MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan
Yang diampu oleh Bapak Suwantoro, M. Pd. I
Disusun oleh:
Nur Lailis Nanis Sa’adah
NIM. 18201501010137
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., hanya dengan izin-Nya terlaksana segala
macam kebajikan dan diraihnya segala macam kesuksesan. Syukur atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis haturkan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Hubungan Kebijakan Politik Terhadap Sistem Pendidikan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Filsafat
Pendidikan.
Selawat, rahmat, dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, kepada beliau diturunkan wahyu Ilahi yaitu al-Qur’an sebagai pedoman bagi
seluruh manusia. Semoga tercurah pula kepada keluarga dan sahabat-sahabat
beliau serta seluruh umat-Nya yang setia.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari akan kenyataan
bahwasanya masih banyak terdapat kekeliruan, maupun kejanggalan dalam
makalah ini, namun hal ini bukanlah disengaja, melainkan keterbatasan
kemampuan penulis dalam beberapa hal. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dalam usaha menuju perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memenuhi syarat dan bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem
sosial politik di setiap negara, baik negara maju maupun negara
berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah,
yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya
bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di
suatu negara. Di negeri ini, sudah sejak lama pendidikan menjadi alat
politik, penghimpun kekuatan bagi sang penguasa, dan menjadi
pelanggeng kekuasaan. Hal ini terlihat jelas ketika di negeri ini berganti
presiden, berganti menteri, dapat dipastikan berganti pula kurikulum yang
menjadi pegangan para pendidik di sekolah-sekolah.
Kedua elemen tersebut memang tidak akan pernah dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya, karena politik maupun pendidikan
keduanya sama-sama berkaitan dengan urusan manusia hidup di dunia,
sama-sama merupakan alat atau jalan manusia untuk mencapai tujuannya,
dan manusia sama sekali tidak bisa dikatakan politis dan tidak
berpendidikan secara total.
Dalam sebuah Negara, hubungan antara politik dan pendidikan
dapat dikatakan sangat harmonis sekali, sehingga tak jarang kebijakan
yang diambil oleh sekelompok pemerintah dalam suatu negara sangat
menentukan keberhasilan dan kemajuan pendidikan dalam negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian politik?
2. Bagaimana pengetian pendidikan?
3. Bagaimana proses politik dalam perumusan kebijakan?
4. Bagaimana hubungan kebijakan politik terhadap sistem pendidikan?
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian politik.
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
3. Untuk mengetahui proses politik dalam perumusan kebijakan.
4. Untuk mengetahui hubungan kebijakan politik terhadap sistem
pendidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Politik
Politik dalam bahasa Arabnya disebut ”Siyasyah” yang kemudian
diterjemahkan menjadi siasat, atau dalam bahasa lnggrisnya “Politics”.
Politik itu sendiri memang berarti cerdik, dan bijaksana yang dalam
pembicaraan sehari-hari kita seakan-akan mengartikan sebagai suatu cara
yang dipakai untuk mewujudkan tujuan, tetapi para ahli politik sendiri
mengakui bahwa sangat sulit memberikan definisi tentang ilmu politik.
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara,
membicarakan politik pada ghalibnya adalah membicarakan negara,
karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang
memengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak.
Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, asas-asas, sejarah pembentukan
negara, hakikat negara, serta bentuk dan tujuan negara, disamping
menyelidiki hal-hal seperti, kelompok penekan, kelompok kepentingan,
kelompok elite, pendapat umum, peranan partai politik, dan keberadaan
pemilihan umum.
Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “Polis” yang
berarti negara kota, dengan politik berarti ada hubungan khusus antara
manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan,
kewenangan, kelakuan pejabat, legalitas keabsahan, dan akhirnya
kekuasaan. Tetapi politik juga dapat dikatakan sebagai kebijaksanaan,
kekuatan, kekuasaan pemerintah, pengaturan konflik yang menjadi
konsensus nasional, serta kemudian kekuatan rakyat.
Politik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
tetapi juga seni, dikatakan sebagai seni karena berapa banyak kita melihat
politikus yang tanpa pendidikan ilmu poltik, tetapi mampu berkiat
memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dari naluri sanubarinya, sehingga
dengan kharismatik menjalankan roda poltik praktis. Dapat dikatakan
sebagai ilmu karena memiliki objek, subyek, terminologi, ciri, teori,
4
filosofis dan metodologis yang khas dan spesifik serta diterima secara
universal, disamping dapat diajarkan dan dipelajari oleh orang banyak.
Karena ilmu politik, pemerintahan, adaministrasi publik, hukum
tata negara dan ilmu negara sendiri berkembang menjadi disiplin ilmu
yang masing-masing mandiri, maka hubungan antara ilmu-ilmu
kenegaraan tersebut sudah barang tentu tetap sangat erat karena
mempunyai objek materi yang sama yaitu negara, sehingga menyebabkan
timbulnya pertumpangtindihan (convergency), hal ini karena ilmu-ilmu
tersebut memiliki kesamaan dalam pokok masalah (subject matter) yang
dibahas.
1
Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 20
5
B. Pengertian Pendidikan
Dalam istilah umum pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak,
sedangkan pendidikan dalam bahasa Inggris adalah “education” berasal
dari kata “to educated”, yaitu mengasuh, mendidik. Dalam bahasa
Indonesia, kata pendidikan terdiri dari kata didik yang mendapat awalan
pen- dan akhiran -an, yang berarti hal atau cara mendidik.2
Ada banyak definisi tentang pendidikan. Ahli yang satu dengan
ahli yang lain terkadang memberikan definisi yang berbeda tentang
pendidikan. Perbedaan definisi pendidikan masing-masing ahli tentu
dipengaruhi oleh disiplin ilmu dan pengalaman mereka. Namun demikian,
pada semua definisi pendidikan terdapat titik temu satu dengan yang lain.
Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa definisi pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli dengan maksud untuk memperluas
pemahaman pembaca tentang pendidikan.
a. Definisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
“Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.”3
b. Definisi pendidikan menurut H. Horne
“Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi
dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan kemanusian dari
manusia.”4
2
Mahmud, dkk, Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2015), hlm. 18.
3
Ibid., hlm. 19
4
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media 2015), hlm . 34.
6
5
Ibid., hlm. 35.
6
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: PT Refika Aditama 2009),
hlm. 10.
7
Ibid., hal. 7.
7
antara kedua elemen ini, kalau kita lihat dalam sebuah tataran otoritas
sebuah negara, hubungan politik dan pendidikan ini tidak hanya terjadi di
kalangan dunia barat saja, dalam sejarah peradaban Islam, keterkaitan
antara pendidikan dan politik terlihat jelas. Bagaimana aliran-aliran teologi
dan fiqih mulai dari Mu’tazilah, Syi’ah, Sunni, Jabariah, Maturidiyah,
Imam Syafi’i, Imam Hanbali, dan lain sebagainya bergulat bekerja sama
dengan kekuasaan, silih berganti untuk saling mengalahkan dan
menghancurkan paham lainnya.
Di negara-negara barat hubungan antara politik dan pendidikan
terlihat jelas dalam kajian Plato dalam bukunya Republic, dalam buku
tersebut Plato mendemonstrasikan bahwa dalam budaya Helenik, sekolah
adalah salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembaga-lembaga
politik, Plato menggambarkan adanya hubungan dinamis antara aktivis
kependidikan dan aktivis politik. Keduanya seakan dua sisi dari satu koin,
tidak mungkin terpisahkan. Hal di atas tidak jauh beda dengan apa yang
dilakukan Empu Prapanca yang mengarang kitab Negara Kertagama di
zaman Kerajaan Majapahit, di mana di dalam kitab tersebut dijelaskan
bagaimana raja Majapahit (Hayam Wuruk) memberikan kebebasan dan
perlindungan para Brahmana mengembangkan ilmu pengetahuan
agamanya, tradisi, dan kebudayaannya. Lebih jauh, Kerajaan Majapahit
memberikan bantuan materi untuk pemeliharaan candi, perpustakaan,
asrama dan kehidupan ekonominya agar padepokan-padepokan tersebut
tetap lestari.
Namun demikian, dalam perkembangannya, hubungan politik
dan pendidikan pernah mengalami masa surut, dengan saling menegasikan
satu sama lain. Itu semua tentu berkaitan salah satunya dengan riwayat
Perang Dunia I dan Perang Dunia II dan berlanjut dengan perang dingin.
Kemudian, faktor lainnya adalah kondisi dan kecenderungan dengan
ideologi dan praktik-praktik politik. Kecendrungan tersebut memuncak
pada tahun 70-an, khususnya di Amerika Serikat. Pada waktu itu ada
keinginan untuk menciptakan dinding pemisah antara karakteristik sebuah
sistem politik dan kebijakan pendidikan. Di berbagai negara, ada beberapa
9
9
Muhammad Rifai, Politik Pendidikan Nasional, Op. Cit. hlm. 23.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Politik adalah tindakan yang terorganisasi dan terarah, dyang
mempunyai tujuan untuk penyelesaian konflik-konflik masyarakat
mengenai nilai-nilai dan mengembangkan kebijakan-kebijakan
tertentu, berupa pelaksanaan kekuasaan.
2. Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan
lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam
rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani dan rohani
yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus
guna mencapai tujuan hidupnya.
3. Dalam proses pembuatan kebijakan publik, proses-proses politik
sangat kental mewarnainya, mulai dari pemunculan issu, kemudian
berkembang debat publik melalui media massa serta forma forum-
forum terbatas, lalu ditangkap aspirasinya oleh partai politik untuk
diartikulasikan dan dibahas dalam lembaga legislative, sehingga
menjadi kebijakan publik. Bahkan terkadang, proses tersebut bila
berlangsung lebih singkat.
4. Hubungan antara politik dan pendidikan bukan hal yang baru dalam
kajian para akademisi, namun sejauh mana hubungan antara kedua
elemen ini, kalau kita lihat dalam sebuah tataran otoritas sebuah
Negara, hubungan politik dan pendidikan ini tidak hanya terjadi di
kalangan dunia barat saja, dalam sejarah peradaban Islam, keterkaitan
antara pendidikan dan politik terlihat jelas.
B. Saran
Tulisan ini hanyalah merupakan hasil oretan tangan yang mungkin
jauh dari kesempurnaan, sehingga dalam tulisan ini banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dari cara penulisan maupun kurangnya referensi yang
penulis gunakan. Oleh karena itu perbaikan dan juga kritik dan saran yang
12
bersifat konstruktif selalu penulis harapkan dari berbagai elemen, baik dari
mahasiswa maupun dosen pengampu. Harapan penulis semoga karya tulis
ini bisa bermanfaat, dan bisa menambah khazanah keilmuan penulis
maupun pembaca yang budiman.
13
DAFTAR PUSTAKA