Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS TB PARU DENGAN PRIORITAS MASALAH
GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AKTUALISASI DIRI DI
RUANG GARDENIA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :
Nama : Sunardi
NIM : 2019.C.11a.1029

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun oleh :
Nama : Sunardi
NIM : 2019.C.11a.1029
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Diagnosa Medis TB
Paru dengan Prioritas Masalah Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri di Ruang Gardenia RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A Dengan Diagnosa
Medis TB Paru Dengan Prioritas masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan dasar
Aktualisasi Diri di Ruang Gardenia Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan I
(PPK I).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta.A, S.Kep.,Ners, Selaku Koordinator PPK1 Semester IV
tahun 2021
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua
Palangka Raya, 8 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI’

LEMBAR PENGESAHAN .................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………. 3

1.3 Tujuan .................................................................................. 3

1.4 Manfaat ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………….……….……. 5

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan

Dasar Aktualisasi Diri ....................................................................... 5

2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri ................................................................. 5

2.1.2 Faktor Penyebab Aktualisasi Diri……………………………………

2.1.3 Mekanisme Koping Aktualisasi diri .................................................. 11

2.2 Managemen Asuhan Keperawatan…………………………………

2.2.1 Pengkajian ............................................................................………. 13

2.2.2 Diagnosa Keperawatan……………………………………………………

2.3.3 Perencanaan .............................................................. 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Pengkajian ................................................................ 20

3.2 Analisa Data ............................................................. 27


3.3. Intervensi Keperawatan ............................................ 28

3.4 Implementasi dan Evaluasi ....................................... 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 32

4.1 Kesimpulan……………………………………………………... 32

4.2 Saran…………………………………………………………….. 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan

sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan

bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,

kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.

Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Febriani,

2008). Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua

kalangan masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa

(Intan, 2010).

Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus

diatasi karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak

penyimpangan perilaku maupun semakin tinginya jumlah penderita gangguan

jiwa. Penyakit mental ini menimbulkan stress bagi penderita dan keluarga nya.

Semakin tingginya persaingan dan tuntutan dalam memenuhi kebutuhan dapat

menyebabkan seseorang mengalami stress merasa tertekan. Kebutuhan dapat

menyebabkan seseorang mengalami strees maka ia akan cenderung mengalami

atau menujukan gejala gangguan kejiwaan sehingga ia menjadi maladaptif

terhadap lingkungan. Gangguan atau masalah kesehatan jiwa yang berupa

proses pikir maupun ganguan sensori persepsi yang sering adalah harga diri

rendah.

Menurut WHO (2016), masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah

menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1
dari 4 orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar

450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Data Riskesdas tahun 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan

untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per

1.000 penduduk.

Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di daerah

khusus pasien dengan HDR jika tidak segera ditangani akan memberikan

dampak yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan

disekitarnya. Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan

peran perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan

membantu klien memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan

penatalaksanaan. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain meliputi

farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis antara

lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan

non-farmakologis dari harga diri rendah dapat meliputi pemberian terapi-

terapi modalitas (Direja, 2011).

Seseorang yang menderita harga diri rendah cenderumg mengalami

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan gangguan konsep diri : harga diri

rendah dimana klien merasa tidak percaya diri. Selain itu klien merasa gagal

mencapai keinginan mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung dan menarik

diri secara sosial (Yosep, 2007).


Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisa seberapa baik perlaku seseorang sesuai dengan ideal diri.

Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri

tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan,kekalahan tanpa merasa sebagai

seseorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen 1998). Kebutuhan

dasar manusia menurut H.Maslow pada dasarnya mempunyai lima hierarki

(1) kebutuhan fisiologis (physioogical needs)

(2) kebutuhan rasa aman (safety needs)

(3) kebutuhan kasih sayang (love needs)

(4) kebutuhan harga diri (esteem needs)

(5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).

Peran perawat dalam menangani pasien harga diri rendah di rumah sakit

salah satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang

mencakup penerapan strategi pelaksanaan harga diri rendah. Strategi

pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang

diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah

keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri

rendah mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki klien,

mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya serta minum obat

dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah

pada pasien TB Paru dengan prioritas masalah gangguan pemenuhan kebutuhan

dasar Aktualisasi Diri?


1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah dengan

prioritas masalah kebutuhan dasar aktualisasi diri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien

dengan masalah kebutuhan harga diri.

2. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien

dengan masalah kebutuhan harga diri.

3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan masalah kebutuhan harga diri.

4. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan masalah kebutuhan harga diri.

5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

masalah kebutuhan harga diri.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi klien

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien

mengatasi harga diri rendahnya,sehingga klien dapat melakukan kegiatan

sehari-hari dengan bekerja sama dengan orang lain dan mampu memandang

dirinya secara positif.

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuahan

keperawatan pada kliendengan gangguan harga diri rendah sekaligus

mahasiswa mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang cara pemenuhan

kebutuhan dasar yang terkait dengan gangguan harga diri rendah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan


Dasar Aktualisasi Diri

2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri

Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of

Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai

kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia.Maslow menemukan

bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia

mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam

kehidupannya.

Maslow (dalam Jarvis, 2015) mendefinisikan bahwa aktualisasi diri

adalah menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri. Maslow

menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang

yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa

mereka lakukan.

Adhani (dalam Kurnia & Shinta, 2015) berpendapat bahwa aktualisasi

diri adalah proses menjadi diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang

disukai. Pengerjaan itu dilakukan dengan gairah sesuai dengan potensi yang

ada didalam dirinya. Hal ini merupakan kebutuhan pencapaian tertinggi

manusia.

Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan

dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya,

untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi

kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat
mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh

kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari

ada kebutuhan semacam itu. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar

kemanusiaan secara alami, dan tidak mau ditekan oleh budaya (Alwisol,

2016).

Rogers (dalam Syafitri, 2014) mengatakan bahwa aktualisasi diri adalah

kecenderungan untuk melihat ke depan menuju perkembangan kepribadian.

Konsep aktualisasi diri merujuk pada kecenderungan organisme untuk

tumbuh dari makhluk yang sederhana menjadi suatu yang kompleks, lalu

berubah dari ketergantungan menuju kemandirian dari sesuatu yang tetap dan

kaku menuju proses perubahan dan kebebasan berekspresi. Sedangkan

Aktualisasi diri atau self-actulization dalam psikologi humanistik yaitu

kecenderungan untuk berjuang menjadi apapun yang mampu kita raih, motif

yang mendorong kita untuk mencapai potensi yang penuh dan

mengekspresikan kemampuan kita yang unik.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia

didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.

Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai

tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih

dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling

tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah

aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati

apabila ingin mencapai kesuksesan.


Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri

adalah terungkapnya suatu keadaan seseorang yang selama ini terselubung

atau tersembunyi yang mana suatu saat pasti terungkap dengan sendirinya

sebagai tanda atau ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain.

2.1.2 Faktor Penyebab

Kreativitas, merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang


beraktualisasi diri. Kreativitas bagi mereka adalah suatu sikap. Individu ini asli,
inventif dan inovatif meski tidak harus menghasilkan sesuatu.
Kepribadian, yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang
terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri
yang unik (khusus) dari individu terhadap lingkungan.
Transendensi, yaitu lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlatif arti
yang lain tidak tergantung dan tersendiri. Individu yang beraktualisasi diri akan
berusaha menjadi yang terbaik.
Demokratis, orang yang beraktualisasi diri bertingkah laku lebih dalam
daripada toleransi. Meski individu menyadari bahwa perbedaan-perbedaan
dengan orang lain, tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa
memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Individu siap
mendengarkan dan belajar pada siapa saja yang dapat mengajarkan itu pada
dirinya.
Hubungan sosial, yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang
lain dalam lingkungannya.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi Penyebab Aktualisasi diri yaitu kreativitas, kepribadian,
transendensi, demokratis, dan hubungan sosial.

2.1.3 Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau

jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk


melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang

menyakitkan.

Pertahanan jangka pendek meliputi:

1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis

misalnya: menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.

2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut

dalam klub sosial, agama, kelompok, gerakan.

3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri

yang tidak menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi

akademis, kontes untuk mendapatkan popularitas.

4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas

di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalahgunaan

obat.

Pertahanan jangka panjang mencakup:

1. Penutupan identitas–adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh

orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri

individu.

2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan

harapan yang diterima masyarakat

2.1.4 Penatalaksanaan Medis

1) Clorpromazine (CPZ)
Untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan
melakukan aktivitas rutin.Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik
serta endokrin(Keliat, 2001).
2)Trihexyphenidyl ( THP )
Untuk segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa
enchepalitis dan idiopatik.Efeksamping : hypersensitive terhadap
trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna
(Keliat, 2001)
7
3)Haloperidol ( HPL )
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.Efek samping :
sedasi, gangguan otonomik dan endokrin (Keliat, 2001).

2.2 Managemen Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Pengkajian menurut Lyer merupakan tahap awal dari
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi dan mendapatkan data yang
sesuai tentang klien. Oleh karenanya, fokus utama dari pengumpulan data adalah
respon klien terhadap kekhawatiran, atau masalah kesehatan yang bersifat
biofisik, sosiokultural, psikologis, dan spiritual. Kegiatan keperawatan dalam
melakukan pengkajian keperawatan ini adalah dengan mengkaji data dari klien
dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab, memvalidasi data
dari klien dan keluarga, mengelompokan data, serta menempatkan masalah klien.
Pengkajian Komponen konsep diri:
Citra diri, tanyakan tentang :
Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
Identitas diri, tanyakan tentang :
1. Status dan posisi klien sebelum dirawat
2. Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok).
3. Kepuasan klien sbg laki-laki/ perempuan.
Peran diri, tanyakan tentang :
1. Peran/ tugas yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
2. Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.
Ideal Diri, tanyakan tentang :
1. Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/ peran.
2. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja,
masyarakat).
Harga Diri, tanyakan tentang :
1. Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi citra diri, identitas
diri, ideal diri, peran diri.
2. Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
Data yang di dapatkan bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data
subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara oleh perawat
kepada klien dan keluarga. Data obyektif adalah data yang ditemukan secara
nyata, data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
Data yang perlu dikaji pada klien dengan isolasi sosial menurut Nita Fitria
dalam bukunya antara lain : data sukjektif seperti klien mengatakan malas bergaul
dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendiri, klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak mau berkomunikasi, data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat) dan
data objektif seperti kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi
wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan
diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar
terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi
urine dan feses, aktivitas menurun dan kurang energi, rendah diri, dan postur
tubuh berubah.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah
keperawatan klien mencakup baik respon adaptif dan maladaptif serta stressor
yang menunjang. Rumusan diagnosis adalah problem/masalah (P) berhubungan
dengan penyebab (etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat
secara ilmiah.
Diagnosa keperawatan yangmungkin muncul pada pasien dengan
diagnosis TB paru dengan prioritas masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
dasaar aktualisasi diri adalah :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d perubuhan frekuensi nafas berubah
(D.0001,Halaman 18)
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-ferfusi (D.003
Halaman 22)
c. Resiko intoleransi aktivitas b.d gangguan pernapasan (D.0060. Halaman
135)
d. Gangguan pola tidur b.d kurangnya control tidur (D.0055. Halaman 126 )
e. Nyeri akut b.d tekanan darah meningkat (D.0077.Halaman 172)
f. Harga diri rendah ( Menurut Fajariyah 2012)

2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan harus spesifik, dinyatakan
dengan jelas dan dimulai dengan kata kerja aksi. Rencana/intervensi
keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis dari status kesehatan
klien, kekuatan, dan masalah klien. Komponen perencanaan meliputi menilai
prioritas, menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan jangka
pendek, mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk
implementasi.
Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Aktualisasi diri
menurut Budi Anna K adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan keperawatan
a. Klien dapat meningkatkan gambaran dirinya dengan membina hubungan saling
percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
d. Klien dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinya
Meningkatkan harga diri klien, dengan cara :
1. Membantu klien untuk mengurangi ketergantungan dengan bersikap
mendukung dan menerima.
2. Memberi kesadaran klien akan pentingnya keinginan atau semangat hidup yg
tinggi
3. Meningkatkan sensitifitas klien terhadap dirinya dengan memberi perhatian,
membangun harga diri dengan memberi umpan balik positif atas penyelesaian
yg dicapai, menghargai privacy dan 18 mendorong klien untuk melakukan
latihan yang membangkitkan harga dirinya.
4. Membantu klien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mendorong
untuk mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif.
5. Memberi kesempatan untuk melakukan aktifitas sosial yg positif.
6. Mendorong klien untuk berhubungan dengan teman, kerabat dekat dan terlibat
aktifitas sosial. Jangan biarkan klien mengisolasi diri.
7. Memberi kesempatan mengembangkan ketrampilan sosial & vokasional
dengan mendorong sikap optimis dan berpartisipasi dalam segala aktifitas.
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
klien, perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus
pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan dalam rencana.
Tujuan dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus utama dari
komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang aman dan
individual dengan pendekatan multifokal.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status
kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat
pencapaian hasil klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan serta untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses (formatif) yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan, dan evaluasi hasil (sumatif)
dilakukan dengan cara membandingkan respons klien dengan tujuan 19 yang telah
ditentukan. Proses evaluasi yang menentukan efektivitas asuhan keperawatan
meliputi lima unsur yaitu, mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi,
mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah dipenuhi,
menginterpretasi dan meringkas data, mendokumentasikan temuan dan setiap
pertimbangan klinis, dan menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana
perawatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Sunardi


NIM : 2019.C.11a.1029
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : 02 – 07 Maret 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 02 Maret 2020 Pukul 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kabupaten Kapuas
Tgl MRS : 26 Febuari 2021
Diagnosa Medis : TB Paru

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengatakan dada nya terasa sesak saat malam hari.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan dada nya mulai sesak kurang lebih satu bulan yang
lalu saat malam hari, kemudian dibawa oleh anak ke IGD RSUD
Doris Slyvanus Palangka Raya pada tanggal 26 Febuari 2020 pukul
08.30 WIB dilakukan tindakan pemasangan infus Hydromal 15
Tpmpada tangan kanan , terpasang oksigen 2 Lpm. TTV= TD: 130/90
N: 87 S=35,4℃ RR: 22 x/menit , SPO2: 98%.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit keluarga
seperti Hipertensi, TB Paru dan tidak pernah memiliki penyakit
operasi sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak pernah
memiliki riwayat penyakit keluarga seperti pasien dan tidak memiliki
riwayat penyakit seperti Hipertensi, Diabetes , dan penyakit menular
lainnya.

GENOGRAM KELUARGA :

Laki-laki

Perempuan

----- Tinggal serumah

Pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sesak nafas dan lemah terpasang oksigen 2 Lpm,
terpasang infus Hydromal 15 TPM, pasien tampak meringis. Posisi
berbaring semi flower dan bernampilan kurang rapi.

2. Status Mental :
Tingkat Kesadaran Compas Mentis, Ekspresi wajah meringis, bentuk
badan membungkuk, cara berbaring bebas, berbicara baik, suasana
hati sedih, Penampilan kurang rapi, Fungsi Kognitif Orientasi waktu
pasien mengetahu tentang malam dan siang, Orientasi orang pasien
mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi Tempat pasien
mengetahui bahwa beliau berada di Rumah Sakit.

3. Tanda-tanda Vital :
Suhu/T 35,4 0C Axilla, Nadi/HR 87 x/mt , Pernapasan/RR 22 x/menit,
Tekanan Darah/TD 130/90 mmHg.

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada Simestris, kebiasaan merokok tidak ada, nyeri dada ada ,
batuk sejak 08 Febuari 2020 , terasa sesak saat istirahat, type
pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur, suara nafas
vesikuler, warna sputum kuning kehijauan, suara nafas tambahan
ronchi kering.
Keluhan lainnya :
Klien mengatakan dada nya terasa sesak saat malam hari
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
frekuensi nafas berubah dan Gangguan pertukaran gas b.d
ventilasi ferfusi
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada ada,pusing saat duduk, kram kaki di kanan dan kiri, pucat
Capillary refill > 2 detik, tidak ada oedema, Ictus Cordis tidak melihat,
vena judularis meningkat, suara jantung normal.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS 4 (spontan membuka mata) Verbal 5 (berbicara dengan
baik dan jelas) Motorik 6 (mengikuti perintah dengan baik) Total nilai
GCS 15 (Compas Mentis), Pupil isokor, reflex cahaya kanan psotifi
dan kiri positif. Uji Syaraf Kranial Nervus Kranial I (Olfaktorius)
pasien dapat mencium aroma minyak ayu putih, Nervus Kranial II
(Optikus) pasien dapat melihat dengan baik, Nervus Kranial III
(Okulomotorus) pasien dapat menggerakkan konjungtiva dan feklek
pupil, Nervus Kranial IV (Troklearis) pasien dapat menggerakkan bola
mata ke atas dan ke bawah, Nervus Kranial V (Trigeminus) pasien
dapat menggerakkan rahang ke semua arah, Nervus Kranial VI
(Abdosen) pasien dapat menggerkan mata ke semua sisi, Nervus
Kranial VII (Fasialis) pasien dapat menerima rangsangan wajahnya,
Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) pasien dapat mendegarkan
orang berbicara, Nervus Kranial IX (Glosafaringus) pasien dapat
menelan , nervus Kranial X (Vagus) tidak dilakukan , Nervus Kranial
XI (Aksesorius) pasien dapat menggerakkan kepalanya, Nervus
Kranial XII (Hipoglosus) pasien dapat menjulurkan lidahnya. Uji
koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif ,
ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh
positif. Bisep kanan dan kiri skala +2 Trisep, kanan dan kiri skala +2 .
Brakidioradialis kanan dan kri skala +2 refleks lainnya normal.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan lainnya.

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urine 1200 ml 1x7 jam (Dinas Pagi), Warna kuning pekat,
Bau khas amoniak. Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Bibir pucat, Gigi tidak Lengkap, Gusi Merah Muda, Lidah Normal,
Mukosa Lembab Tonsil, Rectum tidak ada lesi atau gangguan, Nyeri
pada tenggorokan, BAB 1x sehari warna kuning konstitasi padat,
Bising usus 15 (Normal), Nyeri tekan lokasi Tidak ada.
Keluhan lainnya :Tidak ada Masalah.
Masalah keperawatan: Nyeri Akut

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakan sendi Terbatas, Kekuatan pada lokasi kaki
kiri, Ukuran otot simetris, Deformitas tulang, Lokasi tidak ada
perlukaan dan peradangan , Lokasi tidak ada patah tulang, Tulang
belakang Normal Kekuatan otot ekstrimitas atas 5/6 kekuatan otot
ekstrimitas bawah 4/5,
Keluhan lainya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Suhu kulit Hangat, Warna kulit Normal, Tugor Baik, Tetur Halus,
Tesktur rambut Halus dan beruban, Distribusi rambut Merata, Bentuk
kuku Simetris.
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

11. SISTEM PENGINDERAAN :


Gerakan bola mata Bergerak normal, Visus Mata kanan (VOD) + Mata
kiri (VOS) + Slera Normal/putih, Konjungtiva anemis, fungsi
pendengaran berdengung , Kornea bening, Hidung / Penciuman
Bentuk Simetris.
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Masa Tidak, Jaringan Perut Tidak, Kelenjar Limfe Tidak teraba,
Kelenjar Tyroid Tidak teraba Metabolisme Leher Bebas.

13. SISTEM REPRODUKSI


Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal,tidak ada perdarahan, tidak
ada keputihan, keberisihan cukup, payudara simetris tidak ada lesi
atau pembengkakkan , putting menonjol, asi tidak keluar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

A. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengetahui keadaanya. Pasien mengatakan malu dengan orang
lain dan dirinya sendiri karena penyakit yang dideritanya, Pasien ingin
cepat sembuh untuk melakukan aktivitasnya seperti dulu sebelum
sakit.

2. Nutrisida Metabolisme
TB 155 cm, BB sekarang 46 Kg, BB sebelum sekitar 48 Kg, Diet
Lunak, Kesukuran menelan Tidak. Hasil Indeks Masa Tubuh (IMT) =
21,3
( normal).

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 2x1 sehari 3x1 hari
Porsi 1/2 porsi 1 porsi
Nafsu makan Kurang Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, telur, Nasi, sayur,
ikan gabus ayam,
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 ± 1000 cc/24 jam ±1500 cc/24 jam
jam
Kebiasaan makan Pagi dan Malam Pagi, siang,
Malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

3. Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit tidur pasien kurang lebih 7-8
jam.Tidur dengan nyenyak dan tidak gelisah . Setelah sakit pasien
nampak susah tidur dengan jam tidur hanya 3-4 jam perhari.
Masalah keperawatan: Nyeri akut b.d tekanan darah
meningkat

1. Kongnitif : Pasien kurang tau akan penyakitnya,

2. Konsep diri Gambaran Diri: Pasien sadar bahwa dirinya sakit,


Ideal diri : Pasien ingin cepat pulang, Identitas diri: Pasien sadar
kalo dirinya adalah seorang Ibu . Harga diri : Pasien merasa kalau
dirinya tidak di hargai orang lain.

3. Aktivitas sehari-hari sebelum sakit dan di rawat di RS pasien ke


kebun dan sedangkan setelah di rawat di RS pasien hanya
terbaring di tempat tidur.

4. Koping – Toleransi terhadap stres. Apabila ada masalah pasien


tidak mau menceritakan masalahnya kepada keluargnya.

5. Nilai – Pola Keyakinan Pasien Sangat Menyakini dan


mempercayai Agamanya.

B. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi Baik
2. Bahasa sehari-hari Indonesia dan Dayak.
3. Hubungan dengan Keluarga Harmonis baik-baik saja
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain baik-baik saja
5. Orang berarti/terdekat, Anak dan Keluarga
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang Membersihkan Rumah.

C. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
No. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Radiologi
1. Creatinin 1, 52 Foto Thorak TB Paru Primer

2. Hemoglobin 10,6 gr %

3. Loukosit 12.500 nm
D. PENATALAKSANAAN MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS INDIKASI


1 Inf. Hydromal 15 Tpm Untuk memenuhi suplementasi
kalori air dan elektrolit
2 Inj. HK 2x1 Berfungsi meredakan
peradangan gangguan
pernapasan
3 Inj.OMZ 2x1 Berfungsi untuk meringkan
gejala penyakit maag dan asam
lambung
4 Sukralfat 3 x 5 ml mengobati dan mencegah
tukak lambung
5 Nebu Ventolin & Flixotide 2 x 8 jam Ventolin untuk mengobati dan
mencegah pengetatan otot yang
melapisi bronkus di paru-paru.
Sedangkan Flixotide
mengobati dan mecegah asma

Palangka Raya, 8 Maret 2021


Mahasiswa,

( Sunardi )
NIM : 2019.C.11a.1029

ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS:
Pasien mengatakan sesak Bakteri masuk ke pernafasan Bersihan jalan nafas tidak
nafas ketika malam hari. atas dan mencapai alveolus efektif.

DO: Muncul reaksi radang
- Terpasang cairan infus ↓
Hydromal 15 Tpm Terjadi pengeluaran secret
- Terpasang oksigen 2 Lpm ↓
TTV : Produksi secret meningkat

TD : 130/70 mmHg
Bersihan jalan nafas tidak
N : 87 efektif
RR : 22 x/menit
S : 35,4 ℃
- Warna sputum : kuning
kehijauan
- Suara nafas vesikuler
- Nafas tambahan ronchi
kering

DS :
Pasien mengatakan nafas nya
terasa sempit. Gangguan pertukaran gas
Penyumbatan pembuluh
DO : darah
- Pasien Nampak gelisah ↓
- Pasien mengeluh susah Aliran darah tidak adekuat
tidur ↓
- Pasien mengatakan sering Iskemik paru
batuk kering ↓
Penurunan suplai O2 ke otak
TTV :

TD : 130/80 mmHG Pergerakan otot menurun
N : 80 ↓
RR : 20 x/menit Gangguan pertukaran gas
S : 35,6 ℃

- Suara nafas vesikuler


- Nafas tambahan ronchi
kering
Nyeri akut.
DS : Bakteri Micobacterium
Pasien mengatakan nyeri di ↓
Terhirup kesaluran
bagian dada
pernafasan masuk ke paru-
DO : paru dan masuk ke alveoli
- Pasien tampak meringis ↓
- Pasien nampak gelisah Resfon imflamasi
- Pasien susah tidur ↓
TTV : Produksi mediator nyeri
TD : 130/90 mmHg meningkat

N : 85
Nusiseptor terangsang
RR : 21 x/menit ↓
S : 35,9 ℃ Nyeri akut

DS :
Klien mengatakan merasa
malu pada dirinya sendiri dan
orang lain karena
penyakitnya. Harga Diri Rendah Kronis
DO : Terkena Penyakit TB Paru
Ketika klien menceritakan ↓
masalah : Ketergantungan pada orang
lain
- klien tampak lesu ↓
- tidak bersemangat Sosial ekonomi rendah
- selalu menunduk ↓
- menghindari kontak mata Koping Individu tidak
dengan perawat. efektif
TTV : ↓
Harga diri rendah
TD : 130/90 mmHg

N : 85 Isolasi social
RR : 21 x/menit ↓
S : 35,9 ℃ Harga diri rendah kronis

PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan


frekuensi nafas berubah ditandai dengan produksi secret meningkat.

2. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan darah meningkat ditandai


dengan pola tidur terganggu.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-ferfusi ditandai dengan irama nafas berubah.

4. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan kondisi emosional ditandai


dengan koping individu tidak efektif
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A


Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi pola nafas 1. Pola nafas kembali normal
tidak efektif keperawatan selama 1x7 jam 2. Berikan udara/oksigen dan bersih
berhubungan dengan diharapkan bersihan jalan nafas 3. Posisikan semi fowler 2. Mengetahui perkembangan
frekuensi nafas efektif dengan kriteria hasil: 4. Ajarkan kepada pasien kepatenan nafas
berubah - Pembersihan jalan nafas tentang batuk dan Teknik 3. Mempermudah pasien untuk
efektif nafas dalam bernafas
- Frekuensi dan irama nafas 5. Kolaborasi pemberian obat 4. Mengencerkan secret
membaik sesuai terapi Dokter yaitu mempermudah pernafasan
- Kepatenan jalan nafas Nebu Ventolin dan Flixotide 5. Mempercepat penyembuhan
- Ventilasi tidak terganggu per 8 jam dan perawatan paru

2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor fungsi 1. Mengetahui suara nafas
gas berhubungan keperawatan selama 1x7 jam pernapasan 2. Mempermudah klien
dengan ventilasi- didarapkan nyeri berkurang dengan 2. Monitor suara nafas untuk bernapas normal
ferfusi kriteria hasil: 3. Keluarkan secret dengan 3. Mempercepat pengeluara
- Suara nafas klien kembali batuk atau suction secret
normal 4. Auskultasi suara 4. Mengoptimalkan
- Suara nafas tambahan tidak nafas,catat bila ada suara pernafasan dan bunyi
ada tambahan nafas
- Mampu bernafas dengan 5. Monitor pergerakkan 5. Mengetahui bila ada
mudah dada, amati keabnormalan
- Tidak ada secret lagi kesimetrisan,penggunaan pernapasan
otot tambahan dan
- Ajarkan pasien batuk efektif retraksi otot 6. Mengoptimalkan
6. Kolaborasi pemberian pengobatan yang
obat sesuai advis Dokter diberikan

3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Observas skala nyeri pasien 1. Skala nyeri yang di rasakan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi respon nyeri non pasien dapat diketahui
tekanan darah diharapkan nyeri berkurang dengan verbal 2. Respon nyeri non verbal dari
meningkat kriteria hasil: 3. Identifikasi faktor yang dalam tubuh pasien dapat di
TTV Normal 110 / 20 mmHg, N: memperberat dan ketahui
60-100 kali permenit, S: 36,5-37,2 memperingan nyeri 3. Faktor yang memperberat
4. Fasilitasi istirahat dan tidur dan memperingan nyeri
RR: 18-24 x/menit
selama perawatan skala beraktivitas
- Nyeri hilang dan tidak
5. Kolaborasi pemberian obat 4. Pasien dapat rileks, nyaman
muncul lagi
sesuai advis Dokter yaitu dan tenang
Sukralfat 5. Membantu proses
penyembuhan dengan
membuat rileks, nyaman dan
tenang
4. Harga diri rendah Setelah melakukan Strategi 1. Membantu klien memilih 1. Klien dapat melakukan
kronis berhubungan
pertemuan dengan asuhan kegiatan yang akan dilatih pekerjaan positifnya dengan
dengan kondisi emosional
keperawatan kepada pasien sesuai dengan kemampuan baik.
selama 1x30 menit diharapkan klien 2. Klien Mampu merapikan
kondisi rendah diri pasien 2. Melatih klien sesuai tempat tidurnya
berkurang dengan kriteria hasil : dengan kemampuan yang 3. Klien menunjukkan
- Klien dapat dipilih. ekspresi senang
mengidentifikasi 3. Memberi pujian yang ketika diberi pujian.
kemampuan dan aspek
wajar terhadap keberhasilan 4. Melatih perilaku
positif yang dimiliki.
- Klien dapat menilai klien yang dapat meningkatkan
kemampuan yang dapat 4. Menganjurkan klien harga diri.
digunakan.
memasukkan kedalam
- Klien mengikuti program
pengobatan secara optimal jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. A
Ruang Rawat : Gardenia

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan


Dan Nama
Jam
Perawat
Senin, 02 Maret 2020 Diagnosa 1:
1. Mengobservasi pola nafas S: pasien mengatakan sesak nafas berkurang
2. Memposisikan semi fowler O:
3. Menganjurkan batuk efektif - Pola nafas kembali normal
4. Mengkolaborasikan pemberian obat - Posisi semi fowler
sesuai terapi Dokter yaitu nebu Ventolin - Keluarga pasien tampak ikut belajar tentang
dan Fkixotide per 8 jam batuk efektif
- Terdapat pemberian obat Nebu Ventolin dan ( Sunardi )
Fkixotide per 8 jam
A: Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Observasi pola nafas
2. Monitor produksi secret
3. Posisi semi fowler
4. Anjurkan batuk efektif
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi D okter
yaitu Nebu Ventolin dan Flixotide per 8 jam
S: pasien mengatakan nafsu makan membaik
O:
- Skala nyeri pasien 3 (nyeri ringan)
- Pasien dapat mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
Diagnosa 2:
- Fator yang memperberat dann memperingan
nyeri
1. Mengobservasikan skala nyeri pasien
Senin,02 Maret 2020 - Pasien tampak tidur, posisi pasien semi fowler
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Pasien tampak mengkonsumsi obat sesuai
3. Mengidentifikasi factor yang
anjuran Dokter yaitu Sukralfat
memperberat dan memperingan nyeri A: Masalah teratasi sebagian
4. Memasilitasi istirahat dan tidur selama P:
perawatan Lanjutkan intervensi
5. Mengkolaborasikan pemberian obat 1. Observasi skala nyeri pasien
sesuai advis Dokter yaitu Sukralfat 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Indentifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Fasilitasi istirahat selama perawatan
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai advis Dokter
yaitu Sukralfat

Senin,02 Maret 2020 Diagnosa 3: S: pasien mengatakan suara nafas kembali normal
1. Monitor suara nafas pasien O:
2. Monitor tanda suara nafas tambahan - Suara nafas pasien normal
3. Mengobservasi adanya secret - Tidak ada suara nafas tambahan
4. Mengajarkan pasien batuk efektif - Secret berkurang
5. Monitor pola nafas pasien A: Masalah teratasi sebagain
P: Lanjutkan intervensi
- Mengobservasi irama nafas
- Beri teknik napas dalam
- Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian obat
Senin,02 Maret 2020 Diagnosa 4 S: Klien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali
1. Membantu klien memilih kegiatan yang berkumpul dengan keluarga.
akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien
O : Klien terlihat baik melakukan pekerjaanya.
2. Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dipilih. A : Ekspresi senang ketika diberi pujian.
3. Memberi pujian yang wajar terhadap P : - Melatih perilaku yang dapat meningkatkan harga
keberhasilan klien diri.
4. Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian - Pantau Aktivitas
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik
dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan
memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaaan
kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang
paling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow
dilukiskan yaitu: “Pribadi yang teraktualisasi seseorang yang menggunakan dan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas, dan potensi diri.
Orang-orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya itu merasa sukses dan mencapai
kepuasaan. Mereka dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dibandingkan orang yang tidak
mengalami aktualisasi diri. Pada umumnya orangorang yang dapat mengaktualisasikan
dirinya bercirikan jujur, menjadi dirinya sendiri, tepat dalam mengekspresikan pikiran dan
emosi-emosinya, melihat dengan jernih, berusaha mencari dan menghadapi emosi dari pada
menghindari, dan memiliki kemampuan jauh diatas rata-rata Orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain
tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang
mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu. Menurut Maslow (1970),
ada beberapa 11 karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri antara
lain : mampu melihat realitas secara lebih efisisen, penerimaan terhadap diri sendiri dan
orang lain apa adanya, spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran, terpusat pada persoalan,
membutuhkan kesendirian, otonomi (kemandiriaan terhadap kebudayaan dan lingkungan),
kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan, kesadaran sosial, hubungan interpersonal,
demokratis, rasa humor yang bermakna dan etis, kreativitas, independensi, dan pengalaman
puncak (peak experiance).
4.2 Saran
Saya berharap kita sebagai manusia dapat mengaktualisasikan diri kita dengan baik dan
benar. Kita juga dapat mengembangkan bakat, kapasitas, dan potensi diri yang kita miliki di
dalam diri kita masing-masing. Dan dengan mengembangkan setiap bakat yang unik di dalam
diri kita maka kita pun dapat melakukan hal-hal yang positif di dalam kehidupan sehari-hari.
Dan selalu mempunyai kreativitas dalam setiap bakat yang dimiliki sehingga dapat berguna
bagi orang lain dan juga lingkungan sekitar yang sangat membutuhkan kita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah L M. 2011. Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Grahallmu.

2. Direja A H S. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika, Yogyakarta.

3. WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC

4. Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.

5. Prabowo. E (2016). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.

6. Anonim, 2012, Asuhan Keperawatan Tb Paru, diakses tanggal 30 Oktober 2012 jam
09.03 dari http://akperpemprov.jatengprov.go.id/

7. Dewi, Kusma . 2011. Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru.
Diakses tanggal30 Oktober 2012 jam 10.15 dari http://www.scribd.com
/doc/52033675/
JURNAL PENELITIAN

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 53 – 58, Februari 2020 e-ISSN 2621-2978
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2685-9394

DUKUNGAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGAN HARGA DIRI


PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
Ulfa Suryani*, Zulham Efendi
STIKES Mercubaktijaya, Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba, Padang, Sumatera Barat, Indonesia 25173
*ulfasuryani1803@gmail.com

ABSTRAK
Tuberkulosis Paru menyebabkan dampak fisik dan psikologis, apabila tidak memiliki
mekanisme koping dandukungan keluarga yang baik dapat menyebabkan gangguan pada
harga dirinya.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan harga diri pada penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Andalas Padang. Desain
Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan secara cross
sectional. Sampel penelitian diambil sebanyak 42 orang dengan cara total sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariate menggunakan uji Chi Square dengan p value = 0,05. Hasil penelitian
diketahui bahwa lebih dari separoh penderita Tuberkulosis Paru mengalami harga diri rendah
(61,9%) dengan dukungan keluarga yang kurang (54,8%). Dengan menggunakan uji korelasi,
terdapat ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan harga diri penderita
Tuberkulosis Paru (p value = 0,037) memilliki nilai hubungan positif dengan interpretasi
cukup.

Kata kunci: tuberkulosis paru, harga diri, dukungan keluarga

FAMILY SUPPORTING RELATIONSHIPS WITH SELF-ESTEEM IN PATIENTS


WITH PULMONARY TUBERCULOSIS

ABSTRACT
Pulmonary Tuberculosis causes physical impact and psychological sufferers, if it does not
have a coping mechanism and good family supporting so it can cause the disturbance in their
pride. The purpose of this research is to know about family supporting relationships with self-
esteem in patients of Pulmonary Tuberculosis in PuskesmasAndalas Padang. The design of
research that used is the descriptive correlations with approaching in cross sectional. The
sample of research is taken as many as 42 people with using total sampling. The collecting of
data uses questionnaire. In this research the analyzing of data is done by Univariat and
Bivariat that uses Chi Square test with p value = 0,05. The result of research is known that
more than half of patients Pulmonary Tuberculosis experience low self-esteem (61,9%) with
lack of family supporting (54,8%). In using correlation test there is the relationship which is
significant between family supporting with self-esteem of Pulmonary Tuberculosis patients (p
value = 0,037) that have a positive relationship value with enough interpretation
Keywords: pulmonary tuberculosis, self-esteem, family
supportingPENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis
(Jumaelah, 2011). Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global menduduki urutan
kedua setelah Human Imunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian terbanyak pada penduduk dunia (WHO, 2015). Penyakit ini dapat
diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif
yaitu 15-50 tahun. Penyakit ini sering ditemukan pada yang bertubuh lemah, kurang gizi, atau
yang tinggal satu rumah dan berdesak - desakkan bersama penderita TB Paru (Naga, 2012).
Penderita TB paru dengan pengobatan lama akan mengalami perubahan fisik dan psikologis.
Perubahan dalam bentuk fisik seperti menjadi lebih kurus dan sering batuk batuk, dan pada
psikologis akan menunjukkan keraguan untuk memberikan pendapat, bersikap pasif, merasa
rendah diri, menarik diri dari orang lainkarena khawatir penyakitnya mudah ditularkan
kepada orang lain
(Sulistiyawati, 2012). Selain itu penderita Tuberkulosis paru akan merasa tidak berguna bagi
keluarga dan masyarakat karena dapat menambah beban pikiran dalam menghadapi
perubahan fisik dan psikologisnya, sehingga penderita mengalami masalah pada harga diri
nya (Direja, 2011).
Harga diri adalah penilaian individu terhadap nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri (Stuart, 2013). Pada penderita
TB paru mengalami perubahan harga diri salah satunya karena saat penderita batuk dan
sedang berkomunikasi dengan orang lain, penderita dapat mengalami penolakan dari lawan
bicaranya, sehingga lawan bicaranya menjaga jarak saat berkomunikasi dan menimbulkan
perubahan perilaku pada penderita TB paru tersebut. Perilaku pada penderita TB paru
seperti : menghindari kontak mata, perawakan yang sangat kurus, penampilan tidak rapi,
permintaan maaf yang berlebihan, berbicara yang ragu-ragu, terlalu kritis atau marah
berlebihan, sering menangis, menilai diri negatif, ketergantungan yang berlebihan, raguragu
untuk menunjukkan pandangan atau pendapat, kurang berrminat pada apa yang terjadi,
bersikap pasif dan kesulitan dalam membuat keputusan (Potter&Perry, 2010).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedeh (2016) tentang gambaran harga diri
penderita Tuberkulosis paru di Wilayah Eks Kawedanan Indramayu didapatkan bahwa
responden yang memiliki harga diri tinggi sebanyak 51,1% dan responden yang memiliki
harga diri rendah sebanyak 48,9%.Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yastriana (2013) tentang gambaran harga diri pada pasienTuberkulosis di Poliklinik Paru RS
Persahabatan didapatkan bahwa responden yang memiliki harga diri tinggi sebanyak 89,9%
dan responden yang memiliki harga diri rendah sebanyak 10,1%.

Penderita Tuberkulosis paru dapat mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh dan
kelemahan fisik, sehingga mengakibatkan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas harian
yang akan berdampak pada pendapatan nya dalam segi ekonomi. Selain itu juga memberikan
dampak dalam kehidupan sosial, memunculkan stigma bahkan dapat mengakibatkan isolasi
sosial. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi harga diri penderita TB paru (Depkes, 2009).
Menurut Sulistiyawati (2012), mengatakan bahwa responden dengan harga diri tinggi
(normal) disebabkan karena adanya mekanisme koping yang baik. Untuk meningkatkan harga
diri penderita TB paru, keluarga dapat memberikan motivasi kepada penderita TB paru agar
harga diri nya dapat meningkat (Nuha, 2013).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan harga diri antara lain meliputi : penolakan orang tua,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis (Dariuszky, 2009). Dalam mengahadapi hal
tersebut penderita tuberkulosis sangatlah membutuhkan dukungan keluarga dalam
kesembuhan yang berupa memberikan sarana prasarana, menyediakan dana pengobatan,
meluangkan waktu untuk mendampingi berobat dan saat dirumah maupun bergaul
dilingkungan sekitarnya (Nuha, 2013). Dukungan sosial yang memberikan dampak terbesar
adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga (Makhfudli, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2015) tentang hubungan dukungan
keluarga pasien rawat inap Tuberkulosis paru di RS Paru Jember yaitu, responden yang
mendapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 56,8%, dukungan keluarga cukup sebanyak
34,1%, dan dukungan keluarga kurang sebanyak 9,1%. Sedangkan menurut penelitian Ulfah
(2013) juga menunjukan hubungan dukungan keluarga dengan pasien TB paru yaitu, pada
dukungan keluarga kurang sebanyak 47,1% responden dan dukungan keluarga baik sebanyak
52,9%. Dari penelitian tersebut didapatkan hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan harga diri pasien TB paru yang mempunyai hubungan yang positif, yang
artinya semakin baik dukungan keluarga semakin tinggi pula harga diri pada pasien
Tuberkulosis paru tersebut.
3 No Februari 2020

khawatir penyakit ini dapat


menular, mengungkapkan malu karena METODE
minum obat selama 6 (enam) bulan berturut- Jenis penelitian yang digunakan adalah
turut, ketika berobat hanya sendirian, dan deskriptif korelasi dengan pendekatan secara
keluarganya jarang memberikan cross sectional, ). Populasi dalam penelitian ini
informasi tentang penyakitnya. adalah penderita TB paru yang berkunjung di
Sedangkan 4 orang responden ketika diajak untuk Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019.
berkomunikasi mengatakan bahwa penyakitnya Populasi penderita TB Paru di Puskesmas
ini bisa sembuh, tidak merasa malu dan Andalas sebanyak 42 orang. Penelitian ini
responden juga mengungkapkan menggunakan teknik pengambilan sampel
keluarganya sering mengingatkan total sampling yaitu 42 orang, penentuan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sampel dengan cara mengambil seluruh
maka peneliti tertarik untuk melakukan anggota populasi sebagai responden atau
penelitian tentang sampel (Sugiyono, 2013).
“Hubungan
Dukungan Keluarga Terhadap Harga diri Pada HASIL
Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
Andalas Padang Tahun 2019”. berikut.
Tabel 1.
Dukungan keluarga pada penderita TB Paru (n=42)
Dukungan Keluarga f %
Kurang 23 54,8
Baik 19 45,2
Tabel 1 terlihat bahwa lebih dari separoh (54,8%)
responden mengalami dukungan
keluarga kurang.
Tabel 2.
Harga Diri Pada Penderita TB Paru (n=42)
Harga Diri f %
Rendah 26 61,9
Tinggi 16 38,1
Tabel 2 terlihat bahwa lebih dari separoh
(61,9%) responden mengalami harga diri
rendah.
Tabel 3.

Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri pada penderita TB Paru (n=42)
Dukungan Harga Diri Total %
Keluarga Tinggi Rendah P
f % f % value
Kurang 5 11,9 18 42,9 23 54,8
0,037
Baik 11 26,2 8 19,0 19 45,2
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 Oktober 2019 di Puskesmas
Andalas Padang terhadap 10 orang responden, ditemukan 6 orang responden mengungkapkan
minder, tidak nyaman ditanya tentang penyakitnya, dan jaga jarak karena Berdasarkan tabel
3terlihat bahwa dari proporsi harga diri rendah lebih banyak ditemukan pada dukungan
keluarga kurang (42,9%) dari pada dukungan keluarga baik (19,0%), begitu sebaliknya
responden dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan pada dukungan keluarga baik
(26,2%) dibandingkan dukungan keluarga kurang (11,9%). Berdasarkan uji statistik
menggunakan uji chi Square terlihat nilaip= 0,037 (p<0,05).
PEMBAHASAN
DukunganKeluarga
Berdasarkan analisa hasil penelitian tentang dukungan keluarga terhadap 42 reponden
penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Andalas Padang, didapatkan bahwa lebih dari
separoh (54,8 %) responden mendapatkan dukungan keluarga yang kurang.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Safrida (2011) tentang dukungan keluarga
terhadap penderita TB Paru di RSUD Sidikalang, ditemukan bahwa 36 orang (40,7%)
responden mempunyai dukungan keluarga yang kurang. Hasil penelitian tersebut juga sesuai
dengan penelitian Muhardiani (2015) di Wilayah kerja Puskesmas Gang Sehat yang
mengalami dukungan keluarga kurang sebanyak 41 orang (52,6%). Sedangkan hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2008), dimana hasil
penelitiannya menunjukan bahwa sebagian besar responden 47 orang (87%) mendapat
dukungan keluarga yang baik.
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional (Friedman, 2010).
Dukungan keluarga kurang disebabkan karena keluarga sering acuh tak acuh terhadap
penderita TB Paru, keluarga tidak pernah memberikan nasehat dan motivasi untuk berusaha
melawan penyakit TB paru, keluarga selalu memberikan respon yang negatif terhadap
keluhan penyakit tersebut, keluarga tidak pernah menyediakan waktu serta fasilitas yang
dibutuhkan penderita tuberkulosis paru, keluarga tidak pernah menyediakan makanan bergizi
seperti sayur, daging, dan telur untuk membantu penyembuhan penderita TB paru dan
keluarga tidak pernah mengingatkan informasi tentang pentingnya minum obat dengan
teratur.
Penderita tuberkulosis paru perlu mendapatkan dukungan keluarga baik, karena dukungan
dari orang-orang secara langsung dapat menurunkan beban psikologis sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya. Disamping itu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai
untuk menenangkan pikiran, dan setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga.
Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan
kepada individu. Disamping itu, dukungan keluarga juga memegang peran penting dalam
kehidupan penderita tuberkulosis paru berjuang untuk mencapai kesembuhan, berfikir
kedepan dan menjadikan hidupnya lebih berkualitas.
Harga Diri Penderita TB Paru
Berdasarkan hasil analisa penelitian tentang harga diri terhadap 42 responden penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Andalas Padang, didapatkan bahwa lebih dari separoh
(61,9%) responden mengalami harga diri yang rendah. Hasil penelitian di atas sesuai dengan
penelitian Ayu (2014) terhadap harga diri penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas
bendosari harga diri rendah sebanyak 18 orang (52,9%), dan dengan penelitian Yuliana
(2014) pada penderita TB paru di RSUD Arifin Achmad pekanbaru bahwa rata-rata
responden memiliki harga diri rendah sebanyak 26 orang (63,7%), dan sesuai dengan
penelitian Safrida (2011) tentang harga diri pasien TB Paru yang dirawat di RSUD Sidikalang
sebanyak 54 orang (61,4%) yang mengalami harga diri rendah.
Menurut Dalami (2009), harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.Harga diri rendah yaitu perasaan
yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, perasaan tidak
mampu, dan menarik diri secara sosial (Stuart, 2009). Beberapa pandangan ahli menjelaskan
bahwa keberhasilan dalam penyembuhan dari pasien sangat tergantung dari harga diri yang
tidak terganggu. Seseorang yang menderita penyakit kronis seperti TB paru akan
mempengaruhi harga diri penderita baik secara langsung maupun tidak langsung. Semakin
banyak penyakit kronis yang mengganggu kemampuan beraktivitas dan mempengaruhi
keberhasilan seseorang, maka akan semakin mempengaruhi harga diri rendah (Potter&Perry.
2010).
3 No Februari 2020
Neill (2011) menambahkan haga diri rendah merupakan gejala awal yang mendahului
penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak keadaan lainnya. Pendapat tersebut
sesuai dengan laporan hasil penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari kondisi pasien dengan
penyakit kronis yakni TB paru yang sudah mengetahui tentang penyakitnya. Harga diri
rendah penderita tuberkulosis paru disebabkan oleh penolakan dari lingkungannya, dimana
penderita tuberkulosis batuk terus menerus mengakibatkan penderita sulit bergaul di
lingkungan masyarakat, merasa minder karena kurang percaya diri dengan penyakit
tuberkulosis serta merasa tidak dihargai dan disisihkan oleh orang lain.
Selain itu penderita TB paru mengalami harga diri rendah disebabkan karena pasrah dalam
segala hal yang menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya tersebut adalah cobaan yang
diberikan Tuhan, dan penderita TB Paru tersebut mengekpresikan rasa malu terhadap
penyakit yang dideritanya serta menimbulkan rasa tidak yakin bisa sembuh. Disamping itu
penderita TB Paru dengan harga diri rendah sering merasa tidak berdaya, menolak, merasa
bersalah, merasa rendah diri, dan menarik diri dari orang lain karena khawatir penyakit yang
diderita menular kepada orang lain.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pada Penderita TB Paru Hasil
Penelitian dapat dilihat bahwa proporsi harga diri rendah lebih banyak ditemukan pada
dukungan keluarga kurang (42,9%) dari pada dukungan keluarga baik (19,0%), begitu
sebaliknya responden dengan harga diri tinggi lebih banyak ditemukan pada dukungan
keluarga baik (26,2%) dibandingkan dukungan keluarga kurang (11,9%). Berdasarkan uji
statistik menggunakan uji chi Square terlihat nilaip= 0,037 ( p < 0,05 ).
Kuntjoro (2011) mengatakan bahwa dukungan keluarga sebagai suatu komponen penting
yang diberikan ketika penderita menghadapi masalah kesehatan yang membutuhkan suatu
penanganan yang serius. Melalui dukungan keluarga tersebut penderita merasa diperhatikan
dan dihargai sehingga dapat memotivasi penderita untuk mengikuti pengobatannya. Beberapa
kajian ilmiah lain menjelaskan bahwa keluarga memainkan suatu peran yang bersifat
mendukung selama dalam proses peningkatan harga diri pada penderita sehingga dapat
tercapai tingkat kesehatan yang optimal. dukungan keluarga yang natural dan alami diterima
oleh seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-
orang terdekat yang ada disekitarnya. Hal ini terkait dengan hubungan interpersonal yang
buruk, dan gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri (Christeen, 2009).
Coleman dalam Djiwatampu (2009), yang menjelaskan bahwa harga diri rendah adalah sebab
dari dasar dari beberapa penyakit, tetapi sebenarnya bukan harga diri rendah yang membunuh
atau melukai orang tetapi cara seseorang menghadapi harga dirinya tersebut. Penderita
tuberkulosis paru yang mengalami harga diri rendah disebabkan karena harga diri rendah
dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis terhadap dirinya sendiri meskipun
dukungan keluarga baik telah diberikan. Sebagian besar harga diri rendah disebabkan karena
penderita TB Paru merasa tidak bisa memiliki kesempatan lagi untuk bergabung ataupun
berinteraksi dengan orang lain lagi dan selalu merasa disisihkan dari orang lain. Sehingga
pencapaian kesembuhan dari penyakit yang dideritanya selalu gagal dan berulang-ulang
kembali untuk berobat tetapi tidak mencapai hasil yang maksimal sehingga cenderung harga
diri penderita TB Paru tersebut rendah.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan dukungan keluarga dengan harga diri
pada penderita TB paru di Puskesmas Andalas Padang Tahun 2019. penelitian ini sebagai
masukkan untuk memperhatikan jika dukungan dan motivasi keluarga adalah hal yang
penting untuk menunjang agar harga diri penderita TB Paru dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Z. 2009. Pengantar Keperawatan
Keluarga. Jakarta : EGC

Dalami, Ermawati. dkk. 2009. Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

Friedman, M. 2010. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek, Edisi 3. Jakarta :


EGC
Girsang, Yastriana. L. 2013. Gambaran Harga Diri Pasien Tuberkulosis Di Poliklinik Paru
Persahabatan. Sumatera Selatan :
Universitas Indonesia
Hafidz, Abdullah. dkk. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pasien
Rawat Inap Tuberkulosis Paru Di RS Jember. Jember : Universitas Muhammadiyah
Jember. Diambil dari: http://www.umj-1x-abdullahha-3266-1artik.pdf Diakses 20
Oktober 2019

Keliat, B. A., & Akemat. 2009. Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC.
Manurung, Santa, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta : Trans Info Media

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta :SalembaMedika.
Potter, P. A. & Perry, A. G. 2010.Fundamental
Keperawatan :Konsep, Proses, danPraktik. Volume 1.Edisi 4.Jakarta :
EGC.
Saragih, Safrida. W. 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pasien TB Paru
Yang Dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara.:
http://www.123dok.HubunganDukungan Keluarga.pdfDiakes 20 Desember 2017
Smeltzer, S.C, Bare, B.G, J.L, & Cheever,
K.H. 2010.Buku Ajar
KeperawatanMedikalBedah Brunner
&Suddarth's.Jakarta : EGC.

Sudiharto.2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural.Jakarta :
EGC

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, CV. Bandung :
Alfabeta.
Sulistiyawati, & Kurniawati. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stressor
Pada Pasien Tuberculosis Usia Produktip di RSU Muhammadiyah Yogyakarta. Diambil
dari : http://jurnal.dikti.go.id/. Diakses tanggal 10 Deesember 2019

Stuart & Sundeen. 2013. Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2013. Askep PadSa Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta :SalembaMedika.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, CV. Bandung
:Alfabeta.

Suhron, M. 2017. Terapi Dan Askep Konsep


Diri. Jakarta : Mitra Wacana Media

LEMBAR KONSULTASI

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Sunardi


NIM : 2019.C.11a.1029
Tingkat / Prodi : II-A / S1 Keperawatan
Pembimbing :Rimba Aprianti , S Kep, Ners

N Hari/Tang Catatan Pembimbing Tanda Tangan


O gal
1 Selasa, 09- 1. Melakukan Bimbingan Pre
03-2021 Conference
2. Tambahkan lembar Konsul
Pukul :
3. Perbaikan Judul,kata
09:00 WIB pengantar,daftat isi
4. Perhatikan sistematika penulisan
5. Cantumkan Daftar Pustaka dan
cari referensi 10 tahun terakhir
Sarjana Keperawatan Ners Reguler
is inviting you to a scheduled
Zoom meeting.
Topic: Bimbingan Askep KDM
Aktualisasi Diri Kel. 6 PPK 1
Kelas 2A
Time: Mar 11, 2021 08:00 AM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/8703967
8959?
pwd=TWJZTXUybFRjNXNzQUlJ
UjdyZTRwdz09
Meeting ID: 870 3967 8959
Passcode: 453840
2 Rabu, 10- 1. Melakukan bimbingan askep
03 2021 2. Perbaki Riwayat keluhan
utama dan sekarang.
Pukul :
3. Perbaiki data fokus dan
09.00 wib tambahkan pemeriksaan
keperawatan lainnya
4. Perbaikiintervensi,implement
asi.
5. Perhatikan sistematika
penulisan dan seterusnya.
6. Masukkan jurnal terkait

Sarjana Keperawatan Ners Reguler


is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Bimbingan Askep PPK I Kel.


6 Tk. 2A
Time: Mar 10, 2021 09:00 AM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/83278204
150?
pwd=RHRoQ2pWOXA0aVl6VjlkT
UFSeTdjdz09

Meeting ID: 832 7820 4150


Passcode: 971694

3 Selasa ,15 1. Bimbingan Post conference


-03-2021 2. Perahatikan sistematika penulisan

Pukul : Sarjana Keperawatan Ners Reguler


11.00 WIB is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Bimbngan Post konference


PPK I kelompok 6 Tk. 2A
Time: Mar 17, 2021 10:00 AM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/85893954
100?
pwd=elBhaHZCdTNJZ3RDVXhiei8
zRTZLUT09

Meeting ID: 858 9395 4100


Passcode: 267105

Anda mungkin juga menyukai