2) Breathing (B)
Dispnea, takipnea, oktopnea, bunyi nafas tambahan (mengi). Distensi respirasi (penggunaan otot
bantu nafas dan nyeri dada).
3) Ciculation (C)
Tekanan darah meningkat, Nadi kuat, Dispnea, Sianoses pucat, Gds meningkat, Capilary refil.
4) Disability (D)
Lakukan penilaian tingkat kesadaran, dapat dengan cepat dinilai menggunakan metode AVPU.
C. Tes Diagnostik (pemeriksaan penunjang)
Jenis Pomeriksaan Penunjang yang akan dilakukan adalah tes darah untuk menilai kadar kalium
dalam darah. Tes urine yaitu untuk menilai berapa banyak kalium yang keluar saat buang air kecil.
Selanjutnya Pemeriksaan Elektrodiagram (EKG) yaitu untuk memeriksa irama jantung.
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan yang lebih lama, hal ini
biasanya sebagai konsekuensi terhadap ketidakpatuhan penderita terhadap tatalaksana pengobatan TB, atau
keterlambatan diagnosis.
1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PNI.
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PNI.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Iuran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PNI.
4. Respicatory eprints Poltekkes Jogja ac.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT (IGD)
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. A (inisial) Tanggal masuk IGD : 20-09-2021
Umur : 64 Tahun Pukul : 12.48 WIB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pengkajian primer Invasi bakteri tuberkulosis Pola nafas tidak efektif b.d
Infeksi primer
hambatan upaya nafas
A. terdengar suara ronkhi
C. TD : 140 / 90 mmHg
Bakteri muncul beberapa tahun kemudian
N : 100X/menit
S : 37,0 c
SpO2 : 91 % Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas, dan merusak parenkim paru
Data subjektif : Invasi bakteri tuberkulosis Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pasien mengeluh batuk berdahak
Infeksi primer
disertai sesak
Integumen Suhu tubuh 37,0 , kulit tubuh lembab, turgor kulit membaik , terpasang ivfd nacl 20 tpm
F. Diagnosis Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upayan nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam 1. Monitor pola napas
diharapkan pola nafas membaik dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
-dispnea menurun 3. Posisikan semi fowler atau fowler
- Penggunaan oto bantu napas menurun 4. Berikan terapi oksigen
- frekuensi napas membaik 5. Ajarkan teknik batuk efektif
- kedalaman napas membaik 6. Kolaboras pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi kemampuan batuk
tertahan jam diharapakan bersihan jalan napas meningkat 2. Monitor adanya retensi sputum
dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
1. Batuk efektif meningkat 4. Monitor input dan output cairan
2. Produksi sputum menurun 5. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Dispnea menurun 6. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
4. Gelisah menurun 7. Buang sekret pada tempat sputum
5. Frekuensi napas menurun 8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
6. Pola napas membaik 9. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
dibulatkan sekama 8 detik
10. Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3x
11. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke 3
12. Kolaborasi pemberian mikolitik
Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
ketidakseimbangan vetilasi-perfusi selama 1x24 jam diharapkan pertukaran upaya anaps
gas meningkat, dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola napas
1. Dispnea menurun 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
2. Bunyi napas tambahan menurun 4. Monitor adanya sputum
3. Sianosis menurun 5. Jelaskan tuuan dan prosedur
4. Pola napas membaik pemantauan
6. Informasikan hasil pemantauan
Tanggal & Jam Implementasi Paraf & Nama Evaluasi (SOAP)