Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
“Sel Darah Katak Dan Manusia ”

Disusun oleh:
Nama Anggota : Alfina Damayanti Habeahan
NPM : F1D020028
Kelompok :I
Hari/tanggal : Senin, 12 September 2022
Dosen pengampu : 1. Dr. Jarulis, M.Si
2. Dian Fita Lestari, M.Sc
3. Vestidhia Yunisya Atmaja, S.Si., M.Sc
Asisten : 1. Muhammad Rizqi Abdillah (F1D018035)
2. Mira Ervinda Pricillia (F1D019001)
3. Rini Yunita A. (F1D019023)

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai
alat untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Darah
merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, warna merah ini merupakan
protein pernafasan yang mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya
molekul-molekul oksigen yang disebabkan oleh hemoglobin. Dalam darah juga
terdapat kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah juga
dibedakan menjadi beberapa jenis. Pada masing-masing jenis darah juga
memiliki peranan penting dalam tubuh. Jenis-jenis darah manusia yakni sel darah
merah, sel darah putih serta kepingan darah (Khasanah et al.,2016).
Sel darah merah/eritrosit mempunyai membran sel yang bersifat semi
permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya yang berada diluar eritrosit, dan
mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar eritrosit. Tekanan
membran eritrosit dikenal dengan tonisitas yang berhubungan dengan tekanan
osmosis membran itu sendiri. Kekuatan maksimum membran eritrosit menahan
tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau
fragilitas (Siswanto, 2014).
Sel darah merah(eritrosir) merupakan komponen darah yang jumlahnya
paling banyak. Sel darah merah normal berbentuk cakram dengan kedua
permukaannya cekung atau bikonkaf tidak memiliki inti, dan mengandung
hemoglobin. Kelainan pada sel darah merah terjadi karena sel darah merah
dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Esti, et al., 2015). Berdasarkan latar
belakang diatas maka dilakukan praktikum yang berjudul Darah untuk
mengetahui penyusun butir-butir darah dan sel-sel darah. Untuk melihat struktur
sel darah merah katak dan manusia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum hari ini adalah :
1. Untuk melihat struktur sel darah merah katak dan manusia.
2. Untuk menghitung jumlah sel darah merah (Eritrosit)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel darah merah
Sel darah merah, adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang
belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang
dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan
insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.
Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur
pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum
tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah
tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum
akhirnya dihancurkan (Stella, 2012).
Sel darah merah merupakan komponen esensial pada tubuh manusia yang
pada keadaan normal selalu berbentuk bikonkaf, tak bertan dan berfungsi sebagai
pembawa oksigen. Normal tidaknya sel darah merah dapur diet dari morfologi set
dalam proses analiste darah untuk pendeteksin perakit .Darah terdiri dari cairan
kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin
terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel
darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera
atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit. (Andika, 2014)..
Trombosit penting dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari
pembuluh yang cedera. Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses
metabolisme tubuh akan terganggu pula. Darah manusia adalah cairan jaringan
tubuh dimana fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh
sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut
zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan untuk mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Khairil dan
Sutikno, 2016).
2.2 Struktur Sel Darah
Sel darah merah (Eritrosit) berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 8,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron
atau kurang, tersusun atas membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah
terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti
sel. Produksi eritrosit (eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas dari sel
sistem primitif dalam sumsum tulang. Eritroblas adalah sel berinti dalam proses
pematangan disumsum tulang menimbun hemoglobin dan secara bertahap
kehilangan intinya yang disebut retikulosit, kemudian selanjutnya mengalami
penyusutan ukuran dan menghilangnya material berwarna gelap. Diferensiasi sel
sistem multipotensial primitive sumsum tulang menjadi eritroblas di stimulasi
oleh eritropoetin yang diproduksi oleh ginjal dalam keadaan hipoksia lama seperti
pada orang yang tinggal di daerah ketinggian dan setelah dalam keadaan berat
terjadi peningkatan kadar eritropoetin dan stimulasi produksi sel darah merah
(Desmawati, 2013).
2.3 Fungsi darah
Fungsi darah adalah sebagai Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh
saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh. Mengantarkan oksigen dari paru-
paru ke jaringan tubuh. Mengangkut produk buang dari berbagai jaringan menuju
ginjal untuk di ekskresikan. Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon)
dan enzim dari organ ke organ. Ikut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan air, sistem buffer seperti bicarbonat di dalam darah, membantu
mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan tubuh. Berperan
penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara mengangkut panas dari
struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh. Mengatur konsentrasi ion
hidrogen dalam tubuh (keseimbangan asam dan basa) (Gaol, 2015).
Dalam sistem sirkulasi darah yang berperan penting dalam
mendistribusikan berbagai senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh. Darah hewan
Vertebrata terdiri atas sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma dan beredar
menuju organ-organ tubuh. Unsur seluler atau sel darah terbagi menjadi sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Bentuk,
ukuran, dan persentase jumlah eritrosit dan leukosit berbeda untuk setiap jenis
hewan Vertebrata. Eritrosit Mamalia diketahui tidak memiliki inti sel, namun
tidak demikian dengan eritrosit hewan dari kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, dan
Aves yang memiliki inti. Demikian pula dengan jumlah dan tipe sel leukosit yang
memiliki gambaran berbeda jenis hewan. Studi mengenai profil darah antara kelas
Vertebrata dapat menyediakan data pendukung dalam mempelajari aktivitas dan
habitat hewan. Ukuran dan bentuk sel eritrosit serta kandungan hemoglobin dapat
mengindikasikan kemampuan respirasi hewan yang kemudian merupakan hasil
adaptasi terhadap habitat yang berbeda ( Diah, 2018).
Unsur darah berupa cairan dalam tubuh manusia, yang berperan penting
dalam mekanisme kerja tubuh yang berfungsi sebagai medium atau transportasi
massal jarak jauh berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara
sel-sel itu sendiri, dimana transportasi samacam itu penting untuk memelihara
homeostatis. Darah berperan dalam homeostatis atau keseimbangan, berfungsi
sebagai medium untuk membawa berbagai bahan ke dan dari sel, menyangga
perubahan pH, mengangkut kelebihan panas ke permukaan tubuh untuk di
keluarkan, berperan penting dalam sistem perubahan tubuh, dan memperkecil
kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah (Esti, et al.,
2015).
Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin.
Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi
hemin. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah
7,5uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna
merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa
hemoglobin. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian
dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin
dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil
penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk
membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang
dibentuk dan dirombak (Sentra, 2012).
2.4 Darah katak
Beberapa hewan memiliki kepekaan tersendiri terhadap perubahan
lingkungan. Penurunan keanekaragaman jenis ataupun penurunan populasi
menjadi indikator telah terjadinya pencemaran lingkungan. Salah satu hewan yang
dapat dijadikan bioindikator lingkungan adalah katak. Katak merupakan hewan
yang hidup di dua alam yakni di darat dan di air. Katak termasuk hewan
vertebrata yang termasuk kelas amfibi. Katak dapat ditemukan diseluruh dunia
(Esti, et al., 2015).
Katak termasuk salah satu hewan yang mempunyai kepekaan terhadap
perubahan lingkungan. Penurunan populasi jenis katak di lingkungan dapat
dijadikan petunjuk bahwa lingkungan di sekitarnya telah mengalami perubahan
yang menyebabkan habitat katak terganggu. Faktor-faktor lingkungan sering
berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun musiman, kadang-kadang
ditemukan kondisi yang ekstrim. Adanya perubahan pada kualitas lingkungan
seperti perubahan iklim, peningkatan radiasi ultraviolet, polusi kimia dan
fluktuasi pencemaran alam akan menyebabkan katak menjadi stress dan lemah
sehingga dapat menyebabkan menurunnya populasi katak (Andika,2014).
Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-
paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang
berfungsi sebagai pengikat oksigen. Hemosianin, yang berwarna biru,
mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan kelompok udang-udangan dan
moluska. Selain itu, cumi-cumi mungkin menggunakan “vanabin” (protein yang
mengandung vanadium) untuk pigmen pernapasan (Ginanjar, 2011).
Darah katak terdiri atas plasma darah yang jernih dan sel-sel darah.plasma
terdiri atas air, garam-garam mineral, dan protein darah. Sel-sel darah merah pada
katak berbentuk pipih bulat panjang dengan hemoglobin yang terkandung dalam
protoplasmanya. Sel-sel darah merah katak juga memiliki inti sel. Darah putih
pada katak tidak berwarna dan memiliki inti. Darah dari seluruh tubuh yang kaya
CO2 akan memasuki sinus venosus, kemudian masuk ke serambi kanan. Pada saat
yang hamper bersamaan, darah dari paru-paru dan permukaan kulit memasuki
serambi kiri, darah ini kaya O2. Adanya perubahan pada kondisi kesehatan katak
akan menyebabkan perubahan pada kondisi darah katak. Perubahan tersebut dapat
dilihat dari parameter haematologi seperti kadar haematokrit, leukokrit, total
eritrosit dan total leukosit. Untuk mengetahui kondisi darah katak dalam keadaan
sehat ataupun sakit diperlukan gambaran normal darah katak sebagai acuan
(Ferdinand dan Moekti, 2012).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan yang berjudul “ Sel darah katak dan manusia ”ini
dilaksanakan pada Senin 12 September 2022 pukul 13.00 WIB sampai dengan
selesai. Bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Gedung Basic Science,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Bengkulu.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yang berjudul Darah ini,
yaitu lancet device atau jarum Frank, pipet tetes, kaca benda, kaca penutup, gelas
ukur, haemositometer, tube eppendorf, bak bedah, dissecting set, mikroskop.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yang berjudul Darah ini,
yaitu darah katak, darah manusia, alkohol, kapas, NaCI.
3.2.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dibuat dalam bentuk per poin dengan kalimat pasif
3.3.1 Bentuk sel darah merah katak
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu pertama kaki bagian depan
ditusuk dengan Lancet device atau Jarum Frank yang kulitnya tipis. Selanjutnya 1
tetes darah katak diambil dan diletakkan pada kaca objek. Lalu diapus tetesan
darahnya. Kemudian dikering anginkan lalu ditetesi dengan methanol atau larutan
fisiologis. lalu ditambahkan beberapa tetes larutan fisiologis. Setelah itu ditutup
dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop.
3.3.2 Bentuk sel darah merah manusia
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu pertama sebelum darah
diambil, jari manis harus dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol. Selanjutnya
jari manis ditusuk dengan lancet device atau Jarum Frank sehingga mengeluarkan
darah. Kemudian tetesan darah pertama dibuang dan tetesan darah berikutnya
diteteskan di atas kaca objek. Lalu diapus tetesan darahnya. Selajutnta dikering
anginkan dan ditetes dengan methanol atau larutan fisiologis. Setelah itu ditutup
dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop.
3.3.3 Menghitung sel darah merah
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu pertama jari manis
dibersihkan dengan alkohol. Lalu jari tersebut ditusuk dengan jarum Frank
sehingga mengeluarkan darah dan pada tetesan darah pertama dibuang. Tetesan
darah berikutnya dihisap dengan haemositometer sampai angka 0.1 atau 0.5. lalu
larutan pengencer dihisap sampai angka 101 dan dikocok suspensinya sampai
homogen. Lalu kamar hitung dan gelas penutup dibersihkan. Kemudian gelas
penutup dipasangkan di atas kamar hitung sedemikian rupa sehingga apabila
dibalik gelas penutup tidak terjatuh. Lalu suspensi darah diteteskan pada bagian
pinggir gelas penutup, setelah tetesan pertama dibuang. Setelah itu jumlah
seldarah merah dalam kotak dihitung dengan rumus: Jumlah SDM = Ne x p x 250.
3.3.4 Kerapuhan sel darah merah
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu pertama larutan NaCl
disediakan dengan konsentrasi 0.1, 0.3, 0.6, 0.9, 1.2, dan 1.5 % secara
berturutturut. Lalu setetes darah di teteskan pada gelas objek. Selanjutnnya
beberapa tetes larutan NaCl 0.1 % ditambahkan. Setelah itu diamati dibawah
mikroskop dan diulangi dengan konsentrasi yang berbeda-beda serta diamati juga
bentuk sel yang terjadi dan dibuat gafiknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum Darah, dapat dilihat dari tabel berikut:
4.1.1 Struktur Sel Darah Katak
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sel Darah Katak
No Sel Darah Katak Keterangan
1. A. Nukleus
B. Eritrosit
A

4.1.2 Struktur Sel Darah Manusia


Tabel 2. Hasil Pengamatan Sel Darah Manusia
No Sel Darah Katak Keterangan
1. A. Eritrosit

Tambahkan keterangan perbesaran berapa x berapa di gambar


4.1.3 Hasil Perhitungan Sel Darah Merah
Tabel 3. Hasil Perhitungan Sel Darah Merah
Kotak Kamar Hitung Jumlah Sel Darah Merah
Ke-1 7
Ke-2 14
Ke-3 13
Ke-4 16
Ke-5 7
Ke-6 57
Dengan rata rata jumlah sel darah merah 402,maka didapatkan hasil
bahwa jumlah sel darah merah praktikan yaitu 57x10.000 mm3=570.000 sel mm3.

4.1 Pembahasan
Pada pratikum sel darah katak dan manusia darah kali ini bertujuan untuk
melihat struktur sel darah merah katak dan manusia dan untuk menghitung jumlah
sel darah merah (Eritrosit). pada sel darah merah yang berfungsi untuk satu tugas
darah yang paling penting - membawa oksigen dan karbon dioksida. Berdasarkan
gambar hasil pengamatan, struktur sel darah manusia sangat berbeda dengan sel
darah pada katak. Sel darah merah bertanggung jawab untuk satu tugas darah yang
paling penting - membawa oksigen dan karbon dioksida (Neelam, 2012).
Berdasarkan gambar hasil pengamatan, struktur sel darah manusia sangat
berbeda dengan sel darah pada katak.. Eritrosit pada manusia berbentuk kepingan
bikonkaf yang diratakan dan diberikan tekanan di bagian tengahnya, dengan
bentuk seperti “barbell” jika dilihat secara melintang. Bentuk ini (setelah nuklei
dan organelnya dihilangkan) akan mengoptimisasi sel dalam proses pertukaran
oksigen dengan jaringan tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat fleksibel sehingga
dapat dengan mudah untuk memasuki pembuluh kapiler yang sangat kecil.
Eritrosit biasanya berbentuk bundar .
Menurut Wiguna (2009) eritrosit pada katak Fejervarya cancrivora
memiliki bentuk oval dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada eritrosit
manusia. Eritrosit dewasa berbentuk lonjong atau bulat panjang, pipih dan
memiliki inti. Eritrosit yang dimiliki katak termasuk eritrosit yang terbesar
dibandingkan hewan vetebrata lainnya. Dengan adanya inti pada eritrosit katak
maka dapat memperkecil ruang bagi hemoglobin karena oksigen yang dibutuhkan
oleh katak tidak hanya diikat oleh sel darah merah di paru-paru, melainkan dari
oksigen yang berdifusi melewati kulit mereka.
Sel darah merah adalah entitas berbentuk diskoid tanpa nukleus atau
mitokondria dan fungsinya yang paling penting adalah membawa oksigen ke sel-
sel tubuh. Mereka juga memainkan peran mendasar dalam sistem koagulasi dan
peradangan dan telah digunakan dalam penelitian biokimia untuk menentukan
kadar antioksidan. Namun, peran mereka dalam kondisi inflamasi kadang-kadang
kurang dihargai. Baru-baru ini. Lopes del Almeida dan rekan kerjanya
menunjukkan bahwa sel darah merah tidak hanya merupakan kantung yang diisi
hemoglobin, tetapi juga terlibat secara erat dalam peradangan. (Pretorius, 2013)
Pada hasil pengamatan pada praktikum kali ini yang dilakukan pada anggota
kelompok kami atas nama Togi martito sitorus yang berumur 20 tahun dengan
jenis kelamin perempuan didapatkan hasil 57x10.000 mm3=570.000 sel mm3.
Fungsi paling penting dari sel darah merah adalah membawa oksigen, tetapi
mereka juga terlibat dalam proses inflamasi dan selama koagulasi. Sel darah
merah sangat cacat dan elastis, karena terpapar dengan gaya geser saat mereka
berjalan melalui sistem vaskular. Dalam kondisi inflamasi, dan dengan adanya
radikal hidroksil, sel darah merah kehilangan bentuk diskoidnya.
Eritrosit khas akan berbentuk bundar dengan area pucat di bagian tengah
karena bentuknya yang berbentuk bikon. Ketika mengevaluasi ukuran eritrosit,
dapat digambarkan sebagai makrositik (besar), mikrositik (kecil) atau normositik.
Anisocytosis berarti variasi ukuran di antara sel-sel darah merah pada satu slide.
Warna dapat menjalani evaluasi sebagai hiperkromik atau hipokromik.
Anisochromia mengacu pada variasi dalam jumlah pucat sentral di antara
sekelompok sel darah merah. Polikromasia adalah variasi warna di antara eritrosit.
Aglutinasi sel darah merah berarti bahwa sel-sel tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan dibuat perpoin, sama seperti pada tujuan praktikum.
Struktur sel darah merah katak memiliki perbedaan dengan sel darah manusia
dimana sel eritrosit katak berbentuk oval dengan inti berada di tengah, dimana
leukositnya tidak berwarna, sedangkan sel darah merah manusia berbentuk
bikonkaf tanpa inti sel dan leukositnya berwarna putih pucat. Sel darah akan
membesar atau mengembang jika digunakan larutan hipotonis yaitu larutan dan
akan mengkerut atau mengecil jika digunakan larutan hipertonis.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya akan lebih baik apabila hewan yang akan di uji
dan yang diamati untuk lebih bervariasi lagi, hal ini bertujuan agar praktikan lebih
banyak mengetahui macam-macam bentuk dan struktur sel darah merah pada
hewan uji.
DAFTAR PUSTAKA
Andika S, Esti Suryani, dan Wiharto,. 2014. Segmentasi Citra Sel Daarah
Berdasarkan Morfologi Sel Untuk Mendeteksi Anemia Defisiensi Besi.
Jurnal Itsmart. 3(1): 2301-7201.

Diah W,R., dan Riza L,. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata: Lele
(Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata),
Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Jurnal Bioma. 7 (1):
2.

Esti S, Wiharto dan Katarina Novi W,. 2015. Identifikasi Anemia


ThalesemiaBetha Mayor Berdasarkan Morfologi Sel Darah Merah. Jurnal
Unnes. 2(1):2407-7658.

Ginanjar. 2011. Penyakit-penyakit pada Hewan. Jakarta: Gramedia Pustaka.


Khairil Fitriyadi dan Sutikno,. 2016.

Khairil Fitriyadi dan Sutikno,. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah


Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Jurnal Masyarakat
Informatika. 7(1): 2086- 4930.

Neelam, Singh, Semwal B. C, Maurya K., Khatoon R., & Paswan S. 2012.
Artificial Blood: A Tool For Survival Of Humans. International Research
Journal of Pharmacy. 3(5), pp. 119-123.

Siswanto, I Nyoman S., I Gede S. 2014. Kerapuhan Sel Darah Merah Sapi Bali.
Jurnal Veteriner. 15(1): 64-67.

Stella. 2012. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku.


LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Alat dan bahan yang digunakan pada Proses mengambilan darah
praktikum menggunakan jarum suntik

Gambar 3 Gambar 4
Proses mematikan katak sebelum Pengambilan darah katak dengan cara
dibedah dibedah

Gambar 5 Gambar 6
Jari manis ditusuk dengan jarum frank Pengambilan darah dengan
haemositometer

Gambar 7 Gambar 8
Menghomogenkan suspensi Menghitung sel darah
Gambar 9 Gambar 10
Sel darah katak Sel darah manusia

Anda mungkin juga menyukai