Anda di halaman 1dari 17

SIKLUS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR GINJAL

Oleh

GIAN HAWARA

KELOMPOK Z

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Neoplasma secara harafiah berarti pertumbuhan baru, yang terdiri
dari kata tumor/onkos dan logos/ilmu, yang diartikan sebagai massa
abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma
berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, selama
mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi
tertentu (otonom: tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi
dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tidak tergantung pada
pengawasan homeostasis sebagian besar sel tubuh lain).
Tumor seringkali digunakan sinonim dengan neoplasma. Tumor
diartikan sebagai pembengkakan sederhana atau gumpalan. Istilah
Tumor sejati seringkali dipakai untuk membedakan neoplasma dengan
gumpalan lainnya.
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transmformasi dan
tumbuh secara autosom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal
sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya
(Sjamsuhidajat R, 2004). Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal
tanpa terkendali dan bisa merupakan kelainan yang benigna atau
maligna. (Brooker C., 2001)
Tumor ginjal terbagi menjadi 2, yaitu tumor ginjal padat jinak dan
tumor ginjal ganas. Tumor ginjal padat jinak ialah adenoma, onkositoma,
leiomioma, lipoma, hemangioma, hamartoma. Sedangkan Tumor ginjal
ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium yaitu
karsinoma , sel transional atau yang berasal dari sel epitel ginjal
(Sjamsuhidajat R, 2004).

B. Etiologi
Kategori agen atau faktor-faktor tertentu telah memberikan
implikasi dalam proses karsinogenik, yaitu:
1. Virus, Misalnya: Herpes simplex virus (HPV) tipe 16,18
menyebabkan Ca servix uteri
2. Agen fisik, Misalnya : Pajanan sinar matahari, Radiasi, Iritasi
kronis/inflamasi dan Penggunaan tembakau Contoh : Ca epidermis,
insidensinya meningkat pada individu yang mempunyai resiko
terkena pajanan sinar Ultraviolet yang berlebihan (misalnya: gaya
berpakaian, penggunaan tabir surya, pekerjaan, kebiasaan rekreasi,
variabel lingkungan seperti kelembaban dan ketinggian), Leukimia,
mieloma multipel, Ca paru, Ca mammae, osteosarkoma dan Ca
tiroid dapat dipicu oleh adanya terapi radiasi dalam pengobatan
penyakit atau adanya pajanan terhadap bahan radioaktif pada
tempat-tempat senjata nuklir, Ca Labia dapat terjadi oleh karena
mutasi sel sekunder terhadap iritasi atau inflamasi kronik
3. Agen kimia, Misalnya : Tembakau merupakan karsinogen kimia
paten yang menyebabkan sedikitnya 35% kematian akibat kanker
pada paru-paru, kepala, leher, esofagus, pankreas, serviks dan
kandung kemih. Tembakau bekerja sinergis dengan substansi lain
seperti alkohol, asbestos, uranium dan virus. Kondisi ini seringkali
menyebabkan insidensi Ca cavum oris meningkat. Agen kimia lain
seperti zat warna amino aromatik dan anillin, arsenik, jelaga, tar,
asbestos, benzen, pinang dan kapur sirih, kadmium, senyawa
kromium, nikel, seng, debu kayu, senyawa berilium dan polivinil
klorida. Agen-agen kimia ini dalam dosis yang berlebihan
membahayakan tubuh karena akan merusak struktur DNA terutama
pada bagian-bagian tubuh yang jauh dari pajanan zat kimia seperti
hepar, paru, dan ginjal karena organ-organ ini berperan untuk
melakukan detoksifikasi zat-zat kimiawi.
4. Faktor genetik dan keturunan: Kerusakan DNA pada sel yang pola
kromosomnya abnormal dapat membentuk sel-sel mutan. Pola
kromosom yang abnormal dan kanker berhubungan dengan
kromosom ekstra, jumlah kromosom yang terlalu sedikit dan adanya
translokasi kromosom. Contoh: limfoma burkitt, leukimia
mielogenus, meningioma, retinoblastoma, tumor wilm.
5. Faktor makanan: 40-60% kejadian kanker berhubungan dengan
lingkungan. Substansi makanan dapat proaktif atau protektif, dan
karsinogenik atau ko-karsinogenik. Resiko kanker meningkat jika
terdapat ingesti karsinogenik atau kokarsinogenik dalam jangka
waktu yang lama dan terus-menerus, juga dapat terjadi jika
makanan yang dikonsumsi tidak mengandung substansi proaktif,
misalnya lemak, alkohol, asinan terutama daging, nitrat/nitrit dan
makanan yang berkalori tinggi. Contoh makanan yang mengurangi
resiko kanker adalah sayuran kruriferus (kol, brokoli, kembang kol
dan toge), makanan tinggi serat, karotenoid (wortel, tomat, bayam,
aprikot, sayur hijau), vitamin E, vitamin C, dan selenium.
6. Agen humoral, Misalnya: Endogenus atau pembentukan hormon
tubuh sendiri dan Eksogenus atau adanya pemberian hormon
tambahn masuk kedalam tubuh. Gangguan keseimbangan ini
mempercepat pertumbuhan tumor, misalnya: Ca mammae, Ca
prostat dan Ca uteri berkaitan dengan kadar hormon endogen untuk
pertumbuhannya. Ca hepatoseluler, Ca vaginal dan Ca mammae
berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi hormonal dan terapi
penggantian estrogen jangka panjang

Sedangkan menurut Muttaqin dan Sari (2011) penyebab pasti masih


belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor lingkungan dan genetik yg
menjadi predisposisi terbentuknya karsinoma sel ginjal, meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Merokok
b. Obesitas, menjadi faktor resiko, terutama pada wanita, berat badan
yang meningkat memiliki hubungan liner dengan meningkat kan risiko
c. Hipertensi, dikaitkan dengan peningkatan insiden carcinoma sel ginjal
d. Penyakit kritis ginjal pada pasien yang menjalani dialisis ginjal jangka
panjang. Hal ini predisposisi untuk kanker sel ginjal
e. Transplantasi ginjal, predisposisi pada penerima transplantasi ginjal
f. Penyakit sindrom von Hippel-Lindau (VHL) merupakan penyakit bawaan
terkait dengan karsinoma ginjal

C. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari
korteks maupun daerah medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung
meluas kedaerah sekitar ginjal. Tumor ini mempunyai pseudo kapsul yang
terdiri dari jaringan parenkim yang tertekan serta jaringan fibrous dan sel-
sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan tonjolan yang
dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau
CT scan. Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai
ukuran 8-9 cm. Secara makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan
atau orange oleh karena mengandung banyak lemak. Permukaan tumor
yang lebih kecil tampak homogen sedang yang besar biasanya disertai
kista sekunder di dalamnya dengan daerah perdarahan dan daerah
nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer. (Afif, 2011)
Salah satu penyebab utama tumor ginjal adalah merokok, karena
didalam rokok terdapat zat karsinogen. Karsinogen itu akan menyebabkan
kerusakan pada DNA atau mutasi DNA yang ada pada inti sel. Unit
fungsional DNA disebut gen yang terkenal sebagai pembawa sifat
keturunan. Sebenarnya fungsi DNA ini adalah pengatur semua kehidupan
sel. DNA yang menentukan struktur dan fungsi sel juga pembelahannya.
Kerusakan-kerusakan pada DNA akan diperbaiki oleh yang namanya DNA
repair mechanism, bila repair ini gagal maka sel akan mengalami
Apoptosis. Apoptosis ini adalah kematian sel dengan cara bunuh diri
akibat terpapar asap rokok. (Erna. 2008)
Mutasi ini dapat mengaktivasi gen-gen yang diberi nama oncogenes
(dinamakan demikian karena aktivasi berlebihan dari gen ini
menyebabkan sel akan terus membelah dan menjadi kanker) seperti gen
RAS atau menginkativasi tumoursuppressor genes (gen yang menekan
timbulnya tumor jadi kerjanya berlawanan dengan oncogene). Banyak
bukti telah didapatkan bahwa carcinogen dapat secara langsung bereaksi
dan menyebabkan perubahan pada RAS. (Erna. 2008)
Karena oncogen seperti RAS teraktivasi akhirnya sel-sel jadi
membelah tak terkendali dan membentuk sel-sel dengan struktur yang
lebih primitif, semaunya sendiri (otonom), tidak mematuhi aturan-aturan
yang berlaku secara alami, bahkan dengan gampang terlepas. Sel-sel
yang terlepas paling sering masuk aliran limfe dalam pembuluh limfe,
juga darah dan kemudian bila dia berhenti pada suatu tempat dia akan
berkembang biak disitu menimbulkan yang disebut dengan anak sebar
(metastases). (Erna. 2008)
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejalanya menurut Nursalam, 2008 yaitu:
1. Tumor tanpa disertai gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik
secara teratur. Saat melakukan palpasi ditemukan massa di daerah
abdomen.
2. Lemah, anemia, BB menurun, dan demam akibat efek sistemik kanker
ginjal.
3. Classical triad (gejala lambat).
4. Hematuria : intermitten atau terus menerus pada pemeriksaan
mikroskopis dan kasat mata.
5. Nyeri pinggul : distensi kapsul ginjal dan invasi sekitar struktur ginjal.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nursalam , 2008:
1. USG membantu membedakan kista dari tumor ginjal dan digunakan
sebagai komplemen untuk IVP
2. MRI bermanfaat untuk mendeteksi kategori dan tahap massa ginjal
( bentuk, berat dan kondisi)
Menurut Sjamsuhidajat (2004)
1. Pemeriksaan urin biasanya menunjukan proteinuria, hematuria,
leukosituria,dan kadang bakteriuria
2. Pemeriksaan darah menunjukan uremi, anemia, karna hematuria
kronik
3. Foto polos perut dan pielografi biasanya ditemukan pembesaran
bayangan ginjal dan pendesakan sistem pelviokalis sehingga bentuk
kaliks menjadi mendatar dan influndibulum seperti memanjang.
F. Komplikasi
Metastase yang luas ke berbagai organ (Nursalam, 2008)

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan tumor Wilms adalah mengusahakan penyembuhan
dengan komplikasi dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya
dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Dengan
terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan.Jika secara
klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal disebelah kontra
lateral normal, dilakukan nefrektomi radikal.
Pembedahan, nefroktomi radikal di lakukan bila tumor belum melewati
garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar
limfe retroperitoneall total tidak perlu dilakukan tetapi biopsi kelenjar di
daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut
harus diangkat.
Radioterapi, tumor Wilms di kenal sebagai tumor yang radiosensitif,
tapi radioterapi dapat mengganggu pertumbuhan anak dan menimbulkan
penyulit jantung, hati dan paru.Karena itu radioterapi hanya diberikan
pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga di
berikan radioterapi.Radioterapi dapat juga di gunakan untuk metastase ke
paru, otak, hepar serta tulang.
Kemoterapi, tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap
obat kemoterapi. Prinsip dasar kemoterpai adalah suatu cara penggunaan
obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi terhadap sel ganas dan
mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.Terapi
sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian
sekitar 16-32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan
prabedah selama 4 8 minggu. Jadi, tujuan pemberian terapi adalah
untuk menurunkan resiko rupture intraoperatif dan mengecilkan massa
tumor sehingga lebih mudah di reseksi total. Ada lima macam obat
sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu :
Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan Siklofosfamid.
Mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga
pembentukan protein tidak terjadi akibat tidak terbentuknya sintesa RNA
di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak terjadi.
(Gitayulia, 2011)

ASKEP TEORI
TUMOR GINJAL
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
- Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare.
Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
- Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit apapun dan pasien juga belum pernah
dirawat di Rumah Sakit.
- Riwayat Keperawatan Keluarga : Pasien mengatakan bahwa
keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit seperti pasien

2. Pengkajian
a. Pola nutrisidan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
b. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguriasampai anuria,proteinuri, hematuria.
c. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai
bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada
inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi
terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan
beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan
pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme
pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala
penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba
orang tua tidak mengetahui penyebab danpenanganan penyakit ini.
d. Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
e. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi
terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang
menurun.
f. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang
lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
g. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman temannya karena jauh dan lingkungan perawatann
yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.

3. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Tingkat Kesadaran : Composmentis
3) Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x /menit
HR : 88x /menit
SUHU : 369 C

4. Pemeriksaan Umum
1) Kepala
a) Inspeksi
Bentuk normochepal
Rambut kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak
mudah dicabut

b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
2) Mata
a) Inspeksi
Simetris
konjungtiva tidak anemis
sklera tidak ikterik
tidak mengalami gangguan penglihatan
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
3) Hidung
a) Inspeksi
Simetris
tidak ada polip
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
4) Telinga
a) Inspeksi
Simetris
Tidak ada serumen
Tidak ada gangguan pendengaran
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
5) Muka
a) Inspeksi
Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan
ekspresi wajah tampak tegang
bentuk wajah oval
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
6) Leher
a) Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
tidak ada peningkatan JVP
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
10) Thorax
a) Inspeksi
Ictus simetris ka/ki
b) Auskultasi
Tidak ada wheezing
Tidak ada ronchi
c) Palpasi
Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5
d) Perkusi
Vocal fremitus ka/ki sama
Sonor ka/ki
11) Abdomen
a) Inspeksi
Simetris kanan kiri
b) Auskultasi
Bunyi peristaltik 14 x/menit
c) Palpasi
Teraba adanya massa pada abdomen kuadran kanan dan kiri
bawah
Terdapat nyeri tekan pada area abdomen
12) Ekstremitas
a) Inspeksi
Tidak ada oedema
terpasang infus RL 120 tetes/menit pada tangan kiri
tidak ada lesi
b) palpasi
tidak ada nyeri tekan
6.

4. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks (Rontgen)
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms bilateral atau
termasuk horseshoe kidney.
Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid dengan tumor yang
mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di
daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan
sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih
predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan area yang
echotekstur heterogenus.
CT-Scan
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini meliputi konfirmasi
mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa
multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan
evaluasi dari ginjal yang lain. CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri
danmetastasis hepar multiple. CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan
metastasishepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yangmenunjang untuk tumor Wilms adalah
kadar lactic dehydro genase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas
normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia
dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.
Biopsi
Di lakukan untuk mengambil contoh jaringan dan pemeriksaan mikroskopik.Biopsi tumor ini
untuk mengevaluasi sel dan diagnosis.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake
3. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur pembedahan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh
b. Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
Intervensi Keperawatan-Pre oprasi
No NDX NOC NIC
1 Nyeri akut Pain level Paint Management
berhubungan dengan Pain control Lakukan pengkajian secara
efek fisiologis dari Comfort level komperhensif
neoplasia Observasi reaksi non verbal dari
Kriteria Hasil :
ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri
Definisi : pengalaman Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, mampu
sensori dan emosional terapeutik
menggunakan teknik non
yang muncul akibat Evaluasi pengalaman nyeri masa
farmakologi untuk
kerusakan jaringan lampau
mengurangi nyeri, mencari
yang actual dan Evaluasi bersama pasien dan tim
bantuan)
potensial atau kesehatan lain tentang
Melaporkan bahwa nyeri
digambarkan dalam ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan
kerusakan sedemikian dimasa lampau
menggunakan manajement
rupa. (International Bantu pasien dan keluarga dengan
nyeri
Association for the Mampu mengendalikan nyeri menemukan dukungan
study of Pain) : awitan (skala, intensitas, frekuensi, Kontrol lingkungan yang dapat
yang tiba tiba atau dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
lambat dari intensitas Menyatakan rasa nyaman ruangan, kecahayaan, kebisingan
ringan hingga berat setelah nyeri berkurang Pilih dan lakukan penanganan
dengan akhir yang nyeri (farmakologi, non
dapat diantisipasi atau farmakologi, dan interpersonal)
diprediksi dan Ajarkan tentang teknik non
berlangsung <6 bulan farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Monitor penerimaan pasien
tentang manajeen nyeri
2 Perubahan Nutrisi : Nutritional Status : Nutrition Management
Kurang dari Kebutuhan Nutritional status : food and Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan fluid intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
peningkatan kebutuhan Nutritional status : nutrient
menentukan jumlah kalori dan
metabolime, intake
Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
kehilangan protein dan Berikan substansi gula
penurunan intake Ajarkan pasien bagaimana
Kriteria Hasil : membuat catatan makanan harian
Definisi : asupan Adanya peningkatan BB Onitor jumlah nutrisi dan
nutrisi tidak cukup sesuai dengan tujuan kandungan kalori
untuk memenuhi BB ideal sesuai dengan tinggi Berikan informasi tentang
kebutuhan metabolik badan kebutuhan nutrisi
Mampu mengidentifikasi Nutrition Monitoring
kebutuhan nutrisi BB pasien dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda Monitor adanya penurunan BB
malnutrisi Monitor tie dan jumlah aktivitas
Menunjukkan peningkatan
Monitor turgor kulit
fungsi pengecapan dari
Monitor kekeringan, rambut
menelan
kusam, dan mudah patah
Tidak terjadi penurunan BB
Monitor kadar albumin, total
yang berarti
protein, Hb, dan kadar Ht
3 Kecemasan Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan dengan Anxiety level kecemasan)
kurangnya pengetahuan Coping Gunakan pendekatan yang
tentang penyakit dan menyenangkan
prosedur pembedahan Kriteria Hasil : Nyatakan dengan jelas harapan
Klien mampu mengidentifikasi terhadap perilaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa
Definisi : Perasaan dan mengungkapkan gejala
yang dirasakan selama prosedur
tidak nyaman atau cemas
kekhawatiran yang Mengidentifikasi, Pahami perspektif pasien terhadap
situasi stress
samar disertai respon mengungkapkan, dan
Dorong keluarga untuk menemani
autonom (sumber menunjukkan teknik untuk anak
sering kali tidak mengontrol cemas Dengarkan penuh perhatian
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
spesifik atau tidak Dorong pasien mengungkapkan
diketahui oleh perasaan, ketakutan, persepsi
bahasa tubuh, dan tingkat
individu); perasaan Intstruksikan pasien
aktivitas menunjukkan
takut ysng disebabkan menggunakan teknik relaksassi
berkurangnya kecemasan.
oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini
merupakan isyarat
kewaspadaan individu
akan adanya bahaya
dan memampukan
individu bertindak
menghadapi ancaman
Intervensi Keperawatan-Post Operasi
No NDX NOC NIC
1 Nyeri berhubungan Pain level Paint Management
dengan terputusnya Pain control Lakukan pengkajian secara
kontinuitas jaringan Comfort level komperhensif
Observasi reaksi non verbal dari
Definisi : pengalaman Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
sensori dan emosional Mampu mengontrol nyeri Gunakan teknik komunikasi
yang muncul akibat (tahu penyebab nyeri, mampu terapeutik
kerusakan jaringan menggunakan teknik non Evaluasi pengalaman nyeri masa
yang actual dan farmakologi untuk lampau
potensial atau mengurangi nyeri, mencari Evaluasi bersama pasien dan tim
digambarkan dalam bantuan) kesehatan lain tentang
kerusakan sedemikian Melaporkan bahwa nyeri
ketidakefektifan kontrol nyeri
rupa. (International berkurang dengan dimasa lampau
Association for the menggunakan manajement
Bantu pasien dan keluarga dengan
study of Pain) : awitan nyeri menemukan dukungan
Mampu mengendalikan nyeri
yang tiba tiba atau Kontrol lingkungan yang dapat
(skala, intensitas, frekuensi,
lambat dari intensitas mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan tanda nyeri)
ringan hingga berat ruangan, kecahayaan, kebisingan
Menyatakan rasa nyaman
dengan akhir yang Pilih dan lakukan penanganan
setelah nyeri berkurang
dapat diantisipasi atau nyeri (farmakologi, non
diprediksi dan farmakologi, dan interpersonal)
berlangsung <6 bulan Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Monitor penerimaan pasien
tentang manajeen nyeri
2 Resiko tinggi infeksi Immune Status Infection Control
berhubungan dengan Knowledge : infection control Bersihkan lingkungan setelah
adanya luka operasi Risk control dipakai pasien lain
Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil : Batasi pengunjung bila perlu
Definisi : mengalami
Klien bebas dari tanda dan Instruksikan pengunjung untuk
peningkatan resiko gejala infeksi
terserang organisme mencuci tangan saat berkunjung
Mendeskripsikan proses
dan setelah berkunjung
patogenik penularan penyakit, faktor
meninggalkan pasien
yang mempengaruhi
Gunakan sabun anti mikroba
penularan serta
pelaksanaannya untuk cuci tangan
Menunjukkan kemampuan Cuci tangan sebelum dan sesudah
untuk mencegah timbulnya tindakan keperawatan
infeksi Gunakan baju, sarug tangan
Jumlah leukosit dalam batas sebagai pelindung
normal Pertahankan lingkungan aseptic
Menunjukkan perilaku hidup selama pemasangan alat
sehat Berikan terapi antibiotic bila perlu

Infection Protection
Monitor tanda dan gejala infeksi
iskemik dan local
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Berikan perawatan kulit pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi luka / insisi bedah
Dorong masukan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8 vol 2. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. jilid 2. Yogyakarta : Media Action Publishing

Anda mungkin juga menyukai