Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II
ISI
A. Kanker
1. Definisi
Kanker atau karsinoma (Yunani: karkinos= kepiting) adalah pembentukan
jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel
dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat dan terus-
menerus (proliferasi). Akibatnya adalah pembengkakan atau benjolan yang
disebut tumor atau neoplasma (Latin: neo= baru, plasma= bentukan). Sel-sel
kanker ini menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor
primer setempat sering kali menyebarkan sel-selnya melalui saluran darah dan
limfe ke tempat lain di tubuh (metastase), untuk selanjutnya berkembang
menjadi tumor sekunder.
2. Gejala Umum
Gejala-gejala umum utama adalah nyeri yang sangat hebat, penurunan
berat badan mendadak, kepenatan total (cachexia) dan berkeringat malam.
3. Jenis-Jenis Kanker
Jenis-jenis kanker yang dikenal banyak sekali dan hampir semua organ
dapat dihinggapi penyakit ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum dan otak.
Kanker merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit jantung
dan pembuluh.
Bentuk-bentuk tumor dinamakan menurut jaringan tempat neoplasma
berasal, yaitu:
a. adenoma: benjolan maligne pada kelenjar, misalnya pada prostat dan
mamma linfoma: kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non-)
Hodgkin dan p Burkitt yang berciri benjolan rahang.
b. sarkoma: neoplasma ganas yang berasal pembuluh darah, jaringan ikat, otot
atau tulang, misalnya sarkoma Kaposi, suatu tumor pembuluh di bawah kulit
tungkai bawah dengan bercak-bercak merah.
c. leukemia: kanker darah yang berhubungan dengan produksi lekosit yang
abnormal tinggi dan eritrosit sangat berkurang.
d. myeloma: kanker pada sumsum tulang, misalnya penyakit Kahler (multiple
myeloma) dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma di sumsum. Sel plasma
termasuk lekosit dan membentuk antibodies.
e. melanoma: neoplasma kulit yang luar biasa ganasnya, terdiri dari sel-sel
pigmen, yang dapat menyebar dengan pesat. Neoplasma kulit lainnya yang
dapat terjadi adalah dari sel basal dan sel "plaveisel"(squamous cell).
4. Penyebab Kanker
Riset pada dasawarsa terakhir mengungkapkan bahwa kanker disebabkan
oleh terganggunya siklus sel akibat mutasi dari gen gen yang mengatur
pertumbuhan Pada umumnya dibutuhkan-minimal dua jenis mutasi untuk
membentuk pertumbuhan sel ganas. Sel-sel tumor berdaya menjauhkan diri dari
regulasi pertumbuhan sel normal. Hal ini dicapai dengan jalan perubahan
genetis, sehingga sel tumor menjadi mandiri dari regulasi tersebut. Oleh karena
itu, kanker termasuk penyakit yang diakibatkan defek pada gen. Defek pada gen
dapat diakibatkan oleh banyak sebab, yaitu:
Radiasi dari X-ray, Gamma-ray dan UV-C (260 nm) yang diabsorpsi kuat oleh
DNA
a. Zat-zat kimia dari lingkungan (polusi, asap rokok dengan zat
karbonhidrogen), juga aflatoksin yang dibentuk oleh jamur Aspergillus
b. Radikal bebas yang sangat reaktif dari pernapasan biasa dan proses-proses
faal lainnya
c. sitostatika, obat-obat untuk kemoterapi kanker (kemo), yang sendirinya
memiliki risiko besar untuk menimbulkan kanker baru, seringkali leukemia.
Sitostatika yang dapat merusak DNA dan berkhasiat karsinogen adalah zat-
zat alkilast dan cisplatin, bleomisin, dactinomycin, irinotecan dan
mitoxantron.
Sistem reparasi DNA. Cacat-cacat pada gen berupa aneka ragam, yang
pada haki katnya dapat diperbaiki oleh sejumlah sistem enzim. Salah satu zat
yang membantu reparasi ini adalah NADH (Niacinamide Adentine
Dinucleotide), suatu zat antioksidan kuat dan penyuplai energi seperti ATP.
Tetapi bila sel diekspose terus-menerus pada penyebab kerusakannya, maka
sistem reparasi akhirnya tidak mampu lagi untuk memperbaiki cacat terseebut.
Sel defek ini memperbanyak diri dan menurunkannya pada generasi berikutnya,
sehingga akhirnya kanker dapat muncul di keturunannya setelah rentan waktu
panjang. Sel cacat demikian yang tidak dapat direparasi lagi telah mengalami
mutasi.
Penyebab kanker berdasarkan faktor lingkungan. Menurut perkiraan
sekitar 80% dari semua kanker yang menerpa manusia diakibatkan oleh
pengaruh lingkungan dalam arti seluas-luasnya, yakni pengaruh zat-zat
karsinogen dari luar (eksogen). Untuk sisanya yang bertanggung-jawab adalah
virus dan radiasi, masing-masing kl. 10%. Faktor-fak tor eksogen penting
adalah sebagi berikut.
a. pengotoran udara oleh gas buangan mobil, pesawat udara, pabrik dan
sebagainya.
b. sinar ultraviolet dari matahari (kanker kulit, melanoma)
c. radiasi terlalu sering dengan dosis tinggi oleh sinar-sinar ionisasi yang kaya
akan energi (sinar Röntgen dan radio-aktif).
d. tembakau: merokok bertanggung jawab untuk lebih kurang 30% dari semua
ke matian akibat kanker
e. makanan yang kaya akan lemak hewan dan kurang serat nabati.
Penyebab kanker berdasarkan faktor lingkungan faktor keturunan.
Sejumlah kanker ternyata dapat diturunkan, antara lain 10-20% dari tumor buah
dada (mamma), 40% dari tumor mata (retinoblastoma) dan kanker ginjal pada
anak anak kecil (Wilms tumor). Dua gen tumor mamma (BRCA-1 dan BRCA-
2) diketahui bertanggung jawab atas diturunkannya kanker ini dari ibu ke anak
perempuan. Anak-anak yang memiliki gen-gen tersebut dalam kromosomnya
berisiko amat tinggi (kl. 80%) untuk dihinggapi kanker mamma atau ovaria
setelah usia 40 tahun. Untuk menghindari risiko tersebut, sebagian wanita yang
termasuk kelompok di atas menjalani maminectomi dan ovariotomi secara
preventif.
5. Proses Timbulnya Kanker
Tumor ganas terjadi melalui beberapa tingkat yaitu:
a. Fase inisiasi: DNA dirusak akibat radiasi atau zat karsinogen (radikal bebas).
Zal-zat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi
mutasi DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA
diturunkan kepada anak-anak sel dan seterusnya.
b. Fase promosi: zat karsinogen tambahan (co-carcinogens) diperlukan sebagai
promotor untuk mencetuskan proliferasi sel. Dengan demikian sel-sel rusak
menjadi ganas.
c. Fase progresi gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA
mengakibatkan mitose dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas
Tumor menjadi manifes
Sel-sel tumor dapat menggandakan gen-gennya sampai 10.000 kali lebih
cepat daripada sel normal. Oleh karena itu berbagai mutasi dapat berlangsung
serentak, juga akibat kekhilafan genetis spontan. Sel membelah dalam beberapa
fase selama siklusnya, yang rata-rata memakan waktu sekitar 20 jam.
Apoptose adalah kematian sel yang telah diprogram. Pada
perkembangannya di dalam embryo praktis setiap sel menerima secara genetis
suatu program klas, yang mematikannya sesuai sejumlah pembelahan tertentu
(prinsip "you are born to die"). Begitu pula bila cara berfungsinya terganggu
hebat seperti halnya pada sel-sel kanker, yang demikian akan mati pada
waktunya. Akibat apoptose sel kehilangan cairannya mengkerat dan pecah
dalam bentuk gelembung-gelembung kecil, yang akan diserap oleh sel-sel
sekitarnya. Kalsium berperan penting pada proses ini. Berbeda dengan necrosis
sel, pada apoptose tidak timbul reaksi peradangan.
Sel-sel tumor telah menemukan cara untuk mengelakkan apoptose ini,
antara lain melalui mutasi dalam gen p53. Dengan demikian gen ini tidak
bereaksi lagi terhadap kerusakan DNA dan proses reparasi tidak terwujud.
Mekanisme yang mengatur apoptose terganggu dan mutasi DNA yang sudah
ada menjadi kekal dan diturunkan kepada sel-sel turunannya, sehingga akhirnya
baru pada generasi berikut, akan terbentuk sel-sel tumor ganas.
Gen p53 (juga disebut gen-apoptose atau tumor-suppressor gene)
memegang peranan esensial pada lebih dari separuh dari semua kanker. Protein
ini berfungsi sebagai gen bunuh diri, karena berdaya mencetuskan apoptose dan
bekerja sebagai faktor transkripsi di dalam inti sel. Oleh karena itu jumlah total
dari pembelahan sel adalah tetap bagi setiap jenis sel. Bila gen p53 dihambat
atau dirusak, maka pertumbuhan sel (ganas) dapat berlangsung secara tak
terkendali. Sebagai contoh dapat disebut virus HPV-16 (human papillomavirus)
yang bertanggung jawab untuk kanker cervix (leher rahim). Virus ini mampu
memadamkan isyarat darurat sel dengan jalan menginaktivir gen p53, sehingga
sel-sel tidak mati pada waktunya, tetapi membelah terus-menerus. Pada
replikanya (anak-anak sel) akan terjadi lebih banyak kekhilafan atau caçat dari
pada normal, yang akhirnya berkembang menjadi sel-sel ganas dan timbulnya
tumor. Para peneliti telah menemukan suatu protein (gen BCL-2) yang berdaya
menginaktivir gen apoptose ini. Kerja gen p53 diregulasi pula oleh hormon-
hormon, misalnya pada haid kadar progesteron menurun dan beberapa jam
kemudian sel-sel epitel rahim mengkerat dan mati dengan sendirinya. Contoh
lain adalah kematian sel-sel prostat sesudah kastrasi dan terhentinya produksi
testosteron.
Telomer-telomer juga memegang peranan penting pada terjadinya kanker.
Sel-sel sehat memiliki sebuah rantai dari strip-DNA kecil (telomer) pada ujung
setiap kromosomnya. Seusai setiap pembelahan rantai sel telomer ini menjadi
semakin pendek dan proses proses ini merupakan bagian dari proses menua.
Setelah membelah sekian kali telomer habis terpakai, pembelahan sel berhenti
dan sel mati. Sel-sel kanker dapat membentuk enzim telomerase yang berdaya
mencegah penyingkatan rantai telomer, sehingga sel tumor dimungkinkan
untuk membelah kontinu tanpa terhenti.
Sebab-sebab mutasi. Selain penyinaran dan zat-zat perusak DNA, (mutasi
DNA di inti sel dapat pula diakibatkan oleh kekhilafan- kekhilafan kecil pada
ratusan ribu pembelahan-sel yang berlangsung setiap hari. Pada orang sehat,
sel-sel cacat itu dikenal oleh limfosit sebagai sel asing dan dimusnahkan.
Namun, bila sistem imun terganggu atau lemah, sel-sel yang termutasi itu
dibiarkan berkembang menjadi sel kanker yang kemudian berproliferasi.
Infeksi "virus lambat" mungkin merupa-kan penyebab lain dari mutasi,
dalam kombinasi dengan faktor-faktor lain. Slow virus ini dapat bermukim
dalam tubuh selama puluhan tahun tanpa menimbulkan gejala. Contoh virus
penyebab kanker mulut rahim adalah human papillomavirus (HPV-16),
meskipun tidak mengalami keluhan, dapat membawa dan menularkan HPV ini.
6. Zat-Zat Karsinogen
Zat-Zat Karsinogen adalah zat-zat yang dapat mengakibatkan tumor
melalui kontak dengannya (lokal, inhalasi) atau secara oral (usus). Ada banyak
zat kimiawi yang bersifat karsinogen, misalnya yang terbentuk dari pembakaran
tembakau dan kertas: antara merokok dan kanker paru, tenggorok dan kandung-
kemih terdapat hubungan langsung yang jelas. Selain itu antara serat-serat asbes
dan nikel (N) yang terdapat di udara dan kanker paru
Obat-obat yang bekerja karsinogen antara lain semua zat alkilasi,
azatioprin, doksorubisin, daunorubisin dan prokarbazin (leukemia), hormon
hormon wanita (dietilstilbestro= DES kanker vagina dan endometrium),
fenasetin (ginjal, hati) dan fenitoin, juga metronidazol dan ter arang batu (Liq.
Carbonis detergens).
Makanan juga dapat mengandung zat-zat kimiawi yang berdaya
karsinogen langsung atau setelah interaksi dengan zat lain di dalam tubuh
Beberapa zat karsinogen ter kenal berasal dari makanan adalah sebagai berikut.
a. Nitrosamin, yang antara lain terdapat dalam lemak babi dan diuapkan pada
proses penggorengan. Di dalam usus zat zat ini dapat terbentuk sebagai hasil
reaksi dari nitrit dengan amin (hasil perombakan protein). Pembentukan
nitrosamin ini dapat dihindari oleh vitamin C.
b. Nitrat terdapat dalam banyak sayur-mayur, terutama yan dibiakkan dengan
pupuk berlebihan, khususnya bayam. Oleh karena itu bayam yang sudah
diolah sebaiknya dimakan habis karena bila disimpan pada suhu kamar
segera akan membentuk nitrit. Penggunaan kalium nitrat sebagai pengawet
dan untuk memberikan warna segar (merah) pada daging sudah dilarang.
Nitrat direduksi menjadi nitrit oleh flora usus. Vitamin C (0,5-1 g/hari) dapat
mencegah bersenyawa nitrit dengan amin menjadi nirosamin.
c. Benzpiren adalah suatu induktor-enzim yang antara lain terdapat pada asap
ro kok dan gas-buangan mobil. Zat ini juga terbentuk saat pemanasan daging
dan ikan di atas api langsung pada bagian yang terbakar hitam (gosong).
Perhatian panggang sate.
d. Asam desoksikholat terbentuk dalam usus pada perombakan kolesterol dan
empedu.
e. Aflatoksin dibentuk oleh jamur Aspegillus flavus yang berkembang-biak
pada kacang tanah, kelapa, jagung dan sebagainya yang disimpan di tempat
lembab.
f. Zat-zat pewarna yang digunakan pada pembuatan kue, sirop, gula-gula dan
sebagainya sering kali bersifat karsinogen pada binatang percobaan Dalam
sebuah Daftar WHO dimuat zat-zat pewarna yang dianggap aman (GRAS list
= Gene rally Recognized As Safe).
g. Lainnya: dioxin dan radon. Dioxin termasuk kelompok PCB yang sangat
toksis. Dibentuk pada pembakaran sampah, bersifat lipofil, sukar didegradasi
dan berkumulasi di jaringan lemak hewan dan ikan. Radon adalah gas mulia
yang terdapat di mana-mana dan terbentuk dari radium seusai degradasi.
7. Diagnosa
8. Pencegahan
9. Penanganan
B. Sitostatika
Sitostatica atau onkolitica (Yunani: kytos= sel, statis= terhenti, ongkos=
benjolan, lysis= melarutkan) adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan
pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya adalah penggunaan obat-obat untuk dengan
langsung merusak DNA (dan RNA) sel. Senyawa-senyawa ini mematikan sel-sel
dengan menstimulir apoptosis. Dosis dan jadwal kemoterapi terbatas pada daya
tahan jaringan normal, terutama jaringan yang berkembang pesat seperti sumsum
tulang dan mukosa saluran cerna. Juga tergantung dari farmakokinetika obat
bersangkutan dan afinitasnya terhadap jaringan tertentu. Mekanisme efek
terapeutik dari obat-obat ini adalah mencari dan memanfaatkan perbedaan antara
sel normal dan sel kanker, khususnya diarahkan pada defek-defek genetik dari sel
kanker (biologi molekular). Dalam beberapa kasus sifat toksiknya terhadap sel
normal dapat dikurangi dengan misal pemberian faktor pertumbuhan (growth
factor) seperti granulocyte colony stimulating factor (G-CSF). Karena kebanyakan
tumor menimbulkan resistensi pesat terhadap obat tunggal, maka dikembangan
prinsip kemoterapeutika intermiten dengan multidrug, khususnya obat dengan
mekanisme daya kerja yang berlainan tanpa toksisitas yang overlapping.
Siklus kemoterapi. Obat-obat ini di berikan selama beberapa hari dan
diseling dengan istirahat beberapa minggu untuk memberikan kesempatan bagi
jaringan normal untuk tumbuh kembali Demikıan ada satu jarak waktu di antara
siklus kemoterapi untuk restorasi jaringan nor mal/sehat
Kombinasi dari tiga atau lebih sitostatika sering kali digunakan, lazimnya
obat dengan mekanisme dan titik kerja pada siklus per tumbuhan sel tumor yang
berlainan. Dengan demikian, daya kerjanya saling dipotensiasi dan terjadinya
resistensi dihindari atau diperlambat. Begitu pula dosis masing-masing dapat
dikurangi dan efek toksis seluruhnya menjadi kurang hebat.
Misalnya pengobatan dengan obat kombinasi MOPP menghasilkan remisis
pada 80% dari penderita p.Hodgkin dibandingkan dengan kurang dari 40% bila
masing-masing obat digunakan tersendiri. Berapa kombinasi terkenal adalah:
a. MOPP= mustin, oncoin (skristin), prokarbzin dan prednisolon pada limfoma
non-Hodgkin yang bermetastasis.
b. VMCP= kristin, melfelan, cisplatin dan prednisolon pada myeloma
c. FAM= fluorurasil, adriamisin dan mitomisin pada kanker lambung
d. CAF= siklofosfamida, adriamisin dan fluorourasil pada kanker mamma yang
sudah menyebar. Dahulu sering kali digunakan CMF dengan metotreksat
sebagai ganti adriamisin (=doksorubisin), tetapi CAF ternyata lebih efektif
e. VAD= vinrinkristin, adriamisin dan deksame tason pada p Kahler (multiple
myeloma)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antitumor pada umumnya
dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut.
1. Zat alkilasi
Berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah. Khasiat ini
berdasarkan gugusan-alkilnya, yang sangat reaktif dan menyebabkan cross-
linking (saling mengikat) antara rantai-rantai DNA di dalam inti sel. Dengan
demikian pergandaan DNA terganggu dan pembelahan sel dirintangi. Efek
sitotoksis dan mutagen ini terutama ditujukan terhadap sel yang membelah
dengan pesat, seperti sel-sel kanker di sistem limfe. Namun, obat-obat ini juga
merugikan sumsum tulang, mukosa dari saluran lambung-usus, sel-sel kelamin
(sterilitas pria) dan janin muda (abortus). Selain itu, obat-obat ini pada
prinsipnya juga bersifat karsinogen dan dapat mengakibatkan leukemia (non
lymphocytic) akut.
Obat-obat terpenting dari golongan ini adalah klormetin (nitrogen-
mustard) dan turunannya klorambusil, melfelan, siklofosfamida dan ifosfamida.
Di dalam tubuh semuanya diubah menjadi senyawa etilenimin yang membentuk
ion karbonium dengan muatan positif yang mengalkilasi DNA. Busulfan dan
thiotepa (Ledertepa) juga termasuk ke lompok ini
a. Klormetin: mustin, nitrogen-mustard.
Sitostatikum pertama ini (1946) terutama digunakan pada limfoma
akut (penyakit Hodgkin) dengan efek cepat sekali. Kerjanya sangat singkat
karena di dalam darah akan terurai dalam beberapa menit.
Efek sampingnya berupa muntah-muntah. hebat (sampai 8 jam
lamanya), juga diare, pusing, nyeri kepala dan produksi ludah berlebihan.
Pada tempat injeksi dapat terjadi peradangan hebat dengan lepuh-lepuh,
karena obat bersifat sangat merangsang. Penekanan sumsum tulang biasanya
baru nyata setelah 2-3 minggu
Dosis: iv. 0,1-0,4 mg/kg bobot badan se lama 4 hari (garam HCI).
b. Klorambusil (Leukeran)
Klorambusil adalah derivat aromatis dengan khasiat dan penggunaan
yang sama, tetapi dapat digunakan per oral. Daya kerjanya lebih lambat dan
efek sampingnya lebih ringan. Obat ini juga digunakan pada kanker buah
dada, ovarium dan testis, sering kali dalam kombinasi dengan sitosta tika
lain.
Dosis: oral 5-20 mg sehari selama 2-3 minggu dengan diselang
istirahat 4 minggu
c. Melfelan (Alkeran)
Melfelan adalah derivat fenilalanin yang kerjanya jauh lebih panjang
lebih kurang 6 jam. Obat ini banyak digunakan pada suatu jenis kanker
sumsum (myeloma, penyakit Kahler). Efek samping terpenting adalah
penekanan sumsum dan banyak terjadinya leukemia akut
Dosisnya: oral 0,2-10 mg/kg selama 4-6 hari, setelah 6 minggu kur
diulang.
d. Siklofosfamida (Endexan)
Siklosfamida adalah derivat dengan cincin-fosfat (1957) yang baru.
menjadi aktif setelah dioksidasi di dalam hati menjadi metabolitnya al
akrolein, yang dapat mengakibatkan haemorrhagic cystitis. Obat ini juga
digunakan pada myeloma dan leukemia limfatis, biasanya dalam kombinasi
dengan vinkristin dan prednisolon atau bersama adriamusin/MTX dan
fluorurasil (kur CAF/CMF) pada kanker buah dada dan ovarium. Atau dapat
pula bersama cisplatin pada kanker ovarium. Efekya mulai nampak setelah
beberapa minggu. Siklofosfamida juga berkhasiat imunosupresif kuat,
artinya dapat menekan sistem-tangkis tubuh, antara lain pembentukan
antibodies. Oleh karena itu, obat ini digunakan pula pada transplantasi organ
untuk menghindari penolakannya dan pada penyakit autoimun
Efek samping. Selain menekan sumsum obat ini hampir selalu
menimbulkan rontok nya rambut (reversibel). Adakalanya terjadi radang
mukosa kandung kemih dengan perdarahan (akibat metabolitnya). Guna
menghindarkan hal ini pasien perlu minum banyak air pada pagi hari agar
metabolit nefrotoksis tersebut sudah diekskresi sebelum malam hari.
Dosis: oral 50-200 mg sehari setiap 7-14 hari, 1.v. 10-15 mg/kg/hari
setiap 3-7 hari.
e. Ifosfamida (Holoxan)
Ifosamida adalah analog dari siklofosfamida dengan khasiat dan
penggunaan yang sama, tetapi bersifat kurang toksis (1967).
Dosis: iv. 50-60 mg/kg/hari selama 2-3 hari, kur diulang setelah 3-4
minggu.
f. Busulfan (Myleran)
Senyawa-alkilsulfonat ini berkhasiat myelo selektif (terhadap sel
sumsum-tulang), sehingga merupakan obat pilihan pertama pada leukemia
nyeolid kronis guna menekan produksi lekosit. Remisi dilaporkan dalam 80-
90% dari kasus.
Efek sampingnya yang terpenting adalah supresi sumsum yang hebat
dan lama.
Dosis: oral 3-4 mg/hari selama 12-20 minggu, pemeliharaan 0,52 mg
sehari.
2. Antimetabolit
Dapat dibagi dalam 3 kelompok sebagai berikut.
1) Antagonis asam folat: metotreksat
2) Antagonis pirimidin: 5-fluorourasil, sitarabin, gemcitabin dan capecitabin
3) Antagonis purin: 6-merkaptopurin dan 6-tioguanin, yang kedua-duanya
khusus digunakan terhadap leukimia akut.
Obat-obat ini juga mengganggu sintesa DNA, tetapi dengan jalan
antagonisme saingan. Rumus kimiawinya mirip sekali rumus beberapa
metabolit tertentu yang penting bagi fisiologi sel, yakni asam folat, purin dan
pirimidin. Obat menduduki tempat metabolit tersebut dalam sistem enzim tanpa
mengambil alih fungsinya, sehingga sintesa DNA atau RNA gagal dan
perbanyakan sel terhenti. Obatnya sendiri tidak bersifat sitotoksis. Semua obat
ini berkhasiat imunosupresif pula dan khususnya azathioprin banyak digunakan
pada transplantasi organ (bersama sikloserin). Semua obat ini merupakan pro-
drugs, yang baru menjadi metabolit aktif setelah diubah dalam hati.
Gemcitabin (Gemzar, 1995) digunakan pada kanker paru (non-sel kecil)
dan pankreas yang sudah menyebar. Capecitabin (Xelode 1998) terutama
digunakan intravena atau oral pada kanker colon, dikombinasi dengan 5-FU dan
asam folinat. Juga secara oral pada kanker mamma dengan metastasis, sebagai
zat tunggal atau bersama docetaxol, dengan dosis 2 dd 150-500 mg 2 jam a.c
selama 2 minggu dan istirahat 1 minggu. Obat tumor colorectal (iv) lainnya
adalah irinotecan.
a. Metotreksat: MTX, Farmitrexat, Leadertrexat
Derivat pteridin ini (1954) menghambat reduksi dari asam folat
menjadi tetrahydrofolic acid (THFA) dengan jalan pengikatan pada enzim
reduktase. THFA penting sekali bagi sintesa DNA dan pembelahan sel.
Antagonis-folat ini adalah sitostatikum pertama yang efektif pada leukemia
limfe akut dan kanker chorion yang sudah tersebar dengan sekitar 80%
penyembuhan. Selain itu, metotreksat banyak digunakan pula pada berbagai
jenis kanker lainnya dalam dosis tinggi sebagai terapi kombinasi dengan
asam folinat guna menghindarkan efek-efek sampingnya yang hebat.
Di samping efek sitostatis, MTX juga memiliki kerja antiradang pada
dosis rendah. Oleh karena itu, obat ini digunakan pada terapi psoriasis (kulit
bersisik) yang bercirikaan pertumbuhan abnormal pesat dari sel-sel
epidermis kulit. Juga pada rematik parah yang tidak dapat dikendalikan oleh
obat slow-acting. Adakalanya obat ini digunakan pula sebagai terapi
pemeliharaan pada penyakit-radang usus kronis, seperti colitis dan p. Crolm.
Efek-efek samping utama adalah penekanan sumsum tulang
(leukopenia, trombocytopenia), terutama hebat pada dosis di atas 25-30 mg
Selain itu juga kerusakan mukosa mulut stomatitis) dan saluran pencernaan,
tetapi jarang rasa lelah, rontok rambut dan demam.
Dosis: pada kanker tergantung dari jenis dan keadaan pasien oral 5-30
mg sehari selama 5 hari. Setelah istirahat 2-3 minggu kur dapat diulang lagi
3-5 kali. Tablet tak boleh diminum dengan susu. Psoriasis dan rema oral, im.
atau iv 15-25 mg seminggu. Pada dosis rendah ini imunosupresi adalah
ringan, namun perlu dilakukan monitoring darah secara teratur.
b. Merkaptopurin: Puri-Nethol
Derivat-thiol dari purin ini (1953) adalah antagonis-purin dengan daya
sitostatis yang berdasarkan penghambatan sintesa purin dan DNA di sel-sel
yang tumbuh pesat. Terutama digunakan pada leukemia akut pada anak-
anak, juga bila MTX atau zat alkilasi tidak aktif (lagi).
Resorpsinya dari usus k.l. 50% dengan BA 5.37%. Di dalam sel
merkaptopurin diubah menjadi dua metabolit aktif, yang dalam hati sebagian
diuraikan oleh enzim ksantinok sulase menjadi thiourat inaktif Penguraian
ini diperlambat oleh perintang-perintang enzim obat encok alopurinol dan
dengan demikian kerjanya diperpanjang. Masa paruhnya kl. 90 menit. Efek
sampingnya sama dengan MTX, juga merusak hati (icterus). Monitoring
darah juga perlu dilakukan
Dosis: anak-anak oral 2,5 mg/kg sehari
c. Fluorurasil: 5-FU, Efudix
Derivat pirimidin ini (1962) merintangi sintesa DNA melalui saingan
dengan pirimidin. Banyak digunakan sebagai antagonis-pirimidin untuk
tumor yang sudah menyebar dari buah dada, usus besar dan poros usus
(rectum), juga dari lambung, hati dan pankreas. Efektivitasnya (20-30%)
diperbesar dengan terapi kombinasi, misalnya dengan siklofosfamida dan
adriamisin/MTX (kur CAF/CMF) atau dengan adriamisin dan mitomisin
(kur FAM). Secara dermal digunakan sebagai krem 5% pada kanker kulit
dan pertandukan abnormal (keratosis, Efudix)
Efek sampingnya lebih kurang sama dengan MTX dan merkaptopurin
Dosis: 10-15 mg/kg intravena selama 4-6 hari.
3. Antimitotika
Zat-zat ini menghindari pembelahan-sel pada metafase (tingkat kedua dari
mitosis), jadi merintangi pembelahan inti, seperti obat encok colchicin.
Berlainan dengan zat alkilasi yang juga merintangi pembelahan inti dengan
jalan mengganggu pembelahan kromosom antimitotika mencegah masuknya
belahan kromosom itu ke dalam anak-inti. Obat-obat yang kini digunakan
adalah hasil tumbuhan, yakni alkaloida Vinca (vinblastin, vinkristin dan derivat
semi-sintetiknya vindesin), podofilin (serta derivat-derivatnya etoposida dan
tenoposida) dan obat-obat terbaru dari kelompok taxoida (paclitaxel, docetaxel).
a. Vinblastin: Erbablas, Velbe
Alkaloid ini, bersama derivatnya vinkristin, diperoleh dari Vinca rosea
(perinkle, sejenis kembang serdadu) (1960). Obat ini banyak digunakan pada
bermacam-macam limfoma (M. Hodgkin dan non-Hodgkin) dengan
efektivitas tinggi (sampai 80%) dan tak jarang menghasilkan penyembuhan
lengkap. Biasanya sebagai terapi kombinasi dengan bleomisin dan cisplatin,
atau dengan doksorubisin dan/atau prednisolon. Obat ini digunakan pula
pada kanker testis, buah dada, dll.
Efek sampingnya terutama berdasarkan myelosupresi kuat, terutama
leukopenia yang biasanya hilang setelah satu minggu. Lagi pula rasa lelah,
mual, muntah-muntah dan demam, lebih jarang rontok rambut dan radang
saraf (neuritis) dengan kesemutan jari-jari tangan.
Dosis: 1.v. 0,1-0,2 mg/kg (se bagai sulfat)
b. Vinkristin (Krebin, Oncovin) (1963)
Pada garis besarnya sama spektrum kerja dan penggunaannya dengan
vinblastin, antara kedua obat tidak terdapat resistensi-silang lengkap. Pada
leukemia limfoblast obat ini lebih ampuh, terutama bila dikombinasi dengan
sitostatika lain. Obat ini juga banyak digunakan pada M. non-Hodgkin dan
tumor anak-anak.
Efek samping sama dengan vinblastin, tetapi myelosupresi lebih
ringan, sedangkan neurotoksisitasnya lebih besar.
Dosis: 1x seminggu 0,05-0,15 mg/kg (sulfat)
c. Vindesin (Eldine)
Vindesin adalah derivat semi sintetis dari vinblastin (1980) yang
kurang myelosupresif dan neurotoksis dari pada vinkristin. Obat ini hanya
digunakan dalam kombinasi dengan onkolitika lain
Dosis inlus i.v. 3 mg/m2/hari setiap 7-10 hari
d. Etoposida (VP-16-213, Vepesid) (1981)
Terutama digunakan dalam kombinasi dengan bleomisin, karboplatin
dan cisplatin pada kanker testis dan paru, juga pada kanker buah dada dan
non-Hodgkin. Daya kerja nya menghambat topoisomerase-II, sehingga
sintesa dari DNA dan RNA terganggu.
Efek samping utama adalah leukopenia (reversibel), lebih sering juga
trombocytopenia. Begitu pula mual, muntah, hipotensi (kadang kala),
leukemia sekunder dan rontok rambut.
Dosis: iv. 35-100 mg/m sehari selama 4 5 hari, dapat pula per oral
(kapsul) dengan dosis 50-150 mg/hari. Kur diulang setelah 3-4 minggu.
e. Paclitaxel: Taxol
Obat baru dari kelompok taxan ini (1992) terdapat dalam jumlah kecil
sekali (1:13.500) di kulit pohon cemara Taxus brevifolia. Kini diperoleh
secara semi-sintetis dari suatu zat-pelopornya (baccatine) yang diperoleh
dari jarum-jarum Taxus baccata (Inggris: "Yew").
Berkhasiat sitotoksis dengan jalan mengbambat mitosis dan mengikat
pada suatu protein, yang menghalangi apoptosis. Obat in digunakan khusus
pada kanker ovarium dan kanker mamma yang tersebar setelah tetap dengan
cisplatin gagal. Kini ternyata dektivitasnya tidak tinggi, k.l. 22%, dengan
perpanjangan hidup dari hanya k.l. 3 bulan dibandingkan dengan terapi
standar. Kombinasi dengan cisplatin atau karboplatin ternyata lebih ampuh.
Kombinasi dari kedua obat dengan siklofosfamida adalah lebih efektif dan
kini merupakan terapi pilihan pertama. Juga kombinasi dengan obat baru
penghambat topo-isomerase-1 (topotecan) adalah efektif. Sebagai
premedikasi dianjurkan pemberian deksametason (16 mg sehari) bersama
antagonis histamin-H1 dan H2 guna menghindari retensi cairan,
neurotoksisitas dan reaksi hipersensitivitas seriusus.
Efek samping utama adalah gejala myelosuprest hebat, terutama
neutropenia (reversibel) juga alopecia total, neuropathie, reaksi
hipersensitivitas, demam dan gejala-gejala umum lainnya. Reaksi mual dan
muntah hanya ringan.
Dosis: infus 1.v. 135 mg/m2 sehari
4. Antibiotika
Beberapa antibiotika yang berasal dari jenis Jamur Streptomyces juga
berkhasiat sitostatis, di samping kerja antibakterinya. Zat-zat ini dapat mengikat
DNA secara kompleks, sehingga sintesanya terhenti. Yang terpenting adalah
doksorubisin, daunorubisin dan derivat sintetisnya (epirubisin, idarubisin,
mitoxantron), bleomisin, (d-lactinomisin (Lyovac, Cosmegen) dan mitomisin
(Mitomycin-C). Obat terakhir terutama berkhasiat alkilasi.
a. Doksorubisin, Adriamycin RD, Adriblastina
Derivat-antrasiklin ini bersama dauno rubisin, diperoleh dari biakan
Streptomyces peuticus (1971). Zat ini menghambat sintesa dari DNA dan
RNA, mungkin melalui daya kerjanya terhadap topoisomerase II. Lazim nya
obat ini digunakan dalam kombinasi terutama pada leukemia akut dan
limfoma (non)-Hodgkin, juga pada banyak tumor lainnya, misalnya kanker
ovarium, bronchus dan pada kanker mamma yang tersebar (kombinasi CAF
cyclofosfamida + adriamycin + fluoruracil). Obat ini memiliki khasiat
imunosupresif. Berhubung plasma 1½-nya tinggi, kerjanya lama sekali,
begitu pula turunan-turunannya. Merupakan salah satu sitostatikum yang
paling banyak digunakan.
Efek samping. Sangat kardiotoksis, yakni dapat merusak otot jantung
(efek kumulatif) dengan gagal-jantung (dekompensast irreversibel!). Sifat ini
mungkin diakibatkan oleh terbentuknya radikal bebas yang di dalam jantung
tidak diinaktivir karena tidak adanya enzim katalase dengan khasiat
antioksidan. Juga bersifat myelotoksis, sering rontok rambut total
(reversibel), mual dan muntah muntah, amenorroca dan neutropenia selewat.
Selama terapi biasanya dilakukan monitoring ECG dan darah. Kemih dapat
berwarna merah, juga pada dauno-, epi- dan idarubisin, pada mitoxantron
urin berwarna biru-hijau.
Dosis: infus iv 50-75 mg/m2 sehari setiap 3 minggu.
b. Bleomisisn
Obat ini adalah campuran dari dua zat yang dihasilkan oleh
Streptomyces verticillus (1966). Efektif sekali untuk kanker testis, kombinasi
dengan vinblastin dan cisplatin dapat menyembuhkan tuntas sebagian besar
dari pasien. Obat ini juga digunakan pada limfoma Hodgkin dan kanker lain.
khususnya di daerah kepala dan leher. Efek sitotoksisnya diduga akibat
pembentukan radikal oksigen.
Efek sampingnya yang paling berat adalah sifat toksisnya bagi paru-
paru (pneumotoksis): batuk, radang dan fibrosis (fatal 1%). Oleh karena itu
terapi perlu disertai monitoring fungsi paru. Selain itu sering kali merusak
kulit dan mukosa, juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktis. Tidak bekerja
imunosupresif dan hanya myeolotoksis ringan.
Dosis: i.v. atau i.m. 1x seminggu 5-20 UI/ m2.
5. Imunomodulansia
Zat-zat ini juga dinamakan Biological Response Modifiers (BRM) dan
berdaya memengaruhi secara positif reaksi biologis dari tubuh terhadap tumor
Fungsi sistem-imun dapat distimulir dengan baik (imunostimulator) maupun
ditekan olehnya (imuno-supresor).
Imunostimulansia. Sistem imun pada umumnya sudah sangat diperlemah
oleh kanker sendin serta penanganannya dengan sitostatika, radiasi atau
pembedahan. Imunostimulator secara tak langsung berkhasiat mereaktivasi
sistem imun rendah itu dengan meningkatkan respons imun tak-spesifik
terhadap sel tumor. Banyak reaksiimun dicetuskan prosesnya, seperti stimulasi
perbanyakan limfo-14, NK-cells dan smakrofag, sedangkan pelepasan
interferon dan interleukin ditingkatkan. Sebagai efek akhir dari berbagai reaksi
kompleks itu, sel-sel ganas dapat dikenali dan lalu ditanggulangi. Yang kini
digunakan adalah sitokin dan levamisol, serta dalam terapi alternatif sediaan-
sediaan thymus dan antioksidansia tertentu.
Sitokin atau limfokin (terbentuk oleh masing-masing sel (cytos) dan
limfosit) adalah protein kecil yang bertanggung jawab atas efek pelbagai reaksi-
imun seluler. Sebagai contoh dapat disebut zat-zat interferon (IFN), interleukin
(IL) dan tumor necrosis factor (TNF).
Imunosupresiva adalah zat-zat yang justru menekan aktivitas sistem imun
seperti kebanyakan zat antitumor (kecuali asparaginase, bleomisin dan hormon-
hormon). Pada penyakit autoimun, fungsi sistem-imun terganggu dengan
adanya auto-antibodies, sedangkan limfo-T dan NK-cells menyerang
Jaringan/organ sendiri. Dalam keadaan ini sering kali digunakan
imunosupresiva untuk mengurangi aktivitas penyakit. Misalnya pada rema dan
penyakit radang usus (colitis ulceros, M Crohn) digunakan sitostatika MTX
merkaptopurin dan azatioprin. Imunosupresiva lain adalah siklosporin,
talidomida dan sulfasalazin.
a. Siklosporin: (Sandimmun, Neoral)
Polipeptida siklis ini diperoleh dari jamur Tolypocladium dan
Cylindrocarpon (1983). Berkhasiat menghambat perbanyakan T helper dan
T-killercells yang tergantung dari IL-2 secara selektif dan produksi/
pelepasan limfokin-limfokin olehnya. Selain itu, obat ini menstimulir
produksi T-suppressorcells sehingga penolakan dari organ/sumsum
transplantasi dihambat. Tidak berkhasiat myelosupresif. Selain penggunaan
utama itu siklosporin juga digunakan pada psoriasis dan colitis parah. Guna
mengurangi nefrotoksisitasnya sering dikombinasi dengan imunosupresiva
lain (azatioprin, prednisolon) atau dengan zat zat yang meningkatkan
kadarnya dalam darah, sehingga dosisnya dapat dikurangi (ketokonazol,
diltiazem).
Efek sampingnya banyak, antara lain rasa terbakar di kaki-tangan
(selama minggu per tama), gangguan lambung-usus, hipertensi sakit kepala,
tremor, hipertrichosis, pares tesia dan udema muka. Efek samping yang lebih
serius adalah kelainan fungsi ginjal, hati dan darah (reversibel), yang
tergantung dari dosis. Pada penggunaan lama risiko akan kanker kulit dan
limfoma sangat meningkat.
Dosis, oral permulaan 10-15 mg/kg selama 1-2 minggu, lalu
berangsur-angsur diturun kan sampai 2-6 mg/kg sehari dalam 2 dosis.
b. Interferon-alfa: IFN-alfa 2, Roferon-A(2a), Intron-A(2b)
Interferon-alfa, -beta dan gama adala limtokin/sitokin alamiah yang
memicu respons imunitas seluler serta humoral dan lazimnya dibentuk
sebagai reaksi terhadap infeksi viral IFN-alfa terdiri dari 165 asa amino yang
dengan teknik rekombinan DNA diperoleh dari kuman E. coli yang telah
dimodifikasi (manipulated) secara genetis. Tambahan 2a dan 2b
menunjukkan asam amino di posisi masing-masing.
Di samping berdaya imunostimulasi dan virustatis IFN-alfa juga
berkhasiat antitumor berdasarkan pengikatan kompleks secara khusus pada
reseptor di membran sel dan menginduksi serangkaian reaksi intrasel.
Karena hambatan ini di berbagai stadia dari replikasi virus, maka
perbanyakan virus dalam sel terinfeksi dirintangi, begitu pula perbanyakan
sel tumor (aktivitas anti proliferatif). Di lain pihak fagositosis dan
sitotoksisitas limfosit untuk sel-tumor ditingkatkan
Penggunaannya pada infeksi viral antara lain pada leukemia tertentu,
sarcoma Ka post (pada AIDS) dan beberapa jenis kanker lain, juga pada
infeksi viral, seperti sejenis kutil kelamin (condylomata acuminata), hepa
titis-B/C dan beberapa jenis kanker al melanoma, kanker sel ginjal dan
myeloid leukemia. Pada kasus terakhir paling sedikit 50% dari penderita
mengalami penurunan dari jumlah sel yang memuat Philadelphia (Ph)
kromosom dan eliminasi total pada 10% penderita. Philadelphia (Ph)
kromosom merupakan kromosom abnormal yang terdapat pada 97%
penderita myeloid leukemia kronis (CML). Walaupun masa hidup penderita
dapat diperpanjang, namun interferon tidak bersifat menyembuhkan tetapi
hanya mempertahankan remisi.
Efek sampingnya diakibatkan oleh sifat interferon sebagai protein
asing dan kerap kali mirip gejala influenza selama minggu pertama dengan
sakit kepala dan otot, rasa letih dan demam, juga gangguan-gangguan
lambung-usus dan jarang gatal-gatal, mulut kering, tremor dan rontok
rambut. Begitu pula gangguan darah dan efek-efek sentral (agitasi, mudah
tersinggung, pikiran kacau).
Obat ini harus diberikan sebagai injeksi s.c. untuk jangka waktu lama
yang frekuensinya dapat dipersingkat bila digunakan dalam bentuk senyawa
kunyugasi dengan polietilenglikol (peg interferon) yang juga bersifat
mengurangi kedahsyatan efek sampingnya.
Dosi: i.m atau s.c 3 MUI sehari selama 16-24 minggu, infeksi hepatitis
B/C sk 3x seminggu 10 MUI.
c. Interleukin-2: IL-2 aldesleukin Proleukin
Zat-cat interleukin dalam tubuh dibentuk oleh limfosit T. monosit, ,
makrofag dan kanker. sel-sel endotel/epitel. Fungsinya sebagai molekul
pesuruh (messenger) antara leukosit dan antara berbagai sistem sel dan
organ. Obat ini juga memegang peranan penting pada regulasi berbagai
respons-imun. IL 2 dibuat oleh kuman E oli melalui teknik rekombinan-
DNA (1989) dan merupakan faktor pertumbuhan penting bagi limfo-T, juga
menginduksi produksi dan pelepasan sitokin-sitokin lain. Di samping itu,
obat ini meningkatkan aktivitas dan perbanyakan limfosit sistem lainnya
hingga sistem-imun distimulir dan sel-sel tumor dimusnahkan.
Penggunaannya sebagai lymphokine-acti vated killercells (LAK) pada
imunterapi melanoma dan kanker ginjal yang tersebar. LAK-cells adalah
limfo-T tertentu (natural killer cells= NK) yang telah diaktivasi in vitro oleh
IL-2.
Efek samping yang sering terjadi adalah gejala influenza dan gangguan
lambung-usus. Adakalanya juga efek sentral (pikiran kacau, halusinasi,
desorientasi, termangu-mangu, konvulsi) dan depresi sumsum tulang.
Dosis infus i.v. 1 ml = 18 juta UI/m² sehari selama 5 hari Kur diulang
setelah 2-6 hari.
6. Hormon dan antihormon
Derivat-derivat LH-RH. LH-RH dibentuk oleh hipotalamus dan mengatur
pelepasan hormon hipofisis FSH dan LH. Senyawa ini digunakan pada terapi
paliatif kanker prostat yang bermetastasis untuk menimbulkan
kastrasihormonal/kimiawi, yakni menghentikan produksi testosteron dan
androsteron oleh testis. Mekanisme kerjanya adalah melalui stimulasi
sementara dari hipofisis dan testis, kemudian menghambatnya sehingga kadar
testosteron darah menurun dengan k.l. 90%. Sisanya masih diproduksi oleh
anak-ginjal. Untuk merintangi produksi ini, sering kali dilakukan terapi
kombinasi dengan zat-zat anti-androgen flutamida dan nilutamida.
Derivat-derivat yang kini digunakan adalah goserelin (Zoladex),
leuprorelin (Tapros, Lucrin), buserelin (Suprefact) dan triptorelin (Decapeptyl).
7. Obat lainnya
a. l-Asparaginase: Leunase, Paronal
Enzim ini yang diperoleh dari pembiakan bakteri E. coli (1969)
mengkatalisir perombakan hidrolisa levo-asparagin menjadi aspartat
(aspartic acid) dan amoniak. Dengan demikian sel-sel tumor tidak
mendapati lagi asam amino asparagin yang esensiil bagi sintesa proteinnya
dan terhenti perkembangannya. Obat ini berkhasiat imunosupresif dan
praktis tidak myelosupresif atau merusak mukosa.
Terutama digunakan pada leukemia limfe akut pada anak-anak bila
obat-obat in Hidak efektif lagi. Biasanya dikombinasi dengan MTX atau
sitarabin, yang memperkuat khasiatnya bila diberikan 7-14 hari setelah
asparaginase.
Efek samping sering kali gangguan lambung usus dan gejala-gejala
umum juga aksi alergi dengan urticaria, bronchophasme dan hipotensi.
Dosis: i.m 100-400 U/kg atau 1.v 200-2000 U/kg sehari selama 2-4
minggu.
b. Cisplatin: Platamine RTU, Platinol
Senyawa-diaminodiklor ini dari platina (1979) bekerja sitostatis
dengan jalan peng hambatan sintesis DNA dan RNA. Mirip dengan zat-zat
alkilasi, rantai-rantai DNA saling disambung dengan jembatan-jembatan
platina (cross-linking). Obat ini terutama digunakan pada kanker testis dan
ovarium yang sudah tersebar, biasanya dikombinasi dengan bleomisin dan
vinblastin/etoposida. Pada kanker ovarium, dewasa ini kombinasi dan
cisplatin + siklofosamida + paclitaxel dianggap sebagai pilihan pertama.
Begitu pula digunakan pada jenis-jenis tumor lain, misalnya dari kepala dan
leher, prostat dan kandung kemih.
Efek samping yang sering terjadi adalah nausea dan muntah-muntah
hebat juga dapat merusak fungsi ginjal dan telinga (nefro dan ototoksis).
Oleh sebab itu, senyawa ini tidak dapat dikombinasi dengan amino-
glikosida.
Dosis: infus iv 50-200 mg/m2 setiap 3-4 minggu atau 15-20 mg/m2
selama 5 hari dengan istirahat 3-4 minggu.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai