Anda di halaman 1dari 20

Tumor atau barah (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan

untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak
semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak. Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa
latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (bahasa
Rusia: злокачественный) atau jinak (bahasa Rusia: доброкачественный).
Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan
merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang
tissue berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal
menjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembali setelah penyingkiran melalui operasi.
Berdasarkan jaringan awal, tumor dapat dibagi menjadi:
Tumor asal epithelial.
squamous epithelium: squamous cell papilloma, squamous cell carcinoma
transitional epithelium: transitional cell papilloma, transitional cell carcinoma
basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma
glandular epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma
tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal cell carcinoma (Grawitz tumor)
hepatosit: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcinoma
bile ducts epithelium: cholangiocellular adenoma, cholangiocellular carcinoma
melanosit: melanocytic nevus, malignant melanoma
Tumor asal mesenchymal:
tissue berhubungan:
fibroma, fibrosarcoma
myxoma, myxosarcoma
chondroma, chondrosarcoma
osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma)
lipoma, liposarcoma
otot:
leiomyoma, leiomyosarcoma
rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma
endothelium:
hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus tumor, hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma
lymphangioma, lymphangiosarcoma
Tumor sel darah:
hematopoietic cells: leukemia
lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin lymphoma
Tumor sel germ:
Teratoma (mature teratoma, immature teratoma)
Tumor epithelial dianggap ganas bila dia menembus basal lamina dan dianggap jinak bila tidak.
Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah penimbunan mutasi dibutuhkan untuk
tumor dapat muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan gen penahan
tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel memiliki mekanisme yang memperbaiki DNA
dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan dirinya
melalui apoptosis bil DNA rusak terlalu parah. Mutasi yang menahan gen untuk mekanisme ini
dapat juga menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen atau satu gen penahan
tumor biasanya tidak cukup menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah kombinasi dari sejumlah
mutasi dibutuhkan.
DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan apakah oncogene atau gen penahan tumor
telah termutasi. Pada masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih baik dengan
menggunakan DNA microarray untuk menentukan karakteristik terperinci dari tumor.
Penuaan menyebabkan lebih banyak mutasi di DNA mereka. Ini berarti "prevalence" tumor
meningkat kuat sejalan dengan penuaan. Ini juga kasus di mana orang tua yang terdapat tumor,
kebanyakan tumor ini merupakan tumor ganas. Contohnya, bila seorang wanita berumur 20
tahun memiliki tumor di dadanya kemungkinan besar tumor ini adalah jinak. Namun, apabila
wanita berumur 70 tahun makan kemungkinan besar tumor ini adalah ganas.
Tumor jinak[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Tumor jinak

Tumor Jinak Tumor jinak - meningioma sepertiga tengah sinus sagital


dan falx dengan hiperostosis besar
Tumor jinak (matang, homolog) terdiri dari sel-sel yang berdiferensiasi sedemikian rupa
sehingga memungkinkan untuk menentukan dari jaringan mana mereka tumbuh. Tumor ini
ditandai dengan pertumbuhan ekspansif yang lambat, tidak adanya metastasis, dan tidak adanya
efek umum pada organisme. Beberapa tumor jinak bisa menjadi ganas (menjadi ganas).
Tumor jinak yang paling umum adalah: fibroid rahim, papilloma, adenoma, dan lain-lain
Tumor ganas[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Tumor ganas
Tumor ganas (belum matang, heterolog) terdiri dari sel-sel yang berdiferensiasi sedang dan
buruk. Mereka mungkin kehilangan kemiripannya dengan jaringan asalnya. Tumor ganas
ditandai dengan pertumbuhan yang cepat, sering menyusup, metastasis dan kekambuhan, adanya
efek umum pada tubuh. Untuk tumor ganas, itu adalah karakteristik seluler (penebalan dan
atipisme membran basal, perubahan rasio volume sitoplasma dan nukleus, perubahan membran
nuklir, peningkatan volume dan terkadang jumlahnya nukleolus, peningkatan jumlah
angka mitosis, atypia mitosis, dll.), begitu juga jaringan atipisme (pelanggaran hubungan spasial
dan kuantitatif antara komponen jaringan, misalnya, stroma dan parenkim, pembuluh dan stroma,
dll.).
Inisiasi tumor[sunting | sunting sumber]
Inisiasi tumor bermula saat karsinogenesis kimiawi yang terjadi pada sel menyebabkan
kerusakan genetik yang tidak dapat dipulihkan.[1] Pada organ paru dan usus
besar manusia, perubahan epigenetik adalah perubahan awal yang terjadi pada proses
karsinogenesis.
Kerusakan genetik tersebut disebabkan kesalahan genetik yang diinduksi
oleh karsinogen kimiawi dengan mengubah struktur molekul pada DNA yang berakibat pada
mutasi dalam sintesis DNA. Perubahan struktur molekul DNA, terjadi setelah
terjadi adduct atau ligasi antara karsinogen atau salah satu gugus fungsionalnya dengan salah
satu nukleotida di dalam DNA. Hal ini menjelaskan mengapa tumor sangat jarang ditemukan
pada jaringan tubuh yang tidak dapat membentuk ligasi karsinogen-DNA.
Ligasi ini akan mengaktivasi proto onkogen atau meng-inaktivasi gen penghambat tumor.
Metilasi DNA pada area promoter dalam berkas gen, dapat mentranskripsikan inaktivasi gen
penghambat tumor.
Akumulasi mutasi kemudian terjadi, jika sel mempunyai kemampuan proliferasi dan hidup
cukup lama di dalam organisme.
Promosi tumor[sunting | sunting sumber]
Karena akumulasi mutasi berbanding lurus dengan laju proliferasi, atau setidaknya pada laju
pergantian sel punca, ekspansi klonal dari sel terinisiasi, akan menghasilkan populasi sel,
sebelum mengalami perubahan genetik lebih jauh. Pada tahap ini, sebuah zat yang
disebut promoter tumor bekerja.
Promoter tumor, pada umumnya tidak bersifat mutagenik, tidak bersifat karsinogenik, dan sering
memiliki kemampuan untuk menginduksikan potensi kimiawinya tanpa aktivasi metabolik
terlebih dahulu. Agen ini memiliki kemampuan untuk menurunkan jangka waktu latensi guna
pembentukan tumor, setelah terpapar suatu jaringan atau sebuah inisiator tumor, atau
meningkatkan jumlah tumor yang terbentuk di dalam jaringan. Selain itu, promoter tumor juga
dapat membentuk heterodimer dengan zat inisiator yang terlalu lemah untuk menimbulkan
dampak karsinogenik dalam bentuk monomernya.
Minyak kroton yang diekstrak dari biji Codiaeum variegatum, merupakan promoter tumor dalam
karsinogenesis kulit dengan lintasan senyawa 12-otetradecanoylphorbol-13-acetate melalui
aktivasi protein kinase-C. Peningkatan diasilgliserol akan menyertai aktivasi tersebut, hanya jika
terjadi asupan lemak makanan kadar tinggi yang kontinu.
Contoh promoter lain berupa dioksin, benzoil peroksida, makrosiklik
lakton, bromometilbenzantrasena, antralin, fenol, sakarin, triptofan, dichlo-
rodiphenyltrichloroethane (DDT), fenobarbital, kondensat asap rokok, polychlorinated
biphenyls (PCBs), teleosidin, asam siklamat, estrogen, asam empedu, sinar
ultraviolet, luka, abrasi, dan iritasi kronis lain seperti saline lavage.
Sedangkan agen yang dapat menginisiasi sekaligus mempromosikan tumor, disebut karsinogen
utuh, antara lain: benzo[a]pyrene dan 4-aminobiphenyl.
Dalam imunologi, antigen (disingkat Ag) adalah zat apa pun yang mampu menyebabkan sistem
imun menghasilkan antibodi yang spesifik,[1] dan mampu berikatan dengan sejumlah komponen
sistem imun. Antigen merupakan molekul atau struktur molekul, seperti yang berada di bagian
luar suatu patogen, yang dapat diikat oleh antibodi yang spesifik terhadap antigen tersebut atau
oleh reseptor antigen sel B.[2] Tanggapan yang diberikan oleh sistem imun disebut respons imun.
Singkatan Ag sendiri merupakan kepanjangan dari antibody generator atau pembangkit antibodi.
[3]

Antigen "dijadikan sasaran" oleh antibodi.[2] Setiap antibodi diproduksi secara khusus oleh sistem
imun untuk disesuaikan dengan antigen setelah sel-sel dalam sistem imun bersentuhan dengan
antigen tersebut; proses ini digunakan untuk mengidentifikasi antigen secara tepat, memproduksi
antibodi yang sesuai, dan menginisiasi timbulnya respons imun adaptif.[2][4] Antibodi dikatakan
"sesuai" dengan antigen dalam arti bahwa ia dapat mengikatnya akibat adaptasi molekuler
pada fragmen pengikat antigen.[2] Dalam kebanyakan kasus, antibodi hanya dapat bereaksi dan
mengikat satu antigen tertentu; dalam beberapa kasus lain, antibodi dapat bereaksi silang dan
mengikat lebih dari satu antigen.
Antigen dapat berupa molekul protein, peptida (rantai asam amino),
dan polisakarida (rantai monosakarida/gula sederhana), sementara molekul lipid dan asam
nukleat menjadi antigen hanya jika dikombinasikan dengan protein dan polisakarida.[5]
Antigen dapat berasal dari dalam tubuh ("antigen-diri") atau dari lingkungan luar ("bukan-diri"
atau "benda asing").[4] Sistem imun mengidentifikasi dan menyerang antigen eksternal berupa
"benda asing" dan biasanya tidak bereaksi terhadap antigen-diri karena seleksi negatif dari sel
T dalam timus.[6]
Vaksin adalah contoh dari antigen dalam bentuk imunogenik, yang sengaja diberikan kepada
penerima untuk menginduksi fungsi memori dari sistem imun adaptif terhadap antigen dari
patogen yang menyerang penerima tersebut. Vaksin terhadap virus flu musiman adalah contoh
yang umum.[7]
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Paul Ehrlich menciptakan istilah antibodi (dalam bahasa Jerman Antikörper) dalam teori rantai
sampingnya pada akhir abad ke-19.[8] Pada tahun 1899, Ladislas Deutsch (László Detre) (1874–
1939) menamai zat hipotetis yang berada di antara konstituen bakteri dan antibodi sebagai
"substances immunogenes ou antigenes" (zat antigenik atau imunogenik). Dia awalnya percaya
bahwa zat tersebut menjadi prekursor antibodi, sama seperti zimogen yang merupakan prekursor
enzim. Namun, pada tahun 1903, ia memahami bahwa antigen menginduksi produksi badan
kekebalan (antibodi) dan menulis bahwa kata antigen adalah singkatan dari antisomatogen
(Immunkörperbildner). Kamus Bahasa Inggris Oxford menunjukkan bahwa konstruksi logisnya
harusnya "anti(body)-gen".[9]
Terminologi[sunting | sunting sumber]
Antigen merupakan zat yang berikatan dengan antibodi dan reseptor antigen pada limfosit.
Sementara itu, imunogen adalah sebutan bagi antigen yang dikenali oleh tubuh sebagai benda
asing sehingga memicu respons imun adaptif. Tidak semua antigen merupakan imunogen. Untuk
dapat bersifat imunogenik, suatu antigen harus memiliki berat molekuler yang tinggi,
menunjukkan kompleksitas kimiawi, serta menunjukkan keasingan (dianggap sebagai benda
asing atau "bukan-diri").[1]
Molekul antigenik, normalnya polimer biologis berukuran besar, biasanya memiliki fitur
permukaan yang dapat bertindak sebagai titik interaksi bagi antibodi tertentu. Fitur seperti ini
merupakan epitop, yaitu bagian tertentu dari antigen yang dikenali oleh sistem imun. Epitop
memiliki karakteristik tertentu sehingga disebut sebagai penentu antigenik. Sebagian besar
antigen berpotensi untuk diikat oleh beberapa antibodi, yang masing-masing bersifat spesifik
untuk salah satu epitop antigen. Dengan menggunakan metafora "gembok dan kunci", antigen
dapat dilihat sebagai rangkaian kunci (epitop) yang masing-masing cocok dengan gembok yang
berbeda (antibodi).
Alergen – Zat yang mampu menimbulkan reaksi alergi. Reaksi (yang merugikan) dapat terjadi
setelah terpapar melalui konsumsi, inhalasi, injeksi, atau kontak dengan kulit.
Superantigen – Kelas antigen yang mengakibatkan aktivasi nonspesifik dari sel T, yang
menghasilkan aktivasi sel T poliklonal dan pelepasan sitokin secara masif.
Tolerogen – Zat yang memicu kekebalan nonresponsif tertentu karena bentuk molekulnya. Jika
bentuk molekulnya berubah, suatu tolerogen dapat menjadi suatu imunogen.
Protein pengikat-imunoglobulin – Protein-protein seperti protein A, protein G, dan protein
L yang mampu mengikat antibodi pada posisi di luar situs pengikatan antigen. Jika antigen
adalah "target" dari antibodi, protein pengikat-imunoglobulin "menyerang" antibodi.
Antigen bergantung-T – Antigen yang membutuhkan bantuan sel T untuk menginduksi
pembentukan antibodi spesifik.
Antigen independen-T – Antigen yang merangsang sel B secara langsung.
Antigen imunodominan – Antigen yang mendominasi (dibandingkan semua antigen lain dari
suatu patogen) dalam kemampuannya menghasilkan respons imun. Respons sel T biasanya
diarahkan terhadap epitop imunodominan yang relatif sedikit, meskipun dalam beberapa kasus
(misalnya infeksi patogen malaria Plasmodium spp.), jenis ini tersebar pada sejumlah besar
antigen parasit.[10]
Sel penyaji antigen menghadirkan antigen dalam bentuk peptida kepada molekul
histokompatibilitas. Sel T secara selektif mengenali antigen, dan tergantung pada antigen serta
jenis molekul histokompatibilitas, berbagai jenis sel T akan diaktifkan. Untuk dapat dikenali oleh
reseptor sel-T (TCR), peptida harus diproses menjadi fragmen-fragmen kecil di dalam sel dan
disajikan oleh kompleks histokompatibilitas utama (MHC).[11] Antigen tidak dapat menimbulkan
respons imun tanpa bantuan adjuvan imunologis.[5] Demikian pula, komponen adjuvan dari
vaksin berperan penting dalam aktivasi sistem kekebalan bawaan.[12][13]
Imunogen adalah jenis antigen (atau produk tambahan) yang mampu memicu respons imun
humoral (alami/bawaan) atau respons imun yang diperantarai sel.[14] Pertama-tama, ia memulai
respons imun bawaan, yang kemudian menyebabkan aktivasi respons imun adaptif. Sebuah
antigen mengikat produk imunoreseptor yang sangat bervariasi (reseptor sel B atau reseptor sel
T) setelah produk tersebut dihasilkan. Imunogen merupakan jenis antigen tersebut, yang
disebut imunogenik, yang mampu memicu respons imun.[15]
Pada tingkat molekuler, antigen dapat dicirikan oleh kemampuannya untuk mengikat ke wilayah
Fab variabel pada antibodi. Antibodi yang berbeda memiliki potensi untuk membedakan epitop
spesifik yang ada di permukaan antigen. Hapten adalah molekul kecil yang mengubah struktur
epitop antigenik. Untuk menginduksi respons imun, ia perlu dilekatkan pada molekul pembawa
besar seperti protein (kompleks peptida). Antigen biasanya dibawa oleh protein dan polisakarida,
dan lebih jarang, oleh lipid. Antigen juga meliputi bagian (mantel, kapsul, dinding sel, flagela,
fimbriae, dan racun) dari bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya. Lipid dan asam
nukleat bersifat antigenik hanya jika dikombinasikan dengan protein dan polisakarida.[butuh
rujukan]
Antigen non-mikroba bukan-diri dapat mencakup serbuk sari, putih telur, serta protein dari
jaringan dan organ yang ditransplantasikan atau pada permukaan sel darah yang ditransfusikan.
Sumber[sunting | sunting sumber]
Antigen dapat diklasifikasikan menurut sumbernya.
Antigen eksogen[sunting | sunting sumber]
Antigen eksogen adalah antigen yang masuk ke dalam tubuh dari luar, misalnya
melalui inhalasi, konsumsi atau injeksi. Respons sistem imun terhadap antigen eksogen sering
kali subklinis. Dengan endositosis atau fagositosis, antigen-antigen eksogen dibawa ke dalam sel
penyaji antigen (APC) dan diproses menjadi fragmen. APC kemudian menyajikan fragmen-
fragmen tersebut ke sel T pembantu (CD4+) dengan menggunakan molekul histokompatibilitas
kelas II yang ada di permukaannya. Beberapa sel T bersifat spesifik untuk peptida: kompleks
MHC. Mereka menjadi aktif dan mulai mengeluarkan sitokin, yaitu zat yang
mengaktifkan limfosit T sitotoksik (CTL), sel B yang mensekresi antibodi, makrofag, dan
partikel lainnya.
Beberapa antigen dimulai sebagai eksogen dan kemudian menjadi endogen (misalnya virus
intraseluler). Antigen intraseluler dapat dikembalikan ke sirkulasi setelah sel yang terinfeksi
rusak.
Antigen endogen[sunting | sunting sumber]
Antigen endogen dihasilkan dalam sel yang normal sebagai akibat dari metabolisme normal sel
atau karena infeksi virus atau bakteri intraseluler. Fragmen-fragmen tersebut kemudian disajikan
pada permukaan sel dalam kompleks dengan molekul MHC kelas I. Jika sel CD8+ T
sitotoksik yang teraktivasi lalu mengenali mereka, sel T mengeluarkan berbagai racun yang
menyebabkan lisis atau apoptosis sel yang terinfeksi. Untuk menjaga agar sel sitotoksik tidak
membunuh sel-sel hanya untuk menyajikan protein-diri, sel sitotoksik (sel T yang reaktif sendiri)
dihapus sebagai akibat dari toleransi (seleksi negatif). Antigen endogen meliputi
antigen xenogenik (heterolog), autolog, dan idiotipik atau alogenik (homolog). Kadang-kadang
antigen merupakan bagian dari inang itu sendiri dalam penyakit autoimun.[4]
Autoantigen[sunting | sunting sumber]
Autoantigen biasanya merupakan protein atau kompleks protein yang normal (dan terkadang
DNA atau RNA) yang dikenali oleh sistem imun pasien yang menderita penyakit
autoimun tertentu. Dalam kondisi normal, antigen ini tidak boleh menjadi target sistem imun,
tetapi pada penyakit autoimun, sel T yang terkait tidak dihapus dan malah menyerang.
Neoantigen[sunting | sunting sumber]
Neoantigen adalah antigen yang sama sekali tidak ada dalam genom normal manusia.
Dibandingkan dengan antigen-diri yang tidak bermutasi, neoantigen memiliki relevansi dengan
pengendalian tumor, karena kualitas kumpulan sel T yang tersedia untuk antigen ini tidak
dipengaruhi oleh toleransi sel T pusat. Teknologi untuk menganalisis reaktivitas sel T secara
sistematis terhadap neoantigen baru tersedia belakangan ini.[16] Neoantigen dapat langsung
dideteksi dan diukur melalui metode yang disebut MANA-SRM yang dikembangkan oleh
perusahaan diagnostik molekuler, Complete Omics Inc., melalui kerja sama dengan tim di
Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins.[17]
Antigen virus[sunting | sunting sumber]
Untuk tumor terkait virus, seperti kanker serviks dan subset kanker kepala dan leher, epitop yang
berasal dari rangka baca terbuka dari virus berkontribusi pada kumpulan neoantigen.[16]
Antigen tumor[sunting | sunting sumber]
Antigen tumor adalah antigen yang disajikan oleh molekul MHC kelas I atau MHC kelas II pada
permukaan sel tumor. Antigen yang hanya ditemukan pada sel-sel tersebut disebut antigen
spesifik-tumor (TSA) dan umumnya dihasilkan dari mutasi spesifik-tumor. Jenis yang lebih
umum adalah antigen yang disajikan oleh sel tumor dan sel normal, yang disebut antigen terkait-
tumor (TAAs). Limfosit T sitotoksik yang mengenali antigen ini mungkin dapat menghancurkan
sel tumor.[16]
Antigen tumor dapat muncul di permukaan tumor dalam bentuk, misalnya, reseptor yang
bermutasi, dalam hal ini mereka dikenali oleh sel B. Bagi tumor manusia tanpa etiologi
virus, peptida baru (neo-epitop) dibuat oleh perubahan DNA spesifik-tumor.[16]
Asal muasal[sunting | sunting sumber]
Antigen asli adalah antigen yang belum diproses oleh APC menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil. Sel T tidak dapat mengikat antigen asli, tetapi mengharuskannya diproses oleh APC
terlebih dahulu, sedangkan sel B dapat diaktifkan oleh antigen yang asli.
Spesifisitas antigenik[sunting | sunting sumber]
Spesifisitas antigenik adalah kemampuan sel inang untuk mengenali antigen secara spesifik
sebagai entitas molekul yang unik dan membedakannya dari molekul lain dengan ketepatan yang
sangat tinggi. Spesifisitas antigen terutama disebabkan oleh konformasi rantai samping antigen.
Hal ini dapat diukur dan tidak perlu linier atau tidak perlu diukur dengan persamaan atau langkah
yang dibatasi laju.[4][7] Baik sel T dan sel B adalah komponen seluler dari kekebalan adaptif.[4][18]
Referensi[sunting | sunting sumber]
Rujukan[sunting | sunting sumber]
^ (Inggris)Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C., Jr.;
Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine -
Multistage Carcinogenesis. Dana-Farber Cancer Institute, Harvard Medical School Boston,
Department of Surgical Oncology, University of Texas, MD Anderson Cancer Center,
Department of Radiation and Cellular Oncology, University of Chicago Hospital, Chicago
Tumor Institute, University of Chicago Chicago, University of Texas, MD Anderson Cancer
Center, Houston, American Cancer Society, Derald H Ruttenberg Cancer Center, Mount Sinai
School of Medicine New York (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker Inc.,. ISBN 1-55009-213-8.
Diakses tanggal 2010-07-08.

^ Lompat ke:a b "Antigen: MedlinePlus Medical Encyclopedia". Medline Plus. Diakses


tanggal 23 Desember 2020.
^ Lompat ke:a b c d "Antibody". National Human Genome Research Institute, US National
Institutes of Health. 2020. Diakses tanggal 13 October 2020.
^ Male, David K. (2006). Immunology (dalam bahasa Inggris). Elsevier Health Sciences.
hlm. 10. ISBN 978-0323033992.
^ Lompat ke:a b c d e "Immune system and disorders". MedlinePlus, US National Institute of
Medicine. 28 September 2020. Diakses tanggal 13 October 2020.
^ Lompat ke:a b Gavin, AL; Hoebe, K; Duong, B; Ota, T; Martin, C; Beutler, B; Nemazee, D (22
December 2006). "Adjuvant-enhanced antibody responses in the absence of toll-like receptor
signaling". Science. 314 (5807): 1936–
38. Bibcode:2006Sci...314.1936G. doi:10.1126/science.1135299. PMC 1868398 . PMID 17
185603.
^ Gallucci, S; Lolkema, M; Matzinger, P (November 1999). "Natural adjuvants: endogenous
activators of dendritic cells". Nature Medicine. 5 (11): 1249–
55. doi:10.1038/15200. PMID 10545990.
^ Lompat ke:a b "Antigenic characterization". US Centers for Disease Control and Prevention.
15 October 2019. Diakses tanggal 13 October 2020.
^ Strebhardt, Klaus; Ullrich, Axel (Jun 2008). "Paul Ehrlich's magic bullet concept: 100 years
of progress". Nature Reviews Cancer. 8 (6): 473–80. doi:10.1038/nrc2394. ISSN 1474-
1768. PMID 18469827.
^ Lindenmann, Jean (1984). "Origin of the Terms 'Antibody' and 'Antigen'". Scand. J.
Immunol. 19 (4): 281–85. doi:10.1111/j.1365-3083.1984.tb00931.x. PMID 6374880. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 2010-11-18. Diakses tanggal 2008-10-31.
^ Doolan DL, Southwood S, Freilich DA, Sidney J, Graber NL, Shatney L, Bebris L, Florens L,
Dobano C, Witney AA, Appella E, Hoffman SL, Yates JR, Carucci DJ, Sette A (August
2003). "Identification of Plasmodium falciparum antigens by antigenic analysis of genomic and
proteomic data". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
America. 100 (17): 9952–
57. Bibcode:2003PNAS..100.9952D. doi:10.1073/pnas.1633254100. PMC 187898 . PMID
12886016.
^ Parham, Peter. (2009). The Immune System, 3rd Edition, p. G:2, Garland Science, Taylor and
Francis Group, LLC.
^ Janeway CA, Jr (1 November 2013). "Pillars article: approaching the asymptote? Evolution
and revolution in immunology. Cold spring harb symp quant biol. 1989. 54: 1–13". Journal of
Immunology. 191 (9): 4475–87. PMID 24141854.
^ Gayed, PM (June 2011). "Toward a modern synthesis of immunity: Charles A. Janeway Jr.
and the immunologist's dirty little secret". The Yale Journal of Biology and Medicine. 84 (2):
131–38. ISSN 1551-4056. PMC 3117407 . PMID 21698045.
^ Parham, Peter. (2009). The Immune System, 3rd Edition, p. G:11, Garland Science, Taylor and
Francis Group, LLC.
^ Kuby Immunology (edisi ke-6th). Macmillan. 2006. hlm. 77. ISBN 978-1-4292-0211-4.
^ Lompat ke:a b c d Schumacher, Ton N.; Schreiber, Robert D. (April 3, 2015). "Neoantigens in
cancer immunotherapy". Science. 348 (6230): 69–
74. Bibcode:2015Sci...348...69S. doi:10.1126/science.aaa4971. PMID 25838375.
^ Wang, Qing.; Douglass, Jacqueline (September 16, 2019). "Direct Detection and
Quantification of Neoantigens". Cancer Immunol Res. 7 (11): 1748–54. doi:10.1158/2326-
6066.CIR-19-0107. PMC 6825591 . PMID 31527070.
^ K. Abbas, Abul; Lichtman, Andrew; Pillai, Shiv (2018). Cellular and molecular
immunology (edisi ke-Ninth). Philadelphia: Elsevier. hlm. 97. ISBN 978-0-323-52324-0.

KANKER

Kanker juga selalu disebut sebagai Neoplasma ganas atau Tumor ganas (bahasa
Inggris: cancer, malignant neoplasm, malignant tumor) adalah tumor, sifat-sifatnya yang paling
sering (berbeda dengan sifat-sifat Tumor jinak) membuatnya sangat mengancam jiwa organisme,
yang memberi alasan untuk menyebutnya "ganas". Kanker terdiri dari sel ganas. Tumor epitel
ganas disebut kanker di Rusia, Jerman dan negara-negara Baltik, di negara lain istilah ini dapat
berarti berbagai bentuk neoplasma ganas (misalnya, bahasa Prancis: cancer menggabungkan
chorionepithelioma, endothelioma, sarcoma dan lain-lain) [7].
Neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya sel yang membelah tak
terkendali, mampu invasi ke jaringan yang berdekatan dan metastasis ke organ yang
jauh.Penyakit ini berhubungan dengan kelainan Proliferasi dan Diferensiasi Sel karena
gangguan Genetika.
Perkembangan obat dan metode pengobatan kanker merupakan masalah ilmiah yang penting dan
masih belum terpecahkan.
WHO memperkirakan bahwa kanker menyebabkan 9,6 juta kematian di seluruh dunia pada
tahun 2018, dengan 30 hingga 60% kasus kanker dapat dicegah[8].
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker
membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.
Istilah "kanker" tidak mengacu pada satu penyakit, tetapi sekelompok penyakit yang ditandai
dengan proliferasi sel yang tidak terkendali. Tidak seperti sel normal dalam tubuh pasien, yang
tumbuh, membelah, dan mati dengan cara yang dikontrol ketat, sel kanker berbeda karena terus
membelah tanpa terkendali. Tumor bisa jinak atau ganas.
Secara umum, ciri-ciri sel kanker adalah:
melawan apoptosis
berlipat ganda dengan atau tanpa faktor pertumbuhan
menolak sinyal yang menghentikan proliferasi sel
melawan mekanisme penuaan
mereka bermetastasis
membuat pembuluh untuk suplai darah mereka
Penjelasan umum[sunting | sunting sumber]
Penyakit ini sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semuanya adalah
kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal, dan terbagi dalam dua golongan,
yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas.
[9]

Penyakit ini dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua golongan
umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia 40 tahun.[9]
Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak
merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Bila sudah ada keluhan atau gejala, biasanya
penyakitnya sudah lanjut.[9]
Terdapat tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk
memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu:[9]
Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan.
Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh
Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor).
Andeng-andeng (tahi lalat) yang berubah sifatnya, menjadi semakin besar dan gatal.
Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh
Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh.
Kanker menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter
keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan
mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya
dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Berdasarkan dari dari Badan Kesehatan
Dunia - WHO, tahun 2015, tidak kurang dari 8,8 juta manusia meninggal dunia karena penyakit
ini.[10] Data tersebut menunjukkan bahwasanya penyakit ini menjadi salah satu dari enam
penyakit paling mematikan yang mempengaruhi tingkat mortalitas dunia.[11] Walaupun begitu, 30
hingga 50% dari penyakit ini bisa dicegah. Salah satu caranya adalah dengan memberikan
informasi dan dukungan untuk menerapkan gaya hidup sehat.[11]
Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat
berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang
mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Kanker dapat menyebar
melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang lainnya kanker sekarang ini bertanggung
jawab untuk sekitar 25% dari seluruh kematian.[12] Dalam setahun, sekitar 0,5% dari populasi
terdiagnosis kanker.
Pada pria dewasa di Amerika Serikat, kanker yang paling umum adalah kanker prostat (33% dari
seluruh kasus kanker), kanker paru-paru (13%), kanker kolon dan rektum (10%), kanker
kandung kemih (7%), dan "cutaneous melanoma (5%). Sebagai penyebab kematian kanker paru-
paru adalah yang paling umum (31%), diikuti oleh kanker prostat (10%), kanker kolon dan
rektum (10%), kanker pankreas (5%) dan leukemia (4%).[12]
Untuk dewasa wanita di Amerika Serikat, kanker payudara adalah kanker yang paling umum
(32% dari seluruh kasus kanker), diikuti oleh kanker paru-paru (12%), kanker kolon dan rektum
(11%), kanker endometrium (6%, uterus) dan limfoma non-Hodgkin (4%). Berdasarkan kasus
kematian, kanker paru-paru paling umum (27% dari kematian kanker), diikuti oleh kanker
payudara (15%), kanker kolon dan rektum (10%), kanker indung telur (6%), dan kanker pankreas
(6%).[12]
Statistik dapat bervariasi besar di negara lainnya. Di Indonesia, kanker menjadi penyumbang
kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung. Penyebab utama kanker di negara tersebut
adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang olahraga, merokok, dan pola makan yang tak
sehat. Pada tanaman, kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis jamur/ bakteri tertentu.
Pola invasi kanker tanaman dan kanker pada manusia sangat berbeda.[13]
Dari segi biaya, penyakit kanker merupakan penyakit nomor 2 di Indonesia,
setelah hemodialisis yang banyak menghabiskan dana pemerintah.[14]
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Perkembangan sel normal menjadi sel kanker


Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai
contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan
kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi
kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:[15]
Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang
menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar. Contoh
meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker esofageal, karsinoma
hepatoselular, kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker testiskular dan kanker
tiroid.
Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang
rawan seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan
adiposa, pembuluh darah dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.
Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di
dalam sumsum tulang dan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di dalam sirkulasi darah.
[16]

Limfoma, merupakan kanker yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem
kekebalan tubuh
Central Nervous Systems Cancers, merupakan kanker yang dimulai di jaringan otak dan sumsum
tulang belakang[17]
Berikut ini macam-macam kanker berdasarkan lokasi kanker di dalam tubuh :
Kanker di kepala dan leher, misalnya kanker kepala dan leher, kanker laring, kanker nasofaring,
Kanker rongga mulut dan tenggorokan
Kanker di sistem pencernaan, misalnya kanker hati, kanker anus, kanker perut, kanker usus besar
(kolorektal)
Kanker di sistem urin, misalnya kanker kandung kemih, kanker ginjal atau tumor wilms
Kanker di paru-paru, kanker paru-paru, tumor karsinoid paru-paru
Kanker di payudara, misalnya kanker payudara
Kanker di sistem reproduksi, misalnya kanker serviks, kanker ovarium, sarkoma uterus, kanker
prostat, kanker testis, kanker penis
Kanker di sistem endokrin, misalnya kanker adrenal, kanker tiroid, tumor pituitari
Kanker di kulit, misalnya melanoma, karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosakanker kulit,
sarkoma kaposi, kanker limfoma (getah bening)
Kanker di tulang dan jaringan lunak, misalnya kanker tulang, osteosarcoma, kanker sarkoma
ewing
Kanker di mata, kanker mata melanoma, retinoblastoma
Kanker di otak dan sistem saraf, misalnya kanker otak, neuroblastoma
Kanker di dalam darah dan sistem limfatik, misalnya leukimia, kanker timus, limfoma

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]


Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan
biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker. Hampir semua kanker
yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker dan sel
anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan dan
perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin
diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap kanker
dengan berbagai metode, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa polimerase
DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metode koreksi-kecacatan ini sering kali
gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecacatan lebih mungkin untuk muncul dan
menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-bahan yang merusak,
disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan lain-lain), atau lingkungan
yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia. Karena itu, kanker adalah penyakit
progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan berakumulasi hingga sel mulai bertindak
berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab
kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat
ganda secara eksponensial. Sebagai contohnya:
Mutasi dalam perlengkapan perbaikan-kecacatan bisa menyebabkan sel dan sel anangnya
mengakumulasikan kecacatan dengan lebih cepat.
Mutasi dalam perlengkapan pembuat sinyal (endokrin) bisa mengirimkan sinyal penyebab-
kecacatan kepada sel di sekitarnya.
Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan merusak sel
yang lebih sehat.
Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat sel rusak bisa
membuat sel sehat rusak selamanya.
Pembentukan sel kanker[sunting | sunting sumber]
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah
hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam jaringan
bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang
tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada tahapan ini
ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma yang
berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia merupakan kondisi sel pada
jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat invasif.[18]
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi mungkin
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara
spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:
perpindahan fase G1 menuju fase S.[19]
siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi.[20] Pencerap hormon
tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3 dan
berfungsi sebagai supresor tumor dan gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada kanker.
[21]

siklus sel terjadi dengan kerusakan DNA yang tidak terpulihkan.[22]


translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan pada kanker sel darah
putih seperti leukemia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu pada
kromosom.[23] Pada leukemia mielogenus kronis, 95% penderita mengalami translokasi
kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom filadelfia.
Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang sebagai akibat
paparan karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik
melalui konsumsi,[24] maupun infeksi.[25] Terdapat empat jenjang karsinogenesis:
inisiasi tumor
promosi tumor
konversi malignan
progresi tumor
Angiogenesis[sunting | sunting sumber]
Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia.
Sebelum tahun 1960, peneliti kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang mencapai tumor
terjadi oleh karena adanya jaringan pembuluh darah yang telah ada, namun penelitian yang lebih
baru menunjukkan bahwa lintasan angiogenesis diperlukan bagi tumor untuk berkembang dan
menyebar.[26] Tanpa lintasan angiogenesis, sebuah tumor hanya akan berkembang hingga
memiliki diameter sekitar 1–2 mm, dan setelah itu perkembangan tumor akan terhenti.
[27]
Sebaliknya, dengan angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang hingga melampaui ukuran
diameter 2 milimeter.[28] Oleh karena itu, sel tumor memiliki kemampuan untuk mensekresi
protein yang dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis. Dari berbagai protein yang dapat
mengaktivasi lintasan angiogenesis seperti acidic fibroblast growth
factor, angiogenin, epidermal growth factor, G-CSF, HGF, interleukin-8, placental growth
factor, platelet-derived endothelial growth factor, scatter factor, transforming growth factor-
alpha, TNF-α, dan molekul kecil seperti adenosina, 1-butyryl
glycerol, nikotinamida, prostaglandin E1 dan E2; para ilmuwan telah mengidentifikasi dua
protein yang sangat penting bagi pertumbuhan tumor yaitu vascular endothelial growth
factor (VEGF) dan basic fibroblast growth factor (bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh
berbagai jenis sel kanker dan beberapa jenis sel normal.[29]
Sekresi VEGF atau bFGF akan mengikat pada pencerap sel endotelial dan mengaktivasi sel
tersebut untuk memicu lintasan metabolisme yang membentuk pembuluh darah baru.[30] Sel
endotelial akan memproduksi sejumlah enzim MMP yang akan melakukan degradasi terhadap
jaringan matriks ekstraseluler yang mengandung protein dan polisakarida, dan berfungsi untuk
sebagai jaringan ikat yang menyangga jaringan parenkima dengan mengisi ruang di sela-sela
selnya. Degradasi jaringan tersebut memungkinkan sel endotelial bermigrasi menuju jaringan
parenkima, melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi jaringan pembuluh darah yang baru.
Reaksi antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat
aktivitas hormon tiroksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam angiogenesis dan proliferasi sel tumor.[31]
Metastasis[sunting | sunting sumber]
Walaupun telah dilakukan penelitian intensif selama beberapa dekade, mekanisme patofisiologis
dari metastasis belum benar-benar diketahui dan masih menjadi kontroversi. Namun terdapat dua
model metastasis fundamental,[32] yang mirip dengan proposal metastasis yang diajukan
oleh Stephen Paget pada tahun 1889 yang mengatakan bahwa metastasis bergantung
pada komunikasi antara sel kanker yang disebut the seed dan lingkungan mikro pada organ
tertentu yang disebut the soil.[33]
Model yang pertama menjelaskan bahwa tumor primer pada organ akan timbul dari sel yang
sama, yang mengalami berbagai perubahan seperti heterogenitas, ketidakseimbangan genomik,
akumulasi mutasi atau penyimpangan genetik, hingga terjadi evolusi klonal meliputi
perubahan fenotipe dan perilaku sel hingga potensi untuk melakukan metastasis ke organ lain
dan membentuk tumor sekunder.
Model yang kedua menjabarkan bahwa kanker yang timbul pada organ, terjadi akibat aktivasi
ruang yang diperuntukkan bagi sel punca kanker sehingga memungkinkan metastasis dari
sejumlah jaringan tubuh yang lain.
Faktor risiko[sunting | sunting sumber]
Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10% karena
faktor genetik.[2] Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian akibat kanker
adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%), radiasi, stres,
kurangnya aktivitas fisik, polutan lingkungan.[2]

Bahan kimia[sunting | sunting sumber]

Timbulnya penyakit kanker paru-paru sangat berkorelasi dengan konsumsi rokok.Source:NIH.


Patogenesis kanker dapat dilacak balik ke mutasi DNA yang berdampak pada pertumbuhan sel
dan metastasis. Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai mutagen, dan mutagen yang
menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen. Ada beberapa zat khusus yang terkait dengan
jenis kanker tertentu. Rokok tembakau dihubungkan dengan banyak jenis kanker,[34] dan
penyebab dari 90% kanker paru-paru.[35] Keterpaparan secara terus-menerus terhadap
serat asbestos dikaitkan dengan mesothelioma.[36] Banyak mutagen adalah juga karsinogen.
Tetapi, beberapa mutagen bukanlah karsinogen. Alkohol adalah contoh bahan kimia bersifat
karsinogen yang bukan mutagen.[37] Bahan kimia seperti ini bisa menyebabkan kanker dengan
menstimulasi tingkat pembelahan sel. Tingkat replikasi yang lebih cepat, hanya menyisakan
sedikit waktu bagi enzim-enzim untuk memperbaiki DNA yang rusak pada saat replikasi DNA,
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya mutasi. Riset selama beberapa dekade
menunjukkan keterkaitan antara penggunaan tembakau dan kanker pada paru-paru, laring,
kepala, leher, perut, kandung kemih, ginjal, esofagus, dan pankreas.[38] Asap tembakau memiliki
lebih dari lima puluh jenis karsinogen yang sudah dikenali
[39]
termasuk nitrosamines dan hidrokarbon aromatik polisiklik. Tembakau bertanggung jawab
atas satu per tiga dari seluruh kematian akibat kanker di negara-negara maju, [34] dan sekitar satu
per lima di seluruh dunia.[39] Tingkat kematian akibat kanker paru-paru di Amerika Serikat
mencerminkan pola merokok, dengan kenaikan dalam pola merokok diikuti dengan peningkatan
yang dramatis dalam tingkat kematian akibat kanker paru-paru. Walaupun begitu, jumlah
perokok di seluruh dunia terus meningkat, sehingga beberapa organisasi menyebutkannya
sebagai epidemik tembakau.[40] Kanker yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang diyakini
memiliki jumlah sebesar 2-20% dari semua kasus.[41]
Radiasi ionisasi[sunting | sunting sumber]
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan
terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan
beberapa penyakit kulit yang berbahaya.[42] Diperkirakan 2% dari penyakit kanker pada masa
yang akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini.[43] Radiasi dari frekuensi radio tak berion
dari telepon seluler dan sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai
penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.[44]
Infeksi[sunting | sunting sumber]
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi.[45] Ini bukan saja berlaku pada binatang-binatang
seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga 20% terhadap
terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia.[46] Virus-virus ini
termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia
(mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker
nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer),
virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis
(leukemia sel T), dan helicobacter pylori (kanker lambung).[46]
Data ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus dan virus tampaknya
menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam perkembangan kanker pada manusia, yang
hanya dilampaui oleh penggunaan tembakau.[47] Jenis tumor yang ditimbulkan virus dapat dibagi
menjadi dua, jenis yang bertransformasi secara akut dan bertransformasi secara perlahan. Pada
virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa onkogen yang terlalu aktif yang
disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi bertransformasi segera setelah v-onc
terlihat. Kebalikannya, pada virus yang bertransformasi secara perlahan, genome virus
dimasukkan di dekat onkogen-proto di dalam genom induk.
Ketidakseimbangan metabolisme[sunting | sunting sumber]
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, sering kali terbentuk dari lintasan
metabolisme senyawa xenobiotik, dapat membentuk ikatan kovalen dengan DNA, atau mengikat
pada serum albumin dan gugus valina dari hemoglobin, dan menginduksi
lintasan karsinogenesis.[48]
Ketidakseimbangan hormonal[sunting | sunting sumber]
Tingginya rasio plasma hormon TGF-β, yang merupakan regulator pada proses penyembuhan
luka, akan meningkatkan produksi ROS pada fibroblas, serta diferensiasi fibroblas
menuju fenotipe miofibroblas.[49]
Disfungsi sistem kekebalan[sunting | sunting sumber]
Keturunan[sunting | sunting sumber]
Keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kanker.
Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah penyebab kanker
adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, akan tetapi tidak
semua jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada DNA yang
dialami dan juga genotipe dari mutasi yang terjadi.
Letak kerusakan DNA yang dialami[sunting | sunting sumber]
Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi pada gen-
gen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor lah
yang biasanya memicu penurunan kanker. hal tersebut disebabkan karena zigot yang mengalami
mutasi pada gen onkogen biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak dapat diturunkan.
Diagnosis[sunting | sunting sumber]
Kebanyakan kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui screening. Kedua
metode ini tidak menuju ke diagnosis yang jelas, yang biasanya membutuhkan sebuah biopsi.
Beberapa kanker ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi medis dari masalah yang tak
berhubungan.
Karena kanker juga dapat disebabkan adanya metilasi pada promotor gen tertentu, maka deteksi
dini dapat dilakukan dengan menguji gen yang menjadi biomarker untuk kanker. Beberapa jenis
kanker telah diketahui status metilasi biomarker-nya. Misalnya untuk kanker payudara dapat
digunakan biomarker BRCA, sedangkan untuk kanker kolorektal dapat
menggunakan biomarker Sox17.
Deteksi dini ini sangat penting. Pada beberapa kanker seperti kanker kolorektal apabila diketahui
sejak dini peluang untuk sembuh lebih besar. Selain itu, deteksi dini dapat memudahkan dokter
untuk memberikan pengobatan yang sesuai.
Simtoma klinis[sunting | sunting sumber]
Secara umum, gejala klinis kanker bisa dibagi menjadi beberapa kelompok:
Gejala lokal: pembesaran atau pembengkakan yang tidak
biasa tumor, pendarahan (hemorrhage), rasa sakit dan/atau tukak lambung/ulceration. Kompresi
jaringan sekitar bisa menyebabkan gejala jaundis (kulit dan mata yang menguning).
Gejala pembesaran kelenjar getah bening (lymph
node), batuk, hemoptisis, hepatomegali (pembesaran hati), rasa sakit pada tulang, fraktur pada
tulang-tulang yang terpengaruh, dan gejala-gejala neurologis. Walaupun pada kanker tahap lanjut
menyebabkan rasa sakit, sering kali itu bukan gejala awalnya.
Gejala sistemik: berat badan turun, nafsu makan berkurang secara signifikan, kelelahan
dan kakeksia(kurus kering), keringat berlebihan pada saat tidur/keringat
malam, anemia, fenomena paraneoplastik tertentu yaitu kondisi spesifik yang disebabkan kanker
aktif seperti trombosis dan perubahan hormonal. Setiap gejala dalam daftar di atas bisa
disebabkan oleh berbagai kondisi (daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis banding).
Kanker mungkin adalah penyebab utama atau bukan penyebab utama dari setiap gejala.
Gejala angiogenesis yang merupakan interaksi antara sel tumor, sel stromal, sel
endotelial, fibroblas dan matriks ekstraseluler.[50] Pada kanker, terjadi penurunan
konsentrasi senyawa penghambat pertumbuhan pembuluh darah baru,
seperti trombospondin, angiostatin dan glioma-derived angiogenesis inhibitory factor, dan
ekspresi berlebih faktor proangiogenik, seperti vascular endothelial growth factor,[51] yang
memungkinkan sel kanker melakukan metastasis.[52] Terapi terhadap tumor pada umumnya selalu
melibatkan 2 peran penting, yaitu penggunaan anti-vascular endothelial growth factor
monoclonal antibodies untuk mengimbangi overekspresi faktor proangiogenik, dan pemberian
senyawa penghambat angiogenesis, seperti endostatin dan angiostatin.[51]
Gejala migrasi sel tumor, yang ditandai dengan degradasi matriks ekstraseluler (ECM), jaringan
ikat yang menyangga struktur sel, oleh enzim MMP. Hingga saat ini telah diketahui 26
berkas gen MMP yang berperan dalam kanker,[53] dengan pengecualian yang terjadi antara lain
pada hepatocellular carcinoma.[54]
Simtoma paraklinis[sunting | sunting sumber]
Ciri paraklinis umum pada sel tumor maupun kanker adalah produksi asam laktat dan asam
piruvat yang tinggi, oksidasi glukosa yang rendah, walaupun tidak selalu
disertai simtoma hipoksia, percepatan lintasan glikolisis dan perlambatan laju fosforilasi
oksidatif, dan pergeseran lintasan glikolisis dari anaerobik menjadi aerobik, yang dikenal
sebagai efek Warburg.[55] Sel kanker memiliki kecenderungan untuk menghasilkan ATP sebagai
sumber energi dari lintasan glikolisis daripada lintasan fosforilasi oksidatif. Faktor
transkripsi Ets-1 yang ditingkatkan oleh sekresi H2O2 oleh mitokondria merupakan salah satu
pemegang kendali pergeseran metabolisme pada sel kanker.[56] Ciri lain adalah rendahnya
kadar plasma vitamin C yang ditemukan pada berbagai penderita kanker, baik dari penderita
dengan kebiasaan merokok, maupun tidak.[57]
Perubahan morfologi seluler[sunting | sunting sumber]
Jaringan kanker memiliki ciri morfologis yang sangat khas saat diamati dengan mikroskop.
Diantaranya berupa banyaknya jumlah sel yang mengalami mitosis, variasi jumlah dan
ukuran nukleus, variasi ukuran dan bentuk sel, tidak terdapat fitur seluler yang khas, tidak terjadi
koordinasi seluler yang biasa tampak pada jaringan normal dan tidak terdapat batas jaringan
yang jelas.
Immunohistochemistry dan metode molekular lain digunakan untuk menemukan ciri morfologis
khas pada sel kanker/tumor, sebagai Referensi diagnosis dan prognosis.

Hahn dan rekan menggunakan ekspresi ektopik dari kombinasi antara telomerase transkriptase
balik dengan onkogen h-ras dan antigen T dari virus SV40 untuk menginduksi konversi
tumorigenik pada sel fibroblas dan sel epitelial manusia, yang terjadi akibat disrupsi pada
lintasan metabolik intraseluler. Ciri fenotipe dari sel kanker setelah mengalami transformasi dari
sel normal, antara lain:[58]
Transformasi in vitro[sunting | sunting sumber]
Terjadi perubahan sitologi seperti pada sel kanker in vivo yaitu peningkatan basofil sitoplasmik,
peningkatan jumlah dan ukuran nuklei
Perubahan pada karakteristik perkembangan sel:
a. sulit mati walaupun telah mengalami diferensiasi berkali-kali
b. tumbuh berkembang yang tidak terhenti, walaupun telah berdesakan dengan sel di sekitarnya,
sehingga jaringan kanker memiliki kepadatan yang tinggi
c. membutuhkan serum dan faktor pertumbuhan lebih sedikit
d. tidak lagi membutuhkan lapisan antarmuka untuk berkembangbiak, dan dapat tumbuh sebagai
koloni bebas di dalam medium semi-padat.
e. tidak memiliki kendali atas siklus sel
f. sulit mengalami apoptosis
Perubahan pada struktur dan fungsi membran sel, termasuk
peningkatan aglutinabilitas karena lektin herbal
Perubahan pada komposisi antarmuka sel, glikoprotein, proteoglikan, glikolipid dan musin,
ekspresi antigen tumorik dan peningkatan penyerapan asam amino, heksos dan nukleosida.
Tidak terjadi interaksi matriks sel-sel dan sel-ekstraseluler, sehingga tidak terjadi penurunan laju
diferensiasi
Sel kanker tidak merespon stimulasi zat yang menginduksi diferensiasi, karena terjadi perubahan
komposisi antarmuka sel, termasuk komposisi molekul pencerap zat bersangkutan.
Perubahan dalam mekanisme transduksi sinyal seluler, termasuk pada lintasan yang sangat
fundamental, selain lintasan regulasi yang mengendalikan fungsi pencerap faktor pertumbuhan,
jenjang fosforilasi dan defosforilasi.
Kemampuan untuk menginduksi tumor pada model. Kemampuan ini yang menjadi sine qua
non yang mendefinisikan kata "ganas" pada transformasi in vitro. Walaupun demikian, sel
kanker yang tidak memiliki kemampuan seperti ini, tetap memiliki sifat "tumorigenik" pada
model yang lain.
Transformasi in vivo[sunting | sunting sumber]
Transformasi pada sel manusia memerlukan akumulasi dari berbagai perubahan genetik yang
mengakibatkan ketidak-stabilan genomik,[59] seperti:
Peningkatan ekspresi protein onkogen sebagai akibat dari translokasi, amplifikasi dan mutasi
pada kromosom.
Tidak terdapat ekspresi protein dari gen "penekan tumor".
Perubahan pada metilasi DNA.
Terdapat kelainan transkripsi genetik yang menyebabkan kelebihan produksi zat pendukung
pertumbuhan, seperti IGF-2, TGF-α, faktor angiogenesis tumor, PDGF, dan faktor pertumbuhan
hematopoietik seperti CSF dan interleukin.
Tidak terjadi keseimbangan genetis, sehingga proliferasi menjadi semakin tidak terkendali,
peningkatan kemungkinan terjadinya metastasis.
Perubahan pada pola enzim dan peningkatan enzim yang berperan dalam sintesis asam
nukleat dan enzim yang bersifat litik, seperti protease, kolagenase dan glikosidase.
Produksi antigen onkofetal, seperti antigen karsinoembrionik dan hormon plasentis
(contoh: gonadotropin korionik), atau isoenzim seperti alkalina fosfatase plasentis.
Kemampuan untuk menghindari respon antitumor dari inangnya.
Dari berbagai perubahan genetik tersebut, pada tumor pada manusia, sering kali ditemukan
translokasi kromosom yang menghasilkan produk kimerik dengan kemampuan transformasi
menjadi sel tumor/kanker atau mengubah ekspresi onkogen.[59]
Penanganan[sunting | sunting sumber]
Riset kanker[sunting | sunting sumber]
Riset kanker merupakan usaha ilmiah yang banyak ditekuni untuk memahami proses penyakit
dan menemukan terapi yang memungkinkan. Meskipun pemahaman kanker telah tumbuh secara
eksponen sejak dekade terakhir dari abad ke-20, terapi baru yang radikal hanya ditemukan dan
diperkenalkan secara bertahap.
Penghambat tirosin kinase (imatinib dan gefitinib) pada akhir 1990-an dianggap sebuah
terobosan utama. Antibodi monoklonal telah terbukti sebuah langkah besar dalam perawatan
kanker.[60] Di Indonesia sendiri yang kaya akan keanekaragaman hayati, riset tanaman yang
berpotensi anti kanker, seperti: keladi tikus, temulawak, temu putih, dll sangat menjanjikan.
David Porter, onkolog dari University of Pennsylvania Medical Center di Philadelphia,
melaporkan pertama kali setelah upaya 20 tahun terapi sel GM modifikasi gen sel-T berhasil
menghancurkan tumor kanker leukemia.[61]
Menemukan cara untuk memprediksi tumor yang akan menyebar menjadi salah satu target paling
penting dalam penelitian kanker. Sehyo Choe, fisikawan dari University of Heidelberg di
Jerman, dan rekannya membangun model matematika bagaimana tumor berkembang.[61] Markus
Gusenbauer di St. Poelten University of Applied Sciences, Austria, dan rekannnya
mengembangkan sebuah model bagaimana darah mengalir melalui manik-manik magnetik.[61]
Pencegahan[sunting | sunting sumber]
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai usaha aktif untuk mengurangi risiko terjadinya kanker.
[62]
Mayoritas dari kasus kanker dikarenakan faktor-faktor risiko lingkungan, dan banyak, tetapi
tidak semuanya, faktor-faktor risiko lingkungan tersebut adalah pilihan gaya hidup yang dapat
dikendalikan. Jadi, kanker dianggap sebagai penyakit yang dapat dicegah. [63] Lebih dari 30%
kematian akibat kanker dapat dicegah dengan menghindari: merokok, kelebihan berat
badan / kegemukan, asupan yang kurang, aktivitas fisik yang minimal, alkohol, penyakit menular
seksual, dan polusi udara.[64] Tidak semua faktor lingkungan dapat dikendalikan,
misalnya radiasi matahari, dan kasus-kasus kanker karena faktor keturunan, oleh karenanya tidak
semua kasus kanker dapat dicegah.
Asupan[sunting | sunting sumber]
Meskipun banyak rekomendasi mengenai diet untuk mengurangi kanker, tetapi bukti-bukti tidak
menunjang hal ini secara nyata.[65][66] Faktor utama asupan yang meningkatkan risiko kanker
adalah kegemukan dan konsumsi alkohol; sedangkan asupan rendah buah dan sayur dan makan
daging merah yang banyak mungkin berimplikasi, tetapi belum terkonfirmasi.[67][68] Penelitian
meta-analisis pada tahun 2014 tidak menemukan hubungan antara buah dan sayuran dengan
kanker.[69] Konsumsi kopi berhubungan dengan berkurangnya risiko kanker hati[70] Penelitian
menunjukkan hubungan antara daging merah dan daging olahan dengan peningkatan
risiko kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker pankreas, sebuah fenomena yang mungkin
terjadi karena adanya karsinogen pada daging yang diproses/dimasak dengan suhu tinggi.[71]
[72]
Rekomendasi yang dianjurkan untuk mencegah kanker adalah asupan seimbang dari sayur,
buah-buahan, biji-bijian utuh, dan ikan, sedangkan yang harus dihindari adalah daging merah
dan daging olahan (sapi, babi, kambing), lewak hewani, dan karbohidrat yang mudah/cepat
dicerna.[65][66]
Obat-obatan[sunting | sunting sumber]
Konsep penggunaan obat-obatan untuk mencegah kanker itu menarik, dan bukti-bukti
menunjangnya dalam berbagai keadaan tertentu.[73] Pada populasi umum, penggunaan obat anti
pembengkakan yang bukan steroid (Non-steroidal anti-inflammatory drug) mengurangi risiko
kanker usus, tetapi karena adanya efek samping pada sistem pembuluh darah dan pencernaan,
makanya penggunaannya akan berbahya jika digunakan untuk pencegahan kanker.
[74]
Aspirin telah diketahui dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker sebesar kurang lebih
7%.[75] COX-2 inhibitor dapat mengurangi jumlah formasi polip pada penderita familial
adenomatous polyposis, bagaimanapun hal ini berhubungan dengan efek samping seperti pada
penggunaan obat anti pembengkakan yang bukan steroid.[76] Penggunaan sehari-
hari tamoxifen atau raloxifene telah menunjukkan pengurangan risiko terjadinya kanker
payudara pada wanita yang berisiko tinggi.[77] Keuntungan dibandingkan kemudaratan
penggunnaan 5-alpha-reductase inhibitor seperti finasteride adalah tidak jelas.[78]
Vitamin telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker,[79] walaupun tingkat yang rendah
dari vitamin D berhubungan dengan peningkatan risiko kanker.[80][81] Apakah ini merupakan
sebab akibat dan suplemen vitamin D bersifat melindungi tidak pernah dinyatakan.
[82]
Suplemen Beta-Carotene telah diketahui meningkatkan kanker paru-paru pada mereka yang
berisiko tinggi.[83] Asam folat telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker usus, bahkan
justru menuingkatkan terjadinya polip pada usus besar.[84] Tidak jelas apakah suplemen selenium
mempunyai efek pengobatan/pencegahan.[85]
Vaksinasi[sunting | sunting sumber]
Vaksinasi telah dikembangkan untuk mencegah infeksi yang dibabkan oleh virus yang
bersifat karsinogen.[86] Human papillomavirus vaccine (Gardasil dan Cervarix) mengurangi risiko
bertumbuhnya kanker mulut rahim.[86] Vaksin hepatitis B mencegah infeksi hepatitis B dan
tentunya mengurangi risiko terjadinya kanker hati.[86] Pemberian vaksin human papillomavirus
dan hepatitis B direkomendasikan jika dana memungkinkan.[87

HUBUNGAN RADIKAL BEBAS DAN KANKER

Jelaskan apa yang dimaksud dengan radikal bebas?


Radikal bebas adalah molekul dengan kandungan elektron yang tidak berpasangan.
Kondisi tersebut membuatnya dapat menyumbangkan atau menerima elektron dari
molekul lain. Molekul ini bersifat tidak stabil dan sangat mudah bereaksi.

Bagaimana Mekanisme radikal bebas?


Pembentukan Radikal Bebas

Biasanya mekanisme pembentukan reaksi berantai radikal bebas terjadi melalui tiga
tahapan reaksi yaitu, inisiasi, propagasi dan terminasi. Tahapan inisiasi merupakan
langkah pertama terciptanya spesies radikal.

Sumber radikal bebas dari dalam tubuh bisa dikarenakan autoksidasi, oksidasi
enzimatik dan respiratory burst, sedangkan sumber radikal bebas berasal dari makanan
dan air yang terkontaminasi racun, minuman keras, polusi udara, radiasi UV, sinar-X,
pestisida dan asap rokok

Dari mana asal radikal bebas?


Radikal bebas yang ada di tubuh manusia berasal dari 2 sumber yakni endogen (dari
dalam tubuh) dan eksogen (dari luar tubuh). Eksogen yang berasal dari luar tubuh
seperti polusi udara, radiasi UV, sinar-X, pestisida dan asap roko.
ROS dapat mengoksidasi DNA, menyebabkan mutasi pada DNA dan juga
menyebabkan stres oksidatif dan kanker. Akibat lain dari ROS adalah mempengaruhi
redox- cycling metabolisme estrogen. Individu yang mempunyai varian G10398A
dihubungkan dengan resiko terjadinya kanker payudara sebesar 60%.

Apakah radikal bebas dapat menyebabkan kanker?


Radikal bebas yang terbentuk menyebabkan stres oksidatif sel atau jaringan yang
dapat diukur dengan MDA Jika stres oksidatif ini berlangsung lama, akan menyebabkan
kerusakan sel atau jaringan yang merupakan penyebab dari timbulnya keganasan
(kanker), inflamasi, aterosklerosis, penuaan dan iskemia

Cara Memperbaiki Sel Tubuh yang Rusak Akibat Radikal Bebas


1. Membatasi konsumsi makanan olahan, terutama makanan yang tinggi gula dan lemak.
2. Berolahraga secara teratur.
3. Berhenti merokok.
4. Mengurangi stres.
5. Menghindari atau mengurangi paparan polusi dan bahan kimia.

Anda mungkin juga menyukai