Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 2: TEORI ORGANISASI

ESSAY TEORI
Arah Perkembangan Organisasi Usaha di Indonesia:
Perkembangan Digitalisasi Organisasi Usaha di Indonesia

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS

Ditulis oleh:
Qonita Lutfiyah
K1601221019
DMB 19

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
Perkembangan Digitalisasi Organisasi Usaha di Indonesia

Oleh: Qonita Lutfiyah

A. Pendahuluan

Memasuki revolusi industri 4.0, teknologi digital menjadi salah satu modal

utama yang dibutuhkan oleh para pelaku industri untuk mengembangkan lini usaha

mereka. Kehadiran industri 4.0 pun menjadi bukti bahwa saat ini perkembangan

industry tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi. Perkembangan sektor

industri yang beriringan dengan perkembangan teknologi tentunya dapat membawa

dampak yang positif pada suatu negara, salah satunya dampak positif pada peningkatan

perekonomian negara tersebut. Dengan adanya teknologi digital, suatu negara dapat

mendorong perekonomiannya ke arah ekonomi digital. Era ekonomi digital,

sebenarnya, sudah berlangsung mulai dari tahun 1980-an, dengan menggunakan

personal computer (PC) dan internet sebagai teknologi kunci yang digunakan untuk

esiensi bisnis. Penggunaan teknologi seperti PC dan internet ini pun menjadi awal dari

perkembangan e-commerce atau perdagangan elektronik. Seiring dengan

perkembangan teknologi, era old digital economy akhirnya memasuki era new digital

economy, ditandai dengan adanya mobile technology, akses internet yang tidak

terbatas, serta kehadiran teknologi cloud yang digunakan dalam proses ekonomi digital

(Van Ark, Erumban, Corrado, & Levanon, 2016).

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk

perkembangan ekonomi digital. Google dan TEMASEK (2018) dalam hasil

penelitiannya, menyebutkan bahwa salah satu hal yang mendukung perkembangan

internet ekonomi di Indonesia adalah banyaknya jumlah pengguna internet di

Indonesia. Ekonomi digital di Indonesia memang dapat membawa banyak dampak

positif, namun hal ini juga menjadi tantangan organisasi dalam membuat kebijakan.
Dengan adanya perkembangan ekonomi digital dapat memungkinkan munculnya

model bisnis baru, integrasi antar sektor bisnis, serta perubahan model bisnis pada

sektor yang sudah ada.

B. Pembahasan

Sumber daya manusia saat ini dipandang sebagai human capital yang

merupakan modal bagi organisasi untuk berkembang dan bersinergi dengan perubahan

lingkungan yang dinamis. Misi Indonesia menjadi negara ekonomi terbesar keempat di

dunia pada tahun 2045 tak pelak membuat semua industri berlomba untuk

meningkatkan diri. Pertumbuhan ekonomi ini harus didukung dengan perkembangan

ekonomi industri di Indonesia. Dalam misi itu, Indonesia harus mempersiapkan diri

terlebih pada pengembangkan SDM yang unggul dan berkarakter untuk bisa bersaing.

(Setiawati, 2019)

Revolusi Industri 4.0 sebagai perkembangan peradaban modern telah kita

rasakan dampaknya pada berbagai sendi kehidupan, penetrasi teknologi yang

serba disruptif, menjadikan perubahan semakin cepat, sebagai konsekuensi dari

fenomena Internet of Things (IoT), big data, otomasi, robotika, komputasi awan,

hingga inteligensi artifisial (Artificial Intelligence). (Rahadian, 2019) Fenomena

disrupsi yang mewarnai perkembangan peradaban Revolusi Industri 4.0, dengan

dukungan kemajuan pesat teknologi, akan membawa kita pada kondisi transisi revolusi

teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup, bekerja, dan relasi

organisasi dalam berhubungan satu sama lain. Perubahan lanskap ekonomi politik dan

relasi organisasi sebagai konsekuensi Revolusi Industri 4.0 menjadikan transformasi

organisasi pemerintah sebagai suatu keniscayaan dalam berbagai skala ruang lingkup,

dan kompleksitasnya. Transformasi organisasi ini menjadi kata kunci yang harus terus

diupayakan sebagai instrumen bagi para pelaku organisasi agar responsif terhadap
perubahan. (Ahmad, 2018) Hal ini menjadikan akses terhadap ilmu pengetahuan begitu

terbuka secara nyata, tidak terbatas dan belum pernah terjadi sebelumnya. Semua ini

bukan lagi mimpi, melalui terobosan teknologi baru di bidang robotika, Internet of

Things, kendaraan otonom, percetakan berbasis 3-D, nanoteknologi, bioteknologi, ilmu

material, penyimpanan energi, dan komputasi kuantum

Fenomena digitalisasi ini sejatinya terjadi di hampir semua sektor kehidupan

manusia, dari mulai sektor bisnis, urusan publik dan pemerintahan, pendidikan,

kesehatan, sosial-politik, hingga dalam kehidupan domestik (keluarga). Meskipun

demikian, digitalisasi yang terjadi di dunia bisnis telah

menjadi enabler dan driver yang mempengaruhi perkembangan digitalisasi di sektor-

sektor lainnya. Hal ini wajar, mengingat digitalisasi “setali tiga uang” dengan

komersialisme. Digitalisasi berperan memberikan nilai tambah (added value) bagi

organisasi-organisasi bisnis untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif, efisien,

cepat dan lincah (agile).

Dalam pemahaman praktis, digitalisasi merupakan penggunaan teknologi

digital dan data untuk menciptakan pendapatan, meningkatkan bisnis,

mengganti/mengubah proses bisnis (tidak hanya mendigitalkannya) dan menciptakan

ekosistem untuk bisnis digital (Schallmo & Williams, 2018).

Sementara itu, McKinsey (2015) menyebutkan bahwa istilah “digital”

sesungguhnya dapat dipecah menjadi tiga fungsi utama bagi dunia bisnis, yakni:

1. Menciptakan nilai tambah bagi dunia bisnis

2. Mengoptimalkan proses bisnis yang secara langsung berpengaruh terhadap

pengalaman pelanggan

3. Membangun kemampuan dasar yang mendukung inisiasi bisnis.


Selanjutnya McKinsey (2015) menjelaskan bahwa digitalisasi berhubungan dengan

proses teknologi dan organisasi yang memungkinkan perusahaan menjadi lebih gesit

dan cepat. Pondasi tersebut terdiri dari dua elemen:

1. Pola Pikir. Digitalisasi sesungguhnya adalah tentang bagaimana organisasi

menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih cepat,

menyerahkan pengambilan keputusan kepada tim yang lebih kecil, dan

mengembangkan cara yang lebih cepat dalam melakukan pekerjaan. Untuk bisa

bekerja dengan lebih cepat, dibutukan sebuah “pola pikir digital” yang

mendukung kolaborasi lintas fungsi, meratakan hierarki, dan membangun

ekosistem untuk mendorong tumbuhkembangnya ide-ide baru.

2. Arsitektur Sistem dan Data. Digitalisasi adalah penerapan teknologi informasi

yang difokuskan untuk mendukung fungsi sistem dan data dalam konteks

pelayanan organisasi kepada pelanggan, dimana ia berguna untuk membangun

jaringan yang menghubungkan perangkat, objek, dan orang.

Maka organisasi yang menjalankan usahanya juga harus bisa beradaptasi dan

bertransformasi dengan digitalisasi. Pada era Revolusi Industri 4.0 daya adaktif

lah yang menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dan mencapai visi dan misi

organisasi. Pada organisasi bisnis, fenomena ini dapat kita cermati dari fenomena Uber

yang mengancam pemain-pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau

Airbnb yang mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata.

Menurut Schallmo & Williams, (2018), revolusi industri pertama dimulai di

Inggris pada abad ke-18 yang didorong oleh mekanisasi peralatan manufaktur. Mesin

bertenaga air dan uap memungkinkan lompatan produktivitas di industri tekstil dan

industri lainnya. Revolusi industri kedua dimulai sekitar pergantian abad ke-20, dimana
ini melibatkan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Produsen beralih ke

tenaga listrik yang dihasilkan bahan bakar fosil, dan fabric menjadi jauh lebih besar.

Revolusi industri kedua ini dicontohkan oleh produksi mobil Ford Motor Company.

Revolusi industri ketiga, yang dimulai pada 1970-an, melibatkan teknologi elektronik.

Di tahap ini, produsen menggunakan teknologi robot untuk mengotomatisasi beberapa

proses manufaktur, dan akibatnya mencapai lompatan yang signifikan dalam

produktivitas. Selama waktu inilah manufaktur Jepang menjadi terkenal di seluruh

dunia.

Sumber: Schallmo & Williams, (2018

Adapun revolusi industri keempat (4.0) ditandai dengan aktivitas menciptakan siklus

data-informasi-pengetahuan, di mana segala macam data dikumpulkan dan dibagikan

di antara berbagai bidang dan organisasi. Industri 4.0 menggunakan data dengan cara

yang melampaui kerangka kerja manufaktur tradisional.

Di tahap ini, produsen mengumpulkan data setelah produk dijual. Praktik ini

memungkinkan produsen untuk mengidentifikasi kebutuhan laten dari Big Data klien

dan memperkuat jaringan nilai mereka, sehingga menciptakan peluang bisnis baru.
Selain itu dalam era Industri 4.0 ini, nilai tambah diciptakan melalui kustomisasi massal

dengan bantuan artificial intelligence (AI).

Di tahap ini pula, kemudian muncullah apa yang kita kenal dengan revolusi

digital. Revolusi digital ini didorong oleh empat jenis teknologi yang telah berkembang

dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan dampaknya terhadap ekonomi

(McKinsey, 2016):

1. Internet Seluler: Perangkat seluler telah mengambil alih perangkat saluran tetap

sebagai gerbang utama yang digunakan orang untuk mengakses Internet. Di

seluruh dunia, 60 persen dari semua lalu lintas online sekarang berasal dari

perangkat seluler.

2. Teknologi cloud: Koneksi yang lebih murah dan lebih cepat melalui Internet telah

memungkinkan lebih banyak daya komputasi untuk diakses dari jarak jauh. Pada

tahun 2014, untuk pertama kalinya lebih banyak beban kerja informasi diproses

melalui cloud daripada di ruang TI tradisional.

3. Internet of Things (IoT): Pada tahun 2015, ada 18,2 miliar perangkat yang

terhubung ke Internet. Pada tahun 2020, jumlah ini diperkirakan akan meningkat

tiga kali lipat, menjadi 50 miliar. Sensor dan aktuator yang lebih murah serta

koneksi internet yang lebih cepat dan andal mendorong lebih banyak perangkat

yang terhubung dan dikendalikan dari jarak jauh dan meluncurkan model bisnis

dan operasi baru, termasuk produk inovatif seperti mobil tanpa pengemudi dan

rumah pintar.

4. Big data dan advanced analytics: Pada tahun 2016, lalu lintas internet mencapai 1

zetabyte atau setara dengan 1 triliun gigabyte. Objek sehari-hari mentransmisikan

informasi setiap detik dari operasinya, dan komputer dengan daya analitik canggih
meningkatkan pengambilan keputusan manusia dan melepaskan kekuatan data

besar untuk mengoptimalkan rantai pasokan dan proses bisnis di berbagai sektor

mulai dari perawatan kesehatan dan ritel hingga energi dan pertambangan.

Gambar di bawah ini adalah revolusi digital yang terjadi di Indonesia:

Sumber: WCIS, Machina, IDC worldwide public cloud services and cloud IT infrastructure

tracker, World Robotics report.

Dari sisi retail, disrupsi yang dilakukan Tokopedia, Bukalapak, telah

memberikan sumbangsih turunnya omset mall dan ditutupnya banyak lapak lapak kecil

dipusat pusat perbelajaan, hal ini membuktikan bahwa yang cepat dapat memangsa

yang lambat dan bukan yang besar memangsa yang kecil. Bercermin dari survival

organisasi bisnis sudah sepatutnya organisasi peka dan melakukan instrospeksi

diri, sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan peradaban

Revolusi Industri 4.0 guna tetap survive dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya

dengan lebih efesien dan efektif sebagai responsit terhadap meningkatnya tuntutan

akuntabilitas dan transparasi publik.


Disisi lain, dihantamnya dunia dengan Pandemi Covid 19 sejak 2020 hingga

memasuki akhir dari pandemi, menyebabkan organisasi usaha bertansformasi digital

lebih cepat karena harus bertahan di era pandemi, Sebanyak 74% perusahaan

mendigitalkan bisnisnya agar bisa bertahan saat pandemi Covid-19 melanda. Selain itu,

pada Oktober 2020 sebanyak 2,7 juta Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) beralih

ke digital. Beberapa hal yang mendorong mereka untuk mengikuti digitalisasi antara

lain adalah kemudahan untuk menjangkau banyak target pasar, hemat biaya, dan

mendapatkan pendapatan yang lebih baik. (Murdijaningsih, T., Nugraha, G. A., & Maesaroh,

S.2022)

Menurut Gumilang (2019) Digital marketing bukanlah sebuah stick magic yang

bisa mengubah keadaan secara instan, melainkan sebuah tool yang perlu digunakan

secara optimal untuk mendapat hasil yang maksimal. Orang yang berada di

balik marketing adalah kunci yang memainkan peran penting. Dalam hal ini, kita harus

siap membakar uang dan menghadapi berbagai risiko yang mengintai. Untuk

membangun digital marketing yang maksimal, frameworks yang digunakan

adalah funnel marketing yang terdiri atas lima tahapan yaitu awareness, consideration,

conversion, loyalty, advocacy. Awareness merupakan tahap awal konsumen mengenal

produk, kemudian diikuti dengan consideration yaitu proses untuk memutuskan

apakah akan membeli produk, biasanya melalui berbagai pertimbangan dan

perbandingan dengan produk lain. Ketiga adalah conversion, saat proses jual-beli

akhirnya terjadi dan konsumen melakukan transaksi. Dua tahap terakhir

yaitu loyalty dan advocacy terjadi setelah penjualan (after sales). Kedua hal ini

bergantung pada pengalaman personal konsumen dalam menggunakan produk tersebut.

Dalam berbisnis, terdapat dua adagium yang patut ditanamkan dalam mindset,

yaitu high risk, high return dan easy come, easy go. Berani mengambil risiko besar
untuk mendapatkan hasil yang besar, dan sesuatu yang mudah diraih maka akan mudah

hilang juga.

C. Simpulan

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi di era modern ini, segala

sektor di aspek kehidupan kita terkena dampaknya. Tanpa terkecuali dunia bisnis,

sebagai salah satu bidang yang krusial dan memiliki peranan penting dalam masyarakat,

bisnis juga ikut bertransformasi mengikuti pola digitalisasi. Alasan lain yang juga

mendorong para pebisnis untuk mengambil langkah digital yaitu dampak dari pandemi

Covid-19 yang mau tak mau telah membuat kita dibatasi oleh sekat dalam beraktivitas.

Kecanggihan teknologi menjadi jalan solutif yang membantu produsen dan konsumen

untuk saling berinteraksi. Lalu pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah

menemukan pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu

cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Era ini yang

ditandai dengan hadirnya Internet of Things, Big Data, Articial Intelligence, Human

Machine Interface, Robotic and Sensor Technology, 3D Printing Technology. Sejarah

telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya

perusahaan-perusahaan raksasa. Lebih dari itu, pada era industri generasi 4.0 ini, ukuran

besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci

keberhasilan meraih prestasi dengan cepat

D. Daftar Pustaka

Van Ark, B., Erumban, A., Corrado, C., & Levanon, G. (2016, October). Navigating
the new digital economy: driving digital growth and productivity from installation
to deployment. Conference Board, Incorporated.

Google TEMASEK, 2018. economy SEA 2018 Southeast Asia's internet economy hits
an inflection point, s.l.: Google TEMASEK
Setiawati, A.2019. Evaluasi Praktik Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Indonesia Evaluation of Human
Resource Development Practices at the Indonesian Government Research and
Development Institute.
Rahadian, A. H. (2019, May). Revitalisasi Birokrasi Melalui Transformasi Birokrasi
Menuju E-Governance Pada Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar
STIAMI (Vol. 6, No. 1, pp. 85-94).
Ahmad, J. (2018). PENGEMBANGAN KAPASITAS (CAPACITY BUILDING)
KELEMBAGAAN DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
LAYANAN PUBLIK DI ERA REVOLUSI 4.0.
Schallmo, D. R., Williams, C. A., Schallmo, D. R., & Williams, C. A. (2018). History
of digital transformation. Digital Transformation Now! Guiding the Successful
Digitalization of Your Business Model, 3-8.
McKinsey&Company. (Aug, 2018). The Digital Archipelago: How Online Commerce
is Driving Indonesia’s Economic Development.
Schallmo, D. R. A. & Williams, C. A. (2018). Digital Transformation Now! Guiding
the Successful Digitalization of Your Business Model. Switzerland: Springer
World Economic Forum. (2018). Our Shared Digital Future; Building an Inclusive,
Trustworthy and Sustainable Digital Society. Insight Report. Switzerland:
World Economic Forum
Murdijaningsih, T., Nugraha, G. A., & Maesaroh, S. (2022). PEMASARAN DAN
FOTO PRODUK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH. WIKUACITYA:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 126-129.
Gumilang, R. R. (2019). Implementasi digital marketing terhadap peningkatan
penjualan hasil home industri. Coopetition: Jurnal Ilmiah Manajemen, 10(1), 9-
14.

Anda mungkin juga menyukai