Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM

Dosen Pembimbing :
Siti Khodijah,S.Kep.Ns.M.Kep
Disusun Oleh :
1. Maulana Muhammad Abror 202001099
2. Muhammad Sabilur Rosyad 202001100
3. Afidatun Amiyah 202001101
4. Shafiyah Amalia 202001102
5. Muhammad Angga Kurniawan 202001103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Waham” dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa kami
curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritikan dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas “Asuhan Keperawatan Pada Klien Waham”
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca dan penulis.

Mojokerto, 01 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah........................................................................................4


1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi.........................................................................................................5
2.2 Tanda dan Gejala.........................................................................................5
2.3 Etiologi.........................................................................................................5
2.4 Pathway........................................................................................................7
2.5 Konsep Asuhan keperawatan Pada Klien Waham.......................................8
2.5.1 Pengkajian...................................................................................8
2.5.2 Diagnosa Keperawatan................................................................10
2.5.3 Pohon Masalah............................................................................11
2.5.4 Intervensi.....................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Triger Case..................................................................................................13


3.2 Proses .........................................................................................................13
3.3 Peran & Fungsi Perawat.............................................................................14
3.4 Proses Keperawatan....................................................................................14
3.4.1 Pengkajian.......................................................................................15
3.4.2 Analisa Kasus.................................................................................18
3.4.3 Diagnosis........................................................................................19
3.4.4 Pohon Masalah................................................................................19
3.4.5 Intervensi........................................................................................20
3.4.6 Implementasi dan Evaluasi.............................................................21

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN23

BAB V TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK..............................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis
semakin sering ditemui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis.
Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak
menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun
gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam
Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran
dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan
akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain ( Purba, 2008 ).
Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa merupakan
suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa, dan memiliki
sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya.
Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan
mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara
berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak
mendapatkan perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Data yang didapat di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2016 bulan Januari sampai April
terdapat 190 jiwa dengan harga diri rendah 1 jiwa (0,52%), halusinasi 117 jiwa
(61,57%). perilaku kekerasan 65 jiwa (34,21%), waham 3 jiwa (1,57%),
defisit perawatan diri 1 jiwa (0,52%), isolasi sosial 3 jiwa (1,57%).
Upaya pemerintah dalam penanggulangan gangguan jiwa antara lain
menyusun penanggulangan pemasungan, melakukan advokasi kepada
pemangku kepentingan diprovinsi dan kabupaten dan kota, melakukan
peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dipuskesmas dan rumah sakit umum
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa serta menyediakan obat
antipsikotik acting sebagai bagian dari upaya pencegahan kekambuhan.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik.
Dalam melakukan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
mempunyai empat tahap komunikasi, yang setiap tahapnya mempunyai tugas
yang harus diselesaikan oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap
prainteraksi (pengumpulan data tentang klien, membuat rencana tindakan
kegiatan, waktu dan tempat), tahan orientasi atau perkenalan (Salam,
perkenalan perawat), kerja (keluhan utama) dan tahap terminasi (evaluasi).
Dalam membina hubungan terapeutik perawat dan klien, diperlukan
ketrampilan perawat dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan
masalah klien. Perawat harus hadir secara utuh baik fisik maupun
psikologis terutama dalam penampilan maupun sikap pada saat
berkomunikasi dengan klien.
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan
terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan
kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan
penyuluhan kesehatan terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan klien dengan keluarga yang nantinya diharapkan
dapat meminimalisir resiko maupun efek yang muncul dari gangguan
waham.
II. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan kali ini ialah
sebagai berikut?
A. Apa yang dimaksud dengan waham?
B. Bagaimana waham dapat terjadi?
C. Apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam waham?
D. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah waham?
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Dasar Medis
A. Pengertian

Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu

mengalami sesuatu kekecauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas

kognitif (Damaiyanti. 2014).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis

oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah

kehilangan kontrol (Dermawan. 2013)

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai

dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang

kebudayaan (Prabowo. 2014).

B. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana

seseorang melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman kedunia luar.

Individu itu biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan

cenderung menarik diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena

merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku, cinta pada diri

sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya

memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta

mendambakan sesuatu secara berlebihan, maka keadaan ini dapat

berkembang menjadi waham. Secara berlahan-lahan individu itu tidak


dapat melepaskan diri dari khayalannya dan kemudian meninggalkan

dunia realitas.

Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala, adanya rasa

tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa

dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar.

Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam

harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab terjadinya

halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk

memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang

dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun sehingga segala sesuatu

sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari pikiran dan rangsangan dari

lingkungan (Damaiyanti, 2014). Ada beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya waham (Damaiyanti, 2014), yaitu :

1. Faktor Predisposisi

Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia.

Jika tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal

terganggu maka individu mengalami stres dan kecemasan. Barbagai

faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan

kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres

yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh

sehingga membuat tidak mampu dalam proses stimulus internal dan

eksternal.
2. Faktor Presipitasi

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya

waham yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu

lama diajak bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana

sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres kecemasan.

3. Faktor Kekurangan kebutuhan manusia (Lack of Human need).

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik

secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat

terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat

terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk

melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara

sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality

dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi

menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas,

sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.

Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis

di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan

saat tumbuh kembang (life span history).

4. Faktor kekurangan harga diri (lack of self esteem).

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta

dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar


lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat

lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi

komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki

kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang

melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.

Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support

system semuanya sangat rendah.

5. Fase control internal external.

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-

apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan

tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi

klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk

diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan

menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien

mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien

itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena

besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan

hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan

orang lain.
6. Fase environment support.

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam

lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan

klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu

kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai

terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya normal

(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat

berbohong.

7. Fase comforting.

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering

menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).

8. Fase improving.

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap

waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema

waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu

atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).

Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat

menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk

mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta


memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan

menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

C. Faktor Presipitasi WAHAM


1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu
Rentang respon neurobiologi:

D. Tanda dan Gejala

1. Kognitif :

a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

b. Individu sangat percaya pada keyakinannya

c. Sulit berpikir realita

d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif

a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan

b. Afek tumpul

3. Perilaku dan hubungan sosial

a. Hipersensitif

b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal


c. Depresi

d. Ragu-ragu

e. Mengancam secara verbal

f. Aktifitas tidak tepat

g. Streotif

h. Impulsive

i. Curiga

4. Fisik

a. Higiene kurang

b. Muka pucat

c. Sering mengucap

d. Berat badan menurun

E. Contoh-contoh
Waham

1. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,

diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya

ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “saya punya

tambang emas”.

2. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak

sesuai kenyataan. Contoh: “saya tahu.. seluruh saudara saya ingin


menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan

saya.”

3. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,

diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh:

“kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian

putih setiap hari.”

4. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang

penyakit, diucapkan berulangkali tatapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh: “saya sakit kanker.” Setelah pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa

ia terserang kanker.

5. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meniggal,

diucapkan berulangkali tetapi tidak sesaui kenyataan. Contoh: “ini

kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”

F. Mekanisme koping

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan

mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien

dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,

penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai

pertahanan melawan agresif, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan


cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi

kemandirian yang kokoh.

Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan

kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi

diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya

sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah dihipotesiskan

telah menyababkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan

suporioritas.

Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran

rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan

harga diri mereka yang terluka. (Dermawan, 2013)

G. Akibat Terjadinya Waham

Akibat dari waham pasien dapat mengalami kerusakan komunikasi

verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas,

kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak

mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah

beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Prabowo, 2014)

H. Penatalaksanaan

Terapi yang diterima oleh pasien : Electro Convulsif Therapie

(ECT) suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan

menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.

terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku,

terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.


Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan pasien

supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan

bermasyarakat.

I. Pathway Waham
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi
yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan
saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima
keyakinan pasien. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara
gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk dan keluhan utama
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman
berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak
mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dapat
melangsungkan hidup. Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Umumnya klien yang
mengalami Waham di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu
merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan
di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan,
perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
atau frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan struktur social,
terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perceraian,
putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam
pendidikan maupun karier, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien atau
perasaan negative terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Faktor precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress
seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas.
Pada pasien Waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa
dirinya adalah sesuatu yang pantas untuk dititukan dan diyakini akan
menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya.

5. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan klien.
6. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri,
sukar menetapkan keinginan dan tidak mempu mengambil keputusan.
c. Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran
yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK,
perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya :mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri.
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan negatif terhadap
diri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai
tujuan.
3) Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis
waham yang dialami. Misalnya waham curiga , klien menghindari orang
lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
7. Status mental
1. Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami.
Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
2. Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengan kenyataan.
3. Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh
4. Afek dan Emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan tidak sesuai
dengan keadaan. Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/ dipisahkan dari atau
yang lainnya.
5. Interaksi selama wawancara
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6. Persepsi–Sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisai
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatusensorik
7. Proses Pikir
Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik : bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau
tidak mengikuti logika secara umum)
Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
1. Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang
agama/kepercayaan yang berlebihan.
2. Waham somatic/hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap
tubuhnya ada sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk,
otaknya mencair, perutnya ada kuda.
3. Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu
kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaan atau kekuasaan
secara luar biasa, seperti “Saya ini ratu adil, nabi, superman dan
lain-lain”.
4. Waham curiga/kejaran yaitu keyakinan klien terhadap seseorang/
kelompok secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai,
mengganggu, mengancam, memata-matai dan membicarakan
kejelekan dirinya.
5. Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/orang lain
sudah meninggal/dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-
apanya lagi.
6. Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/selalu
salah/berbuat dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7. Waham bizar terdiri dari:
a) Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang
lain disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
b) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya
dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain mengetahui apa
yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata
mengatakan pada orang tersebut.
c) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/dipengaruhi
oleh kekuatan di luar dirinya yang aneh.
8. Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah : kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak
nomal, bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan
(relasi) dan pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar ( diluar dirinya )
sudah terganggu dan secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan
kenyataan.
9. Memori
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak
sesuai kenyataan, memasukkan cerita tidak benar untuk menutupi
gangguan daya ingatnya.
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung
11. Kemampuan Penilaian
a. Gangguan ringan
b. Gangguan bermakna
12. Daya Tilik
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya, bilamana ia cenderung menyalahkan
orang lain/lingkungan dan ia merasa orang lain / lingkungan di luar
dirinya yang menyebabkan ia seperti ini.

B. Pohon Masalah

Effect Resiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem Perubahan proses pikir; waham

Causa Harga diri rendah kronis


C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir : waham
2. Resiko tinggi perilaku kekerasan : resiko mencederai diri, orang lain.
3. Harga diri rendah; kronis

D. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum: 1. Ekspresi wajah 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
Klien dapat bersahabat dengan menggunakan prinsip percaya menjadi
berkomuni kasi 2. Ada kontak mata komunikasi terapeutik. dasar interaksi
dengan baik dan 3. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan ramah baik selanjutnya
terarah. 4. Mau menjawab verbal maupun non verbal sehingga dapat
salam b. Perkenalkan diri dengan sopan terbina hubungan
TUK 1 : 5. Klien mau c. Tanyakan nama lengkap dan saling percayadan
Klien dapat duduk nama panggilan yang disukai klien lebih terbuka
membina berdampingan d. Jelaskan tujuan pertemuan merasa aman dan
hubungan saling 6. Klien mau e. Jujur dan menepati janji mau berinteraksi
percaya mengutarakan f. Tunjukan sikap empati dan
rasanya menerima klien apa adanya

1.2 Jangan membantah dan


mendukung waham klien Meningkatkan
a. Katakan perawat menerima orientasi klien
keadaan keyakinan klien. “saya pada realita dan
menerima keyakinan anda “. meningkatkan rasa
b. Katakan perawat tidak percaya klien pada
mendukung. “sukar bagi saya perawat
untuk dapat mempercayainya”.

1.3 Yakinkan klien dalam keadaan


aman dan terlindung.
a. “ anda berada di tempat yang
aman dan terlindung”
b. Gunakan keterbukaan dan
kejujuran, jangan tinggalkan
klien sendirian.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi :


Klien dapat 1. Klien mampu 2.2 Beri pujian pada penampilan dan Reinforcement
mengident mempertahankan kemampuan klien yang realistis. adalah penting
ifikasikan aktivitas sehari- untuk meningkatkan
kemampua n yang hari 2.3 Diskusikan dengan klien kesabaran diri
dimiliki 2. Klien dapat kemampuan yang dimiliki pada klien.
mengontrol waktu lalu dan saat ini yang
wahamnya realistis. (hari-hari terlibat
Mengetahui
diskusi dengan waham). penyebab
curiga dan
2.4 Tanyakan apa yang bisa intervensi
dilakukan (kaitkan dengan selanjutnya.
aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian anjurkan
untuk melakukan saat ini.

2.4 Jika klien selalu bicara tentang


wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. (perawat
perlu memperhatikan bahwa klien
penting).

TUK 3 : Kriteria Evaluasi Dengan


3.1 Observasi kebutuhan klien
Klien dapat 1. Kebutuhan klien meningkatkan
sehari-hari
mengident ifikasi terpenuhi aktivitas tidak akan
kebutuhan yang 2. Klien dapat 3.2 Diskusikan kebutuhan klien mempunyai waktu
tidak terpenuhi melakukan aktivitas yang tidak terpenuhi selama untuk mengikuti
secara terarah di rumah maupun di rumah wahamnya.
3. Klien tidak sakit.
menggunakan/mem
3.3 Hubungkan kebutuhan yang
bicarakan
tidak terpenuhi dengan
wahamnya
timbulnya waham
3.4 Tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu
dan tenaga.
3.5 Atur situasi agar klien tidak
mempunyai waktu untuk
menggukan wahamnya
TUK 4: Kriteria Evaluasi: Reinforcement
4.1 Berbicara dengan klien dalam
Klien dapat 1. Klien mampu adalah penting
konteks realitas (realitas
berhubung an berbicara secara untuk meningkatkan
diri,realitas orang lain, waktu
dengan realitas. realitas kesadaran klien
dan tempat)
2. Klien akan realitas
mengikuti 4.2 Sertakan klien dalam terapi
terapi aktivitas aktivitas kelompok : orientasi
kelompok realitas
4.3 Berikan pujian pada tiap
kegiatan positif yang dilakukan
klien.
TUK 5: Kriteria Evaluasi:
Klien dapat 1. Keluarga dapat 5.1 Diskusikan dengan keluarga Perhatian keluarga
dukungan keluarga membina hubungan tentang. dan pengertian
saling percaya  Gejala waham keluarga akan dapat
dengan perawat  Cara merawatnya membantu klien
2. Keluarga dapat  Lingkungan keluarga dalam
menyebutkan  Follow up dan obat mengendalikan
pengertian, tanda 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan wahamnya
dan tindakan untuk dengan bantuan perawat
merawat klien
dengan waham
TUK 6: Kriteria Evaluasi:
Klien dapat 2. Klien 6.1 Diskusikan dengan klien dan Obat dapat
mengguna kan obat menyebutkan keluarga tentang obat, dosis, mengontrol waham
dengan benar manfaat, dosis dan frekuensi, efek dan akibat yang dialami klien
efek samping obat penghentian
3. Klien dapat 6.2 Diskusikan perasaan klien setelah
mendemonstrasik makan obat.
a n penggunaan 6.3 Berikan obat dengan prinsip 5
obat dengan benar benar dan observasi setelah
4. Klien memahami makan obat
akibat
berhentinya obat
tanpa konsultasi
5. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat
menyebutkan
manfaat, dosis
dan efek samping
obat
6. Klien dapat
mendemonstrasik
a n penggunaan
obat dengan benar
7. Klien memahami
akibat
berhentinya obat
tanpa konsultasi
8. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS PEMICU

Tn.B 30 tahun beragama islam, anak kedua dari empat bersaudara. Klien adalah
seorang yang taat beragama, keyakinannya dengan agamanya sangat kental, karena
dari kecil Tn.D di didik oleh keluarganya dengan keras dan Tn.D selalu tidak boleh
melakukan apapun kecuali beribadah, sehingga pada suatu ketika Tn.D merasa bahwa
dirinya adalah keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan
bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan. Tn.D selalu mengatakan
bahwa “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku karena sama saja kamu menyembah
tuhanmu”, ketika mengatakannya dengan nada tegas, wajahnya tegang dan mata
melotot, dan klien mengatakannya dengan berulang-ulang.Tn. D merasa dirinya tampan
tanpa ada kecacatan atau kekurangan pada dirinya. Hasil pemeriksaan didapatkan TD :
110/80 mmHg, S : 36,5˚C, N : 84x/menit, RR : 22x/menit.
I. Identitas Klien

Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 Tahun
Informal : Orang tua klien
Agama : Islam
Alamat : Timur Indah
Tanggal Pengkajian : 2 Desember 2022

II. Alasan masuk dan keluhan utama


Klien diantar oleh keluarga dan orang tua klien ke Rumah Sakit Jiwa karena klien merasa
bahwa dirinya adalah keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan
bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan dan mengatakannya
menggunakan nada yang tegas, wajahnya tegang dan mata melotot, dan klien mengatakannya
dengan berulang-ulang.
III. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama ini klien belum
pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal bersama kedua orang tuanya. ia di didik
oleh keluarganya dengan keras dan selalu tidak diperbolehkan melakukan apapun kecuali
beribadah, sehingga pada suatu ketika klien merasa bahwa dirinya adalah keturunan tuhan
dan mengatakannya secara berulang.
IV. Faktor Precipitasi
Klien adalah seorang yang taat beragama, keyakinannya dengan agamanya sangat kental,
karena dari kecil Tn.D di didik oleh keluarganya dengan keras dan Tn.D selalu tidak boleh
melakukan apapun kecuali beribadah.
V. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 84 kali/menit
RR : 22 kali/menit
b. Ukur : TB : 168 cm, BB : 65 kg
Tidak ada keluhan fisik

VI. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
a. Citra diri
Klien merasa dirinya tampan tanpa ada kecacatan atau kekurangan pada dirinya.
b. Identitas
Klien selalu mengatakan adalah seorang keturunan Tuhan.
c. Peran
Klien tidak bisa bekerja dan beraktivitas seperti orang yang lainnya.
d. Ideal diri
Klien mengkatan jika saya sembuh nanti saya akan lebih rajin beribadah
e. Harga diri
Klien mengatakan ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai macam
penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan.

3) Hubungan social
a. Orang Terdekat
Orang terdekat dengan klien adalah orangtuanya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok maupun masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

4) Spiritual
Klien sangat taat beribadah

VII. Status Mental


a. Penampilan
Cara berpakaian klien seperti pemuka agama, dan selalu bersih karena diganti tiap
hari.
b. Pembicaraan
Klien ketika berbicara mengungkapkan dengan nada tegas.
c. Aktivitas motorik
Wajah klien tampak tegang saat diajak berbicara, matanya melotot
d. Alam perasaan
Merasa bangga yang berlebihan, karena klien berpikir dia adalah Keturunan Tuhan.
e. Interaksi selama wawancara
Selalu mempertahankan pendapatnya, dan kebenaran dirinya
f. Persepsi-sensori
Klien selalu mengatakan bahwa ia adalah keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya
dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan.
g. Proses pikir
a) Arus pikir dan bentuk pikir
Klien selalu mengatakan bahwa “aku adalah anak tuhan, sembahlah aku karena
sama saja kamu menyembah tuhanmu”
b) Isi pikir
Klien merasa bahwa dirinya adalah keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya
dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat berbicara dengan tuhan.
h. Tingkat kesadaran
Klien kelihatan bingung.
i. Memori
Klien selalu mengatakan tidak sesuai kenyataan, seperti mengaku dirinya keturunan
tuhan dan bisa menymbuhkan penyakit.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung sederhana dengan baik.

VIII. Pohon masalah

Effect Kerusakan komunikasi verbal

Core problem Perubahan proses pikir; waham kebesaran

Causa Kesiapan peningkatan konsep diri

IX. Diagnosa keperawatan


1. Perubahan proses pikir : Waham kebesaran
2. Gangguan konsep diri
3. Kesiapan peningkatan konsep diri

X. Analisa Data

No. Data Masalah


1. Subjektif : Perubahan proses pikir:
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah Waham Kebesaran
keturunan tuhan, ia meyakini bahwa dirinya
dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit
dan dapat berbicara dengan tuhan.
Objektif :
- Klien berbicara dengan nada tegas
- Wajahnya tegang dan mata melotot
- Klien berbicara secara berulang-ulang.

2. Subjektif : Gangguan komunikasi


- verbal
Objektif :
- Klien berbicara secara berulang-ulang
- Mata melotot

3. Subjektif : Kesiapan peningkatan


Klien merasa dirinya tampan tanpa ada konsep diri
kecacatan atau kekurangan pada dirinya.
Objektif :
-

XI. Perencanaan keperawatan


Perencanaan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum: 1. Ekspresi wajah 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
Klien dapat bersahabat dengan menggunakan prinsip percaya menjadi
berkomuni kasi 2. Ada kontak komunikasi terapeutik. dasar interaksi
dengan baik dan mata a. Sapa klien dengan ramah selanjutnya
terarah. 3. Mau berjabat baik verbal maupun non sehingga dapat
tangan verbal terbina hubungan
TUK 1 : 4. Mau menjawab b. Perkenalkan diri dengan saling percayadan
Klien dapat salam sopan klien lebih terbuka
membina 5. Klien mau c. Tanyakan nama lengkap merasa aman dan
hubungan saling duduk dan nama panggilan yang mau berinteraksi
percaya berdampinga disukai
6. Klien mau d. Jelaskan tujuan pertemuan
mengutarakan e. Jujur dan menepati janji
rasanya f. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya Meningkatkan
orientasi klien
1.2 Jangan membantah dan pada realita dan
mendukung waham klien meningkatkan rasa
a. Katakan perawat menerima percaya klien pada
keadaan keyakinan klien. perawat
“saya menerima keyakinan
anda “.
b. Katakan perawat tidak
mendukung. “sukar bagi
saya untuk dapat
mempercayainya”.

1.3 Yakinkan klien dalam keadaan


aman dan terlindung.
a. “ anda berada di tempat
yang aman dan terlindung”
b. Gunakan keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien sendirian.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Beri pujian pada penampilan dan


Klien dapat 1. Klien mampu kemampuan klien yang realistis. Reinforcement
mengident mempertahankan adalah penting
ifikasikan aktivitas sehari- 2.2 Diskusikan dengan klien untuk meningkatkan
kemampua n yang hari kemampuan yang dimiliki pada kesabaran diri
dimiliki 2. Klien dapat waktu lalu dan saat ini yang klien.
mengontrol realistis. (hari-hari terlibat
wahamnya diskusi dengan waham).
Mengetahui
penyebab
2.3 Tanyakan apa yang bisa curiga dan
dilakukan (kaitkan dengan intervensi
aktivitas sehari-hari dan selanjutnya.
perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukan saat
ini.

2.5 Jika klien selalu bicara tentang


wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
(perawat perlu memperhatikan
bahwa klien penting).
TUK 3 : Kriteria Evaluasi Dengan
3.1 Observasi kebutuhan klien
Klien dapat 1. Kebutuhan klien meningkatkan
sehari-hari
mengident ifikasi terpenuhi aktivitas tidak akan
kebutuhan yang 2. Klien dapat 3.2 Diskusikan kebutuhan klien mempunyai waktu
tidak terpenuhi melakukan yang tidak terpenuhi selama untuk mengikuti
aktivitas secara di rumah maupun di rumah wahamnya.
terarah sakit.
3. Klien tidak
menggunakan/m 3.3 Hubungkan kebutuhan yang
em bicarakan tidak terpenuhi dengan
wahamnya timbulnya waham
3.4 Tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi kebutuhan
klien dan memerlukan waktu
dan tenaga.Atur situasi agar
klien tidak mempunyai
waktu untuk menggukan
wahamnya
TUK 4: Kriteria Evaluasi: Reinforcement
4.1 Berbicara dengan klien dalam
Klien dapat 1. Klien mampu adalah penting
konteks realitas (realitas
berhubung an berbicara secara untuk meningkatkan
diri,realitas orang lain, waktu
dengan realitas. realitas kesadaran klien
2. Klien mengikuti dan tempat)
akan realitas
terapi aktivitas 4.2 Sertakan klien dalam terapi
kelompok aktivitas kelompok : orientasi
realitas
4.3 Berikan pujian pada tiap
kegiatan positif yang dilakukan
klien.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan keluarga
Klien dapat 1. Keluarga dapat tentang. Perhatian keluarga
dukungan keluarga membina  Gejala waham dan pengertian
hubungan  Cara merawatnya keluarga akan dapat
saling percaya  Lingkungan keluarga membantu klien
dengan  Follow up dan obat dalam
perawat 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan mengendalikan
2. Keluarga dapat dengan bantuan perawat wahamnya
menyebutkan
pengertian,
tanda dan
tindakan untuk
merawat klien
dengan waham
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan klien dan
Klien dapat 1. Klien keluarga tentang obat, dosis, Obat dapat
mengguna kan obat menyebutkan frekuensi, efek dan akibat mengontrol waham
dengan benar manfaat, dosis dan penghentian yang dialami klien
efek samping obat 6.2 Diskusikan perasaan klien
2. Klien dapat setelah makan obat.
mendemonstrasika 6.3 Berikan obat dengan prinsip 5
n penggunaan obat benar dan observasi setelah
dengan benar makan obat
3. Klien memahami
akibat berhentinya
obat tanpa
konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat
menyebutkan
manfaat, dosis dan
efek samping obat
5. Klien dapat
mendemonstrasika
n penggunaan obat
dengan benar
6. Klien memahami
akibat berhentinya
obat tanpa
konsultasi
7. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat

Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan.


SP 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Klien bicara konteks realita.
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 2 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuasn yang dimiliki.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan 2)
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
4. Masukan dalam jadwal
SP 1 Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan proses terjadinya waham.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
4. Latih (stimulasi) cara merawat.
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
BAB 1V
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 1
SP/Dx : 1/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat : Shafiyah

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan atau Allah SWT., ia
meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat
berbicara dengan Tuhan.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 TUK 3 Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Tindakan Keperawatan :
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Klien bicara konteks realita.
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

Strategi Komunikasi
1. Fase Prainteraksi
Kondisi : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan atau Allah SWT.,
ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai macam penyakit dan dapat
berbicara dengan Tuhan.

2. Fase Orientasi :
 Salam Terapeutik
"Selamat pagi, perkenalkan nama saya shafiyah, saya perawat yang dinas pagi
ini di ruang Mawar Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?". Saya dinas
dari pukul 07.00-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini.
 Evaluasi/validasi
"Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?
 Waktu
" Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?""Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?"

3. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan abang kali ini” "Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B
adalah seorang nabi, tapi sulit hagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya
semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bang?" "Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B
rasakan?" "O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?"

"Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?" "Jadi ibu yang terlalu
mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?"
"Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?" "O... bagus abang sudah punya rencana
dan jadual untuk diri sendiri"
"Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang"
"Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya".

4. Fase Terminasi
"Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?"
"Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus" "Bagaimana kalau jadual ini abang
coba lakukan, setuju bang?"
"Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?"
"Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?".

Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 2
SP/Dx : 2/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat : Angga

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah dan tidak senang jika ada yg
mengatur dirinya. Klien ingin melakukankegiatan yg disenangi tetapi selalu dilarang
keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 2 Klien dapat mengident ifikasikan kemampua n yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuasn yang dimiliki.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki
4. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
1. Fase Prainteraksi
Kondisi : Klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah dan tidak senang
jika ada yg mengatur dirinya. Klien ingin melakukankegiatan yg disenangi tetapi
selalu dilarang keluarga.

"Selamat pagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!" "Apakah bang B
sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?"

2. Fase Orientasi
"Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?" "Dimana enaknya kita
berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?" "Berapa lama bang B mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?"

3. Fase Kerja
"Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?"
"Wah... rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho B" (atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
"Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?"
"Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?"
"Wah..baik sekali permainannya" "Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B
ini ya, berapa kali sehari/seminggu bang B mau bermain volley?"
"Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?"
"Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?"

4. Fase Terminasi
"Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan abang?”
"Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita
buat ya?"
"Besok kita ketemu lagi ya bang?"
"Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?"
"Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?"
"Bagaimana kalau sekarang bang B teruskan kemampuan bermain volley
tersebut......."

Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 3
SP/Dx : 3/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat : Abror

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan ini baik pulang kerumah nanti.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 6 Klien dapat mengguna kan obat dengan benar
4. Tindakan Keperawatan :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan 2)
2. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
4. Masukan dalam jadwal

1. Fase Prainteraksi
Kondisi : Klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan ini baik pulang
kerumah nanti.

2. Fase Orientasi
"Selamat pagi bang B."
"Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali" "Sesuai dengan janji
kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang obat
yang bang B minum?" Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?""Berapa lama
bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?

3. Fase Kerja
"Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?"
"Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang"
"Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam I siang, dan jam 7 malam"
"Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu".
"Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa
saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar
"Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter".

4. Fase Terminasi
"Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang B
minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?"
"Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster"
"Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!"
"bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?""Sampai besok."

Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)
Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 4
SP/Dx : 4/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat : Sabilur

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit, sudah tidak pernah
mengatakan dirinya nabi lagi. Keluarga mengunjungi klien dan terlihat sedih dan
bingung dengan kondisi klien
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 5 Klien dapat dukungan keluarga.
4. Tindakan Keperawatan :
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan proses terjadinya waham.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
4. Latih (stimulasi) cara merawat.

1. Fase Prainteraksi
Kondisi Klien : sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit,
sudah tidak pernah mengatakan dirinya nabi lagi. Keluarga mengunjungi klien dan
terlihat sedih dan bingung dengan kondisi klien

1. Fase Pra Interaksi


"Selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di
ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu
siapa, senangnya dipanggil apa?"

2. Fase Orientasi
"Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara
merawat B di rumah?" "Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang
wawancara?"
"Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit"

3. Fase Kerja
"Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang
sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang
selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi
merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan
sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia
seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama: Bapak/Ibu mengerti B
merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena
setahu kami semua nabi sudah meninggal." "Kedua: bapak dan ibu harus lebih
sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik." "Ketiga: hal ini sebaiknya
dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi "Bapak/Ibu dapat bercakap-
cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B.misalnya: "Bapak/Ibu
percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan pernahdimiliki oleh anak)(kemampuan yang"Keempat:
Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?" (Jika anak mau mencoba berikan pujian)
"Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang"
"Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang. yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu
ini 71 namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum
secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi. jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan
dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B
kambuh kembali" (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat
kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat
sesuai jamnya, segera beri pujian.

4. Fase terminasi
"Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat B di rumah?"
"Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung ke rumah sakit." "Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak
dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara
merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi"
"Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?"
"Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu".

Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 5
SP/Dx : 5/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat : Afidatun

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
" Keluarga sudah mengerti tentang kondisi klien dan cara merawatnya dirumah. Cara
minum obat dan jenis-jenis obat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 5 Klien dapat dukungan keluarga.
4. Tindakan Keperawatan :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
1. Fase Prainteraksi
Kondisi " Keluarga sudah mengerti tentang kondisi klien dan cara merawatnya
dirumah. Cara minum obat dan jenis-jenis obat.

2. Fase Orientasi
"Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi"
"Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu?"
"Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?" "Kita akan coba
disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?" "Berapa lama bapak dan ibu
punya waktu?"

3. Fase Kerja
"Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini"
"Bagus, betul begitu caranya" "Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian
kepada kemampuan yang dimiliki B. Bagus."
"Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?"
"Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B"
"Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?" (Ulangi lagi
semua cara diatas langsung kepada pasien)

Hari/Tanggal :
Pukul :
Pertemuan : Ke 6
SP/Dx : 6/Waham Kebesaran
Ruangan : Mawar
Nama Klien : Tn. D
Nama Perawat :Sabilur

Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dilatih langsung ke
klien. Kondisi klien sudah mampu mengikuti kegiatan harian di ruangan dan latihan
beberapa kemampuan.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Proses Pikir; Waham Kebesaran
3. Tujuan :
 TUK 5 Klien dapat dukungan keluarga.
4. Tindakan Keperawatan :
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

1. Fase Prainteraksi
Kondisi: Keluarga sudah mengerti cara merawat klien dirumah dan sudah dilatih
langsung ke klien. Kondisi klien sudah mampu mengikuti kegiatan harian di ruangan
dan latihan beberapa kemampuan.

2. Fase Orientasi
"Selamat pagi pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B
selama dirumah"
"Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat B?"
"Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di
sini"
"Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu
menyelesaikan administrasi di depan,

3. Fase Kerja
"Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira
dapat dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap
menjalankan di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau
T (tidak mau melaksanakan)."
"Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang
nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi Suster E di Puskesmas .... puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0321) 321xxx.Selanjutnya suster E yang akan
membantu memantau perkembangan B selama di rumah"

4. Fase Terminasi
"Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?"
"Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Inderapuri. Kalau ada
apa-apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Silakan menyelesaikan administrasi
ke kantor depan."
Konsep Terapi Aktifitas Kelompok
Kelompok adalah sekumpuulan orang yang saling berhubungan, saling bergantung
satu sama lain da menyepakati suatu tatanan norma tersebut. Individu dalam kelompok saling
mempengaruhi dan bertukar informasi melalui komunikasi. Dinamika dalam kelompok
bahkan dapat memfasilitasi perubahan perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila
kelompok ini di desain secara sistematik dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif atau dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifita
dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktifitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai dengan
perilaku pasien maladtif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan mnimbulkan distres serta
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Terapi menggunakan aktifitas
dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktifitas Kelompok. Dengan demikian, terapi
aktivitas kelompok sebagai bagian dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam
penanganan pasien gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok pasien (5-
12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanaan TAK adalah 20-40 menit untuk kelompok
yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah kohesif, TAK dapat berlangsung 60-120
menit (Budi Ana Keliat,2007).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapist (Yosep,2009). Sedangkan pengertian TAK orientasi realitas menurut
Purwaningsih dan karlina (2005), TAK orientasi realitas adalah upaya untuk
mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan atau
tempat, dan waktu.
1. TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)

Terapi aktivitas kelompok yang cocok untuk klien waham adalah


terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi (TAKSP) realitas diri karena
pada kasus ini klien mengalami gangguan orientasi pada dirinya sendiri,
klien mengingkari keadaan yang nyata.

Topik : waham kebesaran

Tujuan Umum : klien dapat mengontrol wahamnya

Tujuan Khusus:
Sesi 1: klien dapat memenuhi kebutuhannya

Sesi 2: klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Sesi 3: klien dapat berhubungan dengan realitas

BAB V

Proposal TAK Stimulus Persepsi : Mengontrol waham

1. Tujuan

a. Tujuan umum: klien mempunyai kemampun untuk menyelesaikan


masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulasi kepadanya.

b. Tujuan khusus :

- Klien dapat mempersepsikan yang paparkan.

- Klien dapat menyelesaikan masalah sesuai stimulus yang


dipaparkan.

2. Landasan Teori

Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa pada umumnya dengan


keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya mengamuk, diam saja,
mendominasi pembicaraan yang tidak sesuai realita. Terapi aktifitas
kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan
jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung
jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat
khususnya perawat jiwa harus mampu melakukan TAK secara tepat dan
benar. TAK adalah untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah
klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal antara anggota. Terapi yang menggunakan aktifitas
mempersepsikan stimulus yang terkait dengan pengalaman kehidupan dan
menetapkan alternatif penyelesaiannya. Klien yang mempunyai indikasi:
klien dengan semua gangguan perilaku.

3. Klien
a. Karakteristik Klien

Berdasarkan kajian yang dilakukan, karakteristik klien yang


dapat dilakukan dalam TAK ini adalah klien dengan perubahan isi
pikir: Waham.

b. Proses Seleksi

1) Hasil observasi sehari-hari di ruangan.

2) Informasi dari perawat ruangan.

3) Hasil diskusi kelompok.

4) Kontrak dengan klien yaitu kesadaran klien untuk mengikuti


kegiatan  berdasarkan kesepakatan mengenai kegiatan tempat dan
waktu.

4. Metode dan Media

a. Metode

1) Diskusi kelompok dan tanya jawab.

2) Latihan

3) Simulasi

b. Alat

1) Kertas HVS

2) Pensil

3) Spidol white

4) White board

5) Contoh obat-obatan

c. Setting

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

2) Ruangan nyaman dan tenang


Struktur Kerja Tim Terapis
K eterangan:
Muhammad Sabilur Rosyad (Leader)
Afidatun Amiyah (CO Leader)
Shafiyah Amalia (Fasilitator)
M Angga Kurniawan (Fasilitator)
Maulana Muhammad Abror (Observer)

5. Pengorganisasian
a. Waktu
1) Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Desember 2022
2) Jam : 13.00-13.45 WIB
3) Acara : 45 menit
a) Pembukaan : 5 menit
b) Perkenalan pada klien : 2 menit
c) Perkenalan TAK : 5 menit
d) Persiapan : 10 menit
e) Permasalahan : 20 menit
f) Penutup : 3 menit
b. Terapis
1) Leader
Bertugas :
a) Memimpin jalannya acara terapi aktifitas kelompok.
b) Memperkenalkan anggota terapi aktifitas kelompok.
c) Menetapkan jalannya tata tertib.
d) Menjelaskan tujuan diskusi.
e) Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
f) Kontrak waktu.
g) Menyimpulkan hasil kegiatan.
h) Menutup acara.

2) Co Leader
Bertugas :
a) Mendampingin leader jika terjadi bloking.
b) Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
c) Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah.

3) Observer
Bertugas :
a) Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir.
b) Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok.
c) Mengobservasi perilaku pasien.
4) Fasilitator
Bertugas:
a) Membantu klien meluruskan dan menejelaskan tugas yang harus
dilakukan.
b) Mendampingi peserta TAK.
c) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok.
d) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan.
6. Proses Pelaksanaan
a. Perkenalan
1) Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh
pembimbing untuk memulai menyebut nama, kemudian leader
menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok.
2) Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu
menunjukkan tangannya.
3) Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta izin pada
perawat.
4) Pada akhir perkenalan pemimpn mengevaluasi kemampuan identifikasi
terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh
leader.

b. Permainan
1) Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas atau
tempat yang telah ditentukan dan duduk membentuk lingkaran.
2) Leader membuka kegiatan dengan mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri dan anggota terapis lain beserta perannya. Kemudian
leader meminta tiap klien untuk menyebutkan nama dan bertanya perasaan
klien saat itu.
3) Selanjutnya leader membacakan tujuan dari kegiatan dan aturan main yang
harus dipatuhi oleh klien. Setelah itu leader membuat kontrak waktu
dengan klien.
4) Kemudian co leader memutar kaset lagu. Ketika lagu dimulai, bola segera
dioperkan dari leader berjalan ke arah berlawanan jarum jam. Setelah satu
putaran, bola berhenti tepat pada leader dan leader memberikan contoh
kepada klien dengan memperkenalkan diri,menceritakan hal-hal apa saja
yang selama ini dirasakan dan dipikirkan.
5) Setelah selesai, musik kembali dinyalakan dan bola kembali berputar yang
berlawanan dengan arah jarum jam untuk memperagakan apa yang telah
dicontohkan oleh leader. Begitu seterusnya hingga semua klien
mendapatkan giliran untuk mengungkapkan perilaku waham.
6) Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara dan
membacakan hasil kegiatan di akhir acara
c. Peer Review (Evaluasi Kelompok)
1) Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan
dirinya.
2) Klien mengemukakan perasaannya setelah mengemukakan tentang
perilaku halusinasi.
3) Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini.
d. Terminasi
1) Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan.
2) Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan
kelompok ini.

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi input
1) Tim berjumlah 7 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co leader, 4 fasilitator
dan 1 observer.
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
3) Peralatan tape recorder dan kaset berfungsi dengan baik.
4) Tersedia papan tulis dan spidol.
5) Klien memakai papan nama.
6) Tidak ada kesulitan memilih klien yangs sesuai dengan kriteria dan
karakteristik klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi.

b. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien dan berbaur dengan
klien.
3) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannya permainana.
4) 90% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan
aktif dari awal sampai selesai.

c. Evaluasi Output
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan.
1) 90% jumlah klien mampu menyebutkan identitas dirinya.
2) 80% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah sebagai stimulus
persepsi.
3) 90% dari jumlah klien berespon terhadap klien lain dengan mendengarkan
klien lain yang sedang berbicara.
4) 90% dari jumlah klien mampu mengikuti aturan main yang telah
ditentukan.
5) 50% dari jumlah klien mampu mengemukakan pendapat tentang terapi
aktifitas kelompok yang dilakukan.
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
SESI I : PEMENUHAN KEBUTUHAN

A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
2. Klien melakukan kegiatannya
3. Klien tidak membicarakan tentang wahamnya

B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja
2. Lingkungan tenang dan nyaman

C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol white board
4. White board

D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan

E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan :
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan.
2) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin.
3) Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja:
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil untuk
masing-masing klien.
c. Terapis menjelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
d. Terapis memberikan contoh bagaimana menuliskan daftar kebutuhan yang belum
terpenuhi.
e. Terapis meminta tiap-tiap klien untuk menuliskan daftar kebutuhan apa yang
belum terpenuhi selama di rumah sakit dan di rumah.
f. Terapis membimbing tiap-tiap klien sampai berhasil menuliskannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil menulis
daftra kebutuhan yang belum terpenuhi.

4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun daftar kebutuhan
yang belum terpenuhi.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien untuk memenuhi kebutuhannya yang


belum terpenuhi.

c. Kontrak yang akan datang:


1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK.

F. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama Peserta TAK


No Aspek yang di nilai

1 Menyebutkan pentingnya pemenuhan


ebutuhan kebutuhan sehari-hari.
2 menyebutkan kebutuhan apa saja yang belum
terpenuhi

Petunjuk: - Dilakukan = 1

- Tidak dilakukan = 0

TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM


SESI II : EKSPLORASI KEMAMPUAN
A. Tujuan
1. Klien mampu mempertahankan kemampuan yang dimilikinya selama ini.
2. Klien dapat mengontrol wahamnya dengan menggunakan kemampuannya dalam
kegiatan sehari-hari.
B. Setting
Klien duduk melingkar mengelilingi meja.

C. Alat
1) Kertas HVS sejumlah peserta
2) Pensil
3) Spidol white board
4) White board
D. Metode
1) Diskusi
2) Latihan

E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan :
a) Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b) Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi:
a) Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b) Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah kebutuhan klien sudah terpenuhi atau belum.
c) Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan permainan:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis.
c. Waktu TAK adalah 90 menit.
3. Tahap Kerja:
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing-masing sebuah pensil untuk
masing-masing klien.
c. Terapis meminta masing-masing klien untuk menuliskan kemampuan apa saja yang
dimilikinya saat ini yang realitas. (contoh: menjahit,menggambar, dll).
d. Terapis meminta masing-masing klien untuk menunjukkan kemampuannya tersebut
ke klien lain.
e. Terapis meminta untuk memasukkan kemampuan masing-masing klien ke dalam
jadwal kegiatannya sehari-hari.
f. Terapis membimbing masing-masing klien sampai berhasil menyelesaikannya.
g. Terapis memberikan pujian kepada masing-masing klien setelah berhasil
menyelesaikannya.

4. Tahap Terminasi:
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menuliskan kemampuan dan
mempraktekannya.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut: Terapis menganjurkan klien melaksanakan kemampuan masing-
masing klien untuk diterapkan di kesehariannya.
c. Kontrak yang akan datang:
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya.
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

F. Evaluasi dan Dokumentasi

Petunjuk:
- Dilakukan = 1
- Tidak dilakukan = 0
TAK STIMULUS PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
SESI III: BICARA DALAM KONTEKS REALITA

A. Tujuan
1. Klien berbicara secara realitas.

B. Setting
1. Tempat TAK di ruangan tenang dan nyaman.
2. Klien duduk melingkar.

C. Alat
1. Spidol
2. White boar

D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi

E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien.
2. Orientasi
a. Salam: terapis mengucapkan salam kepada klien.
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini.
2) Terapis menanyakan apakah klien sudah menerapkan yang dimiliki kedalam
jadwal kegiatannya sehari-hari.
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK.
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a. Klien mengikuti dari awal sampai akhir.
b. Bila klien ingin keluar dari kelompok, harus meminta izin pada terapis.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya melakukan bicara dalam konteks realita.
b. Terapis meminta klien untuk menyebutkan apa yang terjadi pada klien, identitas
klienm dan situasi yang di alami klien sehingga mengalami waham.
c. Biarkan klien untuk menyelesaikan apa yang dibicarakannya.
d. Jika klien mulai membicarakan tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada.
e. Tekankan kepada klien bahwa yang dibicarakan klien tersebut tidak benar dan
berikan penjelasan situasi yang sebenarnya.
f. Terapis melakukan yang sama secara bergantian kepada klien lain, dimulai dari
klien yang duduk di sebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua
mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK.
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut: Klien bisa menerima bahwa yang dipikirkannya salah dan
menerapkan bahwa yang dipikirkan selama ini salah/tidak sesuai realita.
c. Kontrak yang akan datang:Terapis menyepakati kegiatan TAK.
d. Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK berikutnya
Nama Peserta TAK
No Aspek yang di nilai
5. Evaluasi dan Dokumentasi

1 Menyebutkan apa yang terjadi pada klien,


identitas diri, dan situasi yang menyebabkan
Klien bisa keadaan yang sebenernya
klien menjadi waham.

Petunjuk:

- Dilakukan = 1

- Tidak dilakukan = 0
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha
MedikaKeliat, Budi Ana, 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
http://io-note.blogspot.co.id/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-
waham.html
http://askep33.com/2015/12/14/laporan-pendahuluan-waham/
http://mynewblogmanadosulawesiutara.blogspot.co.id/2016/08/asuhan-keperawatan-
pada-tn-fl-dengan.htm
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta. Graha
Ilmu Azizah, L.M., Zainuri, I., Akbar A. (2016) . Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Infomedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai