Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Setyo Eko Atmojo


FKIP Universitas PGRI Yogyakarta
email: SetyoAtmojo@yahoo.co.id (HP 085225998365)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan. Subjek
penelitian ini siswa kelas VII A semester II tahun akademik 2012/2013 SMP Bhakti Kedungtuban
Blora. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam empat siklus dan
setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi pengelolaan lingkungan
model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A di SMP
Bhakti Kedungtuban dengan kriteria keberhasilan berupa tercapainya standar ketuntasan belajar
pada materi pokok pengelolaan lingkungan sebanyak 80% siswa dengan nilai hasil belajar ≥75.

Kata kunci: materi pokok pengelolaan lingkungan, model pembelajaran berbasis masalah, hasil
belajar

IMPLEMENTATION OF PROBLEM-BASED LEARNING MODEL TO


IMPROVE THE LEARNING ACHIEVEMENT IN ENVIRONMENT
MANAGEMENT

Abstract
This study is aimed at determineing the effectiveness of the model of a problem-based learning
(PBL) in improving student learning outcomes in the subject matter of environmental management.
The research was conducted in Bhakti Senior High School, Kedungtuban Blora, in the second
semester of the academic year 2012/2013. The subjects were students of class VII A of the school.
The study was is classroom action research conducted in four cycles. Based on the research results
and discussion, it can be concluded that the problem-based model of learning material environmental
management can improve the learning outcomes of the students. This is demonstrated by the
achievement of the mastery learning standards in the subject matter of environmental management;
that is, 80 % of the students get the results of ≥ 75.

Keywords: subject matter of environmental management, problem-based learning, learning


outcomes

PENDAHULUAN yang digunakan masih kurang efektif yang


Hasil observasi yang dilakukan pada menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
tahun 2012 diketahui bahwa pembelajaran Media pembelajaran dan sumber bahan ajar
IPA di kelas VII A SMP Bhakti Kedungtuban yang digunakan oleh guru dalam membantu
Blora masih berpusat pada guru. Penyampaian menyampaikan materi masih kurang
materi pelajaran cenderung menggunakan bervariasi. Siswa kurang berperan aktif dalam
metode ceramah. Metode pembelajaran proses pembelajaran untuk membangun dan

134
Setyo Eko Atmojo: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...

menemukan sendiri pengetahuannya melalui laku siswa berubah ke arah yang lebih
interaksi dengan lingkungan. Akibatnya, baik (Darsono, 2000). Materi pengelolaan
siswa memahami materi dengan menghapal lingkungan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
fakta-fakta, bukan dari hasil menemukan Pendidikan (KTSP) adalah materi yang
serta membangun sendiri pengetahuannya. dipelajari siswa SMP kelas VII semester
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah genap. Standar Kompetensi yang ditetapkan
model pembelajaran yang lebih efektif dan adalah SK 7 yaitu memahami saling
dapat membuat siswa lebih aktif dalam ketergantungan dalam ekosistem. Kompetensi
pembelajaran. Dasar yang akan dicapai dalam penelitian
Model pembelajaran yang efektif dapat ini adalah KD 7.4 yaitu mengaplikasikan
memperkaya pengetahuan, pemahaman, dan peran manusia dalam pengelolaan
pertumbuhan intelektual siswa serta terjadi lingkungan untuk mengatasi pencemaran
pertukaran ide secara terbuka. Pembelajaran dan kerusakan lingkungan. Indikator yang
berbasis masalah (PBM) diusulkan sebagai ingin dicapai adalah menjelaskan penyebab
salah satu model pembelajaran materi pokok dan pengaruh pencemaran air, pencemaran
pengelolaan lingkungan mata pelajaran udara, pencemaran tanah, dan kerusakan
IPA di kelas VIIA SMP Bhakti. Penelitian lingkungan kaitannya dengan aktivitas
ini bertujuan untuk mengetahui apakah manusia serta upaya untuk mengatasinya,
pembelajaran materi pokok pengelolaan mengusulkan berbagai macam cara untuk
lingkungan model pembelajaran berbasis menanggulagi pencemaran air, pencemaran
masalah (PBM) dapat meningkatkan hasil udara, pencemaran tanah, dan kerusakan
belajar siswa kelas VIIA di SMP Bhakti. lingkungan. Materi yang diajarkan adalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, materi pencemaran air, pencemaran udara,
permasalahan yang akan dikaji dalam pencemaran tanah, dan dampak penebangan
penelitian ini adalah apakah pembelajaran hutan.
materi pokok pengelolaan lingkungan dengan Model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan model pembelajaran berbasis (PBM) adalah suatu model pembelajaran
masalah (PBM) dapat meningkatkan hasil yang menggunakan masalah nyata sebagai
belajar siswa kelas VIIA di SMP Bhakti konteks untuk belajar tentang cara berpikir
Kedungtuban Blora. Model pembelajaran kritis dan keterampilan pemecahan masalah
berbasis masalah (PBM) menuntut agar serta untuk memperoleh pengetahuan dan
siswa aktif dalam proses pembelajaran karena konsep yang esensial dari materi pelajaran
mereka harus menemukan materi dengan (Nurhadi dan Senduk, 2003). Penerapan model
merumuskan masalah, merancang pemecahan pembelajaran berbasis masalah pada materi
masalah, dan memecahkan masalah sendiri. pengelolaan lingkungan dinilai tepat karena
Di dalam pelaksanaan pembelajaran guru materi ini banyak berkaitan dan dekat dengan
berperan untuk membantu, mengarahkan, kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar
dan memotivasi siswa untuk memecahkan siswa. Tugas siswa merumuskan, merancang
masalah. Pemecahan masalah tersebut dapat pemecahan masalah, dan memecahkan
dilakukan siswa dengan mencari informasi masalah yang berkaitan dengan kehidupan
dari internet, koran, buku, majalah, atau sehari-hari siswa. Guru berperan membantu
sumber belajar yang dapat diperoleh dari dan mengarahkan siswa dalam memecahkan
lingkungan sekitar siswa. masalah. Hasil dari pemecahan masalah
Pembelajaran pada hakikatnya adalah dipresentasikan siswa, kemudian guru
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang bersama-sama dengan siswa melakukan
guru sedemikian rupa sehingga tingkah refleksi terhadap hasil pemecahan masalah.

135
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 43, Nomor 2, November 2013, Halaman 134 - 143

Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan setelah proses
pada materi pokok pengelolaan lingkungan pembelajaran pada tiap siklusnya. Ketiga,
ini diharapkan mampu untuk mengajak siswa metode dokumentasi. Metode ini digunakan
lebih aktif dalam pembelajaran sehingga hasil untuk mendapatkan daftar nama siswa
belajar siswa dapat dicapai secara optimal. yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan Keempat, metode kuisioner/angket. Metode
kelas (selanjutnya disingkat dengan PTK) ini digunakan untuk mengetahui tanggapan
yang terdiri atas empat siklus dan setiap siswa terhadap pembelajaran model PBM
siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang diterapkan. Keenam, metode wawancara.
pelaksanaan pembelajaran (selanjutnya Metode wawancara akan digunakan untuk
disingkat dengan RPP). Setiap siklus terdiri mengambil data mengenai tanggapan guru
atas tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan dalam pembelajaran menggunakan model
tindakan, observasi, dan refleksi. PBM selama penelitian.
Teknik analisis data hasil belajar siswa
METODE dianalisis dengan cara deskriptif kuantitatif
Penelitian ini dilaksanakan di SMP dengan menghitung skor evaluasi. Pertama,
Bhakti Kedungtuban Blora. Subjek penelitian menghitung skor hasil penilaian. Menurut
ini adalah siswa kelas VII A pada bulan Sudjana (2002) skor evalusi dihitung dengan
Februari 2013. Kelas VII A memiliki 36 ketentuan sebagai berikut.
siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 20
laki laki. Penelitian dilaksanakan di kelas VII
A karena nilai ulangan harian siswa materi
sebelumnya (ekosistem) masih relatif rendah,
motivasi siswa dalam belajar masih rendah, Kedua, menghitung nilai hasil belajar
siswa lebih banyak memperoleh materi secara siswa. Menurut Ghofur (2005) nilai hasil
teoretis dan kurang dilibatkan secara aktif belajar siswa dihitung dengan ketentuan
dalam pembelajaran di kelas. Faktor yang sebagai berikut.
diteliti dalam penelitian ini adalah faktor
siswa yang diamati berupa aktivitas siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran serta faktor guru yang diamati Ketiga, menentukan batas kelulusan
berupa kinerja guru dalam melakukan proses individual siswa sesuai kriteria ketuntasan
pembelajaran dengan menggunakan model minimal (KKM) di SMP Bhakti Kedungtuban
pembelajaran PBM. yaitu nilai hasil belajar ≥75. Keempat,
Metode pengumpulan data yang ketuntasan belajar siswa secara klasikal.
digunakan dalam penelitian ini adalah Menurut Ali (1987) ketuntasan belajar siswa
sebagai berikut. Pertama, metode observasi. secara klasikal dihitung dengan menggunakan
Metode ini digunakan untuk mendapatkan rumus berikut ini.
data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru
dalam proses pembelajaran. Kedua, metode
tes. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data evaluasi hasil belajar materi pokok
pengelolaan lingkungan siswa kelas VII A Keterangan:
di SMP Bhakti. Tes yang digunakan adalah P = Ketuntasan belajar siswa secara klasikal
tes objektif. Pengambilan data melalui tes Σni = Jumlah siswa tuntas belajar individu
(≥75)
136
Setyo Eko Atmojo: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...

Σn = Jumlah total siswa

Keenam, menghitung rata-rata kelas.


Rata-rata kelas digunakan untuk mengetahui
daya serap siswa terhadap materi pelajaran Adapun kriteria tingkat keaktifan siswa
yang baru diajarkan. Semakin tinggi rata-rata disajikan pada Tabel 2.
kelasnya, berarti daya serap siswa terhadap
materi pelajaran juga semakin baik. Menurut Tabel 2. Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa
Ali (1987) untuk menentukan nilai rata-rata
kelas digunakan rumus sebagai berikut.

Suharsimi Arikunto (2010)


Keterangan:
= Nilai rata-rata Data tentang kinerja guru diperoleh dari
ΣX = Jumlah nilai siswa lembar observasi. Menurut Arikunto (2002)
N = Jumlah siswa untuk menghitung presentasenya sebagai
berikut digunakan rumus berikut ini.
Keenam, penilaian poster. Data
penilaian poster diperoleh dari lembar
penilaian poster. Kriteria penilaian poster
disajikan pada Tabel 1.
Adapun kriteria tingkat kinerja guru
Tabel 1. Kriteria Penilaian Poster disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Tingkat Kinerja Guru

Ketujuh, penilaian LKS/LDS. Untuk Suharsimi Arikunto (2010)


menentukan nilai LKS/LDS digunakan rumus
sebagai berikut. Data tanggapan siswa dan guru berupa
pendapat terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan model PBM, dianalisis
secara deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis data aktivitas siswa diperoleh
Pada setiap akhir siklus pelaksanaan
dari lembar observasi. Menurut Arikunto
PTK diadakan tes sebagai alat untuk mengukur
(2002) untuk menghitung persentasenya
pemahaman siswa terhadap materi yang telah
digunakan rumus sebagai berikut.
disampaikan pada kegiatan pembelajaran.
Dari penelitian yang dilakukan mengenai

137
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 43, Nomor 2, November 2013, Halaman 134 - 143

materi pokok pengelolaan lingkungan II, dan III indikator ketuntasan belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran secara klasikal belum tercapai (secara klasikal
berbasis masalah di kelas VII A SMP Bhakti sekurang-kurangnya 80% siswa memperoleh
Kedungtuban Blora tahun ajaran 2012/2013 nilai ≥75), kemudian pada siklus IV indikator
didapatkan data penelitian berupa data hasil ketuntasan belajar secara klasikal tercapai.
belajar siswa, data hasil aktivitas siswa selama Rekapitulasi hasil aktivitas siswa pada
proses pembelajaran, data kinerja guru, proses pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 5.
data angket tanggapan siswa, dan data hasil Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa
wawancara dengan guru. Hasil belajar siswa aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,89%
secara klasikal disajikan pada Tabel 4. dengan kategori cukup baik, pada siklus
Pada siklus I diperoleh ketuntasan II mencapai 72,22% dengan kategori baik,
klasikal sebesar 63,89%, siklus II sebesar dan pada siklus III mengalami peningkatan
77,78%, siklus III sebesar 83,33%, dan siklus menjadi 80,55% dengan kategori baik tetapi
IV sebesar 86,75%. Pada tabel 4 tampak persentase tersebut belum memenuhi indikator
bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal keberhasilan penelitian (sekurang-kurangnya
terus meningkat setiap siklus. Pada siklus I, 80% siswa memperoleh kategori baik).

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, III, dan IV

Tabel 5. Rekapitulasi Data Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I-IV

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa Siklus I, II, III, dan IV.

138
Setyo Eko Atmojo: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...

Pada siklus IV juga mengalami peningkatan Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa


sebesar 91,66% dengan kategori sangat baik guru memberikan tanggapan yang baik
dan persentase tersebut sudah memenuhi terhadap penerapan pembelajaran model
indikator keberhasilan. PBM materi pokok pengelolaan lingkungan.
Rekapitulasi hasil tanggapan siswa Guru menyatakan bahwa aktivitas dan hasil
pada proses pembelajaran disajikan pada belajar siswa baik sekali. Siswa dapat belajar
Tabel 6. mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas
Hasil rekapitulasi angket tanggapan pembelajaran. Guru menjadi tertarik untuk
siswa terhadap proses pembelajaran di atas menerapkan model PBM pada materi lain.
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa Adapun kesulitan yang masih dihadapi guru
kelas VII A memberikan tanggapan yang adalah kurangnya pengaturan waktu sehingga
positif terhadap pembelajaran yang diterapkan. pada saat pembelajaran masih melebihi jam
Sebagian besar siswa merasa tertarik pelajaran.
mengikuti pembelajaran dengan penerapan Rekapitulasi data hasil observasi
model pembelajaran berbasis masalah, mudah kinerja guru dapat di lihat pada Tabel 8.
mempelajari dan memahami materi pelajaran, Berdasarkan Tabel 8 tampak bahwa
dan tidak mengalami kesulitan dalam proses kualitas kinerja guru pada siklus I berkategori
pembelajaran. Selain itu siswa merasa suasana baik. Pada siklus II, III, dan IV terdapat
kelas lebih menyenangkan, lebih banyak peningkatan kualitas dengan kategori sangat
melakukan aktivitas, dan berkeinginan lebih baik.
lanjut untuk mempelajari materi lain dengan Berdasarkan analisis hasil belajar siswa
model PBM. tampak bahwa jumlah siswa yang mencapai
Hasil tanggapan guru terhadap ketuntasan belajar siklus I sebesar 63,89%,
pembelajaran materi pokok pengelolaan siklus II sebesar 77,78%, siklus III sebesar
lingkungan dengan menerapkan model PBM 83,33% dan siklus IV sebesar 86,75% .
disajikan pada Tabel 7. Peningkatan hasil belajar pada siklus I,

Tabel 7. Tanggapan Guru terhadap Penerapan Model PBM

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I, II, III, dan IV

139
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 43, Nomor 2, November 2013, Halaman 134 - 143

II, III, dan IV tersebut tidak terlepas dari suatu hal, dapat memperkaya pengalaman,
tindakan-tindakan yang diambil dari refleksi mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil
siklus sebelumnya. Hasil ini menunjukkan belajar akan bertahan lama dalam ingatan
adanya peningkatan jumlah siswa yang siswa. Perasaan senang yang siswa rasakan
mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan terhadap pembelajaran akan menimbulkan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan ketertarikan dan motivasi yang besar untuk
belajar dikarenakan pembelajaran dengan menggali pengetahuan yang ada sehingga
menggunakan model pembelajaran berbasis mereka mempunyai kesan yang mendalam
masalah pada materi pokok pengelolaan terhadap materi yang disajikan. Siswa secara
lingkungan dapat melatih siswa untuk langsung dapat mengamati lingkungan di
memecahkan suatu masalah sehingga secara sekitar mereka melalui observasi, merumuskan
langsung siswa akan melakukan penyelidikan masalah dari permasalahan yang muncul di
autentik untuk menyelesaikan masalah, lingkungan, serta dapat mengusulkan upaya
bekerja sama dalam kelompok, melakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
diskusi, menghasilkan suatu produk/karya dan Pengalaman belajar dapat diperoleh
memamerkannya, serta mengaitkan materi melalui pemecahan masalah dengan
dengan kehidupan sehari-hari. berdiskusi dengan teman sekelompok, melalui
Dengan model PBM membuat siswa pengalaman langsung dengan observasi
menjadi jelas dan semakin paham dengan sehingga siswa secara langsung dapat
pembelajaran yang dilakukan, pembelajaran mengamati lingkungan di sekitar mereka.
dengan eksplorasi lingkungan yang digunakan Siswa yang belajarnya tuntas sebagian besar
merupakan pengalaman keseharian siswa adalah siswa yang aktif dalam kegiatan
sehingga dapat meletakkan dasar-dasar yang pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang
nyata bagi siswa untuk berpikir. Masalah- kurang aktif dalam pembelajaran hasil
masalah yang disajikan dalam pembelajaran belajarnya tidak tuntas. Keaktifan siswa
adalah masalah nyata yang dialami dalam sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
kehidupan sehari-hari karena mereka dapat Jika siswa aktif dalam kegiatan pengamatan
belajar memecahkan masalah yang terjadi maupun diskusi, siawa akan lebih paham
di masyarakat sehingga suatu saat ilmu yang tentang materi yang diajarkan. Hal tersebut
dipelajari dapat diterapkan langsung dalam dikarenakan siswa terlibat langsung dalam
masyarakat. pengamatan gejala-gejala kehidupan yang
Kegiatan pembelajaran pada materi dipelajari.
pokok pengelolaan lingkungan yang Dipilihnya model PBM untuk
menggunakan model pembelajaran PBM diterapkan pada materi pokok pengelolaan
memungkinkan siswa untuk berdiskusi dengan lingkungan pada penelitian ini karena materi
teman sekelompoknya, bisa menyamakan tersebut banyak berkaitan erat dengan
pengamatan dan persepsi siswa dalam belajar, kehidupan sehari-hari siswa. Adapun isi
dan menjadikan siswa lebih senang dengan dari materi tersebut meliputi pencemaran
pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa (air, udara, tanah) dan dampak penebangan
benar-benar mengikuti kegiatan dengan hutan. Pembelajaran model PBM menuntut
sungguh-sungguh. Dalam proses belajar siswa aktif mencari materi secara mandiri,
mengajar dengan menggunakan model PBM namun demikian juga tidak terlepas dari
siswa diberi kesempatan untuk mengalami bimbingan guru. Guru dalam pembelajaran
sendiri atau melakukan sendiri kegiatan bertugas sebagai fasilitator yaitu membimbing
pembelajarannya. Dengan melakukan dan mengarahkan siswa selama proses
pengamatan siswa akan lebih yakin atas pembelajaran.

140
Setyo Eko Atmojo: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...

Analisis data aktivitas siswa yang mengajar merupakan salah satu faktor
disajikan dalam tabel 5 menunjukkan pendukung keberhasilan belajar siswa. Pada
bahwa aktivitas siswa pada siklus I sebesar penelitian ini dapat dilihat bahwa aktivitas
63,89% dengan kategori cukup baik, siklus siswa selama proses pembelajaran dengan
II mengalami peningkatan menjadi 77,78% menggunakan model PBM juga meningkat
dengan kategori baik, siklus III mengalami di setiap siklusnya.
peningkatan menjadi 83,33% dengan kategori Berdasarkan data hasil analisis
baik, dan siklus IV juga mengalami peningkatan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan
menjadi 86,75% dengan kategori sangat baik. pembelajaran materi pokok pengelolaan
Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan lingkungan dengan menerapkan model PBM,
aktivitas siswa. Peningkatan aktivitas siswa secara umum siswa memberikan tanggapan
dari siklus I, II, III, dan IV disebabkan positif terhadap pembelajaran yang telah
adanya kesenangan dan ketertarikan siswa berlangsung. Peningkatan hasil persentase di
terhadap model yang digunakan sehingga setiap siklusnya dikarenakan beberapa alasan
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam sebagai berikut. Pertama, guru menggunakan
belajar yang membuahkan hasil yang optimal, variasi dalam pembelajaran sehingga
guru telah menciptakan suasana kelas siswa antusias dalam mengikuti proses
yang menyenangkan sehingga mendorong pembelajaran. Kedua, pembelajaran menjadi
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, tidak membosankan, menambah wawasan
pembelajaran dikaitkan langsung dengan atau pengetahuan, pelajaran menjadi lebih
lingkungan sehingga siswa memperoleh mudah dipahami dan lebih jelas, melatih siswa
pengalaman dan pengetahuan baru dan menjadi pembelajar yang mandir. Ketiga,
diharapkan lebih bertahan lama dalam siswa bisa mendiskusikan materi yang mereka
ingatanya, siswa melakukan kegiatan yang temukan sendiri di lingkungan sekitar mereka
dilakukan sendiri (pengamatan lingkungan) ketika melakukan observasi dengan teman-
sehingga siswa mengetahui tidak hanya secara temannya sehingga lebih mudah memahami
teoretis tetapi juga secara praktis. materi, bisa saling membantu, bisa berbagi
Pada umumnya, siswa yang tingkat pengetahuan dengan yang lain, bisa bertukar
aktivitas tinggi memiliki hasil belajar yang pendapat, lebih menyenangkan, menambah
lebih baik sehingga mampu mencapai wawasan atau pengetahuan. Keempat,
ketuntasan belajar sesuai dengan standar pelajaran menjadi lebih mudah dipahami,
yang telah ditentukan. Siswa yang sungguh- lebih jelas, lebih dekat dengan alam, siswa
sungguh melaksanakan pengamatan, diskusi, merasa banyak melakukan aktivitas dalam
menjawab pertanyaan, dan presentasi akan pembelajaran, karena dalam pembelajaran
mendapat pemahaman yang lebih baik tersebut siswa dituntut melakukan aktivitas
sehingga dalam menjawab soal-soal evaluasi berupa observasi, diskusi, dan presentasi
siswa tidak akan mengalami kesulitan. sesuai dengan langkah kerja pada LKS/LDS
Perwujudan pembelajaran yang baik dapat dan bimbingan dari guru, pembelajaran lebih
dilihat dari aktivitas belajar siswa dalam menyenangkan, materi menjadi lebih mudah
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa memiliki dipahami, lebih aktif dalam pembelajaran,
pengaruh terhadap hasil belajar siswa. lebih dekat dengan alam, bisa berbagi
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pengetahuan dan bertukar pendapat dengan
akan menumbuhkan motivasi belajar dan teman kelompok, lebih bisa berfikir kritis.
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap Dengan demikian, banyak siswa yang
peningkatan hasil belajar. Keaktifan dan menginginkan diterapkannya pembelajaran
keterlibatan siswa dalam proses belajar model PBM pada materi lain.

141
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 43, Nomor 2, November 2013, Halaman 134 - 143

Hasil pengamatan dalam proses ke lingkungan siswa susah untuk diajak


pembelajaran menunjukkan bahwa beberapa kembali ke kelas lagi sehingga menghabiskan
siswa mengalami kesulitan untuk merumuskan banyak waktu. Oleh karena itu guru perlu
masalah karena pada saat melakukan observasi meningkatkan pengaturan waktu agar
lingkungan mereka tidak ikut bekerja sama pembelajaran tidak melebihi jam pelajaran
dengan anggota kelompoknya untuk mengisi dan waktu bisa digunakan seefektif mungkin.
lembar observasi dan tidak melakukan Mengenai kelebihan model PBM menurut
observasi dengan sungguh-sungguh sehingga guru adalah siswa akan lebih aktif, dapat
siswa mengalami kesulitan pada saat mempermudah pemahaman siswa terhadap
memahami materi dengan menerapkan model materi, dan siswa dapat belajar mandiri
PBM. Alternatif pemecahan masalah yang sehingga guru merasa tertarik menerapkan
dapat dilakukan guru adalah memberikan model pembelajaran berbasis masalah pada
bimbingan dan motivasi kepada siswa materi lain agar kualitas pembelajaran lebih
agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan meningkat.
observasi lingkungan dengan memaparkan Data hasil observasi kinerja guru
keuntungan yang akan diperoleh siswa jika menunjukkan bahwa kualitas kinerja guru
aktif dalam kegitan observasi lingkungan. pada siklus I dengan kategori baik (84,62%),
Salah satu keuntungan bagi siswa adalah sedangkan pada siklus II, III, dan IV mengalami
diperolehnya kemudahan dalam memahami peningkatan kualitas masing-masing dengan
materi pelajaran. Sebagian besar siswa tidak kategori sangat baik (88,46%, 92,31%, dan
mengalami kesulitan dalam pembelajaran 96,16%) sehingga dari siklus I-IV telah
karena rangkaian kegiatan pembelajaran yang memenuhi indikator kinerja yaitu kinerja guru
dilaksanakan masih dapat dilakukan secara dalam proses pembelajaran termasuk dalam
optimal dan pembelajaran menjadi lebih kategori baik.
mengasyikkan serta materi mudah diingat dan D ari s iklus I- IV, kinerja g uru
dimengerti karena dikerjakan bersama-sama mengalami peningkatan. Hal ini tidak
dan bisa belajar lebih aktif. terlepas dari tindakan-tindakan yang diambil
Tanggapan yang diberikan siswa pada perbaikan siklus sebelumnya. Seperti,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran guru berusaha menumbuhkan rasa percaya
yang dilaksanakan membuat siswa merasa diri siswa dalam belajar, guru berusaha
tertarik, mudah mempelajari materi, tidak bersikap peduli terhadap siswa, ketegasan
mengalami kesulitan, merasa suasana kelas dan kedewasaan guru telah seimbang
menyenangkan, banyak beraktivitas, dan dalam menghadapi siswa, guru berusaha
mempunyai keinginan lebih lanjut untuk mempertahankan perhatian siswa untuk
mengikuti pembelajaran model PBM pada terus tertuju pada proses pembelajaran. Guru
materi yang lain. Ini menunjukkan bahwa mengorganisasikan siswa dalam kelompok,
dengan menggunakan model pembelajaran mengondisikan kelas dan berinteraksi dengan
PBM mendapat respon positif dari siswa. siswa serta berupaya agar suasana kelas lebih
Berdasarkan hasil tanggapan guru menyenangkan. Secara garis besar guru sudah
terhadap pelaksanaan pembelajaran diketahui mampu mengelola kelas dengan baik, tetapi
bahwa proses pembelajaran materi pokok masih perlu ditingkatkan sehingga kinerja
pengelolaan lingkungan dengan menggunakan guru lebih optimal. Menurut Sardiman (2005)
model PBM dapat meningkatkan hasil belajar kreativitas guru juga mutlak diperlukan agar
siswa. Menurut guru kesulitan yang dihadapi dapat merencanakan kegiatan siswa yang
saat pelaksanaan pembelajaran yaitu saat sangat bervariasi.
pengaturan waktu karena pada saat observasi

142
Setyo Eko Atmojo: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ...

Secara garis besar kinerja guru yang DAFTAR PUSTAKA


dilaksanakan di kelas VII A SMP Bhakti Ali, M. 1987. Guru dalam proses belajar
Kedungtuban Blora sangat baik. Guru telah mengajar. Bandung: Sinar Baru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Algensindo.
silabus dan RPP yang telah direncanakan.
Kinerja guru yang baik mendukung Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian
kelancaran dan keberhasilan pembelajaran. penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Menurut Majid (2005) salah satu unsur yang Cipta.
memainkan peran penting dalam menentukan Arikunto, S. 2010. Manajemen penelitian.
keberhasilan proses pembelajaran adalah Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
bagaimana cara guru mengajarkan materi.
Cara mengajar tersebut berkaitan erat dengan Darsono, M. 2000. Belajar dan pembelajaran.
aktivitas guru selama proses pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Jadi, apabila guru telah melakukan perannya
G h o f u r, A . 2 0 0 5 . P e d o m a n u m u m
dan mengajar sesuai dengan RPP yang telah
pengembangan penilaian. Yogyakarta:
ditentukan, maka siswa akan beraktivitas
Universitas Negeri Yogyakarta.
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru
sehingga siswa dapat memahami materi dan Majid, A. 2005. Perencanaan pembelajaran.
hasil belajar siswa juga optimal/baik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

SIMPULAN Nurhadi dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran


Berdasarkan hasil penelitian dan kontekstual. Malang: Universitas
pembahasan, dapat ditarik simpulan Negeri Malang.
pembelajaran materi pengelolaan lingkungan Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi
model pembelajaran berbasis masalah dapat belajar mengajar. Jakarta: Rajawali
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII Press.
A di SMP Bhakti Kedungtuban dengan
kriteria keberhasilan berupa tercapainya Sudjana, N. 2002. Metode statistika. Bandung:
standar ketuntasan belajar pada materi pokok Tarsito.
pengelolaan lingkungan sebanyak 80% siswa
dengan nilai hasil belajar ≥75.

143

Anda mungkin juga menyukai