0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan21 halaman
Croup adalah infeksi virus saluran pernafasan atas yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada laring, trakea dan bronkus. Gejalanya berupa pilek, batuk, dan suara stridor. Penyebabnya adalah virus seperti parainfluenza dan RSV. Penatalaksanaannya meliputi nebulisasi epinefrin, kortikosteroid, cairan infus, dan trakeostomi jika berat. Komplikasinya dapat berupa pneumonia dan otitis media.
Croup adalah infeksi virus saluran pernafasan atas yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada laring, trakea dan bronkus. Gejalanya berupa pilek, batuk, dan suara stridor. Penyebabnya adalah virus seperti parainfluenza dan RSV. Penatalaksanaannya meliputi nebulisasi epinefrin, kortikosteroid, cairan infus, dan trakeostomi jika berat. Komplikasinya dapat berupa pneumonia dan otitis media.
Croup adalah infeksi virus saluran pernafasan atas yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada laring, trakea dan bronkus. Gejalanya berupa pilek, batuk, dan suara stridor. Penyebabnya adalah virus seperti parainfluenza dan RSV. Penatalaksanaannya meliputi nebulisasi epinefrin, kortikosteroid, cairan infus, dan trakeostomi jika berat. Komplikasinya dapat berupa pneumonia dan otitis media.
Croup (Laringotrakeobronkitis) adalah suatu infeksi
virus yang menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran pernafasan bagian atas (laring, trakea dan bronkus). PENYEBAB VIRUS PARA INFLUENSA RESPIRATORY SYNCYTIAL VIRUS ( RSV ) VIRUS INFLUENSA TIPE A & B GEJALA
PILEK, HIDUNG MELER, BERSIN, DEMAM RINGAN
DAN TERKADANG BATUK BIASANYA BERLANGSUNG 3-4 HARI KROUP SPASMODIK = SERING KAMBUH PEMERIKSAAN FISIK BERVARIASI TERGANTUNG DERAJAT TANDA/GEJALA DISTRESS PERNAFASAN PATOFISIOLOGI Virus masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung viremia/bakterimia menimbulkan gejala/reaksi tubuh melakukan perlawanan tjd inflamasi,eritema & edema laring&trakea shgga menggangu gerakan plika vocalis stridor dan obstruksi saluran nafas Laringotrakeobronkitis dan laringotrakeobronkitispneumonitis PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Jika ringan tdk prlu dirawat dirumah sakit
Bisa digunakan humidifier Jika berat dilakukan tindakan& obat2an 1. Epineprin nebulasi 2. Kortikosteroid 3. IVFD perhatikan ada tdknya dehidrasi 4. trakeostomi KOMPLIKASI
Otitis Media Pnemonia Sinusitis PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit masa lalu
2. Pemeriksaan fisik fokus utama pengkajian pernafasan adalah : Pola nafas Kedalaman Usaha serta irama pernafasan 3. Faktor pertumbuhan & psikososial 4. Pengethuan klien dan keluarga DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus. Intervensi a) Jelaskan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan. b) Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien. R/ Peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan. c) Lakukan fisioterapi nafas dan latihan batuk efektif R/ Fisoterapi nafas melepaskan sekret dari tempat perlekatan, postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat. d) Observasi: Pernafasan (rate, pola, penggunaan otot bantu, irama, suara nafas, cyanosis), tekanan darah, nadi, dan suhu. R/ Tanda vital merupakan indikator yang dapat diukur untuk mengetahui kecukupan suplai oksigen. 2. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, dyspnoe, tacypnoe. Intervensi a) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari pemberian minum yang adekuat. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b) Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan minum yang adekuat. R/ Intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan. c) Kolaborasi dalam pemberian cairan perparenteral. R/ anak yang mengalami dyspnoe akan mengalami kesulitan dalam asupan perenteral/ per os. d) Observasi intake dan output R/ mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan. e) Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum. R/ Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh dapat mengakibatkan perubahan pada tanda vital, produksi urine. 3. Hipertermi berhubungan dengan bakterimia, viremia Intervensi: a) Jelaskan pada keluarga tindakan perawatan yang akan dilakukan. R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan keperawatan. b) Berikan kompres. R/ Penurunan panas dapat dilakukan dengan cara konduksi melalui kompres. c) Anjurkan kepada keluarga dan klien untuk minum lebih banyak. R/ Hidrasi cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh. d) Anjurkan kepada keluarga untuk memakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat untuk klien. R/ Penurunan suhu dapat dilakukan dengan tehnik evaporasi. e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik. R/ Antipiretik mengandung regimen yang bekerja pada pusat pengatur suhu di hipotalamus. f) Observasi tanda-tanda vital. R/ Peningkatan suhu tubuh mencerminkan masih adanya bakterimia, viremia DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L, Christina Algiere Kerparisin, Carya
Stoer mer Hess. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edosi 6. Jakarta : EGC. 2002 http://www.scribd.com/doc/71468182/13/ LARINGOTRAKEOBRONKITIS http://medicastore.com/penyakit/942/Krup.html