Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA REVOLUSI

INDUSTRI 4.0

Rifki
Program Magister Pendidikan Agama Islam IAIN Madura
bajolqq@yahoo.com

Abstrak:
Saat ini dunia memasuki era serba digital, sering disebut era revolusi
industri 4.0. Era revolusi industri adalah seperti pedang bermata dua,
yang mempengaruhi dua hal, di satu sisi sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia karena jika diberdayakan dengan baik itu akan
sangat makmur dan bahkan merusak kehidupan manusia, tetapi di sisi
lain jika tidak pemberdayaan hati-hati akan berdampak pada
perubahan budaya lokal secara besar-besaran menuju vulgarisme,
materialisme, individualisme, dan sekularisme. Oleh karena itu, di era
ini, diperlukan upaya dari dunia pendidikan, terutama perguruan tinggi
untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di era
revolusioner industri 4.0 ini.
Kata Kunci: Perkembangan, Perguruan Tinggi, Revolusi Industri

Pendahuluan
Dunia tempat berpijak kita sekarang ini sudah mengalami kemajuan yang
luar biasa. Dahulu memasuki era globalisasi saja sudah menjadi kekhawatiran dan
selalu menjadi perbincangan antara optimisme dan pesimisme, namun sekarang
dunia bukan sekadar globalisasi lagi, tetapi sudah memasuki era revolusi industri
4.0, yang dikenal dengan sebutan era digitalisasi. 1 Dikatakan demikian karena

1
M.A. Ghufron, “Revolusi Industri 4.0: Tantangan, Peluang, dan Solusi Bagi Dunia Pendidikan”,
Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat. (Jakarta, 2018), 333, diakses
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/dispanas2018/article/view/73/45 pada tanggal 01
Oktober 2019.

1
kehidupan ini ke depannya akan senantiasa berhadapan dengan berbagai hal yang
berkaitan dengan digital, sudah bisa diamati di sekitar kita: bepergian dengan
kendaraan mau ke mana saja tinggal panggil secara online (grab, gojek, dan
sebagainya), belanja mau apa saja tinggal online (bukalapak, OLX, shopee,
traveloka, dan sebagainya); mau belajar, baca buku, dan majalah tidak harus beli
atau belajar jauh-jauh, cukup cari: e-learning, e-journal, ebook, dan sebagainya.
Dunia digital akan memberikan kemudahan yang amat sangat pada
kehidupan ini. Di lain pihak sangat memanjakan kehidupan manusia, tetapi di
pihak lain akan menimbulkan kesenjangan sosial semakin tinggi juga. Ibaratnya
yang punya uang mau apa saja bisa terpenuhi, tapi bagi yang miskin tidak punya
cukup uang, hanya akan menjadi penonton dalam dunia yang serba penuh
kemudahan ini. Kegotongroyongan akan hanya bersifat kamuflase saja, akan sulit
menggerakkan orang untuk gotong royong tanpa upah yang cukup. Orang tidak
perlu lagi mengharap bantuan tetangga kiri kanan, karena kalau sudah punya uang
segalanya bisa dibeli secara online. Bahkan di negara maju, mengontrol rumahnya
dari seberang kejauhan sudah bisa dilakukan dengan memanfaatkan internet,
nyalakan lampu di malam hari dan mematikan lampu pada siang hari cukup
dengan remote control dari kejauhan. Perubahan sosial seperti ini memungkinkan
akan terjadinya kesenjangan sosial semakin lebar, persaingan bebas yang semakin
menjadi-jadi, kehidupan semakin individualistis, sosioreligius akan mengalami
pergeseran semakin sekuler, dan perubahan sosial lainnya sebagai dampak era
revolusi industri 4.0.2

Pembahasan
A. Pengertian Revolusi Industri 4.0
Revolusi terdiri dari dua kata itu revolusi dan industri. Revolusi, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti perubahan yang bersifat sangat
cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha pelaksanaan proses produksi.
Sehingga jika dua kata tersebut dipadukan bermakna suatu perubahan dalam
proses produksi yang berlangsung cepat. Perubahan cepat ini tidak hanya
2
I Made Suweta, “Perguruan Tinggi Menyikapi Pembudayaan Revolusi Industri 4.0”, Prosiding
Seminar Nasional Dharma Acarya ke-1 (Juli, 2019), 2. diakses
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/dharmaacarya/article/view/184/0 pada tanggal 01
Oktober 2019.

2
bertujuan memperbanyak barang yang diproduksi (kuantitas), namun juga
meningkatkan mutu hasil produksi (kualitas).3
Definisi mengenai Industri 4.0 beragam karena masih dalam tahap
penelitian dan pengembangan. Kanselir Jerman, Angela Merkel berpendapat
bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek
produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan
industri konvensional. Schlechtendahl dkk menekankan definisi kepada unsur
kecepatan dari ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana
seluruh entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan
lainnya.4
Pendapat lain mengemukakan bahwa revolusi industri 4.0 ini sendiri
berkembang dan diciptakan pertama kali oleh Jerman tepatnya diadakan
Hannover Fair pada tahun 2011 yang di mana industri 4.0 ini mencakup berbagai
jenis teknologi mulai dari 3D printing hingga robotik jenis material baru serta
sistem produksi. Angka empat pada istilah Industri 4.0 merujuk pada revolusi
yang ke empat. Industri 4.0 merupakan fenomena yang unik jika dibandingkan
dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Industri 4.0 diumumkan secara
apriori karena peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk gagasan.
Beberapa negara lain juga turut serta dalam mewujudkan konsep industri 4.0
namun menggunakan istilah yang berbeda seperti Smart Factories Industrial
Internet of Things Smart Industry atau Advanced Manufacturin. Walaupun
memiliki istilah masing-masing namun keseluruhan istilah itu sendiri mencakup
satu jenis kegiatan yang bertujuan sama pula.5
Buah dari munculnya industri 4.0 adalah munculnya fenomena disruptive
innovetion. Dampak dari gejala ini telah menjalar ke segala bidang kehidupan.
Mulai industri ekonomi, pendidikan, politik, dan sebagainya. Fenomena ini juga
telah berhasil menggeser gaya hidu (life style) dan pola pikir (mindset) masyarakat
3
Sigit Priatmoko, “Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0”, Ta’lim: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2 (Juli, 2018), 5, diakses http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/948 pada tanggal 02 Oktober 2019.
4
Hoedi Prasetyo dan Wahyudi Sutopo, “Industri 4.0 Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah
Perkembangan Riset”, Jati Undip: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13 No. 1 (Januari, 2018), 17, DOI:
https://doi.org/10.14710/jati.13.1.17-26 pada tanggal 05 Oktober 2019.
5
Nora Junita Azmar, “Masa Depan Perpustakaan Seiring Perkembangan Revolusi Industri 4.0
Mengevaluasi Peranan Pustakawan”, Iqra’: Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol. 10 No. 01
(Mei, 2018), 35, DOI: http://dx.doi.org/10.30829/iqra.v12i1.1818 pada tanggal 05 Oktober 2019.

3
dunia. Disruptive innovation secara sederhana dapat dimaknai sebagai fenomena
terganggunya para pelaku industri lama (incumbent) oleh para pelaku industri
baru akibat kemudahan teknologi dan informasi.6
Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan lini usaha baru,
lapangan kerja baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Namun pada
saat yang sama ada pula lini usaha yang terancam, profesi dan lapangan kerja
yang tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot. 7 Sebagai contoh
pekerjaan yang akan tergantikan oleh teknologi yang terbaru adalah ojek, taksi
yang sekarang tergantikan oleh ojek online seperti grab, gojek dan lain
sebagainya. Pekerjaan yang akan di gantikan oleh robot adalah penjaga loket tol
dan parkir yang sekarang tergantikan oleh canggihnya teknologi. Maka dari itu
revolusi industri 4.0 akan memunculkan pekerjaan dan keahlian baru serta akan
menghilangkan pekerjaan dan keahlian yang lama. Sebagai pelaku industri harus
mengikuti perkembangan revolusi industri agar keahlian dan kemampuan kita
semakin baru dan tidak tertinggal oleh kecanggihan teknologi.
Sebagai imbas dari berkembangnya revolusi industri akan banyak
pengangguran dan keahlian orang yang tidak terpakai, sehingga tidak mampu
bersaing dengan keahlian yang baru, ini yang menjadi permasalahan di Indonesia.
Tantangan bagi Indonesia sangat kompleks, dikarenakan luasnya negara dan
bagaimana memeratakan perkembangan industri yang baru agar negara ini mampu
bersaing di era revolusi industri 4.0, mulai dari ekonomi, pendidikan, keahlian
serta kemampuan dalam menghadapi tantangan industri.

B. Perkembangan Perguruan Tinggi Dalam Era Revolusi Industri 4.0


Kemajuan teknologi industri memungkin terjadinya otomatisasi kemajuan
hampir di semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan
dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup

6
Sigit Priatmoko, “Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0”, Ta’lim: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2 (Juli, 2018), 8, diakses http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/948 pada tanggal 02 Oktober 2019.
7
M.A. Ghufron, “Revolusi Industri 4.0: Tantangan, Peluang, dan Solusi Bagi Dunia Pendidikan”,
Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan Pengabdian pada
Masyarakat (Jakarta, 2018), 335, diakses
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/dispanas2018/article/view/73/45 pada tanggal 01
Oktober 2019.

4
dan interaksi manusia. Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara
beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi
dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam
ketidakpastian global, oleh karena itu manusia harus mempunyai kemampuan
memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus
merespons perubahan tersebut secara integritas dan komprehensif. Respons
tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai
dari sektor publik, swasta, akademis, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan
industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang. 8 Berkaitan dengan perkembangan
industri 4.0 dalam perguruan tinggi, bagaimana perguruan tinggi mampu
memanfaatkan segala revolusi industri yang terjadi untuk melihat peluang dalam
memajukan dan menyelaraskan kemajuan yang ada di dunia luar. Sehingga akan
menghasilkan output yang mampu bersaing dengan kemajuan industri yang ada.
Berdasarkan perkembangan tersebut, maka perlu diadakannya reformasi
dari segala bidang yang ada di dalam tubuh perguruan tinggi. Dalam setiap bidang
harus diperkuat jika ingin terus dilihat eksistensinya, mendeskripsikan diri berarti
menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta berorientasi
pada masa depan. Reformasi yang dapat dilakukan mulai dari teknologi,
kemampuan memanfaatkan teknologi dalam setiap bidang dalam tubuh perguruan
tinggi. Contoh dalam proses perekrutan mahasiswa dan pengajar sudah berupaya
memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan melakukan penyeleksian secara
online. Dalam proses pembelajaran harus sudah dapat menggunakan kemajuan
industri yang telah tersedia. Seperti menggunakan proyektor dalam proses
pembelajaran berlangsung serta dapat menggunakan buku online yang terlah
tersedia. Sehingga perguruan tinggi dapat menghasilkan alumni yang mampu
bersaing dengan kemajuan industri 4.0, setiap alumni harus dapat menyesuaikan
kebutuhan di segala bidang dalam kehidupan di masyarakat, agar tidak ada alumni
yang akan menjadi pengangguran.
Perguruan tinggi harus mimpi menguasai literasi digital yang diarahkan
pada tujuan peningkatan kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan
informasi di dunia digital, literasi teknologi bertujuan untuk memberikan

8
Ibid.

5
pemahaman pada cara kerja mesin dan aplikasi teknologi yang ada, dan literasi
manusia diarahkan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi. Literasi baru
yang akan di berikan di harapkan menciptakan lulusan yang kompetitif dengan
menyempurnakan literasi lama yang hanya fokus pada peningkatan kemampuan
membaca, menulis, dan matematika. Adaptasi terhadap kemajuan industri dapat
dimulai dengan memperbarui kurikulum serta sistem pembelajaran yang akan
digunakan di segala bidang, sehingga literasi digital dapat berjalan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.
Setiap perguruan tinggi akan menghadapi era reshape dalam genealogi
berarti mempertahankan yang lama yang baik. Akan tetapi di era industri 4.0
mempertahankan saja tidak cukup, harus dipertajam. Cara-cara dan sistem lama
yang masih baik dan relevan perlu untuk dimodifikasi sesuai dengan perubahan
dan perkembangan zaman. Misalnya pada tatanan manajemen dan profesionalitas
SDM, maka perlu diperkuat dan ditingkatkan kompetensi dan kapasitasnya. Bisa
melalui Diklat pelatihan, seminar, loka karya, beasiswa studi dan sebagainya. 9
Alternatif lainnya adalah create, menciptakan sesuatu yang baru dan belum ada
sebelumnya dan lebih baik dalam pengerjaannya, menghasilkan hasil yang baru
dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran, sehingga mampu mendapatkan
lulusan yang sangat baik dan inovatif di masyarakat.

Penutup
Kemajuan teknologi industri memungkin terjadinya otomatisasi kemajuan
hampir di semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan
dunia fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup
dan interaksi manusia. Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara
beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi
dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam
ketidakpastian global, oleh karena itu manusia harus mempunyai kemampuan
memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus
merespons perubahan tersebut secara integritas dan komprehensif. Respons

9
Sigit Priatmoko, “Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0”, Ta’lim: Jurnal Studi
Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2 (Juli, 2018), 10, diakses http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/948 pada tanggal 02 Oktober 2019.

6
tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai
dari sektor publik, swasta, akademis, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan
industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.10 Berkaitan dengan perkembangan
industri 4.0 dalam perguruan tinggi, bagaimana perguruan tinggi mampu
memanfaatkan segala revolusi industri yang terjadi untuk melihat peluang dalam
memajukan dan menyelaraskan kemajuan yang ada di dunia luar. Sehingga akan
menghasilkan output yang mampu bersaing dengan kemajuan industri yang ada.

Daftar Pustaka
Ghufron, M.A. 2018. “Revolusi Industri 4.0: Tantangan, Peluang, dan Solusi Bagi
Dunia Pendidikan”. Seminar Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin
Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. 332-337. Diakses
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/dispanas2018/article/view/73/45
pada tanggal 01 Oktober 2019.
Suweta, I Made. 2019. “Perguruan Tinggi Menyikapi Pembudayaan Revolusi
Industri 4.0”. Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya ke-1. 1-8.
Diakses
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/dharmaacarya/article/view/1
84/0 pada tanggal 01 Oktober 2019.
Priatmoko, Sigit. 2018. “Memperkuat Eksistensi Pendidikan Islam di Era 4.0”.
Ta’lim: Jurnal Studi Pendidikan Islam. Vol. 1 No. 2. 1-19. Diakses
http://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/talim/article/view/948 pada tanggal
02 Oktober 2019.
Hoedi Prasetyo dan Wahyudi Sutopo. 2018. “Industri 4.0 Telaah Klasifikasi
Aspek dan Arah Perkembangan Riset”, Jati Undip: Jurnal Teknik Industri.
Vol. 13 No. 1. 17-26 . DOI: https://doi.org/10.14710/jati.13.1.17-26 pada
tanggal 05 Oktober 2019.
Azmar, Nora Junita. 2018. “Masa Depan Perpustakaan Seiring Perkembangan
Revolusi Industri 4.0 Mengevaluasi Peranan Pustakawan”. Iqra’: Jurnal
Perpustakaan dan Informasi. Vol. 10 No. 01. 33-41. DOI:
http://dx.doi.org/10.30829/iqra.v12i1.1818 pada tanggal 05 Oktober 2019.

10
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai