Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PENCEMARAN UDARA (POLUSI UDARA)


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keperawatan Komunitas I
Dosen : Prinawatie, S. Kep, M.Kes

Disusun oleh :
VIRGO MANDALA PUTRA
NIM : 2019.C.11a.1033

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Pencemaran Udara (Polusi Udara)”.
Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat
bantuan dan kerjasama kelompok serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan
dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Makalah ini mungkin kurang sempurna untuk itu kami mengharap kritik dan saran
untuk penyempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 29 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Definisi Pencemaran Udara (Polusi
Udara)..................................................5
2.2 Klasifikasi Bahan Pencemaran
Udara...........................................................5
2.3 Fakto-faktor Penyebab Pencemaran
Udara...................................................7
2.4 Zat-zat Pencemaran
Udara..........................................................................10
2.5 Permasalahan Lingkungan dan
Dampaknya...............................................15
2.6 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara dan Upaya
Penyehatan..........26
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................32
3.1 Kesimpulan................................................................................................32
3.2 Saran...........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Namun, saat ini kualitas udara sangat memprihatinkan akibat pencemaran
udara.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat
disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung
meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut
adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif
terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian
khusus, khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang
ada dapat berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-
partikel yang lain. Saat ini mulai dilakukan upaya pemantauan pencemaran
udara. Dari hasil pemantauan tersebut diketahui ada beberapa parameter yang
cukup memprihatinkan, diantaranya: debu (partikulat), Sulfur Dioksida
(SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC).
Pencemar lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin
(Premium). Keberadaan timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia.
Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi. Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi,

1
masyarakat akan semakin banyak menggunakan bahan-bahan berteknologi
tinggi yang dapat menimbulkan pencemaran udara seperti motor dan mobil.
Hal ini memberikan kontribusi besar dalam menurunkan kwalitas udara yang
dapat mengganggu kenyamanan, kesehatan dan bahkan keseimbangan iklim
global.
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar
yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain.
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan
pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan
oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang
dilakukan.
Pencemaran udara telah menjadi salah satu masalah lingkungan global
yang menjadi perhatian dunia (Mulyadi, 2015). Survei yang dilakukan oleh
World Health Organization - WHO (2002) di 1.600 kota yang tersebar di 91
negara di dunia menunjukkan bahwa hampir 90% orang-orang di pusat
perkotaan menghirup udara yang tidak sehat. WHO juga menyatakan bahwa
sekitar setengah dari penduduk dunia terkena pencemaran setidaknya dua
setengah kali lebih tinggi dari baku mutu kualitas udara yang ditetapkan.
Fenomena tersebut terutama dirasakan di negara-negara berkembang seperti
Indonesia sebagai dampaknegatif dari pembangunan yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi (Basri, 2014).
Dari berbagai jenis zat pencemar udara, benda partikulat atau particulate
matter berdiameter 10 mikron (PM10) mendapatkan perhatian khusus karena
dinilai memiliki pengaruh lebih besar terhadap gangguan kesehatan manusia
dibandingkan dengan zat-zat pencemar lainnya. PM10 dapat dijadikan sebagai
wakil dari zat-zat pencemar lain. Naik turunnya PM 10 berasosiasi dengan zat-
zat pencemar lain yang berada di udara. Oleh karena itu, sebagai prediktor
kesehatan PM10 mempunyai cakupan yang lebih luas. Pendapat senada
dikemukakan oleh WHO (2011), yang menyatakan bahwa PM10 merupakan
prediktor kesehatan yang baik.
Menurut WHO (2011) efek kesehatan dari paparan PM10 dalam waktu
singkat dapat mempengaruhi reaksi radang paruparu, ISPA (infeksi saluran

2
pernapasan atas), gangguan pada sistem kardiovaskuler, meningkatnya
perawatan gawat darurat, peningkatan penggunaan obat, bahkan kematian.
Sementara dampak jangka panjang PM10 dapat meningkatkan gejala
gangguan
saluran pernapasan bawah, eksaserbasi asma, penurunan fungsi paru pada
anak-anak, peningkatan obstruktif paru-paru kronis, penurunan fungsi paru-
paru pada orang dewasa, penurunan rata-rata tingkat harapan hidup terutama
kematian yang diakibatkan oleh penyakit cardiopulmonary dan probabilitas
kejadian kanker paru-paru (Nurjanah, 2014). Secara umum dampak kesehatan
dari konsentrasi PM10 adalah gangguan pada sistem kardiovaskular,
gangguan pernapasan, serta kematian. WHO (2014), melaporkan bahwa di
seluruh dunia diperkirakan PM10 menyebabkan sekitar 16% kematian akibat
kanker paru-paru, 11% kematian akibat penyakit paru obstruktif kronis, dan
lebih dari 20% akibat penyakit jantung iskemik dan stroke (Sugiarti, 2009).
Di Indonesia rata-rata konsentrasi ambien PM10 selama periode 1990-
2011 sekitar 56 μg/Nm3dan pada tahun 2011 sendiri sebesar 46,74 μg/Nm3.
Meskipun mengalami tren penurunan, namun angka tersebut melebihi
ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, yaitu sebesar 20 μg/Nm3 dengan
waktu pengukuran selama satu tahun (KLH, 2012). Sumber utama PM 10 di
Indonesia berasal dari sektor transportasi (71%) dan sektor industri 25%,
sedangkan sisanya (4%) adalah sektor rumah tangga atau domestik.
Laporan WHO dan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan bahwa
penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2011 didominasi oleh penyakit
Non-Communicable Disease (NCD) atau Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan proporsi 71% dari 1.551.000 kasus kematian total. Berdasarkan
jenisnya, penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, stroke, dan infark
menjadi penyebab utama dari kematian (37%), kemudian diikuti oleh kanker
(13%), penyakit pernapasan (7%), diabetes (6%), dan 10% penyakit PTM
lainnya. Fakta tersebut mengindikasikan adanya korelasi yang erat antara
tingginya konsentrasi PM10 dengan gangguan kesehatan, terutama PTM.

1.2 Rumusan Masalah

3
1. Apa definisi dari pencemaran udara?
2. Apa saja klasifikasi bahan pencemaran udara?
3. Apa saja faktor-faktor Penyebab Pencemaran Udara?
4. Apa saja zat-zat pencemaran udara?
5. Bagaimana dampak pencemaran udara?
6. Bagaimana upaya penganggulangan pencemaran udara?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi pencemaran udara.
2. Untuk mengetahui klasifikasi bahan pencemaran udara
3. Untuk mengetahui faktor-faktor Penyebab Pencemaran Udara.
4. Untuk mengetaui zat-zat pencemaran udara.
5. Untuk mengetahui dampak pencemaran udara.
6. Untuk mengetahui upaya penganggulangan pencemaran udara.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencemaran Udara (Polusi Udara)


Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara
adalah adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan atau komposisi udara dari keadaan
normalnya. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai macam zat kimia,
baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang semakin lama akan
semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.
Menurut wikipedia pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih
substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu
estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi
di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran
maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan
bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional
maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan
asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak
sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan
kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil
oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2
(karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx
(nitrogenoksida).

2.2 Klasifikasi Bahan Pencemaran Udara


Polutan udara berdasarkan jenisnya dapat dikategorikan menjadi polutan
primer dan sekunder (Haruyuki & Agus, 2017) :
a. Polutan primer

5
Polutan primer adalah polutan yang berasal langsung dari sumber polutan
seperti cerobong asap pabrik, pipa knalpot kendaraan bermotor atau
kebakaran hutan. Pengukuran kadar polutan primer ini berasal dari data
inventaris emisi sumber polutan tersebut.
Polutan primer terdiri atas sulfur dioksida (SO 2), nitrogen oksida (NO),
karbon monoksida (CO), volatile organic compound (VOC), partikel karbon
dan partikel non- karbon..
Tabel 1. Polutan primer dan sumber emisi
Nama Polutan Sumber Emisi Mekanisme
Sulfur dioksida (SO2) Bahan bakar mengandung sulfur (batu bara Sulfur berubah menjadi sulfur dioksida
dan minyak bumi) dalam proses pembakaran bahan bakar
fosil
Nitrogen oksida (NO) Batu bara banyak kandungan nitrogen dan Nitrogen berubah menjadi nitrogen
sedikit minyak bumi oksida saat pembakaran bahan bakar
Karbon monoksida (CO) Bahan bakar mengandung karbon Pembakaran tidak sempurna, misalnya
proses pembakaran pada kendaraan
bermotor
Volatile organic Uap mengandung rantai hidrokarbon, Evaporasi bahan bakar cair (benzena dari
compound (VOC) oksigenat, halogenat di atmosfer tanki kendaraan bermotor)
Partikel karbon Bahan bakar fosil, biomas Pembakaran bahan bakar fosil, biomas
Partikel non karbon Debu terbang berasal dari batu bara, Debu yang berasal dari pembakaran batu
penambangan mineral, tanah bara, proses penambangan, tanah yang
terbawa angin

b. Polutan sekunder
Polutan sekunder terbentuk di atmosfer akibat reaksi antara polutan primer
dan unsur lain dari alam. Contoh paling populer polutan sekunder adalah
ozon (O3). Kadar polutan sekunder tidak dapat diukur berdasarkan data
inventaris emisi karena model pembentukannya, tetapi dapat diperkirakan
dengan rumusan tertentu dengan menentukan kadar volume per satuan waktu
di atmosfer. Ozon terbentuk akibat reaksi kimia yang berbeda-beda
disesuaikan dengan ketinggian atmosfer.
Berdasarkan sifat fisisnya maka polutan dapat dibagi menjadi polutan gas
dan polutan partikel (Haruyuki & Agus, 2017) :

6
a. Polutan gas
Polutan gas adalah polutan udara yang berbentuk gas atau uap. Molekul
polutan gas dapat langsung memasuki saluran pernapasan.
b. Polutan partikel
Polutan partikel sering disebut juga dengan particulate matter (PM).
Particulate matter merupakan polutan utama pemberi dampak pada kesehatan.
Polutan ini terdiri atas unsur sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon
debu mineral dan air yang tersuspensi dalam fase cairan dan padat di udara.
Jenis PM sebagai indikator polutan udara dapat dibagi menjadi PM 10 dan
PM2,5. Ukuran diameter PM10 adalah 2,5–10 μm sedangkan PM2,5 adalah < 2,5
μm.
Dalam gambar 1 dapat dilihat perbandingan ukuran PM dan unsur lain
sebagai pembanding.

Gambar 1. Ukuran diameter PM dan unsur lain

2.3 Faktor-faktor Penyebab Pencemaran Udara


Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam, seperti:
- abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi
- gas-gas vulkanik

7
- debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin
- bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organic
b. Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia,
seperti:
- hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor
- bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai
zat kimia organik dan anorganik
- pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
- pembakaran sampah rumah tangga
- pembakaran hutan

Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar
yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain.
Masing-masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan
pengaruhnya bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan
oleh kualitas bahan bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang
dilakukan.
Sumber pencemaran umumnya dari kegiatan industri pengolahan,
transportasi dan rumah tangga. Pencemaran udara yang melampaui batas
kewajaran akan menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup yang hidup di
atas bumi ini.
Oleh sebab itu, maka perlu kita fahami dampak apa saja yang dapat
ditimbulkan oleh pencemaran udara khususnya terhadap tumbuhan. Seiring
dengan laju pertambahan kendaraan bermotor, maka konsumsi bahan bakar
juga mengalami peningakatan dan berujung pada bertambahnya jumlah

8
polutan yang dilepaskan ke udara. Di Indonesia kurang lebih 70 %
pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang memiliki dampak negatif
baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungannya.
Dalam beberapa tahun terakhir pencemaran udara terutama di kota-kota
besar di Indonesia merupakan masalah yang serius, beberapa sumber
pencemar udara utama Indonesia antara lain emisi gas buang kendaraan
bermotor, emisi dari pabrikpabrik, rumah tangga dan kebakaran hutan, data
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% pencemaran udara yang terjadi
di kotakota besar di Indonesia di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara yaitu dengan
dihasilkannya gas CO, HC, NOx yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai
oktan guna mencegah terjadinya letupan pada bensin. Peningkatan polusi
udara yang signifikan dari tahun ketahun disebabkan oleh naiknya angka
pertumbuhan pemakaian kendaraan. kondisi ini diperparah dengan angka
pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan
bermotor yang hanya 2% pertahun, semakin memperburuk kondisi udara
diberbagai kota. Sektor transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor
yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh.
Penggunaan bahan bakar minyak secara intensif dalam sektor ini menjadi
penyebab utama timbulnya dampak terhadap lingkungan udara terutama
didaerah perkotaan.
Pembangunan lebih banyak dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik
berupa bangunan sarana dan prasarana, misalnya pertokoan, pemukiman,
tempat rekreasi dan industri otomotif. Dengan meningkatkan pembangunan
tersebut mengakibatkan berkurangnya lahan yang seharusnya untuk
penghisapan. Hal tersebut dapat menyebabkan menurunnya kualitas
lingkungan sehingga udara menjadi tercemar dan kotor.

2.4 Zat-zat Pencemaran Udara

9
Ada beberapa polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara
lain:
Karbon monoksida, Nitrogen dioksida, Sulfur dioksida, Partikulat,
Hidrokarbon, CFC, Timbal dan Karbondioksida.
1. Karbon monoksida (CO)
Gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat racun. Dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas buangan
kendaraan bermotor.
2. Nitrogen dioksida (NO2)
Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu bara di pabrik,
pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur dioksida (SO2)
Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama
batubara. Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan
pembangkit tenaga listrik.

4. Partikulat (asap atau jelaga)


Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan
dari cerobong pabrik berupa asap hitam tebal.
Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di udara
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan berada di
udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir padat dan
cair dan melayang berhamburan di udara

10
5. Hidrokarbon (HC)
Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
yang tidak sempurna.
6. Chloro fluoro carbon (CFC)
Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang ada di
atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas,
AC, alat pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol)
pada parfum dan hair spray.
7. Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran
pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal
oksida yang berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. karbon dioksida (CO2)
Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar kendaraan
bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.

Menurut Agus et.al. (2018) isi-isi yang terkandung dalam polusi udara
serta dampaknya terhdap kesehatan, adalah sebagai berikut :
a. Partikulat Matter
Partikulat matter merupakan campuran dari partikel padat dan cair dari
berbagai sumber, ukuran dan komposisi yang berbeda.Partikel ini merupakan
komponen utama polusi udara yang ada di perkotaan. PM diklasifikasikan
menjadi 3 ukuran yaitu PM10 merupakan partikel berukuran 2,5-10 μm
(mikrometer), PM2,5 disebut juga fine partikulat yang mempunyai diameter
0,1-2.5 μm dan PM1 disebut juga ultrafine partikel dengan dimeter ≤0,1 μm.
Ukuran PM lebih kecil dibandingkan pasir pantai dan diameter rambut
manusia.1,5-10 Partikulat Matter10dapat menembus saluran napas bagian
proksimal, PM2,5 dapat diinhalasi lebih dalam dan dapat menembus saluran
napas bagian bawah hingga parenkim paru dan PM1 dapat diinhalasi sampai
alveolus, sel epitel alveolar dan pembuluh darah.
Pedoman WHO menyatakan batas rerata pajanan PM10 yaitu 50 μg/m3
per hari, 20μg/m3 per tahun dan PM2,5 yaitu 25 μg/m3 perhari, 10 μg/m3per

11
tahun sedangkan PM1 tidak ada rekomendasi batas pajanan. Angka kematian
akibat partikulat polusi udara berhubungan dengan penyakit respirasi dan
kardiovaskular. Suatu hipotesis menyatakan bahwa PM2,5 dapat menembus
saluran napas dan menyebabkan inflamasi pada alveolar. Tingkat pajanan
partikulat berhubungan dengan eksaserbasi pada anak dengan asma persisten.
McConnell dkk menyatakan bahwa insidens kasus baru pada anak
berhubungan dengan kegiatan fisis didaerah dengan pajanan O3 dan PM
konsentrasi tinggi.

Gambar 2. Ukuran dan Distribusi Partikulat


Diesel exhaust particles (DEPs) adalah bagian terbesar PM(>90%) di
perkotaan yang dihasilkan dari mesin diesel, terdiri dari beberapa komponen
antara lain polycyclic hidrocarbon (PAH), PM2,5 danPM1. Diesel exhaust
particles meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermesin

12
diesel di negara industri. Partikel tersebut terdeposit di mukosa saluran napas
dan berdifusi dengan sel membran dan berikatan dengan kompleks reseptor
sitosolik.Pajanan akutmenyebabkan iritasi hidung dan mata, pusing, kelelahan
dan mual.Pajanan kronik menyebabkan batuk dan penurunan fungsi paru.
Penelitian memperlihatkan DEPs-PAH dapat memodifikasi respons imun dan
memodulasi proses inflamasi pada saluran napas.
b. Ozon
Ozon merupakan komponen polusi udara yang paling penting karena dapat
menginduksi inflamasi bronkus.Zat ini dapat disebut summer smog karena
dihasilkan dari reaksi fotokimia dengan NO2, hidrokarbon dan radiasi
ultraviolet yang banyak dihasilkan pada musim panas.Peningkatan pajanan
O3 di atmosfer menyebabkan penurunan fungsi paru, meningkatkan aktivitas
non spesifik dan spesifik zat bronkokonstriktor sehingga berhubungan dengan
risiko eksaserbasi pada pasien asma. Inhalasi O3menginduksi kerusakan
epitel saluran napas yang mengakibatkan respons inflamasi yang ditandai
dengan peningkatan neutrofil, eosinofil, sel mononuklear, fibronektin,
makrofag granulosit, interleukin-6 (IL-6), IL-8 dan prostaglandin E (PGE)
pada hidung dan cairan kumbah bronkoalveolar. Pajanan O3 kadar tinggi
dalam jangka pangka panjang dan pendek berhubungan dengan asma dan
gejala mirip asma. Pajanan terus menerusO3 konsentrasi tinggi menyebabkan
gangguan fungsi respirasi dan inflamasi pada asma atopi.Dampak polusi pada
kesehatan dapat muncul pada iklim tertentu misalnya prevalens asma pada
daerah iklim yang lebih dingin dipengaruhi oleh konsentrasi O3 di atmosfer.
Pajanan kronik di daerah dengan kadar O3 yang tinggi akan meningkatkan
risiko eksaserbasi pada anak-anak dengan asma. Suatu penelitian melaporkan
pajanan O3 dengan jangka waktu lama dapat menurunkan fungsi paru pada
anak usia sekolah dan dewasa serta meningkatkan prevalens asma dan gejala
asma. Batas aman rerata pajanan O3 menurut WHO adalah 100 μg/m3 per 8
jam.
Baryam dkk menyatakan O3 dan NO2 memodulasi penyakit inflamasi
saluran napas seperti asma dengan meningkatkan pelepasan mediator
inflamasi dari sel epitel bronkus sehingga sel pada subjek asma akan lebih

13
rentan terhadap efek samping polutan. Suatu penelitian menilai pajanan O3
konsentrasi tinggi sekitar 0,4partper million (ppm) dan latihan fisis yang berat
dan pajanan jangka panjang (7,6 jam) dibandingkan dengan O3 konsentrasi
rendah sekitar 0,16 ppm memperlihatkan bahwa respons yang tidak
diinginkan lebih sering ditemukan pada subjek asma dibandingkan subjek
yang sehat. Pajanan O3 konsentrasi tinggi yang terjadi berulang kali, dapat
menimbulkan keluhan dalam beberapa hari setelah pajanan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pajanan O3 selama4-5 hari akan
menimbulkan efek terhadap pengukuran pada kapasitas vital paksa (KVP)
dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada hari ke-2. Efek ini
menetap selama 4-7 hari setelah pajanan namun penurunan KVP dan VEP1
tidak sebesar hari ke-2.
c. Nitrogen dioksida
Nitrogen dioksida merupakan komponen polusi fotokimia dari hasil
pembakaran mesin kendaraan bermotor, pembusukan tanaman dan hasil
pembakaran bahan bakar.Pajanan NO2 menyebabkan perubahan akut dan
kronik fungsi paru, inflamasi neutrofil bronkial dan produksi proinflamasi
sitokin. Setiap peningkatan 20part perbillion (ppb) NO2 pada anak-anak akan
meningkatkan frekuensi sesak napas, gejala dan durasi mengi serta rasa tidak
nyaman di dada. Penelitian menggunakan tikus tersensitisasi dengan NO2 10
ppb selama 1 jam menunjukkan peningkatkan jumlah total protein pada
cairan kumbah bronkoalveolar, meningkatkan aktivitas laktat dehidroginase
dan mengaktivasi faktor transkripsi proinflamasi sel epitel jalan napas.1,7-9
Pedoman WHO menyatakan bahwa batas aman rerata pajanan NO2 adalah
200 μg/m3 per jam dan 40 μg/m3 pertahun. Nitrogen dioksida juga
merupakan polutan oksidan namun kurang reaktif dan kurang poten
dibandingkan O3.Data penelitian epidemiologi mengenai pajanan NO2
konsentrasi tinggi yang berhubungan dengan penurunan akut fungsi paru
pada pasien asma masih sangat terbatas. Bronkokonstriksi merupakan respons
yang sangat cepat terjadi akibat pajanan NO2 sebesar 0,4 ppm selama 1 jam
ketika istirahat.
d. Sulfur Dioksida

14
Sulfur dioksida merupakan komponen polusi udara hasil pembakaran
bahan bakar yang paling banyak ditemukan didaerah industri dan dapat pula
dihasilkan dari aktivitas vulkanik. Pajanan SO2 dapat menyebabkan iritasi
pada saluran napas, infeksi dan penyempitan bronkus.Peningkatan pajanan
pada saluran napas dapat memicu serangan asma dan menyebabkan
eksaserbasi penyakit kardiopulmoner. Penelitian di Taiwan menunjukkan
terdapat hubungan yang bermakna antara pasien asma dengan kunjungan ke
rumah sakit dan risiko relatif polusi udara SO2, NO2, CO dan PM10.
World Health Organization menyatakan batas aman rerata pajanan SO2
yaitu 500 μg/m3tiap 10 jam dan 20 μg/m3 per hari. Pajanan SO2 mempunyai
efek sangat cepat terhadap fungsi paru pada pasien asma.Respons yang
bermakna terjadi dalam 2 menit dan respons maksimal dalam 5-10 menit
namun dapat membaik secara spontan dalam waktu 30 menit setelah
pajanan.Efek bronkokonstriksi pada pasien asma muncul beberapa episodik
setelah pajanan SO2, khususnya saat melakukan pernapasan melalui mulut
dengan ventilasi yang cepat. Perlu dilakukan penelitian farmakologi untuk
mengetahui mekanisme hubungan terhadap pajanan SO2terhadap mediator
neural dan sistem kolinergik.

2.5 Permasalahan Lingkungan Dan Dampaknya


Salah satu permasalahan lingkungan dapat terjadi karena polusi udara
yang dihasilkan oleh industri. Meskipun saat ini telah banyak aturan yang
diadakan perkenaan dengan asap yang dihasilkan oleh industri, namun hal ini
tidak terjadi begitu saja. Manusia umumnya akan mengantisipasi, bila telah
merasakan akibat dari perbuatannya. Ada beberapa peristiwa yang terjadi
diakibatkan polusi udara yang sangat mematikan, bahkan menyebabkan
kematian ribuan orang, yaitu great smoke of London (1952) dan Donora
Smog (1948).
a. Great Smoke of London
Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah membawa
perubahan pada gaya hidup masyarakatnya, baik dalam skala rumah
tangga maupun industri. Penggunaan bahan bakar berbasiskan batu bara

15
menjadi sumber utama masyarakat di London pada sekitar tahun 1500-
an. Semenjak penggunaan batu bara sebagai sumber bahan bakar, telah
terjadi beberapa kali peristiwa kabut asap yang disebabkan oleh
pembakaran batu bara.
Pada Desember 1952 yang merupakan musim dingin,
meningkatkan pembakaran di skala rumah tangga (untuk penghangat)
dan industri. Ribuan rumah tangga menghasilkan asap yang berasal dari
batu bara. Namun bukannya sebagai penghangat, lebih banyak asap yang
dihasilkan dari pembakaran ini. Tidak pernah ada peristiwa yang lebih
berbahaya dan mematikan dari pada peristiwa di tahun 1952 ini.
Pada peristiwa ini ribuan ton jelaga hitam, tar, dan SO2 telah
terakumulasi di udara akibat pembakaran batu bara. Konsentrasi bahan-
bahan tersebut mencapai 3000-14.000 gr/m3 di udara, sekitar 50 kali
diatas ambang batas normal pada saat itu. Sebuah kabut cahaya telah
berdiam di kota itu sejak tanggal 5 Desember, asap dan uap dari
pembakaran tetap bergerak dan membentuk asap padat. Salah satu faktor
yang menyebabkan peristiwa ini juga adalah cuaca yang sangat dingin
saat musim salju saat itu. Terjadi inversi temperatur, sehingga asap yang
dihasilkan dari pembakaran akan terjebak dan terakumulasi. Peristiwa
mematikan yang terjadi disebabkan penyakit pneumonia, bronchitis,
tubercolosis, kerusakan jantung, asma dan kematian karena keracunan
yang berasal dari asap tersebut. Ketika asap menyebar ke seluruh
London, 4000 orang meninggal, beberapa berita menyatakan total korban
jiwa dari peristiwa ini mencapai 12.000 jiwa.
b. Donora Smog
Asap yang menyebabkan peristiwa ini pertama kali terlihat pada
tanggal 27 Oktober 1948 di Donora, Pennysylvania. Akibat dari
peristiwa ini banyak kematian dan penyakit yang disebabkan oleh asma
dan penyakit pernafasan lainnya, 20 orang meninggal dan sepertiga dari
penduduk kota sakit. Dampak dari peristiwa ini juga masih terlihat
sepuluh tahun kemudian, dimana tingkat kematian di kota tersebut
meningkat dengan pesat.

16
Donora Zinc Works yang merupakanindustri besi di Amerika
membuat emisi yang menghasilkan HF dan SO2 . Peristiwa ini
disebabkan emisi tersebut terjebak karena terjadinya inversi temperatur,
dimana asap manjadi bertemperatur lebih tinggi, udara terjebak di dalam
bongkahan tersebut, serta tercampurnya polutan kedalam asap.
Peristiwa ini berhasil diatasi dengan waktu yang cukup cepat,
dengan menghentikan untuk sementara kegiatan di industri tsb. Dengan
hal ini, jumlah korban yang lebih buruk dapat dicegah hingga tanggal 31
Oktober 1948. Donora smog merupakan salah satu peristiwa paling
mematikan disebabkan oleh polusi udara.
Dari peristiwa Great Smoke of London, pemerintah setempat
langsung mengambil tindakan untuk membersihkan udara nasional.
Peristiwa yang mematikan tersebut terjadi karena kelalaian masyarakat
akan berbahayanya pembakaran bahan bakar, pulusi udara terhadap
kesehatan. Pada tahun 1968 Clean Air Act memberikan standar polusi
udara yang dapat dibuang ke udara bebas, serta menyarankan rumah
tangga untuk menggunakan bahan bakar pemanas yang lebih ramah
lingkungan seperti gas, minyak, dan listrik.
Peristiwa Donora Smog yang juga mengakibatkan kematian yang
fatal, telah mendapat perhatian serius dari pemerintah AS saat itu.
Industri besi yang merupakan sumber pencemaran telah dihukum, dan
dikenakan denda, juga pelaku sebanyak 80 orang yang terlibat. Semenjak
peristiwa itu juga aksi dan tindakan untuk menjaga lingkungan
khususnya polusi udara terus digalakkan.
Dari kedua peristiwa di atas, dapat dilihat bahwa peningkatan
polusi udara dan zat beracun dalam asap tsb terjadi di kota-kota besar di
dunia. Meskipun peristiwa mematikan seperti itu tidak terjadi lagi hari-
hari ini, namun permasalahan lingkungan karena polusi udara di kota-
kota besar tetap terjadi.
Untuk mencegah dan mengurangi dampak dari polusi udara yang
terjadi dan semakin pesat di berbagai belahan dunia, maka pada tahun
1974 UNEP(The United Nations of Environment Programme) dan WHO

17
(World Health Organizations) menginisiasi program sistem pengawasan
terhadap keadaan lingkungan global. Organisasi ini telah memantau
keadaan udara di lebih dari 50 kota di 35 negara berkembang. Fokus
pertama adalah memantau kadar SO2 yang terakumulasi dengan high-
volume sample matter serta Pb dalam polutan. Hasil dari pendataan ini
sangat bermanfaat untuk menganalisa permasalahan udara secara global.
Pantauan dilanjutkan dengan mendata kandungan NO2, CO dan O3 di
udara.
Selain itu pada konferensi Lingkungan Internasional yang diadakan
pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, permasalahan polusi udara di
perkotaan juga mendapat sorotan yang penting. Meskipun polusi udara
hanya merupakan salah satu permasalahan yang terjadi selain
kontaminasi perairan, hal ini merupakan salah satu kontroversi politik
yang menjadi fokus di kota-kota besar. Pemantauan terhadap kandungan
polutan udara yang ada di beberapa kota besar terus dilakukan.
Umumnya polutan yang tinggi terjadi di negara-negara berkembang,
yang polutan nya berasal dari industri ataupun pembakaran melalui
kendaraan bermotor.
Hingga saat ini, usaha pengurangan polutan di kota-kota besar
dilakukan secara parsial oleh kebijakan masing-masing kota. Peraturan
mengenai udara buang yang boleh dihasilkan industri, filtrasi asap yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor, hingga pengurangan penggunaan
kendaraan bermotor terus dilakukan. Selain itu penanaman pohon yang
dapat mengurangi polutan di perkotaan merupakan salah satu kebijakan
di berbagai kota. Sistem pengawasan lokal di masing-masing kota juga
dilakukan dengan pemasangan alat pemantauan komposisi udara di
perkotaan.
1. Dampak Pencemaran Udara Bagi Alam
Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan alam,
antara lain:hujan asam, penipisan lapisan ozon dan pemanasan global.
a. Hujan Asam

18
Hujan asam adalah hujan yang memiliki kandungan pH (derajat
keasaman) kurang dari 5,6.

SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar fosil (kendaraan bermotor) dan pembakaran batubara (pabrik dan
pembangkit energi listrik) akan menguap ke udara. Sebagian lainnya
bercampur dengan O2 yang dihirup oleh makhluk hidup dan sisanya akan
langsung mengendap di tanah sehingga mencemari air dan mineral tanah.
SO2 dan NOx (NO2 dan NO3) yang menguap ke udara akan bercampur
dengan embun. Dengan bantuan cahaya matahari, senyawa tersebut akan
diubah menjadi tetesan-tetesan asam yang kemudian turun ke bumi sebagai
hujan asam. Namun, bila H2SO2 dan HNO2 dalam bentuk butiran-butiran
padat dan halus turun ke permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi,
maka peristiwa ini disebut dengan deposisi asam.
b. Penipisan Lapisan Ozon
Ozon (O3) adalah senyawa kimia yang memiliki 3 ikatan yang tidak stabil.
Di atmosfer, ozon terbentuk secara alami dan terletak di lapisan stratosfer
pada ketinggian 15-60 km di atas permukaan bumi. Fungsi dari lapisan ini
adalah untuk melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan
sinar matahari dan berbahaya bagi kehidupan.

19
Namun, zat kimia buatan manusia yang disebut sebagai ODS (Ozone
Depleting Substances) atau BPO (Bahan Perusak Ozon) ternyata mampu
merusak lapisan ozon sehingga akhirnya lapisan ozon menipis. Hal ini dapat
terjadi karena zat kimia buatan tersebut dapat membebaskan atom klorida
(Cl) yang akan mempercepat lepasnya ikatan O3 menjadi O2. Lapisan ozon
yang berkurang disebut sebagai lubang ozon (ozone hole).
Diyakini bahwa penyebab menipisnya lapisan ozon ini adalah gas CFC
baik CFC-11(CFCl2) dan CFC-12 (CF2Cl2). Gas ini banyak dipergunakan
dalam industri untuk pendingin yang lebih dikenal dengan istilah freon.
c. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim.

20
Permukaan bumi akan menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke
bumi dan memantulkan sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di
lapisan atmosfer maka pantulan radiasi matahari dari bumi ke atmosfer
tersebut terhalang dan akan kembali dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di
seluruh permukaan bumi menjadi semakin panas (pemanasan global).
Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di rumah kaca. Rumah kaca membuat
suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi lebih panas bila dibandingkan di
luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi matahari yang masuk ke
dalam rumah kaca tidak dapat keluar.
2. Dampak Pencemaran Udara Bagi Manusia
Selain mempengaruhi keadaan lingkungan alam, pencemaran udara juga
membawa dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup (organisme), baik
hewan, tumbuhan dan manusia. Dampak pencemaran udara bagi manusia,
antara lain:
a. Karbon monoksida (CO)
Efek toksik CO menyebabkan kegagalan transportasi O2 ke jaringan dan
mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan
sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk

21
terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan
gangguan kardiovaskular).
Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara lain pusing, mual,
gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan
pernapasan dan kematian.
b. Sulfur dioksida (SO2)
Sulfur dioksida (SO2) dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan
gangguan fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran
pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan bronkhitis
kronis serta tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala.
c. Hidrokarbon (HC)
Menyebabkan kerusakan otak, otot dan jantung.
d. Chlorofluorocarbon (CFC)
Menyebabkan melanoma (kanker kulit) khususnya bagi orang-orang
berkulit terang, katarak dan melemahnya sistem daya tahan tubuh
e. Timbal (Plumbum = Pb)
Gangguan pada sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal. Dalam
konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan
kematian. Pajanan pada anak-anak atau janin dapat lebih parah, karena
menyebabkan pertumbuhan yang terlambat, penurunan kecerdasan,
mengurangi konsentrasi, dan gangguan perilaku.
f. Ozon (O3)
Menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan terasa terbakar dan
memperkecil paru-paru.
g. NOx
Menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata dan hidung.
h. Nitrogen dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida (NO2) dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan
seperti lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru, dan
cyanosis serta methemoglobinemia.
i. Karbon dioksida (CO2)

22
Pada konsentrasi di atas nilai ambang batas yang dipersyaratkan, dapat
menyebabkan mengantuk, sakit kepala, dan menurunkan aktivitas fisik.
Pada konsentrasi 3% (30.000 ppm), bersifat narkotik ringan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah serta gangguan pendengaran.
Pada konsentrasi 5% (50.000 ppm), menyebabkan stimulasi pernapasan,
pusing-pusing, dan kesulitan pernapasan yang diikuti oleh sakit kepala.
Pada konsentrasi >8% (80.000 ppm,) dapat menyebabkan sakit kepala,
berkeringat terus menerus, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah paparan
selama 5-10 menit.

Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Paru (Haruyuki & Agus, 2017) :
Beberapa bukti mengungkapkan dampak polusi udara terhadap kesehatan
paru, baik penelitian epidemiologi, pajanan klinis terhadap manusia, pajanan
lingkungan dan toksikologi pada hewan coba. Sementara di sisi lain Marino
mengemukakan bahwa masih diperlukan bukti lagi untuk menguatkan
hubungan antara polusi udara dengan beberapa gangguan penyakit paru
seperti ISPA, penurunan faal paru, PPOK, kanker paru dan asma. Ukuran
diameter PM diduga menjadi faktor memberatnya dampak polusi udara
terhadap kesehatan. Semakin kecil ukuran PM maka semakin tinggi efek
penetrasinya hingga dapat mempengaruhi saluran napas bawah. Gambar
memperlihatkan jangkauan PM terhadap saluran napas. Sebuah ulasan
sistematik di Cina menganalisis dampak polusi PM10 dan PM2,5 terhadap
mortalitas dan gangguan kesehatan paru. Terdapat hubungan bermakna antara
peningkatan nilai PM10 sebesar 10 μg/m3 dengan mortalitas penyakit paru,
namun tidak terdapat hubungan bermakna peningkatan PM2,5 sebesar 10
μg/m3 dengan mortalitas akibat penyakit paru. Studi kohort restrospektif
selama 12 tahun di Shenynang, Cina, melaporkan bahwa PM10 dan gas NO2
sangat berhubungan dengan mortalitas penyakit paru, sedangkan tidak
terdapat hubungan pada gas SO2.

23
Gambar Lokasi deposisi particulate matter.

Menurut Rosyidah (2016) polusi udara memiliki efek, baik yang akut
maupun kronis terhadap kesehatan manusia, mempengaruhi sejumlah sistem
yang berbeda pada organ. Mulai dari ringan seperti iritasi pernapasan bagian
atas (ISPA) untuk pernapasan kronis dan penyakit jantung, sampai dengan
kanker paruparu, termasuk infeksi saluran pernafasan akut pada anak-anak
dan bronkitis kronis pada orang dewasa, untuk penyakit jantung dan paru-
paru yang sudah ada akan memberatkan penyakitnya, atau serangan asma.
Selain itu, eksposur dalam jangka pendek dan jangka panjang juga telah
dikaitkan dengan kematian dini dan harapan hidup yang berkurang.

3. Dampak Pencemaran Bagi Hewan


a. Penipisan lapisan ozon
Menimbulkan kanker mata pada sapi, terganggunya atau bahkan putusnya
rantai makanan pada tingkat konsumen di ekosistem perairan karena
penurunan jumlah fitoplankton.
b. Hujan asam

24
Menyebabkan pH air turun di bawah normal sehingga ekosistem air
terganggu.
c. Pemanasan global
Penurunan hasil panen perikanan. Selain membawa dampak negatif pada
kehidupan hewan, pencemaran udara juga mampu merusakkan bangunan dan
candi-candi. Iklim dunia yang berubah polanya mengakibatkan timbulnya
kemarau panjang, bencana alam dan naiknya permukaan laut. Kemarau
panjang memicu terjadinya kebakaran hutan dan menurunnya produksi
panen, bencana alam (banjir, gempa, tsunami) banyak terjadi dan permukaan
laut yang meninggi akan mengakibatkan tenggelamnya pulau-pulau kecil dan
daerah-daerah pesisir pantai.

4. Dampak Pencemaran Udara Bagi Tumbuhan


Dampak pencemaran udara terhadap kehidupan tumbuhan, antara lain:
a. Hujan Asam
- Merusak kehidupan ekosistem perairan, menghancurkan jaringan
tumbuhan (karena memindahkan zat hara di daun dan menghalangi
pengambilan Nitrogen) dan mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Melarutkan kalsium, potasium dan nutrient lain yang berada dalam
tanah sehingga tanah akan berkurang kesuburannya dan akibatnya
pohon akan mati.
b. Penipisan Lapisan Ozon
Merusak tanaman, mengurangi hasil panen (produksi bahan makanan,
seperti beras, jagung dan kedelai), penurunan jumlah fitoplankton yang
merupakan produsen bagi rantai makanan di laut.
c. Pemanasan Global
Penurunan hasil panen pertanian dan perubahan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati dapat berubah karena kemampuan setiap jenis
tumbuhan untuk bertahan hidup berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.
d. Gas CFC
Mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di laut punah, terjadi
mutasi genetic (perubahan sifat organisme).

25
2.6 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara dan Upaya Penyehatan
Upaya penanggulangan dilakukan dengan tindakan pencegahan (preventif)
yang dilakukan sebelum terjadinya pencemaran dan tindakan kuratif yang
dilakukan sesudah terjadinya pencemaran.
1. Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
- mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah
lingkungan
- mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat
- mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industry atau usaha yang menghasilkan limbah
- tidak membakar sampah di pekarangan rumah
- tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC (freon) dan membatasi
penggunaan AC dalam kehidupan sehari-hari
- tidak merokok di dalam ruangan
- menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot
- ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan
- ikut memelihara dan tidak mengganggu taman kota dan pohon
pelindung
- tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara
sembarangan
- mengurangi atau menghentikan penggunaan zat aerosol dalam
penyemprotan ruang
- menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC
- mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC
- mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC dan CCl4
2. Usaha kuratif (sesudah pencemaran)
Bila telah terjadi dampak dari pencemaran udara, maka perlu dilakukan
beberapa usaha untuk memperbaiki keadaan lingkungan, dengan cara:
- menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.

26
- kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansiinstansi untuk
membersihkan lingkungan dari polutan.
- melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai
tempat/pabrik daur ulang.
- menggunakan penyaring pada cerobong-cerobong di kilang minyak atau
pabrik yang menghasilkan asap atau jelaga penyebab pencemaran udara.
- mengidentifikasi dan menganalisa serta menemukan alat atau teknologi
tepat guna yang berwawasan lingkungan setelah adanya musibah/kejadian
akibat pencemaran udara, misalnya menemukan bahan bakar dengan
kandungan timbal yang rendah (BBG).

Untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya polusi udara, maka


perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut, antara lain :
 Setiap pabrik diwajibkan melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap
asap pabriknya sebelum di buang ke udara bebas. Pengolahan yang
dapat dilakukan adalah:
a. Untuk udara yang mengandung gas atau uap :
- Dengan cara mencuci, yaitu udara dialirkan ke dalam air atau
cairan yang mudah bereaksi dengan gas atau uap yang terdapat
dalam udara kotor tersebut sehingga terikat.
- Dengan jalan membakar, yaitu udara yang kotor di lewatkan pada
alat pembakar agar terbakar semua.
b. Untuk udara yang mengandung debu atau alcohol
- Udara kotor yang akan di buang di alirkan dalam satu kamar
khusus, yang di sebut kamar pengendap agar debu-debunya
mengendap.
- Udara kotor di lewatkan pada alat khusus perangkap kelembapan
sehingga partikel yang ada di dalam nya tidak ikut bersama aliran
udara.
- Udara kotor di lewatkan pada ruangan khusus secara melingkar-
lingkar (cyclone) sehingga partikel yang terdapat di dalamnya
melekat di dinding

27
- Dengan presipitasi dinamis, alat yang bentuknya seperti baling-
balingyang menyebabkan partikel-partikel yang terdapat pada
udara kotor terhempas dan terkumpul di sekitar baling-baling.
- Partikel-partikel yang terdapat dalam udara kotor di saring dengan
suatu filter khusus. Partikel dalam udara kotor di endapkan secara
elektrik karena adanya perbedaan tegangan listrik diantara dua
kutub listrik.
c. Untuk kendaraan bermotor, digunakan bahan bakar yang sedikitnya
mencemari udara, seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar
matahari. Bagi kendaraan bermotor yang sisa pembakarannya lebih
banyak, sebaiknya menggunakan jalan-jalan di pinggir kota.
d. Melakukan penghijauan kota, karena tumbuh-tumbuhan dapat
menghasilkan oksigen pada siang hari di samping menyerap karbon
dioksida dari udara. Oleh alam, hujan yang turun
menyebabkankotoran di udara berkurang dan angin akan
menyebabkan kotoran di udara tersebar luas, sehinggatidak
terkonsentrasi pada daerah tertentu.
Selain usaha preventif dan kuratif, Pemerintah juga perlu
mencanangkan programprogram yang bertujuan untuk mengendalikan
pencemaran, khususnya pencemaran udara, yaitu;
- PROGRAM LANGIT BIRU yang dicanangkan sejak Agustus 1996.
Bertujuan untuk meningkatkan kembali kualitas udara yang telah
tercemar, misalnya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor.
- Keharusan membuat cerobong asap bagi industri/ pabrik.
- Imbauan mengurangi bahan bakar fosil (minyak, batu bara) dan
menggantinya dengan energy alternatif lainnya.
- Membatasi beroperasinya mobil dan mesin pembakar yang sudah tua dan
tidak layak pakai.
- Larangan menggunakan gas CFC
- Larangan beredarnya insektisida berbahaya seperti DDT (dikhloro difenil
trikhloro etana).
- Melarang penggunaan CFC pada produksi kosmetika.

28
- Menetapkan undang-undang dan hukum tentang pelaksanaan
perlindungan lapisan ozon (secara nasional dan internasional).

Upaya penyehatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan dampak


polusi udara menurut kemenkes (2011) adalah sebagai berikut :
a. Partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5) dan Partikel debu diameter 10μ (PM10)
Upaya penyehatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
konsentrasi PM2,5 antara lain:
1) Rumah dibersihkan dari debu setiap hari dengan kain pel basah atau
alat penyedot debu.
2) Memasang penangkap debu (electro precipitator) pada ventilasi rumah
dan dibersihkan secara berkala.
3) Menanam tanaman di sekeliling rumah untuk mengurangi masuknya
debu ke dalam rumah.
4) Ventilasi dapur mempunyai bukaan sekurang-kurangnya 40% dari
luas lantai, dengan sistem silang sehingga terjadi aliran udara, atau
menggunakan teknologi tepat guna untuk menangkap asap dan zat
pencemar udara.
b. Sulfur dioksida (SO2)
Upaya penyehatan yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
kadar SO2 antara lain:
1) Menggunakan ventilasi alami atau mekanik dalam rumah agar terjadi
pertukaran udara;
2) Menggunakan bahan bakar rumah tangga yang ramah lingkungan,
seperti Liquid Petroleum Gas (LPG) dan listrik;
3) Tidak merokok di dalam rumah.
c. Nitrogen dioksida (NO2)
Upaya penyehatan yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
kadar NO2 antara lain:
1) Menggunakan ventilasi alami atau mekanik dalam rumah agar terjadi
pertukaran udara;

29
2) Menggunakan bahan bakar rumah tangga yang ramah lingkungan,
seperti LPG dan listrik;
3) Tidak merokok di dalam rumah.
d. Karbon monoksida (CO)
Upaya penyehatan yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
kadar CO antara lain:
1) Menggunakan ventilasi alami atau mekanik dalam rumah agar terjadi
pertukaran udara untuk mengalirkan udara sisa hasil pembakaran
2) Menggunakan bahan bakar rumah tangga yang ramah lingkungan,
seperti LPG dan listrik
3) Tidak merokok di dalam rumah
4) Tidak menghidupkan mesin kendaraan bermotor dalam ruangan
tertutup
5) Melakukan pemeliharaan peralatan pembakaran secara berkala.
e. Karbon dioksida (CO2)
Upaya penyehatan yang dapat dilakukan dalam mengendalikan
kadar CO2 antara lain:
1) Menggunakan ventilasi alami atau mekanik dalam rumah agar terjadi
pertukaran udara
2) Menggunakan bahan bakar rumah tangga yang ramah lingkungan,
seperti LPG dan listrik
3) Tidak merokok di dalam rumah
4) Tidak meghidupkan mesin kendaraan bermotor dalam ruangan
tertutup
5) Pemeliharaan kendaraan bermotor secara berkala (lulus uji emisi gas
buang)
6) Menanam tanaman di sekeliling rumah
f. Timbal (Plumbum = Pb)
Upaya Penyehatan :
1) Membersihkan lantai dan ruangan tempat anak-anak bermain,
menggunakan campuran air dan deterjen yang mengandung fosfat

30
berkonsentrasi tinggi, sehingga dapat membersihkan timbal yang ada
beserta debu
2) Membiasakan anak-anak selalu mencuci tangan dengan sabun
3) Mencuci mainan dan boneka anak-anak secara rutin
4) Tidak menggunakan cat yang mengandung Pb
5) Tidak membakar, membersihkan, atau mengerok/mengelupas kayu
bercat karena kemungkinan cat tersebut mengandung Pb
6) Bagi pekerja yang berhubungan dengan Pb (pekerja pabrik aki
bekas/pemulung) sebaiknya mengganti pakaian kerja serta mencuci
tangan dan kaki dengan sabun sebelum memasuki rumah
7) Mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium dan zat besi yang
tinggi
8) Pemeliharaan kendaraan bermotor secara berkala (lulus uji emisi gas
buang)

31
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya,
polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
Sumber pencemaran dapat berasal dari gejala alam seperti letusan
gunung, emisi industri dan buangan gas dari kendaraan bermotor yang dapat
mencemari udara. Hujan asam menyebabkan menurunnya pH perairan dan
mengendapnya zat asam di tanah, yang menyebabkan kerusakan bagi
tanaman.
Zat-zat yang berasal dari kegiatan industri maupun kendaraan separti Karbon
monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Partikulat
(asap atau jelaga), Chlorofluorocarbon (CFC), Timbal (Pb), karbon dioksida
(CO2)
Pencemaran udara tersebut akan mengakibatkan Hujan Asam,
Penipisan Lapisan Ozon Dan Pemanasan Global. Dan berdampak pada
lingkungan, manusia, hewan dan tumbuhan.

3.2 Saran
Untuk mengendalikan pencemaran Pb tersebut dapat dilakukan melalui
pendekatan teknis yaitu dengan mengupayakan pembakaran sempurna dan
mencari bahan bakar alternatif. Pemerintah mempunyai posisi yang strategis
untuk melakukan pendekatan planatologi, administrasi dan hukum.
Sedangkan untuk meningkatkan kedisiplinan perawatan dan cara
pengemudian yang baik dan benar dapat dilakukan melalui pendekatan
edukatif.

32
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J., & Hasibuan, F. A. (2019). Pengaruh Dampak Pencemaran Udara


Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat Awam
Tentang Bahaya dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR-4.
Faisal, H. D., & Susanto, A. D. (2017). Peran Masker/Respirator dalam
Pencegahan Dampak Kesehatan Paru Akibat Polusi Udara Vol. 3. No. 1.
Jurnal Respirasi (JR).
Rosyidah, M. (2016). Polusi Udara dan Kesehatan Pernafasan Vol.1 No. 2.
Integrasi.
Susanto, A. D., Purwitasari, M., Antariksa, B., Soemarwoto, R. A., & Mustofa, S.
(2018). Dampak Polusi Udara terhadap Asma Vol 2 No. 2. JK Unila.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara (diaksek pada tanggal 29


september 2021)
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1077/MENKES/PER/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN UDARA
DALAM RUANG RUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%201077%20ttg
%20Pedoman%20Penyehatan%20Udara%20Dalam%20Ruang%20Rumah.pdf
(diunduh pada tanggal 27 september 2021)

33
1

Anda mungkin juga menyukai