Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

“DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA”

DOSEN :

Dwi Agustanti., M. Kep., Sp. Kom

DISUSUN KELOMPOK 6

Kelas Reguler 1

Rida'Inatul Parida 1914401009


Siti Mega Marsuli Handayani 1914401012
Verry Kumaladewi 1914401021
Mega Puspita Sari Zein 1914401015
Nisa Zulva Nabila 1914401034
Nadila Carnelia 1914401040
David Titiasa 1914401044
Diana Ratu Nisa 1914401046

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan
Keluarga dengan materi “Diagnosa Keperawatan Keluarga”

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar kami yaitu ibu Dwi Agustanti., M. Kep., Sp. Kom ,
juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa.

Kami telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun kami
menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh karena
itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun dari isi
makalah, maka memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam
pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.Terimakasih.

Bandar Lampung, 20 Agustus 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 1
C. TUJUAN.................................................................................................................. 1

BAB II ISI

A. Definisi Diagnosis Keperawatan Keluarga ............................................................. 2


B. Komponen Diagnosis Keperawatan........................................................................ 3
C. Kategori Diagnosis Keperawatan Keluarga............................................................. 7

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN............................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010 berpendapat bahwa keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,ikatan perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya. Dimana tugas
keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan tahap kedua dari proses
keperawatan keluarga. Tahap ini merupakan kegiatan penting dalam menentukan
masalah keperawatan yang akan diselesaikan dalam keluarga. Penetapan diagnosis
keperawatan yang tidak tepat akan memengaruhi tahapan berikutnya dalam proses
keperawatan. Kemampuan perawat dalam menganalisis data hasil pengkajian
sangat diperlukan dalam menetapkan diagnosis keperawatan keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa Definisi Diagnosis Keperawatan Keluarga?
2) Apa Saja Komponen Diagnosis Keperawatan?
3) Apa Saja Kategori Diagnosis Keperawatan Keluarga?

C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui Definisi Diagnosis Keperawatan Keluarga
2) Untuk mengetahui Komponen Diagnosis Keperawatan
3) Untuk mengetahui Kategori Diagnosis Keperawatan Keluarga

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis
keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi
karakteristik. Definisi karakteristik dinamakan ”Tanda dan gejala”, Tanda adalah
sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh
klien. Diagnosis keperawatan menjadi dasar untuk pemilihan tindakan
keperawatan untuk mencapai hasil bagi perawat (Nanda, 2011)

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan tahap kedua dari proses


keperawatan keluarga. Tahap ini merupakan kegiatan penting dalam menentukan
masalah keperawatan yang akan diselesaikan dalam keluarga. Penetapan diagnosis
keperawatan yang tidak tepat akan memengaruhi tahapan berikutnya dalam proses
keperawatan. Kemampuan perawat dalam menganalisis data hasil pengkajian
sangat diperlukan dalam menetapkan diagnosis keperawatan keluarga.

Pendapat lain tentang definisi diagnosis keperawatan adalah suatu


pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok, dan perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi serta memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan (Gordon, 1976 dalam Capenito, 2000)
Contoh diagnosa:
1. Risiko berat badan lebih berhubungan dengan ketidakmampuan
mengenal masalah berat badan lebih.
2. Defisit pengetahuan tentang manajemen berat badan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah manajemen berat badan

4
B. ANALIS DATA

Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan masalah


keperawatan yang terjadi. Analisis data membutuhkan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang
ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Selama
melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien dan
keluarga.
Fungsi analisis data adalah dapat menginterpretasi data yang diperoleh dari
pengkajian keperawatan yang memiliki makna dan arti dalam menentukan
masalah dan kebutuhan klien, serta sebagai proses pengambilan keputusan dalam
menentukan alternatif pemecahan masalah. Analisis data terdiri atas 3 (tiga)
kolom yaitu pengelompokan data, kemungkinan penyebab, dan masalah
keperawatan keluarga.
Analisis data yaitu pengelompokan data berdasarkan masalah, terdiri atas
data subyektif dan data obyektif. Data Subyektif adalah data berdasarkan hasil
wawancara. Wawancara dengan siapa pun baik dengan klien, keluarga, maupun
tim kesehatan dimasukkan ke dalam data subyektif sedangkan data obyektif
adalah data berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan observasi.
Penyebab dapat ditentukan dari tugas kesehatan keluarga yang terganggu.
Ada lima (5) tugas kesehatan keluarga yaitu kemampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat,
kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga
dalam memodifikasi lingkungan yang sehat dan kemampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
5 tugas kesehatan keluarga

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan tersebut, meliputi :

5
a. Pengertian
b. Tanda & gejala
c. Faktor penyebab dan yang mempengaruhinya
d. Persepsi keluarga terhadap masalah

2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yg


tepat

a. Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat & luasnya masalah


b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
e. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kes
f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
g. Apakah keluarga kurang percaya thp tenaga kesehatan
h. Apakah keluarga mendapat informasi yg salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah

3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yg sakit

a. Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan


penyakit(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa & cara perawatannya)
b. Sejauh mana keluarga mengetahui sifat & perkembangan perawatan yang
dibutuhkan
c. Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan
d. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber yg ada dalam keluarga (anggota
keluarga yg bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial ,fasilitas fisik,
psikososial)
e. Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

4. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat (modifikasi


lingkungan)

a. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber” keluarga yang dimiliki


b. Sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

6
c. Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
d. Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit
e. Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi
f. Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga

5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di


masyarakat

a. Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan


b. Sejauh mana keluarga memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan
c. Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas & fasilitas kesehatan
d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
e. Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

C. PENGELOMPOKKAN DATA

Setelah dilakukan pengkajian akan didapatkan hasil yang dapat dikelompokkan


menjadi :
1. Data objektif merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang diakui seperti: warna kulit,
tanda- tanda vital, tingkat kesadaran, dll.
2. Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari keluhan keluhan yang
disampaikan oleh klien, misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakuatan,
kecemasan , ketidaktahuan.
Selanjutnya jenis-jenis diagnosis keperawatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi


kesehatan/proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko
mengalami masalah kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat
ditemukan. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik (manifestasi tanda dan
gejala) yang saling berhubungan.
2. Diagnosis Risiko

7
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan/proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko
mengalami masalah kesehatan. Tidalk ditemukan tanda/gejala mayor pada
klien, namun klien memiliki memiliki faktor risiko yang mengalami masalah
kesehatan.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan motivasi klien untuk meningkatkan


kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau optimal.
4. Diagnosis keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis


keperawatan sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon manusia
terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah
memiliki kesiapan meningkatkan status kesehatan mereka.

D. PERUMUSAN DIAGNOSIS

Sebelum merumuskan diagnosis keperawatan keluarga, harus mengenal


tanda dan gejala dari tiap diagnosis keperawatan. Serta dibutuhkan beberapa
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki diantaranya: kemampuan
dalam memahami beberapa masalah keperawatan, faktor yang menyebabkan
masalah, batasan karakteristik, beberapa ukuran normal dari masalah tersebut
serta kemampuan dalam memahami mekanisne penanganan masalah, berpikir
kritis, dan membuat kesimpulan dari masalah.
Penulisan pernyataan diagnosis keperawatan pada umumnya meliputi
tiga komponen, yaitu komponen P (Problem), E (Etiologi), dan S (Simptom atau
dikenal dengan batasan karakteristik). Pada penulisan diagnosis keperawatan
keluarga menggunakan pernyataan problem saja tanpa etiologi dan simptom.
Dengan demikian, penulisan diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan
menentukan masalah keperawatan yang terjadi.
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga dan pada setiap tahapan
akan diperoleh data yang akan menunjukkan ada tidaknya masalah kesehatan di
dalam keluarga tersebut. Untuk itu, perlu diidentifikasi terkait dengan tugas

8
keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dijalankan yaitu :
1. Kemampuan keluarga mengenal kondisi atau masalah kesehatan
2. Kemampuan mengambil keputusan untuk meningkatkan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatan.
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, cacat,
ketergantungan atau beresiko beresiko.
4. Kemampuan keluarga mempertahankan lingkungan rumah yang kondusif
untuk kesehatan dan perkembangan personal.
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan sumber-sumber atau fasilitas umber atau
fasilitas kesehatan yang ada kesehatan.

Berikut ini contoh dari perumusan diagnosis keperawatan keluarga pada setiap
tumbuh kembang keluarga :

a. Tahap I : Keluarga Baru Menikah Atau Pemula

Tugas perkembangannya adalah:


1) membangun perkawinan yang saling memuaskan;

2) membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;

3) mendiskusikan rencana memiliki anak.

Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut Friedman


(1998) yaitu :
1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan

2) Penyuluhan dan konseling keluarga berencana

3) Penyuluhan dan konseling prenatal

4) Komunikasi

Contoh diagnosa keperawatan keluarganya adalah :

- Risiko Disfungsi Seksual pada Ny.Y berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Tn.Z mengenal masalah perubahan
biopsikososial seksualitas.

9
b. Tahap II : Keluarga Dengan Anak Baru Lahir
Tugas perkembangannya
adalah:
1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga;
3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;

4) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan


peran-peran orang tua dan kakek nenek.
Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut
Friedman (1998) yaitu :

1) Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga

2) Perawatan bayi yang baik

3) Pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini

4) Imunisasi

5) Konseling perkembangan anak

6) Keluarga berencana

7) Interaksi keluarga

8) Bidang-bidang peningkatan kesehatan umum (gaya hidup)


Contoh diagnosa keperawatan keluarganya adalah :
- Potensial terjadi peningkatan menyusui efektif Ny.B pada keluarga Tn.A

c. Tahap III : Keluarga Dengan Anak Usia Pra Sekolah


Tugas perkembangannya adalah :
1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain,
privasi, dan keamanan;
2) mensosialisasikan anak;

3) mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan

10
anak yang lain;
4) mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
Masalah-masalah kesehatan pada keluarga yang muncul menurut Friedman
(1998) yaitu :
1) Masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular
yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar
2) Keracunan

3) Kecelakaan-kecelakaan yang lain yang terjadi selama usia sekolah


Contoh diagnosa keperawatan keluarganya adalah :
- Diare pada An. A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga Tn.C
mengenal penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak dibuktikan

d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah


Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun (mulai masuk SD) sampai
usia 13 tahun (awal dari masa remaja). Pada tahap ini biasanya kebahagian
keluarga mulaimenurun.Tugas suami-istri pada tahap perkembangan ini,
antara lain :

Tugas suami-istri pada tahap perkembangan ini, antara lain :


1. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, biasanay kecacatan anak
dapatdiketahui pada tahap ini.

Fungsi utama peran perawatan pada tahap ini adalah :


Sebagai fungsi rujukan, mengajar dan memberikan konseling kepada
orangtua mengenai kondisi tersebut, membantu keluarga melakukan koping
sehingga pengaruhyang merugikan cacat tersebut pada keluarga dapat
diminimalkan.

11
e. Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai ketika anak pertama usia 13 tahun sampai 19 atau 20 tahun. Tahap ini
dapat lebih singkat atau lebih lama, berlaku selam anak masih tinggal dirumah,
adanyapersiapan anak menjadi dewasa muda bagi remaja mengakibatkan
hubungan keluargamenjadi lebih longgar. Tahap perkembangan ini merupakan
tahap yang paling sulitdan banyak tantangan karena tanggung jawab dan
kebebasan yang lebih besar.

Tugas suami-istri pada tahap perkembangan ni, antara lain :


1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab semakin dewasa
danmandiri
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi scara terbuka antara orangtua dan anak.

Tiga aspek proses perkembangan remaja menurut Adam’s tahun 1971:


1. Emasipasi : pembagian peran yang meningkat
2. Budaya orang muda : perkembangan hubungan teman sebaya
3. Kesenjangan antar generasi : adanya perbedaan nilai-nilai dan norma-
normaantara orangtua dan remaja.

f. Tahap VI : Kelurga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.


Pada tahap ini anak pertama meningglakan rmah orangtua dan berakhir
dengan ”rumah kosong” lama tergantung berapa banyak anak. Pada tahap ini
suami-istri berganti peran menjadi kakek-nenek.

Tugas suami-istri pada tahap perkembangan ini , antara lain:


1. Memperluas siklus kelurga dengan memasukkan aggota keluarga baru yang
didapatnya nilai perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3. Membantu orangtua lansia dan sakit-sakitan suami maupun istri.

12
Tahap ini merupakan tahap yang sulit bagi wanita, penyebabnya antara lain :
1. Hilangnya peran ibu karena anak telah pergi atau menikah.
2. Perasaan kehilangan feminitas akibat monopouse ( usia 45-55 tahun ).
3. Tanda ketuaan mulai tampak mulai hilangnya kecantikan.

g. Tahap IV : Orangtua Usia Pertengahan


Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan, biasanya pada usia 45 tahun
sampai 55 tahun. Pasangan suami-istri ini disebut sebagai pasanag prenatal
yaitu pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah. Pada tahap ini
situasi keluarga atau pernikahan lebih baik dan merupakan kehidupan yang
paling baik.

Tugas-tugas suami-istri pada tahap perkembangan ini, antara lain :


1. Menyediakan lingkungan yang meningkatka kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan
paraorangtua lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan keluarga.

Tahap perkembangan keluarga ini memilki dampak-dampak yang menonjol


diantaranya adalah sebagai berikut:

Dampak positif
1. Penyesuain perkawinan lebih baik
2. Distribusi kekuasaan suami-istri lebih merata.
3. Peran suami atau istri meningkat Penurunan kemampuan seksual.

Dampak Negatif
1. Timbulnya masalah penuaan
2. Hilangnya anak
3. Merasa gagal membesarkan anak atau kerja keras.h.

13
h. Tahap VIII : Keluarga Dalam Masa Pensiun & Lansia
Merupakan tahap terakhir siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan salah
satupasangan memasuki masa pensiun, yang terus berlangsung hingga salah
satu meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya yang meninggal.

Masalah mayoritas yang sering dihadapi oleh para lansia :


1. Ekonomi, biasanya tergantung pada kelurga atau pemerintah.
2. Perumahan, terkadang kondisi perekonomian mereka mendorong
merekauntuk pindah ketempat yang lebih kecil.
3. Sosial : kehilangan saudara, teman dan pasnagan.
4. Pekerjaan : hilangnya peran dan perasaan produktivitas.
5. Kesehatan: menurunnya fungsi fisik, mental, dan kognitif dalam
halpemberian perawatan bagi peran yang kurang sehat.

Tugas-tugas yang penting untuk dilaksanakan pada tahap ini, antara lain :
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan diri tehadap kehilangnya pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi
6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelahan & integrasi
hidup).

Perbedaan tahap perkembangan keluarga menurut Carter & McGoldrick


(family therapi perspective, 1989) dengan Duvall (sociological perspective,
1985) adalahsebagai berikut :

Carter & McGoldrick (family therapi perspective, 1989) :


1. Keluarga antara : masa bebas (pacaran) dewasa muda
2. Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan
3. Keluarga yang memiliki anak muda (anak usia bayi sampai usia sekolah)
4. Keluarga yanmemiliki anak dewasa
14
5. Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah
6. Keluarga lansia

Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara dewasa dan menikah tak
dapat ditentukan.

Duvall (sociological perspective, 1985) :


1. Keluarga baru menikah
2. Keluarga dengan anak baru lahir
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
5. Keluarga dengan anak remaja
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
7. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua saja / keluarga usia pertengahan
8. Keluarga lansia

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diagnosis keperawatan keluarga merupakan interpretasi ilmiah atas data


hasil pengkajian yang interpretasinya digunakan perawat untuk membuat rencana,
melakukan implementasi dan evaluasi. Ketepatan dalam merumuskan diagnosis
keperawatan keluarga sangat menentukan keberhasilan perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah klien sebagai keluarga. Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga mempunyai empat kategori, yaitu diagnosis keperawatan aktual, risiko,
promosi kesehatan dan sejahtera..

Penulisan pernyataan diagnosis keperawatan pada umumnya meliputi


tiga komponen, yaitu komponen P (Problem), E (Etiologi), dan S (Simptom atau
dikenal dengan batasan karakteristik). Pada penulisan diagnosis keperawatan
keluarga menggunakan pernyataan problem saja tanpa etiologi dan simptom.
Dengan demikian, penulisan diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan
menentukan masalah keperawatan yang terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan (Nanda Internasional).


EGC. Jakarta
Anderson, T. Elizabeth, Farlen, Mc. Judith. 2000. Community As Partner Theory and
Practice in Nursing. Philadelphia. Lippincott.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester. EGC :
Jakarta.
Effendy N, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta
Friedman, M.M, Bowden, V.R. & Jones, E.G. 2003. Family nursing: Research, Theory &
Practice. (5th ed.), New Jersey: Prentice Hall.
Friedman, M.M. 1998. Family nursing: Research, Theory & Practice. (4th ed.), California:
Appleton and Lange.
Hanson, S.M.H., & Boyd, S.T. 1996. Family Health care nursing: Theory, Practice and
research, Philadelphia: F.A. Davis Company.
Maglaya, Arceli. 2009. Nursing Practice In the Community. Marikina City: Argonauta
Corporation.
NANDA (2014). Diagnosis Keperawatan, EGC. Jakarta
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012
Stanhope, M. & Lancaster. J. 2009. Community health nursing. Process and practice for
promoting health. Mosby Company, USA.
Swanson M. Janice, Nies. Mary. 1997. Community Health Nursing Promoting the Health
of Aggregate. Philadelphia: WB. Saunders
Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan (Nanda Internasional). EGC.
Jakarta NANDA (2014). Nursing Diagnosis Definition and Classification 2015-2017
Tenth Edition. Pondicherry. India

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai