Anda di halaman 1dari 16

i

HUBUNGAN KEBIJAKAN POLITIK TERHADAP SISTEM


PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Yang diampu oleh Bapak Suwantoro, M. Pd. I

Disusun oleh:
Nur Lailis Nanis Sa’adah
NIM. 18201501010137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt., hanya dengan izin-Nya terlaksana segala
macam kebajikan dan diraihnya segala macam kesuksesan. Syukur atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis haturkan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Hubungan Kebijakan Politik Terhadap Sistem Pendidikan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Filsafat
Pendidikan.
Selawat, rahmat, dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, kepada beliau diturunkan wahyu Ilahi yaitu al-Qur’an sebagai pedoman bagi
seluruh manusia. Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat
beliau serta seluruh umat-Nya yang setia.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari akan kenyataan
bahwasanya masih banyak terdapat kekeliruan, maupun kejanggalan dalam
makalah ini, namun hal ini bukanlah disengaja, melainkan keterbatasan
kemampuan penulis dalam beberapa hal. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dalam usaha menuju perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Pamekasan, 21 September 2017

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Politik .........................................................................................3
B. Pengertian Pendidikan ..................................................................................5
C. Proses Politik dalam Perumusan Kebijakan .................................................6
D. Hubungan Kebijakan Politik Terhadap Sistem Pendidikan .........................7
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem
sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah,
yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya
bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di
suatu negara. Di negeri ini, sudah sejak lama pendidikan menjadi alat
politik, penghimpun kekuatan bagi sang penguasa, dan menjadi
pelanggeng kekuasaan. Hal ini terlihat jelas ketika di negeri ini berganti
presiden, berganti menteri, dapat dipastikan berganti pula kurikulum yang
menjadi pegangan para pendidik di sekolah-sekolah.
Kedua elemen tersebut memang tidak akan pernah dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya, karena politik maupun pendidikan
keduanya sama-sama berkaitan dengan urusan manusia hidup di dunia,
sama-sama merupakan alat atau jalan manusia untuk mencapai tujuannya,
dan manusia sama sekali tidak bisa dikatakan politis dan tidak
berpendidikan secara total.
Dalam sebuah Negara, hubungan antara politik dan pendidikan
dapat dikatakan sangat harmonis sekali, sehingga tak jarang kebijakan
yang diambil oleh sekelompok pemerintah dalam suatu negara sangat
menentukan keberhasilan dan kemajuan pendidikan dalam negara tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik?
2. Bagaimana pengetian pendidikan?
3. Bagaimana proses politik dalam perumusan kebijakan?
4. Bagaimana hubungan kebijakan politik terhadap sistem pendidikan?
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian politik.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
3. Untuk mengetahui proses politik dalam perumusan kebijakan.
4. Untuk mengetahui hubungan kebijakan politik terhadap sistem
pendidikan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik
Politik dalam bahasa Arabnya disebut ”Siyasyah” yang kemudian
diterjemahkan menjadi siasat, atau dalam bahasa lnggrisnya “Politics”.
Politik itu sendiri memang berarti cerdik, dan bijaksana yang dalam
pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan sebagai suatu cara
yang dipakai untuk mewujudkan tujuan, tetapi para ahli politik sendiri
mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu politik.
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara,
membicarakan politik pada ghalibnya adalah membicarakan negara,
karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang
memengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak.
Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, asas-asas, sejarah pembentukan
negara, hakikat negara, serta bentuk dan tujuan negara, disamping
menyelidiki hal-hal seperti, kelompok penekan, kelompok kepentingan,
kelompok elite, pendapat umum, peranan partai politik, dan keberadaan
pemilihan umum.
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “Polis” yang
berarti negara kota, dengan politik berarti ada hubungan khusus antara
manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan,
kewenangan, kelakuan pejabat, legalitas keabsahan, dan akhirnya
kekuasaan. Tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan,
kekuatan, kekuasaan pemerintah, pengaturan konflik yang menjadi
konsensus nasional, serta kemudian kekuatan rakyat.
Politik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
tetapi juga seni, dikatakan sebagai seni karena berapa banyak kita melihat
politikus yang tanpa pendidikan ilmu poltik, tetapi mampu berkiat
memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari naluri sanubarinya, sehingga
dengan kharismatik menjalankan roda poltik praktis. Dapat dikatakan
sebagai ilmu karena memiliki objek, subyek, terminologi, ciri, teori,
4

filosofis dan metodologis yang khas dan spesifik serta diterima secara
universal, disamping dapat diajarkan dan dipelajari oleh orang banyak.
Karena ilmu politik, pemerintahan, adaministrasi publik, hukum
tata negara dan ilmu negara sendiri berkembang menjadi disiplin ilmu
yang masing-masing mandiri, maka hubungan antara ilmu-ilmu
kenegaraan tersebut sudah barang tentu tetap sangat erat karena
mempunyai objek materi yang sama yaitu negara, sehingga menyebabkan
timbulnya pertumpangtindihan (convergency), hal ini karena ilmu-ilmu
tersebut memiliki kesamaan dalam pokok masalah (subject matter) yang
dibahas.

Berikut ini marilah kita lihat berbagai pendefinisian politik


menurut beberapa ahli:
a. Talcot Parson
“Politik adalah semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif
bagi tujuan-tujuan kolektif.”
b. Peter von Oertzen
“Politik adalah tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana
tertentu, terorganisasi dan terarah, yang secara tekun berusaha
menghasilkan, mempertahankan atau merubah susunan
kemasyarakatan.”
c. Gerhard Lehmbruch
“Politik adalah perbuatan kemasyarakatan (yaitu perbuatan yang
diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain) yang bertujuan untuk
mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan mengenai
nilai-nilai (termasuk barang jasmaniah).”1

Dapat ditarik kesimpulan bahwa politik adalah tindakan yang


terorganisasi dan terarah, dyang mempunyai tujuan untuk penyelesaian
konflik-konflik masyarakat mengenai nilai-nilai dan mengembangkan
kebijakan-kebijakan tertentu, berupa pelaksanaan kekuasaan.

1
Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 20
5

B. Pengertian Pendidikan
Dalam istilah umum pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,
sedangkan pendidikan dalam bahasa Inggris adalah “education” berasal
dari kata “to educated”, yaitu mengasuh, mendidik. Dalam bahasa
Indonesia, kata pendidikan terdiri dari kata didik yang mendapat awalan
pen- dan akhiran -an, yang berarti hal atau cara mendidik.2
Ada banyak definisi tentang pendidikan. Ahli yang satu dengan
ahli yang lain terkadang memberikan definisi yang berbeda tentang
pendidikan. Perbedaan definisi pendidikan masing-masing ahli tentu
dipengaruhi oleh disiplin ilmu dan pengalaman mereka. Namun demikian,
pada semua definisi pendidikan terdapat titik temu satu dengan yang lain.
Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa definisi pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli dengan maksud untuk memperluas
pemahaman pembaca tentang pendidikan.
a. Definisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
“Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.”3
b. Definisi pendidikan menurut H. Horne
“Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi
dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan kemanusian dari
manusia.”4

2
Mahmud, dkk, Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2015), hlm. 18.
3
Ibid., hlm. 19
4
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media 2015), hlm . 34.
6

c. Definisi pendidikan menurut John Dewey


“Pendidikan adalah suatu proses pembaruan makna pengalaman, hal ini
mungkin akan terjadi dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini
melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum
dewasa dan kelompok di mana ia hidup.”5
d. Definisi pendidikan menurut Langgulung
“Pendidikan adalah proses pemindahan nilai pada suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya dan proses pemindahan
nilai-nilai budaya melalui pengajaran.”6
e. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”7
Dari beberapa definisi di atas, penulis merumuskan definisi
pendidikan sebagai berikut. Pendidikan merupakan suatu proses interaksi
manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan
terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani
dan rohani yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-
menerus guna mencapai tujuan hidupnya.

C. Proses Politik dalam Perumusan Kebijakan


Bahwa proses politik mencangkup banyak segi, salah satu
diantaranya adalah proses perumusan dan pelaksanaan keputusan politik.

5
Ibid., hlm. 35.
6
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: PT Refika Aditama 2009),
hlm. 10.
7
Ibid., hal. 7.
7

Setiap kegiatan politik selalu berkaitan dengan bagaimana proses


perumusan dan pelaksanaan keputusan politik. Kata lain dari keputusan
politik adalah kebijakan politik sebagai wujud dari tindakan politik. Hal
ini sebagaimana dikatakan oleh Nevil Johnson dan United Nations yang
mengartikan kebijakan politik sebagai perwujudan dari tindakan politik.8
Bila dalam konteks negara, kegiatan politik di dalamnya berkaitan
dengan proses pembuatan atau perumusan serta implementasi keputusan
politik yang bersifat publik. Keputusan politik suatu negara merupakan
suatu kebijakan publik (public policy). Wujud paling kongkrit dari
kebijakan publik dari negara adalah peraturan pemerintah, keputusan
materi, keputusan presiden, undang-undang, dan lain-lain.
Dalam proses pembuatan kebijakan publik, proses-proses politik
sangat kental mewarnainya, mulai dari pemunculan issu, kemudian
berkembang debat publik melalui media massa serta forma forum-forum
terbatas, lalu ditangkap aspirasinya oleh partai politik untuk
diartikulasikan dan dibahas dalam lembaga legislative, sehingga menjadi
kebijakan publik. Bahkan terkadang, proses tersebut bila berlangsung lebih
singkat. Misalnya dimulai dari munculnya issu-issu, kemudian
berkembang menjadi debat publik, lalu ditangkap aspirasinya oleh
pemerintah yang dituangkan dalam sebuah peraturan oleh pemerintah.
Kesemua hal di atas menandakan bahwa kebijakan-kebijakan publik
terlahir melalui proses-proses politik yang tidak sederhana. Bahkan sering
terjadi, di dalam proses-proses politik tersebut muncul konflik-konflik
politik antar beragam kepentingan yang tidak bisa dipertemukan. Biasanya
konflik-konflik tersebut akan reda dengan sendirinya manakala berbagai
kepentingan yang ada telah terjadi titik temu.

D. Hubungan kebijakan Politik Terhadap Sistem Pendidikan


Membincangkan hubungan antara politik dan pendidikan bukan hal
yang baru dalam kajian para akademisi, namun sejauh mana hubungan
8
Solichin Abdul Wahab. Analis Kebijakan: dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara.
(Jakarta: Bumi Aksara. 1997), hlm. 3.
8

antara kedua elemen ini, kalau kita lihat dalam sebuah tataran otoritas
sebuah negara, hubungan politik dan pendidikan ini tidak hanya terjadi di
kalangan dunia barat saja, dalam sejarah peradaban Islam, keterkaitan
antara pendidikan dan politik terlihat jelas. Bagaimana aliran-aliran teologi
dan fiqih mulai dari Mu’tazilah, Syi’ah, Sunni, Jabariah, Maturidiyah,
Imam Syafi’i, Imam Hanbali, dan lain sebagainya bergulat bekerja sama
dengan kekuasaan, silih berganti untuk saling mengalahkan dan
menghancurkan paham lainnya.
Di negara-negara barat hubungan antara politik dan pendidikan
terlihat jelas dalam kajian Plato dalam bukunya Republic, dalam buku
tersebut Plato mendemonstrasikan bahwa dalam budaya Helenik, sekolah
adalah salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga-lembaga
politik, Plato menggambarkan adanya hubungan dinamis antara aktivis
kependidikan dan aktivis politik. Keduanya seakan dua sisi dari satu koin,
tidak mungkin terpisahkan. Hal di atas tidak jauh beda dengan apa yang
dilakukan Empu Prapanca yang mengarang kitab Negara Kertagama di
zaman Kerajaan Majapahit, di mana di dalam kitab tersebut dijelaskan
bagaimana raja Majapahit (Hayam Wuruk) memberikan kebebasan dan
perlindungan para Brahmana mengembangkan ilmu pengetahuan
agamanya, tradisi, dan kebudayaannya. Lebih jauh, Kerajaan Majapahit
memberikan bantuan materi untuk pemeliharaan candi, perpustakaan,
asrama dan kehidupan ekonominya agar padepokan-padepokan tersebut
tetap lestari.
Namun demikian, dalam perkembangannya, hubungan politik
dan pendidikan pernah mengalami masa surut, dengan saling menegasikan
satu sama lain. Itu semua tentu berkaitan salah satunya dengan riwayat
Perang Dunia I dan Perang Dunia II dan berlanjut dengan perang dingin.
Kemudian, faktor lainnya adalah kondisi dan kecenderungan dengan
ideologi dan praktik-praktik politik. Kecendrungan tersebut memuncak
pada tahun 70-an, khususnya di Amerika Serikat. Pada waktu itu ada
keinginan untuk menciptakan dinding pemisah antara karakteristik sebuah
sistem politik dan kebijakan pendidikan. Di berbagai negara, ada beberapa
9

ilmuwan pendidikan dan politik yang mengabaikan aspek-aspek politik


pendidikan dan berpendapat bahwa pendidikan dan politik perlu
dipisahkan. Hingga tahun 80-an, di banyak negara masih ada keyakinan
yang meluas bahwa pendidikan dan politik adalah aktivitas yang terpisah
dan tidak memiliki kaitan apa-apa. Para pemilik keyakinan ini bersikukuh
bahwa pendidikan memang seharusnya terpisah dari politik.
Di Indonesia kita juga pernah mengalami bagaimana hubungan
politik dan pendidikan mengalami pasang surut. Di zaman orde lama, kita
melihat bagaimana pendidikan begitu mendapat perhatian serius dari
pemerintah dengan melihat bagaimana posisi pendidik dan kalangan
peserta didik memiliki posisi kelas sosial yang dihormati, pendidikan dasar
dibebaskan biaya walaupun kondisi politik negara sangat tidak stabil.
Kemudian, di zaman orde Baru, kita melihat bagaimana posisi pendidikan
ditekan oleh politik penguasa, atau bagaimana politik begitu dalam campur
tangan dalam pendidikan.9
Berbicara mengenai ada dan tidaknya hubungan antara politik dan
pendidikan, maka kita juga harus berbicara tentang model sistem dari
sebuah negara dimana politik dan pendidikan itu berada, karena antara
model suatu negara juga menentukan hubungan antara kebijakan politik
dengan sistem pendidikannya. Di negara-negara komunis dan fasis tidak
mungkin sekolah membebaskan diri dari pengaruh politik negara.
Pendidikan di sana dijadikan senjata strategis yang ampuh untuk
menguasai manusia, yaitu mengacu rakyat menjadi bentuk manusia yang
seragam, persis seperti yang dikehendaki oleh pemerintahannya.
Pendidikan secara mutlak harus ada ditangan negara sebab politik
bersinonim dengan pengendalian negara.
Negara Oligarkis, yang diperintah oleh beberapa penguasa yang
terpilih dan sifatnya maha kuasa sebab, semua kekuasaan ada ditangan
mereka juga mengembangkan sistem pendidikan yang monolinear. Sistem
pendidikan di negara yang demikian, hanya memperhatikan pendidikan

9
Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 23.
10

dari anak-anak bangsawan. Anak rakyat pada umumnya dibiarkan tidak


terdidik dan dalam keadaan terbelakang.
Di negara Kapitalis dimana negara tersebut dikuasai oleh
sekelompok orang kaya, kondisi sekolah, akademi dan perguruan tinggi
pada umunya megah mewah dan sempurna. Akan tetapi, yang bisa
memasuki lembaga pendidikan hanya anak-anak orang kaya saja. Sebab
biaya untuk sekolah sangat tinggi, tidak mungkin terbayar oleh anak
rakyat biasa.
Dalam negara demokratis, konsep kenegaraannya jelas ada
pembagian wewenang dan kekuasaannya yaitu eksekutif, yudikatif, dan
legislatif. Namun, kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat. Tujuan
pendidikannya dalam membimbing dan mendidik anak diartikan sebagai
mendidik manusia dan anak manusia supaya bisa berkembang dengan
bebas dan maksimal untuk kemudian sanggup melaksanakan realisasi diri,
supaya bisa hidup sejahtera. Lewat pendidikan pula anak didik
memecahkan permasalahan hidupnya, untuk kemudian mengantisipasi
terjadinya perubahan dan kemajuan di hari-hari mendatang. Lewat
perencanaan sistematis, pendidikan harus dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan rakyatnya. Dengan begitu, pendidikan bisa dimanfaatkan oleh
rakyat sebagai alat untuk mengeksploitasikan diri, dan sebagai sarana
untuk memecahkan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Politik adalah tindakan yang terorganisasi dan terarah, dyang
mempunyai tujuan untuk penyelesaian konflik-konflik masyarakat
mengenai nilai-nilai dan mengembangkan kebijakan-kebijakan
tertentu, berupa pelaksanaan kekuasaan.
2. Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan
lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam
rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani dan rohani
yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus
guna mencapai tujuan hidupnya.
3. Dalam proses pembuatan kebijakan publik, proses-proses politik
sangat kental mewarnainya, mulai dari pemunculan issu, kemudian
berkembang debat publik melalui media massa serta forma forum-
forum terbatas, lalu ditangkap aspirasinya oleh partai politik untuk
diartikulasikan dan dibahas dalam lembaga legislative, sehingga
menjadi kebijakan publik. Bahkan terkadang, proses tersebut bila
berlangsung lebih singkat.
4. Hubungan antara politik dan pendidikan bukan hal yang baru dalam
kajian para akademisi, namun sejauh mana hubungan antara kedua
elemen ini, kalau kita lihat dalam sebuah tataran otoritas sebuah
Negara, hubungan politik dan pendidikan ini tidak hanya terjadi di
kalangan dunia barat saja, dalam sejarah peradaban Islam, keterkaitan
antara pendidikan dan politik terlihat jelas.

B. Saran
Tulisan ini hanyalah merupakan hasil oretan tangan yang mungkin
jauh dari kesempurnaan, sehingga dalam tulisan ini banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dari cara penulisan maupun kurangnya referensi yang
penulis gunakan. Oleh karena itu perbaikan dan juga kritik dan saran yang
12

bersifat konstruktif selalu penulis harapkan dari berbagai elemen, baik dari
mahasiswa maupun dosen pengampu. Harapan penulis semoga karya tulis
ini bisa bermanfaat, dan bisa menambah khazanah keilmuan penulis
maupun pembaca yang budiman.
13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Ruslan, 2015, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hoogerwerf, 1985, Politikologi, Jakarta: Erlangga.


Inu Kencana Syafiie, dkk, 2012, Sistem Politik Indonesia, Bandung: Refika
Aditama.
Latif, Abdu, 2009, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT
Refika Aditama.

Mahmud, dkk, 2015, Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Rifai, Muhammad, 2011, Politik Pendidikan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Anda mungkin juga menyukai