Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA


“DARAH DAN KOMPONENNYA”

OLEH :
TRANSFER A 2022

ASISTEN : SRYSEPTIA LEPPAN

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK


PORGRAM STUDI S-1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Darah adalah fluida yang mengalir pada tubuh manusia dan
vertebrata tingkat tinggi lainnya dan merupakan komponen esensial mahluk
hidup yang berada dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai
media komunikasi antar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar
karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat
nutrien dari saluran cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormon
dan materi-materi pembekuan darah (Rosita, Linda., 2019).
Darah merupakan cairan yang memegang peranan penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Ketika manusia kekurangan dan kehilangan
darah dari dalam tubuhnya dalam jumlah yang banyak. Pemeriksaan darah
rutin seperti hitung jenis sel darah dapat dimanfaatkan untuk menentukan
karakteristik morfologi darah. Hitung jenis ini dilakukan dengan prosedur
tertentu yaitu mengoleskan setetes darah vena atau kapiler setelah itu
dengan hati-hati ditipiskan diatas object glass (kaca obyek) kemudian
dilakukan pengecatan dengan giemsa/wright. Pemeriksaan ini disebut
sediaan hapusan darah tepi (Rosita, Linda., 2019).
Manusia kekurangan dan kehilangan darah dari dalam tubuhnya
dalam jumlah yang banyak. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua
makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Desmawati, 2013).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Rosita,
Linda., 2019).
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu menyiapkan seluruh proses sebelum perhitungan
leukosit dan eritrosit
2. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan leukosit dan eritrosit
menggunakan metode kamar hitung
3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data hitung leukosit ke dalam
kondisi klinis.
I.3 Prinsip Percobaan
Perhitungan leukosit dan eritrosit dimulai dengan penambahan
pereaksi kimiawi yang akan memudahkan perhitungan dengan
menggunakan kamar hitung. Proses perhitungan dilakukan dengan
menggunakan mikroskop
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Darah
Darah ialah organ penting serta vital yang beredar di jantung serta
pada pembuluh darah dengan terjadinya proses pengangkutan O2, nutrisi
untuk semua sel serta bahan dari proses metabolisme yang terdapat di
tubuh (Firani, 2018). Darah merupakan jaringan badan yang berbeda
dengan lainnya, terletak dengan tekstur cair, bersirkulasi di pembuluh darah
serta bertugas dalam transpor bermacam produk dan hemostasis. Darah
ialah campuran dari bentuk cair, partikel, serta sel yang mengantarkan
oksigen serta membawa karbondioksida serta hasil limbah yang lain
(Zainuddin dan Labdullah, 2020).
II.2 Karakteristik Darah
Darah merupakan cairan kental serta bercorak merah. Merah serta
kental menjadi dua karakteristik esensial darah. Kandungan berbagai
senyawa dengan BM kecil sampai besar seperti protein menjadikan
kentalnya darah. Hemoglobin yang terdapat di darah menjadi akibat darah
berwarna merah. Selain hemoglobin, darah juga terdapat zat besi berupa
heme yang terdapat dalam protein lain (Zainuddin dan Labdullah, 2020).
II.3 Komponen Darah

Gambar 1. Komponen Darah (Firani, 2018)


a. Plasma
Plasma darah merupakan komponen cairan yang mengandung
berbagai nutrisi maupun subtansi penting lainnya yang diperlukan oleh
tubuh manusia, antara lain protein albumin, globulin, faktor-faktor
pembekuan darah, dan berbagai macam elektrolit, hormon, dan
sebagainnya. Plasma darah berfungsi sebagai sistem penyangga tubuh
atau sistem buffer yang penting untuk mempertahankan keadaan asam
basa, melalui kandungan elektrolit byang terkandung di dalamnya,
antara lain ion hidrogen dan bikarbonat, fungsi utama plasma sebagai
perantara untuk menyalurkan makanan, mineral, lemak, glukosa, dan
asam amino keseluruh jaringan tubuh. Plasma juga berfungsi sebagai
perantara untuk mengangkut zat-zat yang dibuang seperti, urea, asam
urat, dan lain-lain (Firani, 2018).
b. Sel Darah
1) Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah adalah sel yang berwarna merah dan berukuran
kecil, cekung pada kedua sisinya sehingga jika dilihat dari samping
tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang,
setiap mililiter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah merah,
fungsinya untuk transport makanan dan di dalamnya mengandung
hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
Pembentukan sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang melalui
proses pematangan, pembentukan sel darah merah tersebut di
rangsang oleh hormon eritropoitin yaitu suatu hormon yang diproduksi
oleh ginjal yang berfungsi untuk merangsang pembentukan sel darah
merah di dalam sumsum tulang (Rahmatillah, 2018).

Gambar 2. Sel Darah Merah (Rahmatillah, 2018)


2) Sel Darah Putih (Leukosit)
Leukosit memiliki nukleus dengan bentuk bervariasi dan memiliki
ukuran antara 10 nm – 25 nm serta berusia 10 jam. Leukosit
dibedakan menjadi 2 macam yakni bergranula yang disebut dengan
granulosit serta yang tidak bergranula atau agranulosit. Dalam
melindungi tubuhnya leukosit memiliki granula yang mengandung
berbagai macam senyawa yaitu protein serta enzim. Macam-macam
leukosit yang bergranula yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil.
Sedangkan macam-macam agranulosit yaitu monosit dan limfosit
(Nugraha, 2018).
Granulosit yaitu sel darah putih yang didalam sitoplasmanya
terdapat granula. Granulosit dibagi lagi menjadi tiga sub grup
berdasarkan perbedaan kemampuannya mengikat warna seperti yang
terlihat dalam pemeriksaan mikroskopis (Nugraha, 2018).
a) Eosinofil,
Eosinofil merupakan sel darah putih yang memiliki granula
berwarna merah terang dalam sitoplasmanya. Banyak
sitoplasmanya kira-kira 24%. Eusinofil berfungsi sebagai tempat
penyimpanan berbagai material biologis kuat seperti histamin,
serotonin, dan heparin. Pelepasan senyawa tersebut
mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti yang terjadi selama
peradangan, dan membantu mobilisasi mekanisme pertahanan
tubuh. Peningkatan jumlah eusinofil pada keadaan alergi
menunjukkan bahwa sel ini terlibat dalam reaksi hipersensitivitas
(Nugraha, 2018).
b) Basofil
Basofil merupakan sel darah putih yang memiliki granula
berwarna biru. Sel ini memiliki ukuran yang kebih kecil dari eusinofil
tetapi mempunyai inti yang yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya
setengah bagian dari sumsum merah. Basofil memiliki fungsi yang
sama dengan eusinofil (Nugraha, 2018).
c) Neutrofil
Neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula
berwarna ungu pucat dan kadang disebut polimorfonuklear leukosit
karena memiliki banyak lobus (2-4) yang dihubungkan oleh filamen
tipis material inti, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/granula
yang banyaknya 50%-60% (Nugraha, 2018).
Agranulosit (Leukosit Mononuklear) yaitu sel darah putih yang
hanya memiliki inti satu lobus dan sitoplasmanya bebas dari granula
terdiri dari:
a) Limfosit
Limfosit merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang
dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada
yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula
dan intinya besar, banyaknya kira-kira 15%- 20% dan fungsinya
membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan
tubuh (Nugraha, 2018).
b) Monosit
Monosit merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang
banyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit, fungsinya
sebagai fagosit dan banyaknya sekitar 34%. Di bawah mikroskop
terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu
mempunyai bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang,
warnanya lembayung muda (Nugraha, 2018).

Gambar 3. Sel Darah Putih (Nugraha, 2018)


3) Trombosit
Trombosit disebut juga dengan keping darah atau platelet.
Disebut dengan keping darah atau platelet karena dalam proses
pematangannya pecah menjadi 3000-4000 keping. Trombosit adalah
sel darah yang berperan penting dalam hemostasis. Trombosit
melekat pada lapisan endotel pembuluh darah yang robek (luka)
dengan membentuk plug trombosit. Trombosit tidak mempunyai inti
sel, berukuran 1-4 mikro, dan sitoplasmanya berwarna biru dengan
granula ungu kemerahan. Trombosit merupakan derivat dari
megakariosit, berasal dari fragmen-fragmen sitoplasma megakariosit,
jumlah trombosit 150.000-350.000/ml darah. Granula trombosit
mengandung faktor pembekuan darah, umur trombosit sekitar 10 hari
(Nugraha, 2018).

Gambar 4. Trombosit dan Megakariosit (Fitri, 2018)


II.4 Fungsi Fisiologis Darah
Fungsi darah mengangkut oksigen untuk seluruh tubuh. Darah juga
membawa nutrisi serta zat-zat metabolisme. Darah sangat berperan
mentransmisikan sinyal dengan mengangkut berbagai macam hormon
menuju organ target (Firani, 2018).
II.5 Kelaianan atau Gangguan pada Sel Darah
a. Kelainan Eritrosit (Sel Darah Merah)
Jumlah eritrosit normal harus berada pada kisaran 4–6 juta sel/m3
darah. Berbagai penyakit dapat mempengaruhi jumlah eritrosit. Berikut
ini beberapa kelainan atau gangguan yang terjadi pada eritrosit.
1) Polisitemia
Polisitemia adalah gangguan yang ditandai oleh jumlah eritrosit
terlalu berlebihan (banyak). Hal ini dapat disebabkan oleh cacat
produksi sel induk, penurunan volume plasma akibat dehidrasi, atau
pengaruh ketinggian. Akibatnya berkurangnya aliran darah,
penyumbatan kapiler, dan peningkatan ketebalan darah. Kondisi ini
dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi (Sa’dah,
2019).

Gambar 5. Polisitemia (Sa’dah, 2019)


2) Anemia
Dalam kondisi normal, tingkat hemoglobin darah adalah 12-17
gram per 100 mililiter. Pada penderita anemia, jumlah eritrosit sedikit,
dan/atau sel-sel eritrosit tidak memiliki cukup hemoglobin. Anemia
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori meliputi anemia gizi,
anemia pernisiosa, anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia sel sabit,
(Sa’dah, 2019).

Gambar 6. Bentuk eritrosit pada penderita anemia sel sabit (A) eritrosit
normal (B) (Sa’dah, 2019)
a) Anemia Gizi
Anemia yang penyebab utamanya adalah kekurangan zat
nutrisi terutama zat besi. Zat besi bisa terdapat pada bahan makan
hewani, yakni daging dan hati. Gejala-gejala umum dari anemia
adalah tampak pucat, lemas dan lesu. Suplemen zat besi dalam
makanan dapat membantu mencegah anemia jenis ini (Sa’dah,
2019).
b) Anemia Pernisiosa
Anemia pernisiosa adalah bentuk lain dari anemia gizi. Saluran
pencernaan tidak mampu menyerap cukup vitamin B12, yang
penting untuk perkembangan sel darah merah. Tanpa vitamin B12,
sel darah merah yang belum matang cenderung menumpuk di dalam
sumsum tulang. Suplemen vitamin, dan/atau suntikan vitamin B12
adalah pengobatan yang efektif (Sa’dah, 2019).
c) Anemia Aplastik
Adanya kelainan atau kerusakan pada “pabrik” pembuat sel
darah merah sehingga tidak dapat memproduksi ke tiga komponen
darah dengan baik, sehingga, bagi penderita anemia aplastik harus
selalu memperoleh suplai darah melalui transfusi. Transplantasi
sumsum tulang adalah salah satu pilihan untuk mengobati kondisi ini
(Sa’dah, 2019).
d) Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik terjadi karena laju kerusakan eritrosit
meningkat (hemolisis adalah pecahnya sel darah merah). Penyakit
ini umumnya menyebabkan eritrosit mudah pecah oleh berbagai
sebab, dapat akut atau kronik. Anemia hemolotik akut umumnya
disebabkan oleh gigitan binatang, seperti ular atau sengatan lebah.
Anemia hemolitik dapat disebabkan kekurangan enzim untuk
membentuk eritrosit, seperti kekurangan enzim G-6PD, atau adanya
kelainan membran atau dinding eritrosit. Penyakit-penyakit ini
umumnya diturunkan dari orang tua (Sa’dah, 2019).
e) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan. Penderita
anemia sel sabit eritrositnya memiliki bentuk abnormal, yaitu bentuk
sabit dengan hemoglobin abnormal dan tidak dapat membawa
oksigen yang cukup. Eritrositnya rapuh, mudah merobek ketika
mereka melalui kapiler yang sempit. Akibatnya, jumlah eritrositnya
jauh lebih sedikit dari biasanya, dan mengakibatkan gejala anemia.
Kedua orang tua harus membawa gen penyakit sel sabit sehingga
anak akan menderita anemia sel sabit. Seseorang dengan gen
tunggal dikatakan memiliki sifat sickle cell, dan tidak memiliki gejala
penyakit. Variasi keparahan mengakibatkan kematian sebelum usia
30, untuk kasus ringan, tanpa gejala (Sa’dah, 2019).
b. Kelainan Leukosit (Sel Darah Putih)
1) Leukimia
Leukemia, yang berarti "darah putih," mengacu kepada
sekelompok kanker yang melibatkan proliferasi leukosit yang tidak
terkendali. Sebagian besar leukosit ini abnormal atau belum matang.
Oleh karena itu, mereka tidak mampu melakukan fungsi yang normal
dalam pertahanan. Setiap jenis leukemia diberi nama sesuai dengan
jenis sel yang bereproduksi tidak terkendali, misalnya, leukemia
limfositik melibatkan proliferasi limfosit yang abnormal (Sa’dah, 2019).

Gambar 7. Leukimia (Sa’dah, 2019)


2) Infeksi Mononukleous
Infeksi limfosit olel Virus Epstein-Barr (EBV) adalah penyebab
infeksi mononucleosis, dinamakan demikian karena sifat limfosit yang
mononuklear. EBV (keluarga virus herpes) adalah salah satu virus
manusia yang paling umum. Gejala mononukleosis infeksiosa adalah
demam, sakit tenggorokan, dan kelenjar getah bening. Meskipun gejala
biasanya hilang dalam satu atau dua bulan tanpa obat, EBV tetap aktif
dan tersembunyi di beberapa sel di tenggorokan dan darah selama sisa
hidup seseorang. Stres dapat mengaktifkan virus (Sa’dah, 2019).

Gambar 8. Infeksi Mononukleous (Sa’dah, 2019)


3) Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID)
Defisiensi imun kadang-kadang diwariskan. Anak-anak yang
memiliki penyakit defisiensi imun gabungan yang parah (SCID) terjadi
ketika sel-sel induk dari leukosit kekurangan enzim yang disebut
adenosine deaminase. Tanpa enzim ini, limfosit B dan T tidak
berkembang dan tubuh tidak dapat melawan infeksi. Sekitar 100 anak-
anak yang lahir dengan penyakit ini setiap tahunnya. Memberikan
suntikan enzim adenosine deaminase dapat diberikan dua kali
seminggu, tetapi transplantasi sumsum tulang dari donor yang
kompatibel adalah cara terbaik untuk menyembuhkan penyakit (Sa’dah,
2019).
c. Kelainan Trombosit
1) Trombositopenia
Terbatasnya jumlah trombosit disebut trombositopenia.
Trombositopenia terjadi karena produksi trombosit yang rendah dalam
sumsum tulang atau meningkat kerusakan trombosit di luar sumsum.
Sejumlah kondisi, termasuk leukemia, dapat menyebabkan
trombositopenia. Hal ini juga dapat disebabkan obat. Gejalanya
penyakit ini adalah memar, ruam, dan mimisan atau pendarahan di
mulut. Perdarahan gastrointestinal atau perdarahan di otak yang dapat
menyebabkan komplikasi (Sa’dah, 2019).

Gambar 9. Trombositopenia (Sa’dah, 2019)


2) Trombosis
Sebuah trombus (bekuan) dapat tumbuh cukup besar dan
menghalangi aliran darah di pembuluh darah kecil atau potongan
bekuan darah ini dapat mengalir di dalam aliran darah sebagai
embolus. Jika pembentukan bekuan ini tidak diatasi aliran darah bisa
terhenti, dan jika pembuluh darah yang tersumbat berada di organ vital
seperti jantung, otak, paru-paru, atau ginjal, dapat menyebabkan infark
(kematian jaringan) (Sa’dah, 2019).

Gambar 10. Trombosis (Sa’dah, 2019)


3) Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit kelainan genetik yang disebabkan oleh
kekurangan faktor pembekuan darah sehingga darah sukar membeku.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan
pembekuan darah. Hemofilia A (hemofilia klasik) disebabkan oleh
defisiensi faktor pembekuan VIII. Lebih mungkin terjadi pada anak laki-
laki dari pada anak perempuan. Hemofilia A disebabkan oleh salinan
abnormal dari gen produksi faktor VIII, ditemukan pada kromosom X.
Hemofilia ini muncul ketika anak laki-laki memiliki gen abnormal pada
kromosom X. Kasus hemofilia A terjadi 1 dari 5.000 laki-laki di seluruh
dunia. Kekurangan faktor IX menyebabkan hemofilia B (Christmas
disease), menyumbang 15% dari seluruh kasus dan terjadi pada sekitar
1 dari 30.000 laki-laki.
Bentuk yang jarang disebut hemofilia C (defisiensi faktor XI)
adalah autosomal dan tidak terkait seks, sehingga terjadi sama pada
kedua jenis kelamin. Pada hemofilia, benjolan sedikit dapat
menyebabkan perdarahan ke dalam sendi, yang diikuti degenerasi
tulang rawan pada sendi. Penyebab paling sering dan mengakibatkan
kematian adalah pendarahan ke otak disertai kerusakan saraf (Sa’dah,
2019).

Gambar 11. Hemofilia (Sa’dah, 2019)


II.6 Larutan Gowers, Hayem dan Turk
a. Larutan Hayem dan Gowers
Pada pemeriksaan hitung jumlah eritrosit metode manual, reagen
yang biasa digunakan sebagai larutan pengencer yang ideal adalah
larutan dengan kriteria isotonik, anti hemolisis, anti krenasi, antikoagulan,
anti agregasi, anti rouleaux dan memperlihatkan bentuk eritrosit. Ada
beberapa larutan pengencer yang bisa digunakan dalam hitung jumlah
erirosit ini antara lain adalah larutan Hayem dan larutan Gowers (Garini
dkk, 2019).
1) Larutan Hayem
Larutan hayem berisi natrium sulfat kristal, natrium klorida, merkuri
klorida dan aquadest. Natrium sulfat berfungsi mencegah aglutinasi dan
melisiskan sel leukosit dan sel trombosit sehingga yang terlihat hanya sel
eritrosit saja. Natrium klorida bersifat isotonis pada sel eritrosit, merkuri
klorida berfungsi melisikan sel trombosit dan sel leukosit sehingga yang
terlihat hanya sel eritrosit saja (tetapi apabila keadaan ini darah
mengalami hiperglobulinemia maka tidak dapat dipergunakan karena
mengakibatkan presipitasi protein, rouleaux, dan aglutinasi). Larutan
hayem mempunyai derajat keasaman (pH) netral (Garini dkk, 2019).
2) Larutan Gowers
Larutan gowers berisi natrium sulfat, asam asetat glasial, dan
aquadest. Natrium sulfat berfungsi mencegah aglutinasi dan melisiskan
sel leukosit dan sel trombosit sehingga yang terlihat hanya sel eritrosit
saja. Asam asetat glasial bersifat asam lemah yang mampu melisiskan
sel leukosit dan sel trombosit sehingga hanya sel eritrosit saja yang
terlihat. Larutan gowers dapat mencegah aglutinasi dan rouleaux sel-sel
eritrosit, tetapi penggunaan larutan ini eritrosit tidak terlihat jelas dan sulit
dibedakan dengan kotoran. Larutan gowers mempunyai derajat
keasaman (pH) asam, sehingga membuat sel eritrosit berubah bentuk
menjadi mengkerut berbeda dengan bentuk eritrosit pada umumnya
(Garini dkk, 2019).
b. Larutan Turk
Larutan turk adalah larutan yang digunakan sebagai pengencer
darah pada saat perhitungan sel darah putih (leukosit). Turk merupakan
larutan yang terdiri dari campuran asam asetat glasial 2%, gentian violet
1%, aquadest. Larutan turk apabila bereaksi dengan leukosit maka
leukosit akan mengabsorbsi larutan tersebut. Asam asetat glasial pada
larutan turk berfungsi melisiskan eritrosit dan mempunyai kandungan
asam dengan pH 2.4, sedangkan gentian violet berfungsi sebagai
pemberi warna sehingga leukosit tampak jelas (Nurbidayah dan Maulida,
2019).
II.7 Pembekuan Darah (Koagulasi)
Sistem koagulasi atau pembekuan darah memiliki mekanisme yang
berlangsung secara bertahap sedemikian rupa sehingga salah satu faktor
koagulasi diubah menjadi aktif diakhiri dengan pembentukan fibrin
(bekuan). Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein
yang terdapat dalam darah (plasma) yang berfungsi dalam proses
koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan untuk mengatasi vascular
injury sehingga tidak terjadi pendarahan berlebihan, tetapi proses
pembekuan darah ini dilokalisir pada daerah injury (Kurniawan, 2018).
Adapaun jalur yang dilalui untuk menjadi fibrin terdiri dari tiga jalur, yakni:
a. Jalur intrinsik
Jalur ini mulai setelah kontak dengan permukaan tertentu,
menyebabkan XII → XIII ini terjadi karena kontak dan kolagen dan
substansi dinding menurun. Pendarahan yang rusak karena luka XIIa
akan mengubah tiga jenis enzim yaitu :
1) Prekalikrein
2) XI
3) Proaktifatur plasminogen (sistem fibrinolitik)
Aktivasi XII merupakan awal dari proses pembekuan darah
sekaligus awal dari aktifasi sistem fibrinolitik dan komplemen.
Prekalikrein diubah menjadi kalikrein yang kemudian memecah High
Molecular Weigth Kinninogen (HMWK) menjadi frakmen polipeptida vaso
aktif yang bersifat vasodilatasi pembekuan darah → menurun tekanan
darah, mengikat permeabilitas kapiler dan merangsang faktor
kemotaktik. Sebaliknya khalisein menunjukkan umpan balik (+) terhadap
XII → mengaktifkan XII → XIIa. XIIa mengubah XI → XIa dan reaksi ini
memerlukan HMWK selanjutnya XIa mengaktifkan IX → IXa dengan
bantuan Ca pada tahap bereaksinya Xia bersama XIII dan Ca dan PF 3
(platelet faktor 3) faktor trombo → mengaktifkan X-Xa (Kurniawan, 2018).
b. Jalur ekstrinsik
Suatu lipoprotein yang dilepas dari jaringan yang rusak disebut
dengan faktor jaringan trombopla jaringan. Faktor ini mengaktifkan VII →
VIIa dengan bantuan Ca VII. Ini merupakan serisi protease kuat yang
mampu mengaktifkan X-Xa adanya kalikrein dapat meningkatkan fungsi
VIIa. Adanya dugaan bahwa VIIa dapat mengaktifkan X → Xa secara
tidak langsung (indirek) yang lebih dulu mengaktifkan X, selanjutnya
proses koagulasi berlanjut menjadi jalur bersama (Kurniawan, 2018).
c. Jalur bersama
Setelah X-Xa, Xa berinteraksi dengan PF3, Ca dan cofaktor V →
mengaktifkan II → IIa (prothrombin-thrombin) II (thrombin) mengubah I
(fibrinogen) jadi Ia (fibrin=bekuan). Thrombin IIa juga merupakan serisi
protease kuat. Jumlah thrombin yang dihasilkan oleh 1 mL plasma bila
dilepaskan sekaligus mampu membekukan seluruh darah dalam
sirkulasi. Disamping mengubah fibrinogen → fibrin, thrombin juga
meningkatkan reaksi pelepasan trombosit dan aktivasi V, VII, dan XIII
pada akhirnya proses koagulasi thrombin mengubah fibrinogen → fibrin
yang mulanya monomer secara spontan menjadi fibrin pollimer yang
sifatnya irreversibel (Kurniawan, 2018).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 3 April 2023 pada pukul
07:00-09:40 WITA di Laboratorium Farmakologi Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, Botol coklat, Cawan
porselin, Kamar hitung improved neubauer, Kaca penutup, Mikroskop, Pipet
eritrosit 20 µL, Pipet leukosit 20 µL, Pipet pasteur, Plat tetes, Spoit 1 cc,
Vial
III.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Aquadest,
Alhohol 70%, Larutan gowers, Larutan hayem, Larutan turk, Tissue
III.3 Cara kerja
III.3.1 Prosedur Percobaan Leukosit
III.3.1.1 Proses pengenceran
1) Darah diisap dengan menggunakan pipet leukosit sampai mencapai
tanda 0,5
2) Bersihkan ujung pipet leukosit
3) Diisap larutan pengencer sampai tanda 11 yang tertera pada pipet
leukosit
4) Letakkan pipet leukosit di antara ibu jari dan jari telunjuk.
5) Homogenkan selama ± 3 menit.
III.3.1.2 Proses pengisian kamar hitung
1) Bersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan keringkan.
2) Letakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara hati-hati.
3) Siapkan pipet leukosit berisi darah yang telah dihomogenkan
sebelumnya.
4) Buang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan selanjutnya ke dalam
kamar hitung.
5) Setelah pengisian kamar hitung, biarkan selama 3 menit sebelum
memulai proses perhitungan.
6) Ulangi pengisian kamar hitung jika a) cairan yang dimasukkan memenuhi
parit kamar hitung b) masih ada area kamar hitung yang belum terisi c)
ditemukan gelembung udara di dalam kamar hitung.
III.3.1.3 Proses perhitungan leukosit
1) Letakkan kamar hitung di bawah mikroskop.
2) Untuk mencari daerah yang akan dihitung, gunakan pembesaran kecil.
3) Lakukan perhitungan leukosit dengan lensa objektif 10x dan lensa okuler
40x.
4) Perhitungan leukosit dilakukan dengan menghitung seluruh leukosit yang
terdapat pada ke-4 bidang hitung (bidang hitung 1, 2, 3, 4)
5) Lakukan perhitungan dengan mengawalinya pada sudut kiri bawah pada
setiap bidang hitung.
6) Jika terdapat leukosit yang menyinggung garis atas sebelah kanan atau
bawah, maka TIDAK dihitung. Sebaliknya, jika leukosit terlihat
menyinggung garis batas atas atau kiri, maka HARUS dihitung.
7) Setelah didapatkan jumlah leukosit yang dihitung pada ke-4 bidang
hitung, lakukan perhitungan total jumlah leukosit dengan menggunaan
rumus
Rumus : Jumlah leukosit/mm³ = 50 x total jumlah leukosit
Rumus : Jumlah leukosit/mm³ = n/v x p
8) Interpretasikan data total leukosit yang Anda miliki ke dalam kondisi
klinis.
III.3.2 Prosedur Percobaan Eritrosit
III.3.2.1 Proses pengenceran
1) Darah diisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai mencapai
tanda 0,5
2) Bersihkan ujung pipet eritrosit
3) Isaplah larutan Hayem sampai tanda 101 yang tertera pada pipet eritrosit
4) Letakkan pipet eritrosit di antara ibu jari dan jari telunjuk.
5) Homogenkan selama ± 3 menit.
III.3.2.2 Proses pengisian kamar hitung
1) Bersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan keringkan.
2) Letakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara hati-hati.
3) Siapkan pipet eritrosit berisi darah yang telah dihomogenkan
sebelumnya.
4) Buang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan selanjutnya ke dalam
kamar hitung.
5) Setelah pengisian kamar hitung, biarkan selama 2 menit sebelum
memulai proses perhitungan.
6) Ulangi pengisian kamar hitung jika a) cairan yang dimasukkan memenuhi
parit kamar hitung b) masih ada area kamar hitung yang belum terisi c)
ditemukan gelembung udara di dalam kamar hitung.
III.3.2.3 Proses perhitungan Eritrosit
1) Letakkan kamar hitung di bawah mikroskop.
2) Untuk mencari daerah yang akan dihitung, gunakan pembesaran kecil.
3) Lakukan perhitungan leukosit dengan lensa objektif 10x dan lensa okuler
40x.
4) Perhitungan leukosit dilakukan dengan menghitung seluruh leukosit yang
terdapat pada ke-4 bidang hitung (bidang hitung 1, 2, 3, 4).
5) Lakukan perhitungan dengan mengawalinya pada sudut kiri bawah pada
setiap bidang hitung.
6) Jika terdapat leukosit yang menyinggung garis atas sebelah kanan atau
bawah, maka TIDAK dihitung. Sebaliknya, jika leukosit terlihat
menyinggung garis batas atas atau kiri, maka HARUS dihitung.
7) Setelah didapatkan jumlah leukosit yang dihitung pada ke-4 bidang
hitung, lakukan perhitungan total jumlah leukosit dengan menggunaan
rumus :
Rumus : Jumlah eritrosit/mm³ = 50 x total jumlah eritrosit
Rumus : Jumlah eritrosit/mm³ = n/v x p
8) Interpretasikan data total eritrosit yang Anda miliki ke dalam kondisi
klinis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Komponen Probandus Probandus
Normal
Darah Pria Wanita
Leukosit 200 mm3 450 mm3 3200-10000 mm3.
Pria 4,7–6,1 x106
Eritrosit 130.000 mm3 450.000 mm3 /µL dan wanita
4,2–5,4 x 106 /µL.
III. 2 Pembahasan
Darah adalah fluida yang mengalir pada tubuh manusia dan vertebrata
tingkat tinggi lainnya. Darah berperan penting dalam semua proses
fisiologis yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Darah berperan
penting sebagai fluida yang membawa nutrisi ke seluruh bagian tubuh,
kemudian membawa kembali hasil metabolisme nutrisi tersebut untuk
kemudian dilanjutkan pada proses eksresi hasil metabolisme tersebut yang
melibatkan bantuan organ-organ eksresi seperti paru-paru, ginjal, dan kulit
(Rosita dkk, 2019). Ada empat komponen dalam darah yaitu plasma darah,
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit. Dimana
keemoat komponen tersebut memiliki fungsinya masing-masing (Fauzi dan
Bahagia, 2019).
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan perhitungan jumlah
eritrosit dan leukosit dengan menggunakan sampel dari probandus pria dan
wanita. Dalam perhitungan jumlah leukosit, setelah sampel darah dari
probandus dihisap dengan pipet leukosit selanjutnya sampel tersebut
dihomogenkan terlebih dahulu selama 3 menit dengan menggunakan
larutan turk. Larutan turk merupakan larutan yang digunakan sebagai
pengencer darah pada saat perhitungan sel darah putih. Dimana memiliki
fungsi untuk melisiskan sel selain leukosit dan mewarnai sel yang tidak
dilisiskan (Nurbidayah dan Maulida, 2019). Hasil yang diperoleh pada
kamar hitung setelah diamati dibawah mikroskop yaitu 200 mm 3 pada
probandus pria dan 450 mm3 pada probandus wanita. Hasil perhitungan
jumlah leukosit yang didapat tidak sesuai dengan literatur jumlah leukosit
orang dewasa dalam keadaan normal. Menurut Glyartika dan Keman
(2020), dalam keadaan normal nilai leukosit orang dewasa berjumlah 3200-
10000 mm3. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya gangguan seperti
Leukopenia. Merupakan suatu kondisi penurunan jumlah leukosit pada
darah tepi, di mana jumlah leukosit dalam darah kurang dari 4000/μl
(Audina dkk, 2019).
Untuk perhitungan jumlah eritrosit, setelah sampel darah diambil dari
probandus dengan alat pipet eritrosit kemudian dilanjutkan dengan
menghomogenkan sampel dengan larutan Hayem dan Gowers. Komposisi
dari reagen Hayem terdiri dari 5 g Na-Sulfat (Na2SO4), 1 gr NaCl, 0,5 g
HgCl2 dan 200 ml aquadest. Reagen pengencer Hayem memiliki komposisi
dari berbagai macam garam sehingga menghasilkan kondisi isotonis yang
mampu mempertahankan bentuk eritrosit supaya tidak lisis (Nabil dkk,
2020). Natrium sulfat berfungsi mencegah aglutinasi dan melisiskan sel
leukosit dan sel trombosit sehingga yang terlihat hanya sel eritrosit saja
(Amalia, 2020). Dan untuk larutan gowers berisi natrium sulfat, asam asetat
glasial, dan aquadest. Natrium sulfat berfungsi mencegah aglutinasi dan
melisiskan sel leukosit dan sel trombosit sehingga yang terlihat hanya sel
eritrosit. Asam asetat glasial bersifat asam lemah yang mampu melisiskan
sel leukosit dan sel trombosit sehingga hanya sel leukosit yang terlihat
(Amalia, 2020). Hasil perhitungan jumlah eritrosit yang diperoleh pada
kamar hitung setelah diamati dibawah mikroskop yaitu 130.000 mm 3 pada
probandus pria dan 450.000 mm 3 pada probandus wanita. Hasil
perhitungan jumlah eritrosit tidak sesuai dengan literatur jumlah normal
eritrosit pada orang dewasa. Dimana menurut Nurrahman dan Mariyam
(2019), dalam keadaan normal jumlah eritrosit untuk laki-laki yaitu 4,7–6,1
x106 /µL dan perempuan 4,2–5,4 x 106 /µL. Hal tersebut dapat dikarenakan
karena gangguan seperti anemia. Anemia merupakan suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dalam darah
berkurang dari nilai normal. Faktor yang menyebabkan anemia berasal dari
gizi dan non gizi, faktor gizi terkait dengan defisiensi protein, mineral, dan
vitamin. Sedangkan faktor non gizi salah satunya disebabkan oleh penyakit
infeksi (Nabil dkk, 2020).
Adapun faktor kesalahan yang berhubungan dengan hitung sel darah
manual antara lain adalah Teknik yang buruk dalam mengambil sampel
darah, sampel kurang homogen, penggunaan pipet yang tidak akurat,
kalibrasi yang buruk pada pipet atau kamar hitung, pengisian kamar hitung
yang salah, dan perhitungan sel yang salah (Wirawati, 2019).
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di
seluruh tubuh. Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-
zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem
imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan,
untuk perhitungan jumlah leukosit dan eritrosit dalam tubuh digunakan alat
berupa pipet leukosit dan eritrosit, kamar hitung dan mikroskop dengan
larutan pengencer yaitu larutan turk, hayem, dan gowers. Dengan
perolehan hasil perhitungan leukosit pada probandus pria yaitu 200 dan
pada probandus wanita yaitu 450. Sedangkan pada perhitungan eritrosit
diperoleh hasil 130.000 pada probandus pria dan 450.000 pada probandus
wanita.
V.2 Saran
V.2.1 Dosen
Adapun saran untuk dosen yaitu diharapkan agar selalu untuk
mendampingi praktikan dan asisten pada saat praktikum berlangsung
V.2.2 Asisten
Saran kami untuk asisten, sebaiknya Diharapkan agar selalu untuk
mendampingi dan mengarahkan praktikan saat praktikum berlangsung
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan agar dapat saling
bertukar ilmu mengenai apa yang sudah didapatkan.
V.2.3 Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium yaitu, Diharapkan agar kiranya
untuk dapat melengkapi bahan serta alat-alat yang ada dalam laboratorium,
serta mengganti alat yang telah rusak agar dapat menghindari pemakaian
yang akan mengakibatkan pengaruh pada hasil yang akan diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Audina, N. T., Yusmawan, W., Suprihati, Z. N. 2020. Perbandingan


Kejadian Leukopenia dan Trombositopenia Pada Penderita
Karsinoma Nasofaring Yang Mendapatkan Kemoterapi Paclitaxel
Cisplatin dan Cisplatin 5-Fluororacil (5-FU). Jurnal Kedokteran
Diponegoro. Universitas Diponegoro.

Fauzi, M dan Bahagia, S. N. 2019. Pengambilan Keputusan Komponen


Darah Dalam Pengendalian dengan Menggunakan Metode AHP di
PMI Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan. Vol. 5
No.2.

Firani, N. K. 2018. Mengenal Se-Sel Darah dan Kelainan Darah. Tim UB


Press. Malang.

Fitri, Z.E. 2018. Klasifikasi Trombosit pada Citra Hapusan Darah Tepi
Berdasarkan Gray Level Co-occurrence Matrix Menggunakan
Backpropagation. Fakultas Teknologi Elektro Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.

Garini, A., Semendawai, M.Y., Andini, O., Patricia, V. 2019. Perbandingan


Hasil Hitung Jumlah Eritrosit dengan Menggunakan Larutan Hayem,
Larutan Saline dan Larutan Rees Ecker. Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1).

Giyartika, F. dan Keman, S. 2020. Perbedaaan Peningkatan Leukosit Pada


Radiografer di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Universitas Airlangga. Vol. 12 No. 2.

Kurniawan, D. 2018. Karakteristik Fisiko-Kimia dan Fungsional Ekstrak


Protein Kedelai (Glycine max (L) Merril) Varietas DENA-1. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Jember

Nabil, A. J., Widya, A., Nunki, N., Nugraha, G. 2020. Pemanfaatan Cairan
Infus Sebagai Pengganti Reagen Alternatif Hayem dalam
Pemeriksaan Hitung Jumlah Eritrosit. Journal of Indonesian Medical
Laboratory and Science. Universitas Nahdiatul Ulama. Surabaya. 1(1)
:23-31.
Nurbidayah dan Maulida, I. 2019. Penggunaan Air Perasan Lemon (Citrus
limon) Sebagai Reagen Alternatif Pengganti Larutan Turk untuk
Hitung Jumlah Leukosit. Jurnal Ergasterio, 6 (2).

Nugraha, Gilang. 2018. Hematologi Dasar. CV Trans Info Media. Jakarta.


Nurrahman, N dan Mariyam, M. 2019. Status Hematologi, Kadar IgG dan
IgA Tikus yang Mengonsumsi berbagai Variasi Jumlah Tempe Kedelai
Hitam. Universitas Muhammadiyah Semarang. (39) 3. 215-221.

Rahmatillah, D. K. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan


terhadap Status Gizi. Amerta Nutr, 106-112.

Rosita, L., Cahya, A. A., Arfira, F. R. 2019. Hematologi Darah. Yogyakarta


: Universitas Islam Indonesia. ISBN 978-602-450-370-3.

Sa’dah, Sumiyati. 2019. Sistem Peredaran Darah pada Manusia. Program


Studi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Gunung Djati. Bandung.

Wirawati, I. A. P. 2019. Hitung Sel Manual. Fakultas Kedokteran.


Universitas Udayana. Denpasar.

Zainuddin, R., dan Labdullah, P. 2020. Efektivitas Isometric Handgrip


Exercise dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9 (2).
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
a. Prosedur Percobaan Leukosit
1) Proses pengenceran

Darah diisap dengan menggunakan pipet leukosit sampai mencapai tanda 0,5

Dibersihkan ujung pipet leukosit

Diisap larutan pengencer sampai tanda 11 yang tertera pada pipet leukosit

Diletakkan pipet leukosit di antara ibu jari dan jari telunjuk

Dihomogenkan selama ± 3 menit

2) Proses pengisian kamar hitung

Dibersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan keringkan

Diletakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara hati-hati

Disiapkan pipet leukosit berisi darah yang telah dihomogenkan sebelumnya

Dibuang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan selanjutnya ke


dalam kamar hitung

Setelah pengisian kamar hitung, dibiarkan selama 3 menit sebelum


dimulai proses perhitungan
3) Proses perhitungan leukosit

Diletakkan kamar hitung di bawah mikroskop

Untuk mencari daerah yang akan dihitung,


digunakan pembesaran kecil

Dilakukan perhitungan leukosit dengan lensa


objektif 10x dan lensa okuler 40x

Perhitungan leukosit dilakukan dengan


menghitung seluruh leukosit yang terdapat pada
ke-4 bidang hitung (bidang hitung 1, 2, 3, 4)

Dilakukan perhitungan dengan mengawalinya


pada sudut kiri bawah pada setiap bidang hitung

Jika terdapat leukosit yang menyinggung garis


atas sebelah kanan atau bawah, maka TIDAK
dihitung. Sebaliknya, jika leukosit terlihat
menyinggung garis batas atas atau kiri, maka
HARUS dihitung

Setelah didapatkan jumlah leukosit yang dihitung


pada ke-4 bidang hitung, dilakukan perhitungan
total jumlah leukosit dengan menggunaan rumus

Diinterpretasikan data total leukosit yang


dimiliki ke dalam kondisi klinis
b. Prosedur Percobaan Eritrosit
1) Proses pengenceran

Darah diisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai mencapai tanda 0,5

Dibersihkan ujung pipet eritrosit

Diisap larutan Hayem dan Gowers sampai tanda 101 yang tertera pada pipet
eritrosit

Diletakkan pipet eritrosit di antara ibu jari dan jari telunjuk

Dihomogenkan selama ± 3 menit

2) Proses pengisian kamar hitung

Dibersihkan kaca penutup dengan alkohol 70% dan keringkan

Diletakkan kaca penutup di atas kamar hitung secara hati-hati

Disiapkan pipet eritrosit berisi darah yang telah dihomogenkan sebelumnya

Dibuang 3-4 tetes pertama dan masukkan tetesan selanjutnya ke


dalam kamar hitung

Setelah pengisian kamar hitung, dibiarkan selama 2 menit sebelum


dimulai proses perhitungan
3) Proses perhitungan Eritrosit

Diletakkan kamar hitung di bawah mikroskop

Untuk mencari daerah yang akan dihitung,


digunakan pembesaran kecil

Dilakukan perhitungan leukosit dengan lensa


objektif 10x dan lensa okuler 40x

Perhitungan leukosit dilakukan dengan


menghitung seluruh leukosit yang terdapat pada
ke-4 bidang hitung (bidang hitung 1, 2, 3, 4)

Dilakukan perhitungan dengan mengawalinya


pada sudut kiri bawah pada setiap bidang hitung

Jika terdapat eritrosit yang menyinggung garis


atas sebelah kanan atau bawah, maka TIDAK
dihitung. Sebaliknya, jika eritrosit terlihat
menyinggung garis batas atas atau kiri, maka
HARUS dihitung

Setelah didapatkan jumlah eritrosit yang dihitung


pada ke-4 bidang hitung, dilakukan perhitungan
total jumlah eritrosit dengan menggunaan rumus

Diinterpretasikan data total eritrosit yang


dimiliki ke dalam kondisi klinis
2. Perhitungan
a. Leukosit pada pria
V=pxlxtxn
= 1 x 1 x 0,1 x 4
= 0,4 mm3
Jumlah leukosit / mm3 = n/v x p
= 4 / 0,4 x 20 = 200 mm3
b. Leukosit pada wanita
V=pxlxtxn
= 1 x 1 x 0,1 x 4
= 0,4 mm3
Jumlah leukosit / mm3 = n/v x p
= 9 / 0,4 x 20 = 450 mm3
c. Eritrosit pada pria
V=pxlxtxn
= 1 x 1 x 0,1 x 5
= 0,02 mm3
Jumlah eritrosit / mm3 = n / v x p
= 13 / 0,02 x 200 = 130.000 mm3
d. Eritrosit pada wanita
V=pxlxtxn
= 1 x 1 x 0,1 x 5
= 0,02 mm3
Jumlah eritrosit / mm3 = n / v x p
= 48 / 0,02 x 200 = 480.000 mm3
3. Dokumentasi Pengerjaan
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
1

Disiapkan alat dan bahan

2
Pengambilan sampel darah pada
probandus menggunakan pipet
leukosit dan pipet eritrosit 0,5 ml

Pengenceran sampel untuk


leukosit menggunakan larutan
turk dan eritrosit menggunakan
larutan gowers dan hayem

4
Sampel darah yang telah
diencerkan dihomogenkan
selama kurang lebih 3 menit

Sampel darah diletakkan pada


kamar hitung kemudian ditutup
dengan deg glass

6
Sampel darah diamati dibawah
mikroskop dan dihitung jumlah
leukosit dan eritrosit pada kamar
hitung
4. Dokumentasi Hasil
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
1

Eritrosit Probandus Wanita

Leukosit Probandus Wanita

Eritrosit Probandus Pria

Leukosit probandus Pria


5. Hafalan

Anda mungkin juga menyukai