Sirkulasi Tertutup
Sirkulasi tertutup adalah sirkulasi darah ke seluruh tubh melalui pembuluh-
pembuluh darah. Pada system peredaran darah ini, darah diedarkan melewati arteri
dan kembali ke jantung melewati vena. Pada sistem peredaran tertutup, seperti pada
cacing tanah, gurita dan semua vertebrata, darah bergerak melewati pembuluh yang
saling berhubungan : arteri, kapiler, dan vena. Arteri relatif lebih besar yang
membawa darah dari jantung. Arteri terkecil bersambungan dengan kapiler,
pembuluh berdinding-tipis yang menjalin berbagai jaringan tubuh. Nutrien, oksigen
dan ion, dibawa dalam darah berdifusi ke dinding kapiler memasuki cairan
ekstraseluler yang membasahi bagian luar jaringan, selanjutnya dari situ masuk ke
dalam sel. Limbah metabolisme (CO2, asam laktat, ion, dsb) meninggalkan sel dan
masuk ke cairan ekstraseluler, selanjutnya berdifusi ke kapiler. Kapiler berhubungan
dengan vena terkecil, kemudian ke vena besar yang membawa darah ke jantung.
Vena mengembalikan makanan dalam darah melewati satu atau lebih pompa yang
mengembalikannya ke arteri.
Semua hewan vertebrata dan beberapa hewan invertebrata memiliki system
peredaran darah tertutup. Dalam system tersebut, darah hanya mengalir di dalam
pembuluh dan dipompa oleh jantung. Organ tubuh tidak langsung ditutup oleh darah.
Darah juga berwarna merah karena di dalam darah terdapat hemoglobin yaitu di
dalam plasma darah (Soewolo, 2009).
B. Komponen Darah
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah pada dasarnya adalah suatu kantung yang mengangkut O 2
dan CO2 (dalam tingkat yang lebih rendah) di dalam darah. Sel darah merah tidak
memiliki nucleus, organel, atau ribosom, tetapi dipen uhi hemoglobin , yaitu molekul
yang mengandung besi yang dapat berikatanm dengan O2 secara long gar dan
reversible. Karena O2 sukar larut dalam darah, hemoglobin merupakan satu-satunya
O2 dalam darah. Hemoglobin juga berperan dalam transportasi CO2 dan sebagai
penyangga darah dengan berikatan secara reversible dengan CO2 dan H+. Eritrosit
berasal dari hemositoblast, proses pembentukannya dinamakan eritropoiesis (Guyton
dan Hall, 2006) dan diatur melalui mekanisme umpan balik yang dipengaruhi jumlah
oksigen dalam darah. Kecepatan eritropoiesis akan meningkat dengan menurunnya
jumlah eritrosit. Pada kondisi jumlah O2 menurun, hati akan banyak melepas
globulin dan ginjal akan memproduksi lebih banyak faktor eritropoietik yang akan
saling berinteraksi membentuk eritropoietin. Eritropoietin yang terbentuk akan
merangsang terjadinya proses eritropoiesis sehingga jumlah eritrosit meningkat.
Namun apabila jumlah O2 meningkat maka produksi globulin dan faktor eritropoietik
akan menurun (Notopoero, 2007).
Terdapat lima jenis sel darah putih, yang masing-masing memilki tugas yang berbeda
yaitu :
1. Neutrofil, spesialis fagositik yang penting untuk memakan bakteri dan debris.
2. Eosinofil, yang mengkhususkan diri menyerang cacing parasitic dan berperan
penting dalam reaksi alergi.
3. Basofil, yang mengeluarkan dua zat kimia : histamine, yang juga penting
dalam respon alergi, dan heparin, yang membantu membersihkan partikel
lemak dari darah.
4. Monosit, yang setelah keluar dari pembuluh, kemudian berdiam dijaringan
dan membesar untuk menjadi fagosit jaringan yang dikenal sebagai makrofog.
5. Limfosit, yang membentuk pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri, virus,
dan sasaran ain yang telah diprogramkan untuknya. Perangkat pertahanan
yang dimiliki limfosit, antara lain adalah antibody dan respon imun seluler.
Daftar pustaka
Frandson, R. D.1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.