0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan32 halaman
Dokumen ini membahas tentang pengujian efektivitas bahan pengawet pada sediaan farmasi. Beberapa poin pentingnya adalah menguji efektivitas pengawet terhadap 5 jenis mikroorganisme menggunakan media SCDA, mengukur jumlah mikroorganisme hidup setiap 7 hari selama 28 hari, dan kriteria keberhasilan pengawet adalah jumlah bakteri berkurang >99% dan kapang/khamir tetap at
Dokumen ini membahas tentang pengujian efektivitas bahan pengawet pada sediaan farmasi. Beberapa poin pentingnya adalah menguji efektivitas pengawet terhadap 5 jenis mikroorganisme menggunakan media SCDA, mengukur jumlah mikroorganisme hidup setiap 7 hari selama 28 hari, dan kriteria keberhasilan pengawet adalah jumlah bakteri berkurang >99% dan kapang/khamir tetap at
Dokumen ini membahas tentang pengujian efektivitas bahan pengawet pada sediaan farmasi. Beberapa poin pentingnya adalah menguji efektivitas pengawet terhadap 5 jenis mikroorganisme menggunakan media SCDA, mengukur jumlah mikroorganisme hidup setiap 7 hari selama 28 hari, dan kriteria keberhasilan pengawet adalah jumlah bakteri berkurang >99% dan kapang/khamir tetap at
1. bahan dalam sediaan 2. Variasi atau jenis mikroorganisme yang ada 3. pH dan tipe wadah.
Sterilisasi akhir dilakukan utk sediaan mata, hidung dsb
penggunaan pengawet ini sering digunakan dgn volume lebih dari 5 ml Sediaan farmasi dgn sistem polifase sangat mudah ditum- buhi MO, seperti kapang/jamur, khamir karena mengandung KH yg cukup tinggi Cara pengujian Mikroorganisme yg digunakan: - Candida albicans ATCC 0231 - Aspergillus niger ATCC 16404 - E.coli ATCC 8739 - Pseudomonas aeruginosa ATCC 9027 - Staphylococcus aureus ATCC 6538
Pada pengujian efektivitas terhadap pengawet dpt juga
digunakan mikroorganisme yg lain selain dr mikroorga- nisme di atas, apabila dianggap bahwa mikroorganisme tersebut merupakan mikroorganisme kontaminan selama penggunaan sediaan tersebut Media yang digunakan: SCDA (Soybean Casein Digest Agar Sebagai media awal dlm pengujian tersbt perlu dipilih media agar yg sesuai pertumbuhan mikroorganisme yg terpilih.
Sebagai media menurut Farmakope Indonesia edisi IV,
1995, dpt digunakan medium SCDA ( Soybean Casein Digest Agar ) dgn komposisi sebagai berikut: Digesti pankreas kasein P 15,0 g Digesti papain tepung kedelai P 5,0 g Natrium klorida P 5,0 g Agar p 15,0 g Air suling 1000 ml pH setelah sterilisasi 7,3 0,2 Cara pembuatannya adalah:
larutkan semua bahan berupa padatan dlm air , kalau
perlu dilakukan penghangatan, selanjutnya didinginkan sampai suhu mencapai suhu kamar, kalau perlu pH-nya diatur dgn menggunakan Natrium hidroksida 1 N.
Saring jika perlu dan bagi-bagi dgn volume tertentu ke
dlm tabung-tabung reaksi yg sesuai Pembuatan Inokulum Sebelum pengujian dilakukan disiapkan dahulu mikro- organisme dlm btk inokulum .
Inokulasikan mikroorganisme ke dlm media yg sesuai.
Inkubasikan pada suhu tertentu sesuai jenis mikroorganisme uji yg digunakan
Untuk jenis bakteri diinkubasi pada suhu 30 – 35oc,
selama 18 – 24 jam.
Sedangkan utk Candida albicans pd suhu 20 – 25oC
selama 48 jam dan utk Aspergillus aureus pd suhu 20 – 25oC selama satu minggu Utk pemanenan setelah masa inkubasi berakhir, digu- nakan larutan NaCl (Natrium Klorida) steril 0,9% untuk bakteri.
Sedangkan utk kapang (fungi) , seperti Candida
albicans dilakukan pencucian dahulu pd permukaan- nya, dan hasil cucian dimasukkan ke dlm wadah yg sesuai dan tambahkan larutan steril NaCl 0,9 dan utk mengurangi angka mikroorganisme kurang dari 100 juta per m Untuk memanen Asergillus niger dilakukan hal yg sama seperti pada Candida albicans, dan digunakan larutan NaCl 0,9% seteril yg mengandung polisorbat 80 p 0,05% dan diatur angka spora sampai lebih kurang 100 juta per ml dgn penambahan larutan Natrium Klorida 0,9% steril. Tetapkan dahulu jumlah satuan pembentuk koloni setiap ml suspensi, selanjutnya angka tersebut digunakan utk banyaknya inokulum yg digunakan pada pengujian efektivitas pengawet.
Apabila suspensi yg telah dibakukan tdk segera
digunakan, maka suspensi tersebut selalu harus dipantau secara berkala, utk mengetahui kemampuan hidupnya Cara Pengujian Efektivitas Pengawet Bila kemasan sediaan dpt ditembus dgn mengguna- kan jarum suntik, maka disiapkan 5 wadah asli dr sediaan.
Tetapi apabila wadah tdk dpt ditembusi secara
aseptik, maka pindahkan 20 ml contoh ke dlm tabung reaksi yg bertutup sebanyak 5 buah
Selanjutnya dilakukan inokulasi suspensi mikroorga-
nisme uji sebanyak 0,1 ml inokulum yg setara dgn 20 ml sediaan, kemudian dicampur sampai homogen mikroorganisme uji dlm Inokulum segera setelah dilakukan inokulasi harus berada antara 100 ribu– 1 juta per ml . Dilakukan penetapan junlah mikroorganisme hidup pd setiap suspensi inokulum .
Hitung angka awal mikroorganisme per ml sediaan yg
diuji dgn metode taburan atau pour plate .
Dilakukan pengamatan pada hari ke–7, ke-14, ke -21,
dan hari ke-28 se-telah dilakukan inokulasi.
Catat setiap adanya perubahan selama inkubasi
tersbut dan tetapkan jumlah mikroorganisme yg hidup setiap selang waktu dgn cara taburan atau pour plate Penafsiran Hasil Pengujian.
Suatu bahan pengawet dinyatakan efektif dlm sediaan uji,
jika:
a. Jumlah bakteri yg hidup atau viabel pd hari ke- 14
berkurang sampai tdk lebih dr 0,1 % dr jumlah awalnya
b. Jumlah kapang dan khamir yg hidup atau viabel
selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal
c. Jumlah mikroorganisme uji selama hari tersisa dr
hari ke-28 adalah tetap atau kurang dari jumlah yg tersebut pada poin a dan b diatas