Anda di halaman 1dari 17

SARS

Anggota Kelompok :

• Adinda Salsa Vinabila (40902200005)


• Ghanden Baihaqi R (40902200024)
• Indah Novita Sari (40902200029)
• Irsyad Ghani Jatmiko (40902200031)
• Maya Megyarani (40902200036)
• Tri Widayanti (40902200056)
• Rangga Saputra (40902200063)
Definisi SARS

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah suatu jenis


kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang
menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di paru-paru (edema
paru). SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada
orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal.
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa,
keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. [ Kunoli,2021].
Etiologi SARS

Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa corona


virus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab
SARS. Coronavirus (Virus Corona Family Paramyxovirus) berasal
dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya
“crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau di lihat dengan mikroskop nampak seperti
mahkota [ Kunoli,2021].
Tanda Gejala SARS
Suspect SARS : Gejala lain SARS :
 Suhu >38°C  Sakit kepala
 Batuk  Otot kaku
 Sesak nafas  Diare terus menerus
 Nafas pendek-pendek  Bintik merah pada kulit
 Tenggorokan gatal  Lemas beberapa hari

Probable SARS :
 Radang paru-paru
(pneumonia)
Patofisiologi SARS

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh Corona Virus Family


Paramoxyviridae yang pada pemeriksaan dengan mikroskop
elektron. Virus ini stabil pada tinja dan urin pada suhu kamar
selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada
penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat
udara, masuk melalui saluran pernafasan, lalu bersarang di
paru-paru.
Patofisiologi SARS

Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang


kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga
bernafas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara
serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan
pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan
batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi [Kunoli,2021].
Pathway SARS
Pemeriksaan Penunjang SARS

1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram :


Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan
menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan
abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah
seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita
tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
Pemeriksaan Penunjang SARS
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
A. Rontgen dada, menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara.
B. Gas darah arteri.
C. Hitung jenis darah dan kimia darah.
D. Bronkoskopi.
E. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
F. Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi,
biopsy.
G. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam
8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi
antibody.
Diagnosa SARS

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi


dan obstruksi jalan nafas.
b. Defisit Volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak
adekuat, takipneu, demam.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakemampuan pemasukan
berhubungan dengan faktor biologis (sesak nafas).
INTERVENSI a
AirWay Suction :
o Pastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning.
o Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
o Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
o Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
o Berikan oksigen, dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal.
o Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan.
o Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter di
keluarkan dari nasotrakeal.
o Monitor status oksigen pasien.
o Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
o Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien. menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi oksigen, dan lain-lain.
Airway Management:
o Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu.
o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan.
o Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
o Kolaborasi pemberian bila perlu.
o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
o Monitor respirasi dan status oksigen.
Intervensi b
Fluid management :
o Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
o Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
o Monitor vital sign.
o Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
harian
o Lakukan terapi IV.
o Monitor status nutrisi.
o Berikan cairan.
o Dorong masukan oral.
o Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
o Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
o Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
o Atur kemungkinan tranfusi.
o Persiapan untuk transfusi.
Intervensi c
Eating disorder manajemen :
o Tentukan kebutuhan kalori harian.
o Ajarkan klien dan keluarga tentang pentingnya
nutrient.
o Monitoring TTV dan nilai Laboratorium.
o Monitor intake dan output.
o Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi
parenteral.
o Pertimbangkan nutrisi enteral.
o Pantau adanya Komplikasi Gl.
Terapi gizi :
o Monitor masukan makanan atau minuman dan hitung
kalori harian secara tepat.
o Kolaborasi ahli gizi.
o Pastikan dapat diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein).
o Berikan perawatan mulut.
o Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin,
HB.
o Jauhkan benda-benda yang tidak enak untuk di
pandangseperti urinal, kotak drainase, bebat dan
pispot.
o Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik,
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi
respiratory.
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, Firdaus J.. (2021). <i>Asuhan Keperawatan Penyakit


Tropis.</i> Jakarta: Trans Info Media.

Liang L. Infectious Atypical Pneumonia. Radiology of


Infectious Diseases: Volume 1. 2015 Apr 30:415–50. Doi:
10.1007/978-94-017-9882-2_20. PMCID: PMC7122593.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai