Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROGRAM KELUARGA BERENCANA


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen pengajar: Prinawatie, S.Kep, Ners,M. Kes.

Di susun oleh:
Nataliana Doq Nim: (2019.C.11a.1020)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai ”Program Keluarga
Berencana”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selnjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Palangka Raya, 23 September 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

1.1Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3Tujuan Penelitian..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Definisi......................................................................................................................3
2.2 Sasaran Program KB.................................................................................................5
2.3 Manfaat Program KB................................................................................................6
2.4 Kelebihan KB............................................................................................................9
2.5 Faktor Pendorong Masyarakat Menggunakan KB ...................................................14
2.6 Fase Dalam Penggunaan Kontrasepsi pada Program KB.........................................24
2.7 Pelaksaan Program Kb .............................................................................................28

BAB III PENUTUP..............................................................................................................29

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................29

3.2 saran.....................................................................................................................29

DAFTAR...............................................................................................................................30

ii
BAB1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Ledakan
penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kondisi ini jelas
menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut bisa menjadi salah satu
kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi kondisi tersebut menyebabkan beban
negara menjadi semakin besar. Selain menjadi beban negara juga menimbulkan permasalahan
lain. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak disertai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang mampu menampung seluruh angkatan kerja bisa menimbulkan pengangguran, kriminalitas,
yang bersinggungan pula dengan rusaknya moralitas masyarakat.

Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk memberikan


penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah memberikan
serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi ledakan
penduduk yang lebih besar. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
menggalakkan program KB (Keluarga Berencana). Program KB pertama kali dilaksanakan pada
masa pemerintahan Soeharto yaitu saat Orde Baru.

Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah kelahiran anak, yaitu setiap
keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-tanggung, KB diberlakukan kepada
seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh
sebab itu makalah ini disusun untuk mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di
Indonesia, mulai dari sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta
dampak positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB.

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga


berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan
untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?


2. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam program KB?
3. Bagaimana gambaran program KB di Indonesia?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian KB


2. Untuk mengetahui peran dari pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan program KB
3. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program KB di Indonesia 

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Program Keluarga Berencana memungkinkan pasangan dan individu untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab jumlah anak dan jarak umur antar anak
(spacing) yang mereka inginkan, cara untuk mencapainya, serta menjamin tersedianya
informasi dan berbagai metode yang aman dan efektif . Berdasarkan UU No 52 Tahun
2009, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan umur ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas17 .

Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan


penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui mengatur waktu, jarak dan jumlah
kehamilan, kemudian untuk mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas, dan mencegah atau memperkecil terjadinya kematian
pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
nifas.

2.2 Sasaran Program KB


Sasaran Keluarga Berencana dibagi menjadi dua yaitu sasaran secara langsung
dan sasaran tidak langsung. Adapun sasaran secara langsung adalah Pasangan Umur
Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan untuk sasaran tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat
kelahiran hidup melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera

 Kekuatan
PROGRAM Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah
dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium.
Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut
dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata, salah satu contoh pil
kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.
3
Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-
kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi
tersebut akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko
kesakitan dan kematian maternal.

Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan
perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak
diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi.
Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB
juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan
merencanakan proses reproduksinya. Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut
bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan
keuntungan seseorang mengikuti program KB.

 Kelemahan
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua Posyandu di pedesaan
dibekali dengan infrastruktur dan keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya
presentasi tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat
indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang pengetahuaannya tentang Program KB dan
manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, padahal zaman
semakin maju dan harus diimbangi dengan pemikiran yang semakin maju pula.

 Peluang
Program KB ini memberikan peluang yang cukup baik dalam hampir semua sektor, sebagai
contoh di sektor ekonomi, indonesia akan memiliki jumlah tenaga produktif yang tinggi.
Penyebabnya adalah angka kematian yang rendah dan angka kelahiran yang mengalami
penurunan dari angka yang tinggi.

Selain itu ibu rumah tangga, yang sebelumnya tidak masuk ke dalam angkatan kerja, bisa masuk
ke angkatan kerja disebabkan jumlah anak yang menurun. Dengan jumlah tenaga kerja yang
tinggi dan depedency ratio yang ada pada titik terendah, kesejahteraan masyarakat indonesia bisa
meningkat.

4
Selain itu jumlah anak yang berkurang membuat jumlah tabungan masyarakat bertambah.
Jumlah tabungan yang bertambah bisa digunakan sebagai tambahan investasi sehingga
akumulasi modal akan lebih cepat dalam kegiatan ekonomi.

Dari sisi sosial, maka akan sedikit pengangguran. Penyebabnya adalah perkembangan teknologi
membutuhkan banyak tambahan tenaga kerja produktif, sementara pertumbuhan yang cukup
akan membuat berkurangnya pengangguran dan angka kriminalitas.

 Tantangan
Masyarakat masih kurang begitu meyakini manfaat program KB ini, banyak yang masih
memandang KB dalam sudut yang sempit, baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh
agama, dan tokoh masyarakat.
Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan IUD yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat.

Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid dan banyak
anak akan membawa rezeki. Kendala lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari
para tokoh agama bahwa KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum
memahami manfaat KB dalam kesehatan.

Tantangan berikutnya berasal dari sektor kesehatan, di sektor ini pemerintah harus menambah
dokter-dokter dan bidan-bidan untuk ditempatkan di areal pedesaan, presentasi dan pendidikan
pun tak luput dari tantangan pemerintah selanjutnya. Karena dengan pembekalan terhadap
masyarakat akan membuat masyarakat bisa lebih yakin untuk melaksanakan program KB.

2.3 Manfaat Program KB


Ada beberapa manfaat untuk berbagai pihak dari adanya program KB.
 Manfaat bagi Ibu

5
Untuk mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran sehingga dapat memperbaiki
kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan yang berulang kali dengan jarak yang
dekat. Peningkatan kesehatan mental dan sosial karena adanya waktu yang cukup
untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya

 Manfaat bagi anak yang dilahirkan


Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang hamil dalam keadaan sehat. Setelah
lahir, anak akan mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
karena kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan.

 Bagi suami
Program KB bermanfaat untuk memperbaiki kesehatan fisik, mental, dan sosial
karena kecemasan berkurang serta memiliki lebih banyak waktu luang untuk
keluarganya.

 Manfaat bagi seluruh keluarga


Dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga. Di
mana kesehatan anggota keluarga tergantung kesehatan seluruh keluarga. Setiap
anggota keluarga akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh
pendidikan.

2.4 Kelebihan KB

Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga serta membantu
pemerintah mengurangi resiko ledakan penduduk atau baby boomer Penggunaan
kondom akan membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit menular melalui
hubungan seks Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat.

anggaran keuangan keluarga akhirnya bisa digunakan untuk membeli makanan


yang lebih berkualitas dan bergizi Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan
waktu kelahiran dan juga menghindarkan kehamilan dalam waktu yang singkat.

Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan


ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal.

6
Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan
Keluarga Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,
keluarga dan masyarakat Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program
pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan
anak.

Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan


kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam
mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko
kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,
keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk
memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses reproduksinya.

a) Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah
keluarga berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah
mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program
Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program dalam rangka menekan
laju pertumbuhan penduduk.

Salah satu pokok dalam program Keluarga Berencana Nasional adalah


menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Cara yang
digunakan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera yaitu
mengatur jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepi.

Macam-macam metode kontrasepsi adalah intra uterine devices (IUD), implant,


suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk
pria (vasektomi), dan kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).

Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan program KB mengakibatkan


tingginya pertambahan pendudukan yang akan meningkatnya tingginya pertambahan
penduduk yang akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan,
pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada naiknya angka
pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008).

7
Cara yang baik dalam pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi terlebih
dahulu tentang cara-cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar.
Untuk itu dalam memutuskan suatu cara konstrasepsi sebaiknya mempertimbangkan
penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien.

KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting)
jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan
kembalinya fase kesuburan.

Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting dalam pelayanan keluarga


berencana dan kesehatan reproduksi karena selain membantu klien untuk memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya, juga
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga klien lebih
puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan program KB.

Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun juga


memberikan keahlian dan kepercayaan diri yang berguna untuk meningkatkan
kesehatan. Dengan kesadaran karena adanya informasi tentang berbagai macam alat
kontrasepsi dengan kelebihannya masing-masing, maka ibu-ibu akan termotivasi
untuk menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi merupakan dorongan untuk
melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku, motivasi bisa berasal dari dalam diri
maupun luar (Moekijat, 2002).

Media adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi. Salah satu contoh
media adalah flip chart yang sering disebut sebagai bagan balik yang merupakan
kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan
topik materi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kelompok kecil yaitu 30
orang (Nursalam, 2008 ).

Selain itu bagan ini mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu untuk
mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku seseorang (Syafrudin, 2008).

Badan dari pemerintah yang mengurus program keluarga berencana adalah BKKBN
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Badan ini mempunyai
tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43, BKKBN menyelenggarakan fungsi:

8
Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana

Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk


dan penyelenggaraan keluarga berencana;

Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan


penyelenggaraan keluarga berencana;

Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian


penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;

Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan


penyelenggaraan keluarga berencana;

Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan


penyelenggaraan keluarga berencana.

b) Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB,
pastinya terdapat kelebihan serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi
bersentuhan langsung dengan peran serta masyarakat, baik dalam mengikuti program
tersebut ataupun sebagai aktor pendukung program Keluarga Berencana.

Untuk itu kita akan berbicara mengenai kedua hal tersebut, serta bagaimana
seharusnya kita berperan dalam mendukung kesuksesan KB juga akan sedikit kita
bahas. Pertama, berbicara terkait partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan KB
yang ternyata kenaikannya hanya sedikit bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.

Dalam media massa kompas.com disebutkan bahwa: Dalam lima tahun terakhir,
jumlah peserta keluarga berencana hanya bertambah 0,5 persen, dari 57,4 persen
pasangan usia subur yang ada pada 2007 menjadi 57,9 persen pada tahun 2012.

Sementara itu jumlah rata-rata anak tiap pasangan usia subur sejak 2002-2012
stagnan di angka 2,6 per pasangan. Rendahnya jumlah peserta KB dan tingginya
jumlah anak yang dimiliki membuat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2030
diperkirakan mencapai 312,4 juta jiwa.

9
Padahal jumlah penduduk saat itu sebenarnya bisa ditekan menjadi 288,7 juta jiwa.
Tingginya jumlah penduduk ini mengancam pemanfaatan jendela peluang yang bisa
dialami Indonesia pada tahun 2030. Jendela peluang adalah kondisi negara dengan

tanggungan penduduk tidak produktif, oleh penduduk produktif paling sedikit.


Kondisi ini hanya terjadi sekali dalam sejarah tiap bangsa. Agar jendela peluang
termanfaatkan, angka ketergantungan penduduk maksimal adalah 44 persen. Artinya,
ada 44 penduduk tidak produktif, baik anak-anak maupun orangtua, yang ditanggung
100 penduduk usia produktif berumur 15 tahun hingga 60 tahun.

2.5 Faktor pendorong masyarakat menggunkan KB


KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin.
Melalui program KB diharapkan lahir manusia Indonesia yang berkualitas prima,
yaitu manusia Indonesia yang memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas,
trampil, kreatif, mandiri, menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras, serta
berorientasi ke depan. Karena itu KB seharusnya bukan hanya menjadi program
pemerintah tetapi program dari setiap keluarga masyarakat Indonesia.

Masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi yang


diinginkan. Dari hasil wawancara terhadap 40 ibu-ibu di desa “X”, 10 orang di antara
mereka memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan 30
orang lainnya memilih untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi ini. Responden
memiliki alasan yang beragam mengenai keputusan untuk menggunakan atau tidak
menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.

 Faktor pendorong masyarakat menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.

Masyarakat pengguna metode kontrasepsi sederhana tanpa alat memiliki alasan yang
berbeda-beda mengenai hal yang mendorong mereka lebih memilih kontrasepsi
tersebut. Adapun factor pendorong masyarakat memilih metode ini dengan alasan
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk alat kontrasepsi. Mereka bisa memanfaatkan

10
keuangan untuk keperluan rumah tangga yang lain sehingga dapat menghemat
pengeluaran.

Serta dapat melibatkan suami dalam penggunaan kontrasepsi ini seperti pada
senggama terputus dimana suami yang memegang peranan penting, sehingga tidak
istri saja yang harus menggunakan kontrasepsi.

Mereka juga beranggapan, dengan tidak menggunakan alat dapat terhindar dari efek
merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi. Hal ini juga dapat
menghindarkan diri dari kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh karena
pemakaian alat kontrasepsi.

Selain itu, alat kontrasepsi menurut mereka dapat menyebabkan sakit dalam
pamakaiannya, seperti penggunaan KB suntik 3 bulan dimana akseptor akan
mengalami sakit akibat tusukan jarum setiap 3 bulannya. Siklus menstruasi dapat
menjadi tidak teratur serta berat badan akan naik pada umumnya, sehingga akan
mengurangi daya tarik bagi suami mereka karena kenaikan berat badan yang
bertahap. Oleh sebab itu, mereka lebih memilih untuk menggunakan metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat.

Berdasarkanhal tersebut telah dijelaskan bahwa untuk menggunakan keluarga


berencana alamiah secara efektif, pasangan perlu memodifikasi prilaku seksual
mereka. Pasangan harus mengamati tanda-tanda fertilitas wanita secara harian dan
mencatatnya. Mengenal masa subur dan tidak melakukan aktifitas seksual pada masa
subur jika tidak menginginkan kehamilan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat
tidak mempengaruhi siklus menstruasi wanita.

Alasan responden yang beragam tersebut sesuai dengan kajian teori mengenai metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat. Dengan menggunakan metode ini, tidak
menimbulkan efek samping bagi tubuh karena tidak memasukkan benda asing
maupun bahan kimia lain. Dalam penggunaannya pun tidak tergantung dengan tenaga
medis, sehingga dapat lebih ekonomis.

 Faktor Pendorong tidak Menggunakan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat.

Sebagian besar responden di desa “X” tidak menggunakan metode kontrasepsi


sederhana tanpa alat. Dari 40 responden, 30 orang memilih untuk tidak menggunakan
metode KB tanpa alat. Mereka memiliki alasan yang beragam. Pada umumnya,

11
mereka beralasan bahwa metode tersebut “ribet” karena perlu waktu dan latihan
untuk dapat mengetahui secara tepat masa suburnya.

Selain itu, penentuan masa subur ini tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan
pengamatan 1 siklus mentruasi saja, setidaknya perlu pengamatan selama 6 bulan
untuk lebih amannya, sehingga dapat terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan.

Selain itu bagi mereka yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur akan sulit
untuk menentukan sendiri kapan atau tidak berada pada masa subur. Keefektivan
tergantung dari kemauan, pemahaman dan disiplin pasangan maupun akseptor
sendiri. Oleh karena itu, mereka lebih memilih menggunakan KB dengan alat yang
lebih efektif dan efisien.

Dengan pemakaian yang berkala sehingga mereka tidak perlu ribet lagi untuk
memikirkan cara berhubungan seksual setiap harinya untuk mencegah kehamilan atau
mengatur jarak kehamilannya. Dan ada juga kerugiannya karena metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat memerlukan waktu pantang berkala yang relative lama, sehingga
dapat mengurangi keharmonisan rumah tangga.

Suami yang tidak dapat menahan keinginannya untuk melakukan hubungan suami
istri, dapat melampiaskan keinginannya tersebut di luar rumah. Bagi pasangan yang
salah satunya terinfeksi penyakit menular seksual (PMS), metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat ini dihindari. Pasalnya, metode ini tidak melindungi pihak yang
tidak terinfeksi, seperti pada penggunaan kondom.

 Gambaran Keberhasilan KB
Gotong royong. Itulah kunci keberhasilan pelaksanaan program keluarga
berencana (KB) di Indonesia. Demikian disampaikan oleh Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam sambutannya pada sesi plenary London
Summit on Family Planning, pada 11 Juli 2012.

Menko Kesra memaparkan keberhasilan program KB di Indonesia, pelajaran yang


dapat dipetik oleh negara-negara lain, khususnya sesama negara berkembang, negara
anggota G20, dan kerja sama Selatan-Selatan, serta komitmen pemerintah Indonesia
terhadap pelaksanaan program KB selanjutnya.

12
Pendekatan gotong royong inilah yang "dijual' atau dipromosikan oleh Menko
Kesra ke berbagai negara peserta London Summit sebagai kunci sukses pelaksanaan
program KB di Indonesia. Menko Kesra menjelaskan bahwa pelaksanaan KB di
Indonesia dilaksanakan dengan dukungan dari berbagai pihak secara gotong royong.

Semua komponen, termasuk pemerintah, swasta, lembaga dan organisasi masyarakat,


tokoh agama, tokoh masyarakat, dan wartawan memberikan dukungan dalam bentuk
berbeda-beda.

Wartawan mendukung program KB melalui penyebaran informasi kepada masyarakat


melalui media massa sementara tokoh agama dan adat menyampaikan informasi
program KB kepada masyarakat melalui pengajian, pertemuan adat, dan lain-lain.

Program KB telah berkontribusi terhadap penurunan angka fertilitas di Indonesia dari


5,6 anak per wanita pada 1970-an menjadi 2,3 anak per wanita pada 2000-an (SDKI
2002-2003, 2007). Selama 30 tahun, program KB telah berhasil menghindari
sebanyak 100 juta kelahiran.

Menko Kesra memaparkan, “Ada empat langkah kunci dalam keberhasilan penurunan
angka fertilitas tersebut, yakni partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah
pedesaan, komunikasi inovatif untuk mewujudkan norma keluarga kecil bahagia
sejahtera (NKKBS), kemitraan pemerintah dan swasta, dan pergeseran fokus ke
pelayanan berkualitas.” Langkah kunci keberhasilan KB di Indonesia yaitu :

Pertama, menggunakan partisipasi akar rumput untuk mencapai daerah pedesaan pada
tahun 1970. Pada tahun tersebut pemerintah merekrut pekerja lapangan sebanyak
40.000 dan 100.000 sukarelawan untuk membawa masyarakat ke tempat pelayanan.
Mereka berada di tingkat desa serta petugas dan kader itu datang mengunjungi rumah
ke rumah untuk membahas metode keluarga berencana, memberikan konseling, dan
membuat rujukan ke puskesmas.

Kedua, pemerintah meluncurkan sebuah program inovatif yang mendayagunakan dan


mengoptimalkan semua jalur dan saluran komunikasi kampanye KB yang dirancang
untuk membawa perubahan norma sosial dari norma banyak anak menjadi norma
sedikit anak, yang disebut "norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera sehingga
norma itu melembaga di masyarakat.

13
Ketiga menyadari bahwa pemerintah, dalam hal ini tempat-tempat pelayanan
pemerintah tidak mungkin bisa memberikan pelayanan secara optimal akan
pemenuhan pelayanan KB. Di sisi lain, ada potensi lain yang perlu digali, maka sekali
lagi dilakukan gotong royong atau bermitra dengan pihak swasta.
Keempat, sejak pertengahan 1990-an, pola penggarapan KB tidak hanya terfokus
pada kuantitas, tetapi juga sudah diarahkan ke kualitas layanan.

Selain itu terdapat juga lima faktor di balik keberhasilan KB di Indonesia, yaitu
kemauan politik (political will) termasuk dukungan anggaran, pembentukan Badan
Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 1970 yang independen
dari Departemen Kesehatan, pengelolaan program yang efektif dari tingkat nasional
hingga akar rumput, data dan sistem pelaporan, dan kolaborasi berbagai pemangku
kepentingan (stakeholder).

Dalam sesi paralel London Summit on Family Planning Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Sugiri Syarief memaparkan tentang desentralisasi
program KB di Indonesia, kepala BKKBN menjelaskan berbagai tantangan yang
dihadapi pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan program KB di era desentralisasi
dan strategi yang dikembangkan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

London Summit on Family Planning diselenggarakan di London pada 11 Juli 2012


oleh Bill and Melinda Gates Foundation bekerja sama dengan pemerintah Inggris
melalui Department for International Development. Pertemuan ini diadakan untuk
meminta komitmen komunitas global (pemerintah, swasta, donor, dan masyarakat
madani) untuk memperluas ketersediaan informasi, pelayanan, dan pasokan alat KB
agar dapat menambah sebanyak 120 juta perempuan dan anak perempuan di negara-
negara termiskin di dunia yang memakai alat kontrasepsi tanpa paksaan atau
diskriminasi pada tahun 2020.

Pertemuan ini mendukung hak dan alat bagi perempuan dan anak perempuan untuk
dapat merencanakan hidup mereka sendiri, termasuk memutuskan, secara bebas dan
untuk kepentingan mereka sendiri, apakah mereka akan punya anak, serta kapan dan
berapa anak yang akan mereka miliki.

Selain itu, pertemuan ini juga mendukung pelaksanaan dan dibangun dengan
memanfaatkan momentum yang diciptakan oleh Strategi Global untuk Kesehatan
Perempuan dan Anak (Global Strategy for Women’s and Children’s Health) – Setiap
Perempuan, Setiap Anak (Every Woman, Every Child) – Sekretaris Jenderal PBB dan
kemitraan pemerintah-swasta dan masyarakat madani yang inovatif melalui Koalisi

14
Pasokan Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health Supplies Coalition) dan
kampanye Bergandeng Tangan (Hand to Hand) mereka, yang diluncurkan di Majelis
Umum PBB pada September 2010.

Pertemuan ini diikuti oleh berbagai negara, negara dan organisasi donor, LSM, dan
organisasi pendukung. Ada 4 kepala negara dan 28 menteri yang hadir termasuk dari
Indonesia.

Melalui London Summit on Family Planning diharapkan revitalisasi gerakan KB


global dan komitmen berbagai pihak akan dapat menyelamatkan dan mengubah hidup
jutaan perempuan dan anak perempuan di negara-negara termiskin di dunia. Kerja
sama komunitas global akan dapat menyelamatkan hidup dan meningkatkan
kesehatan, sosial, dan ekonomi keluarga, masyarakat, dan negara sekarang, juga
generasi mendatang

2.6 Fase dalam Penggunaan Kontrasepsi pada Program KB

1) Fase menunda/mencegah kehamilan


Pada PUS dengan isteri umur kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda
kehamilannya karena berbagai alasan. Untuk itu perlu penggunaan kontrasepsi
untuk mencegah adanya kehamilan yang tidak direncanakan. Adapun syarat alat
kontrasepsi yang diperlukan untuk fase ini adalah reversibilitas yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hamper 100%, karena pada masa ini
akseptor belum mempunyai anak; efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini
merupakan kegagalan program. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan pada
fase ini berturut-turut adalah pil, IUD mini, dan kontrasepsi sederhana.

2) Fase menjarangkan kehamilan


Periode umur isteri antara 20-35 tahun merupakan periode umur paling baik untuk
melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan jarak kelahiran adalah 2-4 tahun.
Adapun ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai pada fase ini adalah efektivitas cukup
tinggi; reversibilitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan punya

15
anak lagi; dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang
disarankan; tidak menghambat ASI, karena ASI merupakan makanan terbaik
untuk anak sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan serta
kematian anak. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan pada fase ini berturut-
turut adalah IUD, suntik, pil, implant, dan kontrasepsi sederhana .

3) Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan


Periode isreti berumur lebih dari 35 tahun sangat dianjurkan untuk mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai anak lebih dari 2 orang dengan alasan medis yaitu
akan timbul berbagai komplikasi pada masa kehamilan maupun persalinannya.
Adapun syarat kontrasepsi yang disarankan digunakan pada fase ini adalah
efektivitas sangat tinggi karena kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan
dengan risiko tinggi bagi ibu maupun bayi, terlebih lagi akseptor tidak
mengharapkan punya anak lagi; dapat dipakai untuk jangka panjanag; tidak
menambah kelainan yang sudah/mungkin ada karena pada masa 14 umur ini
risiko terjadi kelainan seperti penyakit jantung, hipertensi, keganasan dan
metabolik meningkat. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan pada fase ini
berturut-turut adalah kontrasepsi mantap, IUD, implant, suntikan, sederhana, dan
pil.

 Pengertian Akseptor KB Suntik


Akseptor KB adalah pasangan umur subur yang salah seorang dari padanya
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan
kehamilan baik melalui program maupun non program .

Kemudian menurut BKKBN peserta KB adalah pasangan umur subur yang


suami/isterinya sedang memakai atau menggunakan salah satu alat/cara
kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan pendataan keluarga/pemutakhiran
data keluarga.

Dalam pengertian ini tidak termasuk cara cara kontrasepsi tradisional, seperti pijat
urut, jamu dan juga tidak termasuk cara cara KB alamiah seperti pantang berkala,
senggama terputus dan sebagainya21. Jadi akseptor KB suntik adalah pasangan
umur subur yang istrinya menggunakan kontrasepsi suntik.

 Umur Risiko terhadap Kanker


Penyebab kanker dapat dikategorikan menjadi 2 hal yaitu sesuatu yang dapat
diusahakan sebelumnya dan yang tidak bisa diusahakan. Sesuatu yang yang
termasuk ke dalam hal yang dapat diusahakan sebelumnya adalah misalnya
dengan tidak merokok dan mengurangi penggunaan alcohol.

16
Sedangkan untuk sesuatu hal yang tidak dapat diusahakan sebelumnya adalah
umur. Karena dengan bertambahnaya umur maka risiko akan kanker juga semakin
besar.

Di United Kingdom pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, kurang dari 1
pada 100 kasus kanker yang ada terjadi pada umur kurang dari 24 tahun
sedangkan kecenderungan peningkatan kasus kanker terjadi pada umur lebih dari
35 tahun dan terus meningkat jumlahnya pada umur yang lebih tua.

Menurut James DeGregori, pada jaringan yang sudah tua terjadi mutasi yang
bertujuan agar sel kanker lebih mudah beradaptasi sedangkan pada sel yang sehat
tidak dapat melakukakn adapati tersebut. Hal ini terjadi saat umur yang semakin
tua, sehingga benar adanya peningkatan risiko kanker pada umur yang tua yang
disebabkan oleh keadaan jaringan tubuh dan juga mutasi sel

 Macam-macam Kontrasepsi
Menurut Mulyani dalam buku Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi (2013:
45) ada beberapa macam metode kontrasepsi yaitu:

1) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


a) Metode kalender
b) Metode suhu basal
c) Metode senggama terputus

2) Metode barrier
a) Diafragma
b) Spermisida

3) Kontrasepsi pil
a) Mini pil
b) Pil kombinasi

4) Kontrasepsi Suntik
a) Suntik kombinasi (suntik satu bulan)
b) Suntik tri bulan atau progestin

5) Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

6) Kotrasepsi Implane

7) Kontrasepsi mantap

17
a) Tubektomi
b) Vasektomi

 Lama Penggunaan KB Suntik


Lama penggunaan KB suntik merupakan rentang waktu dari pertama kali akseptor
menggunakan KB suntik sampai dengan waktu tertentu yang ditetapkan. Dari
berbagai penelitian lama penggunaan KB suntik dihubungkan dengan adanya
kejadian kanker payudara.

Penelitian dari Atania Rachma Anindita dan Sri Mulya tahun 2015 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara lama penggunaan KB suntik dengan kejadian kanker
payudara, dimana akseptor KB yang telah menggunakan kontrasepsi suntik ≥ 5
tahun memiliki risiko 2,44 kali lebih besar mengalami kanker payudara daripada
yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik.

Cibula dan kawan-kawan pada tahun 2010 menyatakan bahwa menggunakan


kontrasepsi suntik lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara
dibanding dengan yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi suntik. Apabila
seseorang berhenti menggunakan kontrasepsi suntik selama 5 tahun maka sama
seperti orang yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi suntik sehingga tidak
memiliki risiko untuk terjadinya kanker payudara.

Hasil penelitian dari Gusti Ayu dan Lucia Yovita tahun 2013 menyatakan bahwa
perempuan yang menggunakan kontrasepsi suntik selama ≥ 5 tahun berisiko
terkena kanker payudara 3,266 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan
yang menggunakan kontrasepsi suntik selama < 5 tahun.

Hasil penelitian diatas memperkuat teori bahwa risiko mutasi sel saat pembelahan
meningkat karena proliferasi sel oleh peningkatan estrogen dan progesteron juga
meningkat, dan juga teori bahwa estrogen dan progesteron merangsang
pertumbuhan sel-sel punca kanker payudara.

 Kontrasepsi Suntik
a) Pengertian
Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi berupa cairan yang
disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodic dan mengandung hormonal,
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh
tubuh yang berguna untuk mencegah timbulnya kehamilan

18
b) Jenis
1. Suntikan Kombinasi
 Profil Tersedia dua jenis kontrasepsi suntik kombinasi yang berisi
kombinasi antara progestin dan estrogen yaitu, 25 mg depo
medroksiprogesteron asetat dam estradiol sipionat (Cyclofem) disuntikkan
IM dalam sebulan sekali dan 50 mg noretindron anantat dan 5 mg estradiol
disuntikkan IM dalam sebulan sekali.

 Cara Kerja Pada suntikan kombinasi untuk mencegah kehamilan cara


kerja yang dilakukan hormon yang disuntikkan ke dalam tubuh adalah
dengan menekan ovulasi; membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu; atrofi endometrium sehingga implantasi
terganggu; dan menghambat transportasi gamet oleh tuba

 Kelebihan Kelebihan yang didapatkan oleh akseptor KB suntik kombinsi


adalah risiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh terhadap
hubungan suami istri, idak diperlukan pemeriksaan dalam, klien tidak
perlu menyimpan pil kontrasepsi, dan mengurangi kejadian amenorea

 Keterbatasan Keterbatasan yang mungkin dapat dialami oleh akseptor KB


suntik kombinasi yaitu terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak
teratur, spotting, atau perdarahan selama lebih dari 10 hari; mual, sakit
kepala, nyeri payudara, namun keluhan ini akan hilang setelah suntikan
kedua atau ketiga; ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan,
karena setiap 28 hari sekali klien harus datang ke pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan suntikan; penambahan berat badan; dan kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pengehentian pemakaian.

 Indikasi Suntikan kombinasi dapat digunakan oleh WUS umur reproduksi


sehat (20-35 tahun), tidak menyusui, sering lupa minum pil kontrasepsi,
dan mengalami nyeri haid hebat.

 Kontraindikasi Kriteria yang tidak diperbolehkan untuk menggunakan


suntikan kombinasi adalah WUS yang hamil atau dicurigai hamil,
menyusui, umur lebih ari 35 tahun dan merokok, perdarahan yang belum
jelas penyebabnya, mempunyai riwayat stroke dan hipertensi, mempunyai
kelainan pada pembuluh darah yang menyebabkan migraine, dan WUS
dengan kanker payudara.

19
2) Suntikan Progestin
 Profil Suntikan progestin merupakan jenis suntikan yang
mengandung sintesa progestin. Terdapat dua jenis, yaitu
Depoprovera, mengandung 150 mg Depo Medroxi Progesterone
Asetat yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM, dan
Depo Noristerat, mengandung 200mg Noretindron Enantat, yang
diberikan setiap 2 bulan secara IM.

 Cara Kerja Cara kerja suntikan progestin sama dengan suntikan


kombinasi yang diberikan setiap bulan yaitu dengan menekan
ovulasi; membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu; atrofi endometrium sehingga implantasi
terganggu; dan menghambat transportasi gamet oleh tuba

 Kelebihan Kelebihan yang didapatkan oleh akseptor KB suntik


progestin diantaranya adalah pencegahan kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri, tidak
memiliki pengaruh terhadap produksi ASI sehingga tidak
mengganggu proses menyusui bagi ibu pospartum, klien tidak
perlu menyimpan pil kontrasepsi, dan menurunkan krisis anemia
bulan sabit.

 Keterbatasan Hal-hal yang kurang menyenangkan yang mungkin


dialami oleh akseptor KB suntik progestin adalah terjadi gangguan
haid, ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, karena
klien harus datang ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
suntikan, penambahan berat badan, serta kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah pengehentian
pemakaian

 Indikasi Suntikan progestin dapat digunakan oleh WUS umur


reproduksi sehat (20-35 tahun), setelah melahirkan, menyusui,
setelah abortus, sering lupa minum pil kontrasepsi, anemia
defisiensi besi, ada masalah pembekuan darah, dan dalam terapi
epilepsi.

 Kontraindikasi Kriteria yang tidak diperbolehkan untuk


menggunakan suntikan progestin adalah WUS yang hamil atau

20
dicurigai hamil, perdarahan vaginam yang belum diketahui jelas
penyebabnya, tidak bisa menerima adanya gangguan haid terutama
amenorea, dan menderita kanker payudara atau mempunyai
riwayat dalam keluarga.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan KB Suntik


Penggunaan KB Suntik merupakan sebuah sikap dan perilaku dari WUS dalam
menggunakan alat kontrasepsi. Ada salah satu teori yang membahas mengenai
perilaku yaitu Teori Precede-Proced yang dikembangkan oleh Lawrence Green
pada tahun 1991.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi lama penggunaan KB suntik


berdasarkan teori perilaku. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
teori Precede-Proced yang dikemukakan oleh Lawrence Green.

a. Faktor Predisposisi
1) Umur
Umur merupakan lama waktu hidup atau ada, yaitu sejak dilahirkan atau
diadakan. Umur juga menjadi indicator dalam kedewasaan di setiap pengambilan
keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya.

Umur seseorang akan mempengaruhi perilaku sedemikian besar karena semakin


lanjut umurnya, maka semakin lebih besar tanggung jawab, lebih tertib, lebih
normal, lebih bermoral, lebih berbakti dari umur muda.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. Irwan Rizali, M. Ikhsan, dan A.


Ummu Salmah (2013) dari hasil uji statistik yang sudah dilakukan antara umur
dengan lama penggunaan KB suntik didapatkan p = 0,0235 .

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan
lama penggunaan KB suntik. Dan dari penelitian tersebut di dapatkan data bahwa
akseptor KB suntik yang berada dalam umur reproduksi risiko tinggi adalah
45,8%5 . Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak akseptor KB yang dalam fase
menunda kehamilan dan juga fase mengakhiri kesuburan masih menggunakan
KB suntik.

2) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

21
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal, yaitu
jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
rendah (SD dan SMP) dan pendidikan tinggi (SMA sampai dengan Perguruna
Tinggi) .

Teori menunjukkan bahwa pendidikan formal sangat besar pengaruhnya


terhadap pengetahuan seseorang, bila seseorang berpendidikan tinggi maka akan
memiliki pengetahuan yang tinggi pula sebaliknya jika seseorang memiliki
pendidikan rendah akan memiliki pengetahuan yang rendah dan akan
mempengaruhi dalam memahami sesuatu hal. Akan tetapi perlu

ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak mutlak


berpengetahuan rendah pula dinama pengetahuan ataupun informasi dapat
diperoleh bukan hanya secara formal tetapi juga nonformal. Penelitian M. Irwan
Rizali, M. Ikhsan, dan A.

Ummu Salmah (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna


(p=0,000, φ=0,307) antara pendidikan akseptor KB dengan lama penggunaan KB
suntik . Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa akseptor yang
berpendidikan tinggi lebih banyak yang memilih menggunakan KB suntik
daripada yang berpendidikan rendah.

Hasil penelitian dari Ida Ayu pada tahun 2015 juga menunjukkan bahwa
ada pengaruh positif yang signifikan (tingkat signifikansi=0,011) variabel
pendidikan terhadap lama penggunaan kontrasepsi di Denpasar Barat.

Namun sebaliknya penelitian lain yakni dari Luluk Erdika G di Sragen


menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan lama penggunaan KB suntik, dengan p value 0,055.30

3. Jumlah Anak Hidup


Yang dimaksud dengan jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang masih
hidup yang dimiliki oleh seorang akseptor sampai dengan saat pengisisna
kuesioner dilakukan. Menurut Saiffudin jumlah anak ini selalu diasumsikan
denga penggunaan alat kontrasepsi. Banyaknya anak merupakan salah satu faktor
pasangan suami istri tersebut memilih menggunakan alat kontrasepsi.

22
Secara teoritis, akseptor yang mempunyai jumlah anak >2 orang
(multipara) dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. Jumlah
anak berkaitan erat dengan program KB karena salah satu misi dari program KB
adalah terciptanya keluarga dengan jumlah anak yang ideal yakni dua anak dalam
satu keluarga, laki-laki maupun perempuan sama saja.

Hartoyo dan kawan-kawan menyatakan bahwa keikutsertaan keluarga


dalam program KB akan terjadi ketika jumlah anak dalam keluarga sesuai dengan
persepsi jumlah anak ideal atau ketika jumlah anak lahir hidup melebihi atau
sama dengan jumlah anak yang diinginkan keluarga.

Hasil penelitian Ayu Citra dan kawan-kawan tahun 2017 menyebutkan


bahwa untuk akseptor KB yang mempunyai anak ≤2 orang cenderung
menggunakan KB suntik sebagai alat kontrasepsi karena digunakan sebagai alat
untuk mengatur jarak kehamilan.

Semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar


kecenderungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk
memilih metode kontrasepsi jangka panjang, sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ida Ayu pada tahun 2015 bahwa jumlah anak hidup menunjukan
pengaruh yang positif (tingkat signifikansi 0,000)

terhadap lama penggunaan alat kontrasepsi di Denpasar Barat, namun lain


hal nya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Susmini dan Ismiati pada
tahun 2016 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (p value = 0,329) antara
jumlah anak dengan lama penggunaan KB suntik.

4) Pendapatan Keluarga
Menurut BPS pendapatan keluarga adalah pendapatan yang di terima oleh
keluarga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga
maupun pendapatan anggotaanggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (upah dan gaji,
keuntungan, bonus, dan lain lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain
lain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer).

Pendapatan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga,


penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga
karena seluruh kebutuhan sandang, pangan, papan, dan transportasi serta
kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang
pendapatannya rendah akan mengakibatkan keluarga mengalami kerawanan
dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya yang salah satunya adalah
pemeliharaan kesehatan.

23
Untuk Kabupaten Bantul sendiri Upah Minimal Kabupaten (UMK) pada
tahun 2018 adalah Rp 26 1.527.150 rupiah. Hasil penelitian dari Ida Ayu
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif signifikan (tingkat signifikansi 0,000)
pada variabel pendapatan rumah tangga terhadap lama penggunaan kontrasepsi di
Denpasar Barat, disebutkan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka
PUS akan memilih alat kontrasepsi yang lebih murah yaitu pil atau suntik karena
pengeluaran setiap bulan sudah cukup banyak untuk kebutuhan yang lain.

Penelitian yang dilakukan di Sidoarjo oleh Yurike Septianingrum dan


kawan-kawan pada tahun 2017 menunjukan hasil yang lain yaitu pendapatan
keluarga tidak memiliki hubungan yang bermakna (p value = 0,78) dengan lama
penggunaan KB suntik.

5) Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa adanya pengetahuan seseorang
tidak akan memiliki dasar dalam pengambilan sebuah keputusan serta
menentukan tindakan maupun solusi terhadap permasalahan yang dihadapi .
Pengetahuan seseorang terhadap dapat dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a) Tahu (Know)
Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan- pertanyaan.

b) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus
dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.

c) Aplikasi (Application)

24
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d) Analisa (Analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen- komponen pengetahuan yang dimiliki.

f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Untuk
tingkat pengetahuan sendiri, menurut Budiman dan Riyanto dibagi
menjadi 2 yaitu, baik jika jawaban benar lebih dari 50% dan kurang jika
jawaban benar ≤ 50%. Adanya hubungan (p=0,000, φ=0,341) antara
pengetahuan dengan penggunaan KB suntik ditemukan pada penelitian
yang dilakukan di Makasar pada tahun 2013.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa akseptor yang


menggunakan KB suntik adalah mereka yang memiliki pengetahuan yang
kurang. Penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Putri Nawang Wulan
pada tahun 2016 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(p=0,006)
antara tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang metode
kontrasepsi dengan pemakaian kontrasepsi di Puskesmas Kartasura,
Sukoharjo, dimana responden yang pengetahuannya baik cenderung
menggunakan kontrasepsi non hormonal

b. Faktor Pendorong
1) Peran Suami
Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat. Peran juga dapat diartikan sebagai memberikan
dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat
keputusan.

25
Sementara itu peran suami adalah upaya yang diberikan oleh suami baik secara
mental, fisik, maupun sosial . Menurut BKKBN (2007) Peran suami dalam kesehatan
reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap
kesehatan.

a) Peran Suami Sebagai Motivator


Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat
diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam
mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri untuk menggunakan
alat kontrasepsi.

Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang
berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami
sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan
atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.

b) Peran Suami Sebagai Edukator


Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran
suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri.
Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada bidan saat istri akan memakai
alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk
kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai
alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat akan
atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat
membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah
kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja.

b) Peran Suami Sebagai Fasilitator


Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang
menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan
memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya.

26
Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk
mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia
memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan
membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang
sesuai.

2.7 Pelaksanaan Program KB


Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti
program Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam,
bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan, KB merupakan salah satu upaya pemerintah yang dikoordinir oleh
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB), dengan program
untuk membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta menjadikan keluarga
yang berkualitas.

KB dapat dipahami juga sebagai suatu program nasional yang dijalankan


pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa.

Pelaksanaan program tersebut salah satunya adalah dengan cara menganjurkan.


setiap keluarga agar mengatur dan merencanakan kelahiran anak, dengan menggunakan
alat kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur kelahiran anak, keluarga biasanya akan
lebih mudah menyeimbangkan antara keadaan dan kebutuhan, pendapatan dan
pengeluaran.

Dan pada akhirnya dapat lebih mudah membentuk sebuah keluarga bahagia dan
sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk dapat ditekan, maka masalah yang dihadapi tidak
seberat menghadapi pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.

 Peran Perawat Peran


Perawat adalah upaya yang diberikan oleh Perawat baik secara mental, fisik,
maupun sosial kepada individu dengan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis,
perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya. Dalam Permenkes No 28
tahun 2017 dengan jelas disebutkan Perawat berperan sebagai tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana.

27
Dalam hal tersebut peran Perawat adalah dengan cara memberikan penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi dan keluarga berencana serta memberikan pelayanan
kontrasepsi salah satunya dalam bentuk suntikan . Sesuai dengan peran Perawat sebagai
pelaksana dan juga pendidik, seorang Perawat dituntut dapat memberikan pelayanan
keluarga berencana berupa pemberian kontrasepsi suntik baik yang dilakukan secara
mandiri kepada wanita umur subur yang membutuhkan pelayanan tersebut.

Perawat sebagai pendidik disini berarti seorang Perawat harus mampu


memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat mengenai keluarga berencana. Pendidikan kesehatan atau informasi yang
didapat dari perawat dapat berupa pemberian saran maupun larangan.

Dalam kompetensi bidan nomor 2 telah dijelaskan bahwa perawat harus


memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
bahaya dan pelayanan menyeluruh di masyarrakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yan sehat.

Dalam hal ini pengetahuan dasar yang harus dikuasai seorang perawat salah
satunya adalah jenis, indikasi, cara pemberian dan efek samping dari kontrasepsi suntik .
Teori Manuaba dan kawan-kawan menjelaskan bahwa perawat dapat memberikan
konseling dalam penggalaan program KB, konseling adalah proses pemberian informasi
yang objektif dan lengkap dengan dasar pengetahuan dengan tujuan membantu
memecahkan masalah kesehatan reproduksi yang sedang dihadapi pasien.

Proses pemberian informasi yang objektif dan lengkap dengan dasar pengetahuan
inilah yang dapat meningkatkan tingkat pengetahuan Pasangan Usia Subur berubah
menjadi baik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

28
Keluarga berencana adalah salah satu cara untuk menunda perkawinan dan mengurangi
kelahiran bayi kedunia dengan tujuan membuat keluarga yang sederhana dan tercukupi
diantaranya dengan berbagai metode seperti pil KB , IUD , KB suntik dan implant.

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan
mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan.

3.2 Saran

Selaku umat manusia kita harus memperhatikan berbagai kondisi dalam berkeluarga
merencanakan sebelum kelahiran dan mengantisipasi banyaknya kelahiran dengan
metode – metode keluarga berencana .

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan
– kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembacanya

DAFTAR PUSTAKA

29
Arum, Dyah Noviawati Setya, dan Sujiatini. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini. Jogjakarta Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika

Doenges, Marylinn E 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk


perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC

Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit


buku kedokteran, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta ; EGC

30

Anda mungkin juga menyukai