sangat berbeda dari tahun sebelumnya

dimana terdapat fenomena yang terjadi di seluruh penjuru dunia termasuk

Indonesia yaitu virus covid-19. Virus ini mengakibatkan seluruh kegiatan

berkumpul dengan jumlah yang banyak untuk tidak dilaksanakan dalam rangka

meminimalisir penyebaran covid-19 di masyarakat. Kasus ini sangat berdampak

bagi seluruh pekerja dan Lembaga Pendidikan di tingkat sekolah dasar, sekolah

menengah pertama, sekolah menengah atas sampai ke perguruan tinggi. Dengan

adanya himbauan untuk bekerja dan belajar dirumah maka semua Lembaga

Pendidikan dan non Pendidikan memanfaatkan perkembangan teknologi

untuk bisa melakukan aktivitas dengan normal.

Era Revolusi Industri 4.0 bukan sekadar aplikasi teknologi canggih yang

serbadigital, melainkan juga memerlukan perubahan cara berpikir dan bekerja

sehingga perlu penguasaan skill baru yang lebih adaptif terhadap situasi saat ini

(Satria,2020). Covid-19 mempercepat kita beradaptasi dengan Era Revolusi

Industri 4.0 dengan memanfaatkan teknologi digital. Memasuki era digital

seperti sekarang ini teknologi sangat membantu untuk keperluan Pendidikan

seperti dosen dan mahasiswa karena sangat membantu proses kegiatan belajar

dan mengajar. Penerapan kuliah online oleh perguruan tinggi patut di

aspresiasi ditengah situasi melawan corona virus. Pada dunia kerja akibat dari
adanya lockdown, beberapa perusahaan mengharuskan karyawannya untuk

bekerja dari rumah (Work from Home). Kondisi Pandemi Covid-19

mempengaruhi sebagian besar proses bisnis yang dijalankan oleh KAP, baik itu

manajemen internal, jaringan KAP, hingga perlunya pertimbangan kembali atas

perikatan audit hingga pendekatan audit alternatif yang harus ditempuh dalam

masa pandemi ini (Fatmasari, 2020). Prosedur penilaian risiko dan pemahaman

auditor atas pengendalian internal entitas menjadi salah satu hal yang harus

dipahami auditor. Kondisi seperti saat ini juga mempengaruhi auditor dalam

memperoleh bukti audit dengan pemberlakuannya PSBB ( Pembatasan Sosial

Berskala Besar) dengan perubahan mengeksplorasi prosedur-prosedur audit

alternatif untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat selama masa

pandemi.

Perguruan Tinggi dapat bekerjasama dengan industri untuk meyakinkan

bahwa para lulusan akan memiliki keahlian yang dibutuhkan pada era revolusi

industry 4.0, seperti misalnya pemanfaatan teknologi berbasis AI dan Big Data

(Crawford,2015). Beberapa asosiasi dan perguruan tinggi di berbagai negara

yang telah menerapkan perubahan ini yaitu (1) School Of Accounting at the

Rawls College of Business, Texas Tech University menambahkan mata kuliah

Big Data dan Dana Analitics ke dalam kurikulumnya. (2) St. Mary’s University

Greehey School of Business membentuk program sarjana Accounting dan

data analytics.

(3) Chartered Institute Accountants of Sri Langka memasukkan topic Big Data

dalam modul corporate level. (4) Malaysian Institute of Accountants

mensyaratkan pendidikan akuntansi memasukkan topik IT, AIS, dan system

analysis and design dalam kurikulum setiap perguruan tinggi (Gamage, 2016).
Program Sarjana Akuntansi tidak dapat dengan mudah untuk

memasukkan mata kuliah secara mandiri seperti Big Data tanpa mengorbankan

mata kuliah yang sudah ada. Oleh karena itu, untuk memasukkan Big Data ke

dalam kurikulum akuntansi dengan menambahkan topik yang terkait dengan

mata kuliah yang sudah ada seperti pada Tabel 1.1.

Anda mungkin juga menyukai