Anda di halaman 1dari 24

PATOFISIOLOGI HEMATOLOGI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PATOFISIOLOGI

DOSEN PENGAMPU : HENI, S.Kep, Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH:
1. DANY ADE SETIAWAN (NIM : E 1614201030)
2. ERTINA SUSIYANTI (NIM : E 1614201037)
3. NURFATIKHATUN (NIM : E 1614201047)
4. MUSTAKIM (NIM : E 1614201029)

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung
elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan
lingkungan luar (Silvia A. Price dan Lorraine M. Wilson : 2005 )
Darah membentuk sekitar 80% dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter. Darah
terdiri dari 3 jenis unsur sel khusus , eritrosit , leukosit dan trombosit yang terendam dalam
cairan kompeks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir melalui pembuluh darah
menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata di dalam plasma . Hematokrit pada
wanita rata-rata adalah 42% dan untuk pria sedikit lebih tinggi yaitu 48%.
Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi kita kehidupan. Pada saat
beredar didalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan dan melindungi
tubuh dari zat-zat beracun. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan apapun pada dinding
pembuluh darah sehingga  sistem tersebut kembali seperti semula. Rata-rata terdapat 1,32
galon(5 liter) darah dalam tubuh manusia mempunyai berat 132 pon (60 kg). Jantung mampu
mengedarkan seluruh jumlah ini didalam tubuh dengan mudah dalam sesaat. Bahkan, saat berlari
atau bahkan berolahraga, tingkat peredaran darah meningkat hingga lima kali lipat lebih cepat.
Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk yang sempurna sehingga tidak ada penyumbatan
ataupun endapan yang terbentuk.
    Kelainan hematologi yang sering terjadi adalah adanya penurunan jumlah sel darah
merah yaitu anemia. Terjadi akibat produksi darah merah dari sumsum tulang berkurang  yang
diakibatkan oleh kekurangan faktor untuk eritropoesis, seperti asam folat, vitamin B12, dan besi.
(Brunner & Suddarth. 2002)
    Pada ibu hamil juga sering terjadi anemia. Dapat terjadi apablila kondisi ibu hamil
dengan kadar hemogbin (Hb) dalam darahnya dibawah 11 gr% pada trimester I dan  III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Sedangkan anemia pada kehamilan yaitu
dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah ibu hamil kurang dari 12gr% (Wiknjosastro,2002)

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Apakah Pengertian Sistem Hematologi?


b. Bagaimana Prose Pembentukan Sel Darah Merah?
c. Apa Saja Fungsi dan Macam-macam Sel Darah Putih?
d. Apa Saja Fungsi dan Bagian Plasma Darah?
e. Apakah Sistem Tulang?
f. Bagaimana Pembekuan Darah Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Agar kita sebagai mahasiswa mengetahui bagaimana proses hematologi selama


kehamilan. 

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi hematologi.


2. Mengetahui perubahan-perubahan pada wanita hamil. 
3. Mengetahui perubahan hematologi kehamilan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM HEMATOLOGI


1. Pengertian
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentuk darah
dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg
diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai tubuh dengan nutrisi,
mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem
imun yg bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari
sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Hematopoisis adalah proses pembentukan
darah dan system imun, menghasilkan semua sel darah tubuh, termasuk sel darah unutk
pertahanan imunologis. Terjadi di sumsum tulang, dimana sel batang multipotensial
memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang dikenal sebagai sel batang unipotensial.
2. Macam - Macam Darah;
a. Sel darah merah
b. Sel darah putih
1) Granulosit
a) Neutrofil. Merupakan granulosit terbanyak. Fagosit kuat menangkap,
mencerna, membuang benda asing.
b) Eosinofil merupakan sejenis fagositik yang mengatur respon alergi dan
bertahan melawan parasit.
c) Basofil normalnya bukanlah fagositik tetapi dapat melepaskan histamine
dan amin vasoaktif lain pada reaksi alergi akut.
2) Agranulosit
a) Limfosit meliputi sel T yang matang di dalam thymus, dan sel B yang
mungkin matang di sumsum tulang. Keduanya bertahan melawan antigen.
b) Monosit. Monosit dibedakan kedalam macrofag yang sangat fagositik.
Monosit merupakan sel terbesar dari kelima sel darah putih.

4
c) Trombosit (keping darah)
Trombosit melindungi permukaan vascular dan agregasi untuk
meningkatkan koagulasi, yang menghentikan kehilangan darah.

2.2 PROSES PEMBENTUKAN SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)


Karena ketidak mampuan eritrosit (sel darah merah) untuk proses divisi sel untuk mengisi
jumlahnya sendiri, sel-sel lama yang pecah harus diganti dengan benar-benar sel-sel baru.
Mereka bertemu kematian mereka karena mereka tidak memiliki mesin intraseluler khusus
seperti pada umumnya, yang mengontrol pertumbuhan sel dan perbaikan, yang mengarah ke
jangka hidup yang pendek sekitar 120 hari.

Proses Pembentukan Sel Darah Merah eritropoiesis

Jangka hidup yang pendek ini mengharuskan proses eritropoiesis, yaitu pembentukan sel
darah merah. Semua sel darah terbentuk di sumsum tulang. Ini adalah pabrik eritrosit, yang
lunak, jaringan cellar tinggi yang mengisi rongga internal tulang.

5
Selama perkembangan intrauterine, tahap awal kehidupan, eritrosit diproduksi pertama
oleh kantong kuning telur dan kemudian oleh limpa berkembang selama bulan ketiga kehamilan,
sampai sumsum tulang terbentuk pada bulan ketujuh dan mengambil alih produksi eritrosit
eksklusif.

Diferensiasi eritrosit
Diferensiasi eritrosit berlangsung dalam 8 tahap. Ini adalah jalur di mana eritrosit matang dari
hemocytoblast menjadi eritrosit penuh. Tujuh pertama semua berlangsung dalam sumsum tulang.
Setelah tahap 7 sel kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai retikulosit, di mana ia
kemudian matang 1-2 hari kemudian menjadi eritrosit. Tiga tahapan itu adalah sebagai berikut:

1. Hemocytoblast, yang merupakan stem sel hematopoietik pluripoten


2. Myeloid progenitor umum, stem sel multipoten
3. Stem sel unipotent
4. Pronormoblast
5. Normoblast basofilik juga disebut eritroblast.
6. normoblast Polychromatophilic
7. Orthochromatic normoblast
8. Retikulosit

Ada 4 langkah utama dalam eritropoiesis, yang akan saya jelaskan.


Eritrosit berasal di sumsum tulang merah dari sel punca (Stem sel) berpotensi majemuk
yang menimbulkan semua jenis sel darah. Sel punca myeloid yang sebagian sel
dibedakan menimbulkan eritrosit dan beberapa jenis sel darah.
Erythroblasts berinti berkomitmen untuk menjadi eritrosit matang. Sel-sel mengusir inti
dan organel mereka, membuat lebih banyak ruang untuk hemoglobin. Retikulosit adalah
sel-sel darah merah yang belum matang yang mengandung sisa-sisa organel. eritrosit
matang yang dilepaskan ke dalam kapiler.

6
Perbedaan Karakteristik Eritrosit selama eritropoiesis
Karakteristik ini dapat dilihat selama pematangan eritrosit:
- Ukuran sel menurun
- Volume sitoplasma meningkat
- Awalnya ada inti dan karena sel matang ukuran inti berkurang sampai hilang dengan
pelarutan materi kromatin.

Regulasi eritropoiesis
Anda mungkin berpikir logis dengan menduga bahwa karena fungsi utama dari eritrosit
adalah untuk mengangkut O2 dalam darah, stimulus utama untuk produksi eritrosit adalah kadar
O2 rendah. Anda akan benar, tetapi tingkat O2 rendah tidak merangsang eritropoiesis dengan
bertindak langsung pada sumsum tulang. Sebaliknya, merangsang ginjal untuk mengeluarkan
hormon erythropoietin ke dalam darah, dan hormon ini dalam efek domino merangsang sumsum
tulang untuk memproduksi eritrosit. Erythropoietin bekerja pada turunan dari sel-sel
terdiferensiasi yang telah berkomitmen untuk menjadi sel-sel darah merah (RBC), merangsang
proliferasi dan pematangan sel-sel menjadi eritrosit matang. Peningkatan aktivitas erythropoietic
mengangkat jumlah beredar eritrosit, sehingga meningkatkan daya dukung O2 darah dan
mengembalikan pengiriman O2 ke jaringan tubuh normal. Setelah tingkat O2 di jaringan ginjal
dibawa kembali normal, sekresi erythropoietin ditolak sampai dibutuhkan lagi. Ini adalah contoh
dari mekanisme umpan balik negatif.

2.3 FUNGSI DAN MACAM-MACAM SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)

Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka
sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman
penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk
bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada
kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi
pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan
gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih

7
mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm.
Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta
pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah,
cobalah Anda perhatikan Gambar

sel darah putih


Salah satu sel darah putih
Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan
1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3,
namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain
karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah
putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal
disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk
meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat
meninggal dunia.

Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20
ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal
disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe.
Sel darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak
bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.

8
Macam-macam Sel Darah Putih (Leukosit)
Berdasarkan ada atau tidaknya granula di dalam sitoplasmanya, leukosit dibagi menjadi
leukosit tidak bergranula (agranulosit) dan leukosit bergranula (granulosit).
a) Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.
Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit adalah leukosit yang
tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel. Limfosit berfungsi dalam membentuk
antibodi. Limfosit berukuran antara 8–14 mikrometer. Monosit berukuran lebih besar
daripada limfosit, yaitu 14–19 mikrometer. Monosit memiliki inti berbentuk menyerupai
ginjal.
b) Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Berdasarkan
sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi tiga, yaitu neutrofil,
basofil, eosinofil.

Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil memiliki
granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun granul-granul pada eosinofil
dapat menyerap zat warna yang bersifat asam. Jumlah leukosit pada manusia sekitar 5.000–
10.000 dalam setiap milimeter kubik darah. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah
eritrosit. Limfosit biasa diproduksi di jaringan limfa dan di sumsum tulang. Leukosit hanya
berumur beberapa hari saja, bahkan beberapa jam.

Tabel Macam Sel Darah Putih Agranulosit

No Agranulosit Keterangan
1 Monosit Bersifat fagosit dan motil dengan inti bulat
panjang.
2 Limfosit Tidak motil, inti satu, berfungsi untuk
kekebalan. Limfosit membentuk 25% dari
seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini
dibentuk di dalam kelenjar limfa dan dalam
sumsum tulang. Selain itu dibagi lagi menjadi

9
limfosit besar dan kecil

Tabel Macam Sel Darah Putih Granulosit

No Granulosit Keterangan
1 Netrofil Bersifat fagosit, intinya bermacam-
macam, dengan bentuk bermacam-
macam pula antara lain batang, bengkok,
dan bercabang-cabang. Sel-sel netrofil
paling banyak dijumpai pada sel darah
putih. Sel golongan ini mewarnai dirinya
dengan pewarna netral atau campuran
pewarna asam dan basa beserta tampak
berwarna ungu.
2 Basofil Bersifat fagosit dan cenderung berwarna
biri. Warna biru ini disebabkan karena
sel basofil menyerap pewarna basa
3 Eosinofil Bersifat fagosit dan cenderung berwarna
merah. Sel eosinofil hanya sedikit
dijumpai pada sel darah putih. Sel ini
menyerap pewarna yang bersifat asam
(eosin) dan kelihatan merah.

Granulasit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
kuman-kuman penyakit. Dengan kemampuannya sebagai fagosit mereka memakan bakteri-
bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Pada waktu menjalankan fungsi ini mereka
disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam
mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini ia dapat:

1) mengepung daerah yang terkena infeksi

10
2) menangkap kuman-kuman penyakit hidup
3) menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran.

Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d) basofil, dan (e)
eosinofil

Granulosit juga mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan, dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang
rusak atau terluka dapat dibuang dan memungkinkan untuk penyembuhan. Sebagai hasil kerja
fagositik dari sel darah putih, yaitu peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatan sel
darah putih tersebut tidak berhasil dengan baik, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi
kuman-kuman yang sudah mati.

2.4 FUNGSI DAN BAGIAN PLASMA DARAH

Plasma adalah bagian cair darah dan sebagian besar tersusun oleh air. Sekitar 91%
plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma
(albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah
(zat makanan, sisa metabolisme, gas-gas, dan hormon).

Protein plasma adalah protein yang ditemukan dalam plasma darah, jelas, kaya protein
cairan yang tertinggal ketika trombosit, sel darah merah, dan sel darah putih yang dikeluarkan
dari darah. Protein ini memainkan sejumlah peran penting dalam tubuh manusia, dan tingkat
protein plasma kadang-kadang dievaluasi dalam analisis laboratorium untuk mengumpulkan
informasi tentang kesehatan umum pasien dan masalah kesehatan tertentu yang pasien mungkin
mengalami. Protein plasma membentuk sekitar 7% dari total volume darah, dengan tingkat yang
dapat berfluktuasi di kali.

11
Beberapa protein plasma umum termasuk albumin, yang sejauh ini merupakan yang
paling umum, bersama dengan fibrinogen dan globulin, yang dipecah menjadi alpha globulin,
beta globulin, dan gamma globulin. Jejak jumlah protein lain juga dapat ditemukan dalam
plasma darah, biasanya dalam konsentrasi kurang dari satu persen dari total plasma, yang dapat
membuat mereka sulit untuk mengidentifikasi, terutama dengan hanya alat skrining darah dasar
yang tersedia. Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang
menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah
merupakan plasma darah.

 Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10%
berupa larutan protein,glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida.
Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.

Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan[1] yang kemudian diputarsentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke
dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma
darah berada di atas lapisan tersebut, dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l. Serum
darah adalah plasma tanpafibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.[1] Fibrinogen menempati
4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.

Komponen Penyusun Plasma Darah

Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut.

1. Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,
asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral.
2. Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.
3. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran
cukupbesar  sehingga tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
a. Albumin, berguna untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik
darah.
b) Globulin, berperan dalam pembentukan g-globulin, merupakan
komponen pembentuk zat antibodi.
b. Fibrinogen, berperan penting dalam pembekuan darah.
4. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
5. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.

12
Fungsi Plasma Darah

Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap
penyakit atau zat antibodi.

Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum merupakan
plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam
sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi
untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke
dalam tubuh disebut antigen. Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat
dibedakan sebagai berikut.

1. Aglutinin : menggumpalkan antigen.


2. Presipitin : mengendapkan antigen.
3. Antitoksin : menetralkan racun.
4. Lisin : menguraikan antigen.

Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen, sedangkan
antibodi terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin. Aglutinogen membuat sel-sel
darah peka terhadap aglutinasi (penggumpalan). Adanya aglutinogen dan aglutinin di dalam
darah ini pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner (1868–1943) dan Donath.

  Isi Kandungan Plasma Darah Manusia :

1. 1.Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida


2. Protein seperti fibrinogen, albumin dan globulin
3. Enzim
4. Antibodi
5. Hormon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino,
kolesterol, dsb.

2.5 SUMSUNG TULANG

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi
yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons. Tulang-tulang rangka
axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang
humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia.
Terdapat dua jenis sumsum tulang pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum

13
tulang kuning. Pada neonatus, seluruh sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna
sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari
sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang kuning (fatty
marrow) (Tortora, 2009). Hal ini terjadi akibat adanya pertukaran sumsum menjadi lemak-lemak
secara progresif terutama di tulang-tulang panjang. Bahkan di sumsum hemopoietik sekalipun,
50% penyusunnya adalah sel-sel lemak (Hoffbrand, 2006). Jadi pada dewasa, proses
hemopoiesis hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung proksimal dari humerus
dan femur.

Hemositoblas atau pluripotent stem cells merupakan bagian dari sumsum tulang yang
berasal dari jaringan mesenkim. Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan hanya sekitar 1 sel
dari setiap 20 juta sel di sumsum tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk berkembang
menjadi beberapa lineage yang berbeda melalui proses duplikasi, kemudian berproliferasi serta
berdiferensiasi hingga akhirnya menjadi sel-sel darah, makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan
sel adiposa. Selanjutnya sel darah yang sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi general
melalui kapiler sinusoid.

14
2.6 PEMBEKUAN DARAH JALUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK

15
Pada proses pembekuan darah terdapat 13 faktor yang dapat berpengaruh yaitu :

I. Fibrinogen : Protein plasma yang disintesis dalam hati, diubah menjadi fibrin.
II. Protrombin : Protein plasma yang disintesis dalam hati, diubah menjadi trombin.
III. Tromboplastin : Lipoprotein yang dilepas jaringan rusak, mengaktivasi faktor VII
untuk pembentukan trombin.
IV. Ion kalsium : Ion anorganik dalam plasma, didapat dari makanan dan tulang,
diperlukan dalam seluruh tahap pembekuan darah.
V. Proakselerin : Protein plasma yang disintesis dalam hati, diperlukan untuk mekanisme
ekstrinsik-intrinsik.
VI. Nomor tidak dipakai lagi : Fungsinya dipercaya sama dengan fungsi faktor V.
VII. Prokonvertin : Protein plasma yang disintesis dalam hati, diperlukan untuk
mekanisme intrinsik.
VIII. Faktor antihemofilik : Protein plasma (enzim) yang disintesis dalam hati
(memerlukan vitamin K) berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik.
IX. Plasma tromboplastin : Protein plasma yang disintesis dalam hati (memerlukan
vitamin K)berfungsi dalam mekanisme intrinsik.
X. Faktor Stuart-Prower : Protein plasma yang disintesis dalam hati (memerlukan
vitamin K) berfungsi dalam mekanisme ekstrinsik dan intrinsik.
XI. Antiseden tromboplastin plasma : Protein plasma yang disintesis dalam hati
(memerlukan vitamin K) berfungsi dalam mekanisme intrinsik.
XII. Faktor Hageman : Protein plasma yang disintesis dalam hati berfungsi dalam
mekanisme intrinsik.
XIII. Faktor penstabilan fibrin : Protein yang ditemukan dalam plasma dan
trombosit,hubungan silang filamen-filamen fibrin.

Tahapan pembekuan darah


1. Kontriksi pembuluh darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh yang
rusak itu menyebabkan dinding pembuluh darah berkontraksi, sehingga dengan segera aliran
darah dari pembuluh darah berkurang. Kontraksi terjadi akibat reflex saraf berupa rasa nyeri
san spasme otot setempat.

16
2. Pembentukan sumbat trombosit
Trombosit membengkak, jadi lengket, dan menmpel pada serabut kolagen dinding
pembuluh darah yang rusak membentuk sumbat trombosit. Jika kerusakan pembuluh darah
sedikit, maka sumbatan trombosit mampu menghentikan perdarahan. Jika kerusakannya
besar, maka sumbat trombosit dapat mengurangi perdarahan sampai proses pembekuan
terbentuk.

3. Pembekuan darah
Bekuan mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat hebat,
dan dala 1-2 menit bila traumanya kecil. Pembekuan darah berlangsung melalui dua jalur
yaitu jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik.

a. Jalur intrinsic/ intrinsic pathway


Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue factor) berasal dari luar
darah. Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X, prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi/ High Molecular Weight Kininogen (HMWK), ion
Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa (aktif). Lintasan ini
dimulai dengan “fase kontak” dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul
tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative.
Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau
komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan
diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan
menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan
menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI
menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat
molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin
protease, yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor
X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan
ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan

17
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa
dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX
dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai
tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase,
trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic).
Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak
bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi
kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan
trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga
terbentuk factor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses
pemecahan lebih lanjut.
b. Jalur Ekstrinsik/ Ekstrinsic Pathway
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue factor) berasal dari luar
darah. Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan
menghasilkan factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan
ekspresi factor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII
dan mengaktifkannya; factor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar
dalam darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor
VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII
memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks
tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting
antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah
bahwa kompleks factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam
lintasan intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor
VIIa kini dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan
darah secara in vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut
melibatkan factor XII, prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar.
Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam
koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat memotong plasminogen, dan
kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.

18
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan
inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang
beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa
dengan terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor
Xa-TFPI ini manghambat kompleks factor VIIa-faktor jaringan.
c. Lntasan Terakhir
Pada lintasan terakhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic
dak ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan
trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas
fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor Xa dan protrombin. Factor V yang
disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma
berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika
aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik
pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta
protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut,
dengan demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin
menjadi thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang
disintesis di hati. Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu
Gla, dan tempat protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-
terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa
pada membrane trombosit, protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk
menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari
permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.

Proses konversi Fibrinogen menjadi Fibrin. Fibrinogen (factor 1, 340 kDa)


merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai
polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda.
Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin.
Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada
pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh

19
manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang
rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah
sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada
rantai Aa dan Bβ, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung
terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative
berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-
sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut
pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan
menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen. Thrombin
(34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase, menghidrolisis
4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian α serta β pada
rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin
menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan
FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan
mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul
fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul
monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur
hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang
menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk
trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan
disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.

Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII
menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk
ikatan silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar
gugus amida residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan
bekuan fibrin yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.

3. Penghentian pembentukan bekuan


Setelah pembentukan bekuan, sangat penting untuk melakukan pengakhiran
pembekuan darah lebih lanjut untuk menghindari kejadian trombotik yang tidak

20
diinginkan.yang disebabkan oleh pembentukan bekuan sistemik yang berlebihan.
Antikoagulan yang terjadi secara alami meliputi antitrombin III (ko-faktor heparin), protein
C dan protein S. Antitrombin III bersirkulasi secara bebas di dalam plasma dan menghambat
sistem prokoagulan, dengan mengikat trombin serta mengaktivasi faktor Xa, IXa, dan XIa,
menetralisasi aktivitasnya dan menghambat pembekuan. Protein C, suatu polipeptida, juga
merupakan suatu antikoagulan fisiologi yang dihasilkan oleh hati, dan beredar secara bebas
dalam bentuk inaktif dan diaktivasi menjadi protein Ca. Protein C yang diaktivasi
menginaktivasi protrombin dan jalur intrinsik dengan membelah dan menginaktivasi faktor
Va dan VIIIa. Protein S mempercepat inaktivasi faktor-faktor itu oleh protein protein C.
Trombomodulin, suatu zat yang dihasilkan oleh dinding pembuluh darah, diperlukan untuk
menimbulkan pengaruh netralisasi yang tercatat sebelumnya. Defisiensi protein C dan S
menyebabkan spisode trombotik. Individu dengan faktor V Leiden resisten terhadap
degradasi oleh protein C yang diaktivasi.

4. Resolusi bekuan
Sistem fibrinolitik merupakan rangkaian yang fibrinnya dipecahkan oleh plasmin
(fibrinolisin) menjadi produk-produk degradasi fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan.
Diperlukan beberapa interaksi untuk mengubah protein plasma spesifik inaktif di dalam
sirkulasi menjadi enzim fibrinolitik plasmin aktif. Protein dalam bersirkulasi, yang dikenal
sebagai proaktivator plasminogen, dengan adanya enzim-enzim kinase seperti streptokinase,
stafilokinase, kinase jaringan, serta faktor XIIa, dikatalisasi menjadi aktivator plasminogen.
Dengan adanya enzim-enzim tambahan seperti urokinase, maka aktivator-aktivator
mengubah plasminogen, suatu protein plasma yang sudah bergabung dalam bekuan fibrin,
menjadi plasmin. Kemudian plasmin memecahkan fibrin dan fibrinogen menjadi fragmen-
fragmen (produk degradasi fibrin-fibrinogen), yang mengganggu aktivitas trombin, fungsi
trombosit, dan polimerisasi fibrin, menyebabkan hancurnya bekuan. Makrofag dan neutrofil
juga berperan dalam fibrinolisis melalui aktivitas fagositiknya.

21
Mekanisme Pembekuan Darah

1. VaskontriksiJika pembuluh darah terpotong,trombosit pada sisi yang rusak melepas


serotonindan tromboksin A2(prostaglandin) yang menyebabkan otot polos dinding
pembuluhdarah berkonstriksi.Hal ini pada awalnya akan mengurangi darah yang hilang.
2. Plug TrombositTrombosit membengkak,menjadi lengket, dan menempel pada serabut
kolagendinding pembuluh darah yang rusak, membentuk plug trombosit.Jika
kerusakanpembuluh darah sedikit,maka plug trombosit mampu menghentikan
pendarahan.Jikakerusakannya besar,maka plug trombosit dapat mengurangi
pendarahan,sampai prosespembekuan terbentuk.
3. Pembentukan Bekuan DarahBekuan mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila
trauma pembuluh sangathebat, dan dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Pembekuan
darah berlangsung melaluidua mekanisme yaitu mekanisme intrinsik dan
mekanisme ekstrinsik.

a. Mekanisme Ekstrinsik 

b. Mekanisme Intrinsik Melibatkan 13 faktor pembekuan yang hanya ditemukan dalam


plasmadarah,dimana setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif,jika salah
satudiaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya
dalamrangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi ( casade of reaction
)untuk membentuk bekuan.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yg mempelajari darah, organ pembentuk darah
dan penyakitnya. Hematologi berasal dari bahasa Yunani “haima” yang artinya darah. Darah
manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg
diperlukan oleh se-sel di seluruh tubuh.

Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka
sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman
penyakit yang masuk melalui luka itu.

Plasma adalah bagian cair darah dan sebagian besar tersusun oleh air. Sekitar 91%
plasma darah terdiri atas air. Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma
(albumin, protrombin, fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah
(zat makanan, sisa metabolisme, gas-gas, dan hormon).

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi
yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa keperawatan untuk bisa lebih mengerti dan memahami tentang Sistem Hematologi.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran untuk lebih
memperbaiki makalah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

http://www.scribd.com/archive/plans?doc=79428717&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22missing_page_signup%22%2C%22platform%22%3A%22web%22%2C%22logged_in
%22%3Atrue%7D

http://www.scribd.com/doc/79428717/Anatomi-Dan-Fisiologi-Sistem-Imun-Dan-Hematologi-Dari-Janin-
Hingga-Lansia

24

Anda mungkin juga menyukai