Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel tumbuhan maupun individu merupakan sistem terbuka, artinya
menerima masukan maupun mengeluarkan energi dan materi dari dan ke
lingkungan. Artinya permukaan luarnya harus dapat dilalui oleh materi
tersebut Bahan Ajar/Hubungan Tumbuhan dengan Lingkungan
yang berupa gas, air dan ion maupun molekul yang terlarut di dalamnya,
serta mampu menerima energy fisik misalnya radiasi dan energi kimia
misalnya ATP.
Meskipun dinding sel tersusun dari bahan organik, tetapi dianggap sebagai
bagian sel yang mati sehingga materi dapat bebas melewatinya. Bagian yang
mengatur pemasukan serta pengeluaran adalah membran, baik membran sel,
membran vakuola maupun membran organela. Dengan kemampuan membran ini,
senyawa-senyawa dapat dipindahkan dari bagian satu ke bagian lainnya,
dinamakan juga transport. Transport merupakan mekanisme pengatur dan
penyebab terjadinya koordinasi aktivitas sel dan individu. Hantaran dan reaksi
biokimia penting bagi tumbuhan karena tidak adanya sistem syaraf seperti pada
hewan.
Sel dengan lingkungannya yang semula berbeda dapat menjadi sama karena
proses spontan yang disebut keseimbangan. Umumnya proses penyeimbangan itu
menyebabkan terlepasnya sejumlah energi. Energi yang terlepas itu dapat diubah
menjadi energi bentuk lain. Contoh proses spontan adalah difusi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antar sel tumbuhan dengan lingkungannya?
2. Bagaimana hubungan tumbuhan dengan air?
3. Bagaimana pengeluaran Air / Transpirasi?
4. Bagaimana respons tumbuhan terhadap cekaman lingkungan?
5. Bagaimana potensial air dalam sel tumbuhan?
6. Bagaimana potensial osmosis dalam sel tumbuhan?
7. Bagaimana potensial tekanan dalam sel tumbuhan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antar sel tumbuhan dengan
lingkungannya
2. Untuk engetahui bagaimana hubungan tumbuhan dengan air
3. Untuk engetahui bagaimana pengeluaran air/transpirasi
4. Untuk engetahui bagaimana respons tumbuhan terhadap cekaman
lingkungan
5. Untuk mengetahui bagaimana potensial air dalam sel tumbuhan
6. Untuk mengatahui bagaimana potensial osmosis dalam sel tumbuhan
7. Untuk mengetahui bagaimana potensial tekanan dalam sel tumbuhan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan sel dengan lingkungannya
2.1.1 Pengertian difusi
Difusi adalah proses yang menyebabkan senyawa kimia tertentu ditransport
secara spontan dari satu daerah ke daerah lain sehingga terjadi keseimbangan.
Proses ini terjadi sebagai akibat adanya mobilitas dan energi kinetik dari molekul
atau ion yang mengadakan difusi tersebut. Arah gerak molekul dalam larutan atau
gas tidak tertentu karena adanya hantaman molekul air atau dari gas lain. Arah
gerak molekul ini mengikuti gerak Brown. Arah geraknya dinamakan “random
walk”.
Difusi merupakan mekanisme yang sangat penting bagi sel tumbuhan
karena menghubungkan sel itu dengan lingkungannya. Untuk jarak dekat,
kecepatan difusi cukup tinggi, hampir sama dengan transport yang menggunakan
energi. Bahkan transport di stomata hanya menggunakan mekanisme difusi.
Bila molekul atau ion itu berpindah seluruhnya (baik yang berfungsi
sebagai pelarut maupun dilarutkan) dinamakan arus massa atau aliran massa.
Contoh misalnya gerak angin, membawa udara yang berisi O2 maupun CO2 yang
nantinya akan berdifusi masuk sel daun. Perpindahan air di dalam xylem juga
termasuk arus massa. Di dalam sel juga terjadi arus massa yaitu pada arus
plasma.
Difusi maupun arus massa digerakkan oleh gaya dorong yang dapat terjadi
akibat adanya perbedaan potensial (temperatur, listrik, tekanan hidrostatik,
konsentrasi, dst) yang mengarah dari tempat dengan potensial tinggi ke tempat
yang potensial lebih rendah. Kecepatan transport ini dinyatakan dengan flux,
yaitu besarnya massa yang melewati satu luas permukaan tertentu pada satuan
waktu tertentu.
2.1.2 Jalur yang dilalui larutan masuk sel
Suatu zat yang masuk ke dalam sel melalui jalur, dapat digambarkan seperti
pada skema nomor 1 sebagai berikut. Sampai di dinding sel, molekul atau ion
yang larut bergerak relatif cepat dengan proses difusi. Dinding sel, selain terdiri

3
dari selulosa juga mengandung pektin yang mempunyai gugus asam (-COOH)
yang lemah, sehingga mudah melepaskan H+. Bila ada ion positif yang lewat,
muatan negatif –COO– akan menangkapnya dengan gaya elektrostatik.

Larutan luar Lapisan yang langsung Dinding sel


menempel dinding sel

Matrix sitoplasma Membrane plasma

Dimetabolisir, diadsorpsi,
dihantarkan ke sel lain, disimpan
dalam vakuola atau organela lain

Skema 1. Jalur yang dilalui larutan masuk ke sel


Titik-titik ini dinamakan titik pertukaran kation atau titik adsorpsi kation.
Kation yang berbeda mempunyai afinitas yang berbeda, terutama ditentukan oleh
besarnya muatan. Kation yang afinitasnya tinggi misalnya Ca++ akan mengusir
yang lebih rendah, misalnya K+.
Dibandingkan dengan molekul air, ruang-ruang yang dibatasi oleh
mikrofibril selulosa dinding sel sangat besar sehingga air dengan mudah masuk
tanpa hambatan. Demikian pula dengan molekul atau ion yang larut di dalamnya.
Bagian ini dinamakan ruang bebas (free space). Baru setelah mencapai membran
plasma terjadi hambatan berarti karena membran mampu membedakan
(discriminate) bahan kimia yang akan lewat.
Peristiwa yang hampir sama terjadi pada stomata. Arus gas terjadi karena
difusi melewati celah stoma. Setelah mencapai ruang dalam, gas harus larut dalam
air untuk dapat melewati dinding sel dan membran plasma sel mesofil daun.
2.1.3 Osmosis dan permeabilitas
Bila sel diletakkan pada larutan tertentu, gula misalnya, terjadi arus air dari
dalam sel keluar. Karena air terutama terdapat di dalam vakuola, maka isi vakuola
berkurang, turgol sel turun, isi protoplas mengecil. Ruang antara dinding sel

4
dengan membran plasma terisi larutan dari luar. Keadaan ini dinamakan sel
mengalami plasmolisis. Ini menunjukkan bahwa membran plasma dapat dilalui
oleh air (keluar) tetapi tidak dapat dilalui gula (masuk) dan dinding sel dapat
dilalui molekul gula. Membran plasma bersifat permeabel selektif. Jadi agar suatu
zat (molekul atau ion) masuk sel, perlu adanya permeabilitas membran dan gaya
dorong. Permeabilitas membran tergantung pada larutan yang melewati dan
senyawa penyusun membran, tingkat hidrasinya, tebalnya, penggumpalannya, dst.
Faktor-faktor ini dapat dipengaruhi oleh faktor luar misalnya radiasi, tempratur,
defisit air, adanya senyawa beracun, serta faktor dalam antara lain proses penuaan.
2.1.4 Difusi Gas
Pertukaran gas antara udara dengan daun merupakan proses fisiologi
penting. Gas yang paling banyak berdifusi adalah O2 dan CO2 (pada fotosintesis
dan respirasi) serta uap air pada transpirasi. Pertukaran gas terutama berlangsung
lewat stomata. Stomata dapat dijumpai dipermukaan tubuh tumbuhan, tidak hanya
di daun. Untuk masing-masing jenis tumbuhan, morfologi stomatanya berbeda,
ukurannya, distribusinya serta sel tetangganya. Stomata tidak selalu terbuka
sehingga hubungan dengan dunia luar tidak selalu terjadi. Umumnya stomata
membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari, kecuali tumbuhan
xerofit (fotosistesisnya CAM).
Zat lain juga dapat keluar dari tubuh misalnya minyak atsiri, etilen
(hormon) atau dapat masuk ke dalam tubuh, misalnya gas buang mesin dan zat
pencemar berupa gas lainnya.
Sel-sel epidermis yang berhubungan dengan atmosfer luar biasanya
dindingnya diendapi kutin (hidroski asam lemak) yang sifatnya seperti lilin,
bahkan pada daun dinding epidermis sebelah luar dilapisi kutikula yang relatif
tidak dapat ditembus oleh uap air, O2 dan CO2. Hal ini menyebabkan proses
difusi hampir seluruhnya berlangsung pada stomata.

5
Untuk memahami pertukaran gas di stomata perlu dipelajari difusi lewat
lubang kecil dan proses evaporasi. Evaporasi air murni merupakan fungsi
temperatur air, temperatur udara dan kelembaban relatif. Tenaga yang memaksa
air mengadakan evaporasi adalah: e = e 0 – e = (tekanan uap di permukaan yang
mengadakan evaporasi – tekanan uap air di udara) = defisit tekanan uap Jadi
semakin besar selisih itu, semakin cepat evaporasi. Sedang pertukaran gas antara
tumbuhan dengan atmosfer mengikuti persamaan berikut: f = e /R f =
penyerapan atau kehilangan gas dinyatakan dalam satuan g (gas).cm-2
(luas permukaan). det-1 = Perbedaan potensial gas antara permukaan
pertumbuhan dan atmosfer (e untuk uap air dan e untuk CO2). R = hambatan
pertukaran gas.
2.1.5 Radiasi Energi
Dalam hubungannya dengan energi, radiasi matahari merupakan sumber
utama. Perannya tidak hanya menyangkut fotosintesis, tetapi juga berkaitan
dengan keseimbangan thermis pada tubuh tumbuhan, sintesis klorofil,
terbentuknya bunga, fototropi dan gerakan lainnya. Radiasi gelombang pendek
umumnya menghasilkan proses kerusakan.
Radiasi dapat dianggap sebagai gelombang elektromagnetik atau sebagai
foton atau quanta. Karena E = hc maka semakin pendek panjang gelombang
fotonnya semakin besar energinya.
Radiasi dengan panjang gelombang antara 280 – 800 nm mempengaruhi
berbagai proses fisiologi, misalnya: antara 700 – 800 nm memanjangkan
internodia antara 610 – 700 nm aktivitas fotosintetik mencapai maksimum efek
fotomorfogenetik terlihat nyata antara 510 – 610 nm efeknya sangat kecil. antara
400 – 510 nm fotosintesis berlangsung aktif, fototropi juga aktif. antara 280 – 400
nm menyebabkan efek hambatan pertumbuhan di bawah 200 nm mematikan
karena asam nukleat dan protein menyerap radiasi ini sangat kuat. Tumbuhan
menyerap radiasi dengan pigmen, antara lain klorofil, karotenoid, antosianin,
fitokrom. Untuk secara tegas menentukan molekul mana yang berfungsi sebagai
penerima radiasi sangat sukar, karena tumbuhan terdiri dari bermacam sel, sering
hubungan antara sel itu sedemikian erat, sehingga memiliki sifat khas. Pada

6
proses fototropi misalnya, karotenoid dan riboflavin berperan. Terlepas dari
molekul mana yang berperan, jelas bahwa pigmen yang menyerap radiasi itu akan
menyebabkan terjadinya gradien konsentrasi sehingga IAA terbagi tidak merata.
Distribusi IAA yang tidak merata menyebabkan pertumbuhan tidak merata.
Pengaruh cahaya terhadap morfogenesis terutama sebagai pemicu reaksi,
karena untuk proses ini diperlukan energi cahaya rendah, berbeda dengan
fotosintesis yang memerlukan energi besar (cahaya intensitas tinggi). Ini juga
berkaitan dengan pigmen penerimanya, yaitu fitokrom untuk fotomorfogenesis
dan klorofil untuk fotosintesis. Berbagai proses fisiologi yang mengarah kepada
pembentukan senyawa organik, pembentukan jaringan dan organ serta
perkembangannya dipengaruhi oleh radiasi dengan intensitas rendah. Cahaya
merah umumnya memacu dan cahaya lewat merah (far-red = 730 nm) bersifat
menghambat.
2.2 Hubungan Tumbuhan dengan Air
Fungsi air bagi tumbuhan Air diperlukan dalam jumlah besar oleh
tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang aktif
mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan antara lain: 1. menjadi
penyusun utama protoplasma 2. menjadi pelarut bagi zat hara yang diperlukan
tumbuhan. 3. menjadi alat transport untuk memindahkan zat hara. 4. menjadi
medium berlangsungnya reaksi metabolisme. 5. menjadi bahan dasar untuk
reaksi-reaksi biokimia. 6. mengatur turgor sel (untuk pembentangan dinding sel).
7. untuk mempertahankan temperatur yang seragam di seluruh tubuh. 8. alat gerak
misalnya pada pulvinus tangkai daun.
2.2.1 Keberadaan Air dalam Sel
Air di dalam sel berada dalam bentuk bebas dan terikat. Keterikatan air itu
mungkin karena terikat pada ion atau melokul polar, terikat dengan ikatan H pada
molekul lain, terikat pada koloid (plasma protein atau dinding sel), atau terikat
secara kapiler. Kalau tumbuhan kekurangan air, air bebaslah yang terutama hilang
lebih dahulu. Air bebas di dalam sel terutama terdapat di dalam vakuola sebagai
cairan encer. Sebagai larutan air di dalam mempunyai potensial air lebih kecil dari
nol. Besarnya potensial air larutan cairan sel dipengaruhi oleh temperatur, adanya

7
bahan pelarut lain, adanya imbiban (zat yang mampu mengadakan imbibisi) dan
adanya tekanan atau tegangan (tekanan hidrostatik).
2.2.2 Air Tanah
Tumbuhan darat mendapatkan air dari tanah, sebagai hasil penyerapan
oleh akar. Di dalam tanah air berada dalam berbagai bentuk, yaitu:
1. air gravitasi: air yang mengisi pori tanah yang besar.
2. air kapiler: air yang mengisi pori tanah yang kecil, dan tidak terikat oleh
koloid tanah.
3. air higroskopik: air yang terikat partikel tanah yang berupa komplex
koloid.
4. air terikat dalam molekul: merupakan air yang terdapat di dalam molekul
garam tanah.
Hanya bentuk 1 dan 2 yang dapat diserap oleh akar. Penyediaan air oleh tanah
tergantung pada jumlah air yang masuk (curah hujan dan irigasi) dan kapasitas
menahan air (kemampuan tanah mempertahankan air masuk). Kapasitas ini
ditentukan oleh struktur tanah (kedalaman top soil), akibat perbedaan kecepatan
gerak air di dalam tanah.
Kemampuan tanah menahan air secara maksimal disebut kapasitas lapang,
sedang kandungan air tanah minimal yang masih dapat diserap akar disebut titik
layu sementara.
Air tanah adalah suatu larutan, karena di dalamnya terlarut berbagai macam
garam (ion atau molekul) dan gas. Tergantung kepada berapa banyak bahan
terlarut di dalamnya, akan ditentukan konsentrasinya. Semakin tinggi
konsentrasinya, semakin rendah potensial airnya. Adanya perbedaan tersebut
terjadilah proses difusi.
2.2.3 Mekanisme penyerapan air
Air yang diperlukan oleh tumbuhan sebagian besar diserap lewat akar,
tetapi ada pula tumbuhan yang mampu menyerap air lewat daun atau batang,
meskipun proses ini tidak lazim. Penyerapan air oleh daun dipengaruhi oleh:
1. struktur dan permeabilitas epidermis dan kutikula
2. ada tidaknya trikoma dipermukaan daun

8
3. mudah tidaknya permukaan daun itu dibasahi
4. defisiensi air di dalam sel-sel parenkim daun.
Penyerapan air oleh akar dilakukan terutama oleh bulu akar yang selalu
terendam di tanah. Air berdifusi masuk bulu akar, pada dinding sel masuk ruang
bebas, melewati membran plasma secara osmosis dan kembali berdifusi
memasuki plasma. Karena organela dibatasi oleh membran yang diferensial
permeabel, maka transport air di antaranya harus menggunakan mekanisme
osmosis.
Sel akar dapat dapat menyerap air bila mempunyai potensial air yang
negatif lebih besar daripada larutan tanah. Dalam keadaan ini akar dapat
melakukan menyerapan pasif dengan mempertimbangkan tenaga potensial air,
potensial osmotik (tekanan osmotik), tekanan turgor dan tekanan dinding sel.
Keseimbangan ini dapat mendorong air masuk karena sel-sel sebelah dalam
mempunyai potensial air negatif lebih besar karena terjadinya kehilangan air
akibat transpirasi. Dianggap bahwa masuknya air merupakan kombinasi antara
difusi, osmosis dan arus massa, tanpa melibatkan energi metabolisme dan disebut
penyerapan pasif.
Namun keadaan tidak selalu demikian, sering dijumpai bahwa potensial air
larutan tanah lebih tinggi daripada sel-sel akar. Untuk menggerakkan air melawan
gradien potensial itu diperlukan energi yang diperoleh dari proses metabolisme
terutama respirasi. Bahwa untuk penyerapan air ini diperlukan tenaga hasil
respirasi dapat ditunjukkan dari peristiwa berikut:
1. Tumbuhan yang tergenang sehingga lingkungan perakaran berada dalam
keadaan anaerob, akan layu.
2. Pemberian KCN sebagai penghambat respirasi akan mengurangi
penyerapan.
3. Penyerapan hanya berlangsung pada sel-sel yang hidup.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan air
Penyerapan air oleh tumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor
luar (lingkungan). Meskipun faktor lingkungan di atmosfer juga mempengaruhi,

9
tetapi perannya dikalahkan oleh faktor tanah. Faktor Dalam (disebut juga faktor
tumbuhan) yaitu:
1. kecepatan transpirasi: penyerapan air hampir setara dengan transpirasi
(penguapan lewat daun) bila penyediaan air tanah cukup. Hal itu terjadi
karena adanya transpirasi menyebabkan terbentuknya daya isap daun
sebagai akibat kohesi yang diteruskan lewat sistem hidrostatik pada xilem.
Kecepatan transpirasi antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan
keadaan permukaan daun.
2. sistem perakaran: berbagai tumbuhan menunjukkan perakaran yang
berbeda, baik pada pertumbuhan maupun kemampuannya menembus
tanah. Karena penyerapan terutama berlangsung di bulu akar, maka jumlah
bulu akar yang terutama terjadi akibat percabangan akar, menentukan
penyerapan. Tumbuhan yang mempunyai akar dengan percabangan
banyak tetapi hanya meliputi daerah perakaran yang sempit disebut
mempunyai perakaran intensif. Sebaliknya yang akanya sedikit tetapi
tumbuh memanjang dan masuk jauh ke dalam tanah disebut perakaran
extensif.
3. pertumbuhan pucuk: bila bagian pucuk tumbuh baik, akan memerlukan
banyak air, menyebabkan daya serap bertambah.
4. metabolisme: karena penyerapan memerlukan tenaga metabolisme, maka
kecepatan metabolisme terutama respirasi akan menentukan besarnya
penyerapan.
Metabolisme yang baik juga memungkinkan pertumbuhan akar lebih baik,
sehingga banyak cabang akar/bulu akar yang terbentuk.
Faktor luar, yaitu:
1. ketersediaan air tanah: tumbuhan dapat menyerap air tanah bila kandungan
air tanah terletak antara kapasitas lapang dan titik layu tetap. Bila air
berada keadaan di atas kapasitas lapang, penyerapan akan terhambat
karena akar berada dalam lingkungan anaerob.
2. Konsentrasi /potensial osmotik air tanah : karena ke dalam air tanah
terlarut berbagai ion dan melekul maka potensial osmotiknya akan
berubah bila yang larut berkurang atau bertambah. Bila ion atau molekul
yang larut terlalu banyak sehingga potensial osmotiknya terlalu tinggi, sel

10
tidak akan mampu menyerap,atau kalau mampu perlu menggunakan energi
lebih besar. Tumbuhan halofit mampu menyerap air dari larutan dengan
potensial osmotik yang lebih besar dari tumbuhan msofit.
3. temperatur tanah: temperatur berpengaruh terhadap penyerapan melalui
berbagai cara, yaitu bila temperatur rendah, air menjadi lebih kental
sehingga lebih sukar bergerak, permealibilitas plasma berkurang dan
pertumbuhan akar terhambat.
4. aerasi: aerasi yang tidak baik menghambat metabolisme dan pertumbuhan
akar. Kurangnya oksigen akan menghambat respirasi aerob sehingga
energi untuk penyerapan berkurang. Bila respirasi anaerob terjadi, hasil
akhir berupa alkohol yang dapat melarutkan lipoprotein membran plasma
sehingga akar busuk. Aerasi yang jelek juga menyebabkan kadar CO2
naik, pH larutan tanah turun, kekentalan protoplasma naik dan
permeabilitas akar terhadap air berkurang.
2.2.5 Jaringan yang dilalui air
Air yang diserap bulu akar dan sel epidermis yang berdekatan dengan bulu
akar itu diteruskan ke sel-sel korteks akar, endodermis, perisikel sampai ke xilem
akar. Jalur ini dinamakan transport extra vaskular karena tidak melalui jaringan
pengangkut. Air dapat melewati plasma sel satu dan diteruskan ke plasma sel
berikutnya dinamakan arus simplas atau melalui dinding sel dan ruang antar sel,
dinamakan arus apoplas. Arus apoplas ini hanya sampai endodermis karena
dinding sel endodermis mempunyai penebalan lignin yang tidak tembus air (pita
Caspary atau penebalan lebih lanjut), dan harus melewati plasma. Karena xilem
akar bersambungan dengan xilem batang maka air diteruskan ke atas lewat
jaringan pengangkut ini (disebut transport intrafaskular). Dalam perjalanan ke atas
air mungkin juga meninggalkan xilem untuk bergerak menurut arah radial batang,
lewat parenkim xilem atau jari-jari empulur menuju korteks batang.
Di daun xilem dari tangkai daun akan terbagi menjadi berkas pengangkut
sederhana. Berkas pengangkut ini diselubungi oleh berkas pengangkut oleh
selubung berkas pengangkut berupa parenkim dengan sel besar berisi kloroplas
(pada tumbuhan C4) atau berupa sklerenkim dengan dinding sel yang tebal (pada
tumbuhan C3). Dari trakeid tulang daun air memasuki sel mesofil untuk
digunakan pada metabelisme atau menguap memasuki ruang antar sel dan
berdifusi keluar melalui stomata.

11
2.2.6 Mekanisme hantaran air

Air yang diserap akar dialirkan ke atas dengan mekanisme :

1. tekanan akar: yaitu tekanan yang terjadi di xilem sebagai proses aktif.
Tekanan akar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
respirasi.
2. Aktivitas sel xilem: xilem sebagai bagian berkas pengangkut selain terdiri
dari trakea dan trakeid yang merupakan sel mati, juga mengandung
parenkim xilem, yang terdiri dari sel hidup. Parenkim ini mampu
mengadakan metabolisme yang menghasilkan energi untuk
menggerakkan air ke atas.
3. Daya isap daun: sebagai akibat adanya transpirasi, maka potensial
osmotik sel-sel mesofil daun naik dan ini akan menyebabkan
terbentuknya daya isap terhadap air di saluran xilem. Kalau daya isap itu
besar, pipa sel- sel xilem akan mengecil dan kalau penyediaan air dari
akar cukup akan mengembang lagi. Hal itu dapat dilihat pada dendrograf
yang dipasang melingkari batang.
2.3 Pengeluaran Air / Transpirasi

Air yang diserap tumbuhan sebagian kecil digunakan untuk proses


metabolisme dan dipertahankan di dalam sel untuk membentuk turgor sel, namun
sebagian besar akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Hilangnya air ke atmosfer
dapat terjadi melalui proses : transpirasi, gutasi, sekresi dan pendarahan.
Transpirasi: hilangnya air dalam bentuk uap melalui stomata, kuitkula atau
lentikula.
Gutasi : hilangnya air dalam bentuk larutan (cairan) yaitu air beserta ion dan
molekul (anorganik dan organik) yang terlarut didalamnya melalui hitoda.

12
Gutasi : Gutasi terjadi dalam keadaan khusus, yaitu penyerapan besar, tekanan
akar besar serta transpirasi kecil atau tidak ada. Dalam keadaan ini tekanan
hidrostatik di dalam xilem sedemikian tinggi sehingga dapat mendorong air ke
luar sel. Biasanya hidatoda terdapat di ujung tulang daun (tepi daun). Cairan
gutasi mengandung berbagai ion dan molekul, terutama K, Ca, Mg,
monosakarida, suksinat dan asparatat. Ion dan molekul lain hanya dalam jumlah
kecil. Bila hasil tetes gutasi ini menguap maka akan meninggalkan hasil larutan
pekat yang dapat merusak daun. Kandungan bahan organik yang tinggi juga dapat
menjadi substrat yang baik bagi mikroba patogen.

Transpirasi : Dibanding transpirasi lewat stomata, tranpirasi lewat kutikula dan


lentikula dapat diabaikan.

Berbeda dengan evaporasi, uap air pada transpirasi tidak meninggalkan


permukaan yang bebas, tetapi harus melalui epidermis atau stomata. Pada
dasarnya transpirasi ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi evaporasi dan
faktor yang mempengaruhi pembukaan stomata. Misalnya kenaikan tempratur
daun dapat mengacu evaporasi, tetapi dapat pula menyebabkan stomata menutup.
Demikian pula faktor yang lain, sehingga meskipun transpirasi kelihatan sebagai
proses sederhana tetapi merupakan hasil akhir dari beberapa faktor yang
berinteraksi. Kecepatan transpirasi berbeda-beda tergantung pada jenis
tumbuhannya. Bermacam cara digunakan untuk mengukur kecepatan transpirasi,
misalnya metode penimbangan, menggunakan porometer dan pengukuran secara
relatif menggunakan cobalt chloride.
2.3.1 Peran transpirasi bagi tumbuhan
Transpirasi bermafaat bagi tumbuhan karena :
1. Menyebabkan terbentuknya daya isap daun, sehingga terjadi transport air
di batang.
2. Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
3. Mengurangi air yang terserap berlebihan.
4. Dapat mempertahankan temperatur yang sesuai dengan daun.
5. Berperan pada fotosintesis dan respirasi karena membuka atau
menutupnya stomata.

Dari peran yang ada terlihat bahwa yang terpenting adalah untuk melepas
energi yang diterima dari radiasi matahari. Energi radiasi matahari yang
digunakan untuk proses fotosintesis hanya 2 % atau kurang, sehingga selebihnya

13
dilepaskan harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran,
secara fisik dan sebagian besar untuk menguapkan air.
Transpirasi juga merupakan proses yang membahayakan kehidupan tumbuhan
karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar, tumbuhan dapat
kekurangan air. Bila melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian.
Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuhan mengadakan penyerapan besar,
hal itu memerlukan energi yang besar pula.
2.3.2 Mekanisme transpirasi
Transpirasi ditentukan oleh seberapa besar sel antara 2 penutup, sehingga
proses-proses yang menyebabkan membuja menutupnya stomata menentukan
besarnya transpirasi.
Gerak sel penutup terjadi akibat perubahan turgornya, yang berubah
karena perubahan potensial airnya. Penyebab perubahan potensial air diduga
karena :
1. Bertambahnya gula dalam sel penutup sebagai hasil fotosintesis ;
meskipun sel penutup mempunyai kloroplas, tetapi produksi gulanya tidak
cukup besar untuk menghasilkan efek tersebut.
2. Perubahan amilum menjadi gula : teori ini menganggap bahwa dalam
gelap CO2 yang mengumpul dalam sel penutup menyebabkan pH-nya
rendah. Bila terkena cahaya CO2 ini akan berkurang karena fotosintesis
sehingga pH-nya naik sehingga enzim amilase menjadi aktif dan kadar
glukosa naik.
3. Perubahan permeabilitas : perubahan pH juga dapat menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah, sehingga memungkinkan bahan
terlarut keluar atau masuk sel penutup. Karena permeabilitas membran
plasma sel penutup terhadap air tidak terpengaruh oleh pH, maka
bahanterlarut yang menentukan membuka atau menutupnya stomata. Yang
berperan disini terutama ion K.
4. Hasil metabolisme langsung : masuknya ion kedalam sel penutup
menggunakan energi metabolisme menyebabkan potensial air menjadi

14
lebih negatif, dan sel penutup menyerap air menyebabkan stoma
membuka.
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transpirasi

Faktor dalam atau faktor struktur :


1. Jumlah stomata tiap satuan luas permukaan daun. Besarnya tergantung
kepada jenis dan faktor lingkungan, saat daun itu berkembang. Juga
dinyatakan sebagai index stomata, yaitu perbandingan antara jumlah
stomata dengan jumlah stomata dan sel epidermis pada luas tertentu.
2. Struktur anatomi daun : Daun kadang-kadang mempunyai alat tambahan
untuk mencegah penguapan misalnya trikoma atau lapisan kutikula tebal.,
letak stomata tersembunyi.
3. Sel daun mempuyai potensial osmotik tinggi sehingga air tidak mudah
menguap.
Faktor luar atau lingkungan :
1. Kelembaban udara : bila kelembaban rendah maka posisi potensial air
antar isi sel dan udara menjadi besar, akan mempercepat penguapan dan
difusi uap air ke udara luar.
2. Temperatur : kenaikan temperatur mempercepat transpirasi karena
mempercepat evaporasi dari permukaan sel mesofil. Kenaikan temperatur
juga menurunkan kelembaban.
3. Kecepatan angin : angin akan memindahkan air ke permukaan daun
sehingga menurunkan kelembaban. Bila angin terlalu kencang dan terus
menerus, transpirasi berkurang karena stomata menutup.
4. Cahaya : tidak berpengaruh langsung terhadap transpirasi tetapi lewat
pengaruh pada pembukaan stomata dan pada temperatur.
5. Peyediaan air : kurang air akan mengurangi transpirasi.
6. Aktivitas vital : kegiatan sel daun yang menghasilkan energi akan
mempercepat transpirasi.

Toleransi kekeringan Yaitu kemampuan tumbuhan untuk bertahan terhadap


pengaruh defisit air di dalam tubuhnya. Untuk melindungi diri dari kekeringan
tumbuhan dapat melakukan modifikasi terhadap struktur dan mekanisme
fisiologinya, misalnya perakaran extensif, kutikula tebal, daun kecil atau gugur
pada saat kekeringan, mempunyai jaringan penyimpan air atau protoplasmanya
mampu menahan air.

2.4 Respons tumbuhan terhadap Cekaman lingkungan


2.4.1 Cekaman air (kekeringan atau tergenang)
Air juga merupakan salah satu faktor pembatas untuk pertumbuhan

15
tanaman jagung, karena air berfungsi sebagai pelarut hara tanaman di dalam tanah
dan berperan dalam translokasi fotosintat di dalam tanaman.
Menurut Rifin (1990), setiap fase pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan
air yang berbeda-beda. Kebutuhan air meningkat sejalan dengan perkembangan
tanaman dan yang tertinggi terjadi pada saat pembungaan sampai pengisian biji
dan kemudian menurun sampai tanaman dapat dipanen. Lebih lanjut dikatakannya
bahwa kebutuhan air untuk tanaman jagung setiap harinya sangat tergantung pada
umur tanaman dan keadaan lingkungan di mana tanaman tersebut tumbuh. Saat
tanaman masih kecil (tinggi tanaman 20 – 30 cm) kebutuhan air tiap harinya
sekitar 2,5 mm, dan meningkat sampai 6,4 – 7,6 mm pada saat pembentukan biji
(filling period) dan kadang-kadang mencapai 10,2 mm.
Kekurangan atau kelebihan air pada tiap fase tumbuh akan mengakibatkan
pertumbuhan tanaman tidak normal dan akan menurunkan hasil. Kekurangan air
yang terjadi pada fase vegetatif tidak berakibat langsung terhadap hasil, tetapi
hanya mengurangi pertumbuhan sumber asimilasi seperti daun dan batang,
sedangkan kekurangan air pada saat pembentukan biji dapat menimbulkan
pengaruh langsung terhadap hasil (Rifin, 1990 ; Baneti dan Wesgate, 1992).
2.4.2 Cekaman Kekeringan pada Tanaman
Pada dasarnya tanaman mempunyai dua sifat ketahanan terhadap
cekaman kekeringan, yaitu toleransi (drought tolerance) dan penghindaran
(drought avoidance).
Menurut Haryadi dan Yahya (1988), toleransi terhadap cekaman
kekeringan diartikan sebagai kemampuan sel-sel tanaman untuk hidup dan
berfungsi secara fisiologis walaupun ada kerusakan jaringan atau berkurangnya
potensial air. Penghindaran terhadap cekaman kekeringan menunjukkan
kemampuan sel-sel tanaman untuk menjaga tegangan air, baik dengan cara
menyerap air dan mengirimkannya ke batang dan daun maupun mengurangi
kehilangan air dengan penutupan stomata ataupun pembentukan lapisan kutikula
pada daun.

16
2.5 Potensial air dalam sel tumbuhan
Status air dalam tanah, tanaman, dan atmosfer umumnya digambarkan dalam
hal potensi air (w) yaitu, potensi kimiawi air di bagian tertentu dari sistem,
dibandingkan dengan potensi kimiawi air murni pada saat yang sama. suhu dan
tekanan atmosfer; itisme diukur dalam satuan tekanan (MPa)] .suatu potensi air
terjun, tekanan atmosfer bebas dan pada suhu 298 K adalah 0 MPa (menurut
definisi) (Kotak 3.1).
Dalam sistem dua kompartemen isotermal, di mana dua kompartemen
dipisahkan oleh membran semipermeabel, air akan bergerak dari potensi air ke
ketinggian. Jika potensi air di dua kompartemen kosong, maka kita dapat
memprediksi arah pergerakan air. Namun tentu saja tidak benar bahwa air selalu
menurunkan gradien potensial air. Misalnya, dalam floem daun sumber, potensi
air biasanya lebih negatif daripada di floem wastafel. Dalam hal ini, transportasi
air didorong oleh perbedaan tekanan hidrostatik, dan air bergerak naik gradien
dalam potensi air. Demikian pula, ketika berhadapan dengan sistem non-panas,
seperti suasana hangat dan daun dingin, uap air dapat mengembun pada daun
meskipun potensi air di udara lebih negatif daripada daun.
Potensi air di bagian mana pun dari sistem adalah jumlah aljabar dari potensi
osmotik, p, dan tekanan hidrostatik, p (komponen dari potensi air yang ditentukan
oleh gravitasi sebagian besar. di mana potensi air adalah tekanan keseluruhan
pada air dalam sistem. Potensi osmotik adalah potensi kimiawi air dalam suatu
larutan karena adanya bahan terlarut. Potensi osmotik selalu memiliki nilai negatif
untuk bergerak melintasi membran semipermeabel dari air murni (standar yang
menjadi dasar potensi air ditentukan) menjadi air yang mengandung zat terlarut
(Kotak 3.1). Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin rendah (lebih
negatif) adalah potensi osmotik. Tekanan hidrostatik, yang bisa positif atau
negatif, mengacu pada tekanan fisik yang diberikan pada air dalam sistem.
Sebagai contoh, air dalam tekanan turgor positif yang diberikan pada dinding sel,
sedangkan air dalam pembuluh xilem yang mati dari tanaman yang berpindah
dengan cepat biasanya di bawah tekanan isap (tekanan negatif).
air yang tersisa, relatif terhadap air murni tanpa adanya permukaan adsorptif.
Potensi matrik menjadi lebih negatif karena lapisan air menjadi lebih tipis (sel
yang lebih kecil atau lapisan air yang lebih tipis di tanah). Sekarang kita telah
mendefinisikan komponen-komponen potensi air, kita menunjukkan bagaimana
komponen-komponen ini bervariasi sepanjang gradien dari tanah ke tanaman ke
atmosfer.
2.6 Potensial osmosis dalam sel tumbuhan
Saat tanah mengering, menyebabkan potensi air tanah menurun, sel-sel hidup
dapat menyesuaikan potensi airnya dengan mengakumulasi senyawa aktif secara
osmotik yang mengurangi potensi osmotik (p), dan, karenanya, potensi airnya (w).

17
Sebagai hasil dari peningkatan konsentrasi zat terlarut osmotik, sel memiliki
turgor yang lebih tinggi (p) ketika sepenuhnya terhidrasi, asalkan dinding sel
mempertahankan kekakuan aslinya (Bagian 4.2 dan 4.3). Selain itu, mereka juga
berpotensi kehilangan air jika dibandingkan dengan hilangnya turgor. titik
tanaman nonaklimasi (Rodriguez et al. 1993, Nabil & Coudret 1995), sehingga
memungkinkan tanaman untuk terus memperoleh air dari tanah pada potensi air
tanah yang rendah.
Zat terlarut osmotik dalam vakuola, yang merupakan sebagian besar volume
sel tanaman, seringkali merupakan ion anorganik dan asam organik. Senyawa
tersebut mengurangi aktivitas enzim sitoplasma, dan tanaman cenderung
mensintesis zat terlarut lain yang kompatibel dalam sitoplasma (yaitu zat terlarut
yang tidak memiliki efek negatif pada metabolisme sel). Zat terlarut yang
kompatibel tersebut termasuk glisinebetain, sorbitol, dan prolin. Senyawa ini tidak
bermuatan tinggi dan mereka polar, sangat larut, dan memiliki cangkang hidrasi
yang lebih besar (lapisan molekul air yang mengelilingi masing-masing molekul)
daripada molekul denaturasi, seperti NaCl.Kompatiblesolutesdapat mengganggu
dengan aktivitas enzim pada konsentrasi di mana NaCl sangat menghambat
mereka (Gbr. 7). Tanaman transgenik Nicotiana tabacum (tembakau) yang
terakumulasi D-ononitol, karena pemasukan inenegenpengendalianmono-inositol
O-metiltransferase, menunjukkan lebih sedikit penghambatan fotosintesis oleh
tekanan air dan salinitas daripada tanaman wildtype (Sheveleva et al. 1997).
Beberapa zat terlarut yang kompatibel (mis., Sorbitol, mannitol, dan prolin)
efektif menjadi radikal hidroksil radikal dalamvitro, tetapi ini tidak berlaku untuk
glycinebetaine (Smirnoff & Cumbes 1989).
Peran radikal in vivo telah ditetapkan untuk manitol, menggunakan tanaman
Nicotiana tabaccum (tembakau) transgenik yang mengakumulasi manitol dalam
kloroplasnya (Shen et al. 1997a). Poliol mungkin melindungi enzim yang diatur
tiol yang rentan dari inaktivasi oleh radikal hidroksil (Shen et al. 1997b).
Beberapa tanaman mengakumulasi fruktan (mis., Satu molekul glukosa yang
dihubungkan dengan dua atau lebih molekul fruktosa), ketika terpapar oleh
tekanan air. Akumulasi Fructan memberikan resistensi kekeringan yang lebih
besar, sebagian karena zat terlarut ini memainkan peran dalam penyesuaian
osmotik, tetapi mungkin juga karena beberapa fruktosa dapat melindungi
membran. Transgenictobaccoplants (Nicotianatabacum) yangmemberikan
informasi genetik sejak awal untuk mengakumulasi fruktan menunjukkan
resistensi pengeringan yang lebih besar daripada tanaman tipe liar (Pilon-Smits et
al. 1995).

18
2.7 Potensial tekanan dalam sel tumbuhan
Tekanan hidrostatik, yang bisa positif atau negatif, mengacu pada tekanan
fisik yang diberikan pada air dalam sistem. Sebagai contoh, air dalam tekanan
turgor positif yang diberikan pada dinding sel, sedangkan air dalam pembuluh
xilem yang mati dari tanaman yang berpindah dengan cepat biasanya di bawah
tekanan isap (tekanan negatif).
Tekanan hidrostatik negatif yang besar muncul karena efek kapiler, yaitu,
ketertarikan antara air dan permukaan hidrofilik pada antarmuka udara-air (Kotak
3.2). Potensi air total dapat memiliki nilai negatif positif, tergantung pada jumlah
aljabar komponennya. Ketika berhadapan dengan potensi air dalam tanah, istilah
tambahan digunakan: potensi matrik, m. Potensi matrik mengacu pada forcewith
yang air diserap ke permukaan seperti dinding sel, partikel tanah, atau koloid,
mirip dengan kekuatan dalam pembuluh xilem. Karena itu sebenarnya merupakan
alternatif yang nyaman untuk tekanan hidrostatik untuk mengkarakterisasi status
air padatan berpori. Tekanan hidrostatik dan potensial matrik karenanya tidak
boleh ditambahkan! Potensi matrik selalu memiliki nilai negatif karena tidak ada
air yang tersisa, relatif terhadap air murni tanpa adanya permukaan adsorptif.
Potensi matrik menjadi lebih negatif karena lapisan air menjadi lebih tipis (sel
yang lebih kecil atau lapisan air yang lebih tipis di tanah). Sekarang kita telah
mendefinisikan komponen-komponen potensi air, kita menunjukkan bagaimana
komponen-komponen ini bervariasi sepanjang gradien dari tanah ke tanaman ke
atmosfer.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dismpulkan bahwa hubungan sel
tumbuhan dengan lingkungannya dapat menerima masukan maupun
mengeluarkan energi dan materi ke lingkungan yang berupa gas, air dan ion
maupun molekul yang terlarut di dalamnya, serta mampu menerima energy
fisik misalnya radiasi dan energi kimia misalnya ATP. Contohnya proses difusi,
osmosis dan permeabilitas, difusi gas dan radiasi energi. Hubungan tumbuhan
dengan air yaitu bagi tumbuhan Air diperlukan dalam jumlah besar oleh
tumbuhan yang hidup. Air juga merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang
aktif mengadakan metabolisme. Air di dalam sel berada dalam bentuk bebas dan
terikat. Keterikatan air itu mungkin karena terikat pada ion atau melokul polar,
terikat dengan ikatan H pada molekul lain, terikat pada koloid (plasma protein
atau dinding sel), atau terikat secara kapiler. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan transpirasi yaitu faktor dalam atau faktor struktur dan factor luar atau
lingkungan. Adapun respons tumbuhan terhadap cekaman lingkungan yaitu
cekaman air (kekeringan atau tergenang) dan cekaman kekeringan pada tanaman.
Potensial air dalam tanah, tanaman, dan atmosfer umumnya digambarkan dalam
hal potensi air yaitu, potensi kimiawi air di bagian tertentu dari sistem
dibandingkan dengan potensi kimiawi air murni pada saat yang sama. Potensial
osmosis dalam sel tumbuhan saat tanah mengering, menyebabkan potensi air
tanah menurun, sel-sel hidup dapat menyesuaikan potensi airnya dengan
mengakumulasi senyawa aktif secara osmotik yang mengurangi potensi osmotik
karena potensi airnya. Tekanan hidrostatik, yang bisa positif atau negatif,
mengacu pada tekanan fisik yang diberikan pada air dalam sistem. Sebagai
contoh, air dalam tekanan turgor positif yang diberikan pada dinding sel,
sedangkan air dalam pembuluh xilem yang mati dari tanaman yang berpindah
dengan cepat biasanya di bawah tekanan isap (tekanan negatif).

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai