Anda di halaman 1dari 102

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH HARGA DIRI


RENDAH

Mata Kuliah :
Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu :
Dr. Lilik Marifatul Azizah,.S.Kep.Ns.,M.Kes
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Ananda Safa M (202001094)
2. Afrizal Machmudi (202001114)
3. Cristia Leonica P (202001119)
4. Muhammad Raihan (202001128)
5. Octavia Eka S (202001134)
6. Sari Sariftri D (202001136)
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI KABUPATEN
MOJOKERTO
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah (HDR)”, dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Universitas Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
Kami sadar akan segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dan
kami akan sangat bangga apabila makalah yang kami susun ini mendapatkan saran
maupun kritik yang bersifat membangun. Tidak lupa kami haturkan permohonan
maaf apabila makalah yang kami buat terdapat suatu kesalahan.
Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Mojokerto, 24 Oktober 2022

(Muhammad Raihan)

ii
iii
Daftar Isi
Cover......................................................................................................i
Judul.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
BAB I....................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................3
1. Latar Belakang.............................................................................3
2. Rumusan Masalah........................................................................5
3. Tujuan..........................................................................................5
BAB II...................................................................................................6
TINJAUAN TEORI..............................................................................6
1. Pengertian....................................................................................6
2. Proses Terjadinya HDR...............................................................7
a. Faktor predisposisi....................................................................7
b. Faktor presipitasi......................................................................7
3. Pathway........................................................................................9
4. Rentang Respon.........................................................................10
5. Tanda dan Gejala.......................................................................10
6. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................12
BAB III................................................................................................28
TINJAUAN KASUS...........................................................................28
1. Trigercase.....................................................................................28
2. Proses Keperawatan.....................................................................29
1. Terapi modalitas apa yang cocok pada keadaan klien adalah:........48
2. Model keperawatan yang cocok sesuai dengan keadaan klien
adalah:.................................................................................................48

1
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)................................................................................................50
BAB III................................................................................................78
PROPOSAL........................................................................................78
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI.....78
PENINGKATAN HARGA DIRI.....................................................78
BAB IV...............................................................................................93
PENUTUP...........................................................................................93
1. Kesimpulan..................................................................................93
2. Saran............................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................95

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit,
cacat, kelemahan, tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup
produktif. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain
dalam memenuhi kebutuhannya,untuk memenuhi kebutuhan tersebut individu
dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat
terpenuhi dan tingkat social di masyarakat lebih tinggi, kemudian ini
merupakan dambaan setiap manusia.
Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai suatu
pikiran negative terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan martabat
sendiri, individu akan merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan
merasa rendah diri, yang dikenal dengan gangguan kosep diri : Haga Diri
Rendah. Klien dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah yang tidak
ditangani akan mengisolasi diri,perubahan sensori persepsi halusinasi dengar
atau lihat, perilaku kekerasan, dan klien akan kurang memperhatikan
kebersihan diri. Oleh karena itu diperlukan perawatan intensif baik dari segi
kualitas maupun kuantitas dari pelayanan tenaga kesehatan termasuk
didalamnya adalah perawat.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep
diri: Harga Diri Rendah meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara
kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan
keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental
dan pencegahan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah. Sedangkan pada
peran kuratif perawat meencanakan dan melaksanakn rencana tindakan
keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan
3
pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep diri: Harga Diri
Rendah melalui pelayanan di rumah atau home visite.
Berdasarkan data statistik yang kami dapatkan pada ruang puri Nurani Rumah
Sakit Soeherto Heerdjan sepuluh bulan yang lalu di dapatkan data klien yang
mengalami Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah terdapat 1,72%,
Isolasi Sosial terdapat 9,38%, Resiko Perilaku Kekerasan terdapat 22,70%,
Perilaku Kekerasan 1,81, Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi terdapat
53,25% dengan jumlah pasien yang dirawat
Dari hasil proporsi yang didapat walaupun dalam jumlah kecil namun
diperlukan penangan khusus, pada klien dengan gangguan konsep diri: Harga
Diri Rendah dapat mengakibatkan cemas dan takut, individu akan takut
ditolak, takut gagal, dan dipermalukan akharnya cenderung untuk menarik
diri yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan orientasi realita.
Komplikasi yang berbahaya adalah individu mempunyai keinginan untuk
menciderai dirinya.

4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah (HDR)?
2. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah (HDR)?
3. Bagaimana proses keperawatan dengan klien harga diri rendah (HDR)?
4. Bagaimana gambaran kasus pada klien dengan harga diri rendah (HDR)?
5. Bagaimana proses keperawatan pada kasus tersebut ?

3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari harga diri rendah (HDR).
2. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah dengan harga diri rendah
(HDR).
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada klien dengan harga diri
rendah (HDR).
4. Untuk mengetahui gambaran kasus pada klien dengan harga diri rendah
(HDR).
5. Untuk mengetahui proses keperawatan (trigger case) pada kasus tersebut

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuard dan Sudeen dalam
Keliat, 1992).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat
yang dimiliki seseoranf terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu
ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk
kemampuan dan patut dipertimbangkan (Towsend, 2005).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat,
1998).
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa
harga diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Harga diri rendah (HDR) merupakan evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara

6
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.

2. Proses Terjadinya HDR


Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain:

a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi (Budi Ana keliat, 1992)
 Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor konstribusi
pada gangguan konsep diri.
 Anak yang tidak menerima kasih saying
 Individu yang tidak mengerti akan dengan tujuan kehidupan akan
gagal menerima tangguang jawab untuk diri sendirid. Penolakan orang
tua, harapan yang tidak realistis, tergangtung pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi (Stuard and Sudeen, 1998)
 Penolakan orang tua
 Harapan orang tua yang tidak realistis
 Kegagalan yang berulang kali
 Kurang mempunyai tanggung jawab personal
 Ketergantungan pada orang lain
 Ideal diri tidak realistis

b. Faktor presipitasi
1. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah :
 Hilangnya sebagian anggota tubuh
 Berubahnya penampilan atau bentuk tubuh
 Mengalami kegagalan
 Menurunnya produktivitas
2. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) dapat terjadi secara
situasional maupun kronik :
7
a. Situasional
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul tiba–tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi nara pidana sehingga harus masuk
penjara. Selain itu dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi
tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
b. Kronik
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat.klien sudah memiliki pikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi atau presipitasi diatas bila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun
bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping individu
tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping
individu inefektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada
intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien
tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi
sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien
asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncull
resiko perilaku kekerasan.
3. Teori para Ahli mengenai Harga Diri Rendah
Peplau dan Sulivan dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa
pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me,
not me, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan, kelak akan

8
menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping
yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan
sosial, pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial seperti
perasaan dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi
individu. Keadaan seperti ini dapapt menyebabkan stres dan
menimbulkan penyimpangan perilaku seperti harga diri rendah.

3. Pathway
Ideal diri tidak Penolakan dari Kegagalan berulang
realistis orang lain kali

Evaluasi negatif terhadap


kemampuan diri

Gangguan konsep diri

Ketidakpercayaan diri

Merasa tidak berharga

Rendah diri

(Harga Diri Rendah)

9
4. Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Mal adaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan
sesuai dengan kenyataan
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa
gagal mencapai keinginan
4. Kerancunan identitas
Ketidakmampuan indIvidu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-lain
5. Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.

5. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klieng dengan gangguan harga diri rendah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
10
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Tidak berani menatap lawan bicara
f. Lebih banyak menunduk
g. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

11
6. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 :
3)
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
I. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang
: nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang
akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM,
tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
II. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit
sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah
klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa
tidak mampu.
III. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah
melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan

12
tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan
kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor
presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang
gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.

Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah


penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
IV. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan,
dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
Memeriksa apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada
klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi.
V. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
Penelusiran genetic yang menyebabkan / menurunkan
gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat
ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh
yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada klien
harga diri rendah klien cenderung merendahkan dirinya

13
sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa bersalah terhadap
diri sendiri..
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai
laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga
diri rendah klien lebih banyak menunduk, kurang percaya
diri, dan tidak berani menatap lawan bicara
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan /
kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut. Pada klien HDR tidak mampu
melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai
dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari
individu tersebut.

d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan
martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Perawat menganalisa

14
bagaimana hardiri dengan klien yang harga diri rendah.
Pada klien dengan harga diri rendah klin merasa malu
terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang
pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya
diri kurang.

3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien,
tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,
tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
orang yang mengalami HDR cenderung menarik diri dari
lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien HDR
cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi
spiritualnya

VI. Status mental


1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian
tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,

15
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien. Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang
memperhatikan perawatan diri, klien dengan harga diri rendah
rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit
kotor dan gigi kuning.

2. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung
gagap, sering terhenti / bloking, lambat, membisu,
menghindar, dan tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering
menunduk, tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa
malu.
4. Afek dan Emosi
Klien cederung datar ( tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan ).

5. Interaksi selama wawancara


Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak
kurang ( tidak mau menatap lawan bicara ).

6. Proses Pikir
a. Bentuk fikir

16
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking
( pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali ).

b. Isi fikir
Klien cenderung pesimisme, percaya diri kurang,
dan penolakan terhadap kemampuan diri.

7. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang
penyakitnya.
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang
lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
atau masalah sekarang.
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
VIII. Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll ataukah menggunakan
cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.

17
2. Diagnosa Keperawatan

a. Pohon masalah
Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)
b. Isolasi social : menarik diri
c. Koping individu tidak efektif
d. Koping keluarga tidak efektif

18
3. Rencana Tindakan Keperawatan

Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Diagnosa Perecanaan
Tgl Intervensi Rasional
kepeawatan Tujuan Kriteria evaluasi

harga diri rendah. Tujuan umum:

Klien dapat
melakukan
hubungan sosial
secara bertahap.

Tujuan khusus I Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
: percaya. akan menimbulkan
 Klien dapat
kepercayaan klien pada
Klien dapat mengungkapkan a. Sapa klien dengan
perawat sehingga akan
membina perasaannya. ramah, baik verbal
memudahkan dalam
hubungan saling  Ekspresi wajah maupun nonverbal.
pelaksanaan tindakan
percaya. bersahabat. b. Perkenalkan diri

19
 Ada kontak dengan sopan. selanjutnya.
mata. c. Tanya nama
 Menunjukkan lengkap klien dan
rasa senang. nama panggilan
 Mau berjabat yang disukai klien.
tangan. d. Jelaskan tujuan

 Mau menjawab pertemuan, jujur

salam. dan menepati janji.

 Klien mau duduk e. Tunjukan sikap

berdampingan. empati dan

 Klien mau menerima klien

mengutarakan apa adanya.

masalah yang f. Beri prhatian pada

dihadapi. klien.

1.2 Beri kesempatan untuk


mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di

20
deritanya.

1.3 Sediakan waktu untuk


mendengarkan klien.

1.4 Katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung
jawab serta mampu
menolong dirinya
sendiri.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan meningkatkan


2: kemampuan dan aspek harga diri klien.
 Klen mampu
positif yang dimiliki
Klien dapat mempertahankan
klien dan beri
mengidentifikasi aspek yang
pujian/reinforcement
kemampuan dan positif.
atas kemampuan
aspek positif
mengungkapkan
yang dimiliki.
perasaannya.

21
2.2 Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
pujian yang realistis.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan Peningkatan kemampuan


3: kemampuan klien yang mendorong klien untuk
 Kebutuhan klien
masih dapat di mandiri.
Klien dapat terpenuhi.
gunakan saat sakit.
menilai  Klien dapat
kemampuan yang melakukan 3.2 Diskusikan juga
dapat digunakan. aktifitas terarah. kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan


4: klien aktifitas yang secara mandiri modal awal
 Klien mampu
dapat dilakukan setiap untuk meningkatkan harga

22
Klien dapat beraktifitas hari sesuai diri.
menetapkan dan sesuai kemampuan: kegiatan
merencanakan kemampuan. mandiri, kegiatan
kegiatan sesuai  Klien mengikuti dengan bantuan
dengan terapi aktifitas minimal, kegiatan
kemampuan yang kelompok. dengan bantuan total.
dimiliki.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien
5: untuk mencoba akan mengetahui
 Klien mampu
kegiatan yang kemampuannya.
beraktifitas

23
Klien dapat sesuai direncanakan.
melakukan kemampuan.
5.2 Beri pujian atas
kegiatan sesuai
keberhasilan klien.
kondisi sakit dan
kemampuannya. 5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
6: kesehatan pada pengertian keluarga akan
 Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
Klien dapat melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
memanfaatkan yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
sistem  Klien mau
pendukung yang memberikan 6.2 Bantu keluarga
ada dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga


menyiapkan

24
lingkungan di rumah

25
4. Implementasi atau Strategi Pelaksanaan (SP)

Harga Diri Rendah


Pasien Keluarga
SP1 SP1
1) Mengidentifikasi kemampuan 1) Mengidentifikasi masalah
positif yang dimiliki. yang dirasakan dalam merawat
2) Menilai kemampuan yang pasien.
dapat digunakan. 2) Menjelaskan proses terjadinya
3) Memilih kemampuan yang hdr
akan dilatih. 3) Menjelaskan tentang cara
4) Melatih kemampuan pertama merawat pasien.
yang telah dipilih. 4) Bermain dalam merawat
5) Memasukan dalam jadwal pasien hdr.
kegiatan pasien. 5) Menyusun rtl keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
SP2 SP2
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) Evaluasi Sp 1.
1) 2) Latih keluarga langsung
2) Memilih kemampuan kedua kedepan.
yang dapat dilakukan 3) Menyusun RTL keluarga/
3) Melatih kemampuan yang jadwal keluarga untuk
dipilih merawat klien.
4) Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien.
SP3 SP3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) Evaluasi kemampuan keluarga.
1dan 2). 2) Evaluasi kemampuan pasien.
2) Memilih kemampuan ketiga 3) RTL keluarga: follow up,
yang dapat dilakukan. rujukan.

26
3) Melatih kemampuan 3 yang
dipilih
4) Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.

5. Evaluasi

Adapun hal-hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep


diri : harga diri rendah adalah :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit
d. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
g. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
h. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh
i. Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan masalah yag
dihadapi
j. Klien dapat melakukan tindakan pengamilan integritas tubuh

27
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Trigercase
Klien S 20 tahun, masuk RSJ dengan alasan sering menangis, sering
berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya orang terbodoh,
mengurung diri, gelisah tidak bisa tidur dan suka berkata bahwa dirinya tidak
berguna dan tidak berharga karena tidak bisa membanggakan orang tuanya.
Sudah dua kali ini klien dirawat dengan alasan yang sama.

Penyebab klien menangis adalah setiap klien melihat anak berseragam


sekolah. Klien merasa putus asa karena mengingat dirinya tidak lulus SMA
dan hanya dia satu-satunya siswa yang tidak lulus di sekolahnya. Sejak saat
itu pula klien juga diputus oleh pasangannya sehingga membuat klien merasa
semakin tidak berharga dan tidak ada yang membutuhkan dirinya. Saat klien
bercerita mengenai permasalahannya, klien tidak berani menatap mata
perawat dan selalu menunduk saat diajak berbicara. Klien berbicara sangat
pelan dan sesekali terisak. Klien merasa minder dan jarang berbaur dengan
keluarga karena kakak-kakak klien sukses dalam pendidikan. Kakak-kakak
klien adalah seorang dosen dan sarjana pendidikan sedang ayah klien adalah
seorang pengusaha sukses. Menurut keluarga (ibu dan kakak-kakaknya) klien
sangat sensitif dan sering bicara sendiri meminta maaf karena dia merasa
bersalah, tidak berguna dan berharga sebagai anak. Klien sering menangis dan
jika sedang menangis, ayah klien sering menegurnya dengar keras dan
memarahinya sehingga klien mengurung dirinya di kamar.

28
2. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Alamat :-
Suku /bangsa : Jawa / Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan : SMP
Ruang rawat : Ruang Melati
Rekam Medik :-
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-
b. Faktor Presipitasi
Alasan MasukDitegur dengan keras dan dimarahi ayah saat klien
menangis.
1. Factor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Ibu klien mengatakan bahwa Nn. S sudah pernah menderita
gangguan jiwa sebelumnya
2. Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan
tindakan kriminal .
3. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.

29
4. Penilaian Primer
Klien menganggap stressor yang mempengaruhi keadaan klien saat
ini sangat berarti untuk klien.Karena semua stressor tersebut
membuat keadaan klien terganggu yang ditandai dengan klien
menjadi sangat sensitif, menyalahkann diri sendiri dan menangis,
saat klien melihat anak berseragam SMA.
5. Penilaian Sekunder
a. Dari segi ekonomi klien adalah anak yang bisa dibilang gagal
dalam pendidikannya.
b. Motivasi dalam diri klien sangat rendah karena klien sudah tidak
memperdulikan diri dan penampilannya sehari-hari. Hal ini
dibuktikan dengan klien yang tidak mau mandi jika tidak
disuruh dan personal hygiene klien sangat buruk.
c. Dari sisi dukungan sosial yang dimiliki klien masih kurang ,
terbukti dengan klien yang merasa ditegur atas kesalahannya.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien yaitu
menangis.Mekanisme ini tidak menyelesaikan masalah melainkan
menghindar dan melampiaskannya.
 Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital :
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 36,5 c
RR : 20x/mnt
Ukuran BB : - TB : -

30
4. Psikososial
2. Genogram

Keterangan :

45

: Perempuan (45th) : Tinggal serumah

50
:

:Laki-laki (50 th) : Klien / pasien

3. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai klien
b. Identitas Diri
Sebelum masuk Rumah Sakit, klien sering menangis, sering
berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya orang
terbodoh, mengurung diri, gelisah tidak bisa tidur dan suka
berkata bahwa dirinya tidak berguna dan tidak berharga karena

31
tidak bisa membanggakan orang tuanya. Sudah dua kali ini klien
dirawat dengan alasan yang sama.

c. Fungsi Peran
Menurut keluarga (ibu dan kakak-kakaknya) klien sangat sensitif
dan sering bicara sendiri meminta maaf karena dia merasa
bersalah, tidak berguna dan berharga sebagai anak.

d. Ideal diri
Harapan klien terhadap dirinya mempunyai semangat dalam
menjalani hidup kedepannya. klien tidak merasa minder lagi dan
merasa bersalah kepada keluarganya dan bisa berinteraksi kepada
keluarga dan teman-temannya.

e. Harga diri
Klien merasa minder dan jarang berbaur dengan keluarga karena
kakak-kakak klien sukses dalam pendidikan

4. Hubungan Sosial
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ biasanya kalau ada
masalah selalu cerita kepada orang tuanya terutama ibunya,
sedangkan semenjak dia masuk RSJ, keluarganya tidak peduli
dengannya dan ayahnya sering memarahi anaknya ketika sedang
menangis. Dan dalam lingkungan keluarga dia lebih memilih untuk
menyendiri dikamar. Dalam lingkungan masyarakat dan sekitarnya
karena klien tidak mau berinteraksi karena klien merasa tidak ada
yang membutuhkan dirinya.
5. Spiritual
Klien mengaku beragama islam, tetapi semenjak dia masuk RSJ
dia mengalami distress spiritual karena dia hanya diam, dan
mengurung diri dikamar dan tidak pernah melakukan ibadah. Beda

32
sebelumnya saat dia masih dirumah, dia setiap hari melakukan
ibadah bersama kedua orang tuanya.
i. Status Mental
1. Penampilan
Tidak ditemukan
2. Pembicaraan
Klien saat diajak bicara cenderung diam dan tidak maumenjawab
pertanyaan dari perawat, klien tampak melamun.
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat saat diwawancarai dan
pasien menunduk saat diajak bicara.
4. Affect dan emosi
Klien tampak sedih dan sesekali terisak. Raut wajah datar dan
menunduk atau tidak mau menatap wajah perawat saat di
wawancarai.
5. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, klien diam dan
menunduk, tidak mau menatap mata perawat.
6. Persepsi
Perawat melihat tanda-tanda klien negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan.
7. Proses fikir
Klien sering menunduk dan diam saat diajak berkomunikasi.
Klien lebih suka menyendiri.
8. Isi pikir
Klien saat ini berfikir bahwa dirinya malu dan tidak berguna,
karena tidak lulus SMA dan tidak bisa seperti kakak-kakaknya yang
sukses dalam pendidikan.

33
9. Tingkat kesadaran
Waktu : klien kurang dapat mengetahui kapan dirinya masuk RSJ
dan dia kurang mengetahui kapan harus beraktivitas seperti mandi,
dan lain-lain, karena klien cenderung melamun, tidak mau kelaur
kamar, selalu sendiri dan diam.
Tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
Orang : klien masih dapat mengenali seseorang.
10. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru
terjadi. Klien masih ingat jam berapa dia bangun tadi, klien juga ingat
kapan dirinya tidak lulus SMA dan saat diputuskan pacarnya.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung saat diberi soal penambahan, klien
mampu menjawab dengan baik meskipun klien lambat dalam
menjawab.

34
j. Analisa Data
No. Data Problem

1. DS: Klien merasa minder karena Harga diri rendah


dia tidak lulus SMA sedang
kakak-kakak klien adalah
seorang dosen dan sarjana
pendidikan. Ayah klien juga
seorang pengusaha sukses.
DO: Saat ditanya klien tidak
berani menatap mata perawat
dan selalu menunduk. gaya
bicaranya sangat pelan.

2. DS: Klien sering mengurung diri Isolasi social


di kamar & tidak suka berbaur
dengan keluarga

3. DS: Klien tambah menangis saat Koping individu tidak


ditegur dan pergi mengurung efektif
diri di kamar

4. DS: Ayah klien menegur klien Koping keluarga tidak


dengan keras dan memarahi efektif
klien saat klien menangis.

35
I. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon masalah
Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)
b. Isolasi social : menarik diri
c. Koping individu tidak efektif
d. Koping keluarga tidak efektif

36
II. Rencana Tindakan Keperawatan

Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Diagnosa Perecanaan
Tgl Intervensi Rasional
kepeawatan Tujuan Kriteria evaluasi

Kerusakan interaksi Tujuan umum:


sosial: menarik diri
Klien dapat
berhubugan dengan
melakukan
harga diri rendah.
hubungan sosial
secara bertahap.

Tujuan khusus I Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
: percaya. akan menimbulkan
 Klien dapat
kepercayaan klien pada
Klien dapat mengungkapkan a.Sapa klien
perawat sehingga akan
membina perasaannya. dengan ramah,
memudahkan dalam
hubungan saling  Ekspresi wajah baik verbal
pelaksanaan tindakan
percaya. bersahabat. maupun nonverbal.

37
 Ada kontak b.Perkenalkan diri selanjutnya.
mata. dengan sopan.
 Menunjukkan c.Tanya nama
rasa senang. lengkap klien dan
 Mau berjabat nama panggilan
tangan. yang disukai klien.

 Mau menjawab d.Jelaskan tujuan

salam. pertemuan, jujur

 Klien mau duduk dan menepati janji.

berdampingan. e.Tunjukan sikap

 Klien mau empati dan

mengutarakan menerima klien

masalah yang apa adanya.

dihadapi. f.Beri prhatian


pada klien.

1.2 Beri kesempatan untuk


mengungkapkan
perasaanya tentang

38
penyakit yang di
deritanya.

1.3 Sediakan waktu untuk


mendengarkan klien.

1.4 Katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung
jawab serta mampu
menolong dirinya
sendiri.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan meningkatkan


2: kemampuan dan aspek harga diri klien.
 Klen mampu
positif yang dimiliki
Klien dapat mempertahankan
klien dan beri
mengidentifikasi aspek yang
pujian/reinforcement
kemampuan dan positif.
atas kemampuan
aspek positif
mengungkapkan

39
yang dimiliki. perasaannya.

2.2 Saat bertemu klien,


hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
pujian yang realistis.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan Peningkatan kemampuan


3: kemampuan klien yang mendorong klien untuk
 Kebutuhan klien
masih dapat di mandiri.
Klien dapat terpenuhi.
gunakan saat sakit.
menilai  Klien dapat
kemampuan yang melakukan 3.2 Diskusikan juga
dapat digunakan. aktifitas terarah. kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

40
Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan
4: klien aktifitas yang secara mandiri modal awal
 Klien mampu
dapat dilakukan setiap untuk meningkatkan harga
Klien dapat beraktifitas
hari sesuai diri.
menetapkan dan sesuai
kemampuan: kegiatan
merencanakan kemampuan.
mandiri, kegiatan
kegiatan sesuai  Klien mengikuti
dengan bantuan
dengan terapi aktifitas
minimal, kegiatan
kemampuan yang kelompok.
dengan bantuan total.
dimiliki.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

41
Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien
5: untuk mencoba akan mengetahui
 Klien mampu
kegiatan yang kemampuannya.
Klien dapat beraktifitas
direncanakan.
melakukan sesuai
kegiatan sesuai kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kondisi sakit dan keberhasilan klien.
kemampuannya.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
6: kesehatan pada pengertian keluarga akan
 Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
Klien dapat melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
memanfaatkan yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
sistem  Klien mau
pendukung yang memberikan 6.2 Bantu keluarga
ada dukungan. memberi dukungan

42
selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di rumah

43
Implementasi

Dx
Tgl/ jam Implementasi Evaluasi Ttd
Kep
05/10/2015 HDR 1. Mengidentifikasi kemampuan dan S :
SP1 aspek positif yang dimiliki klien.  Klien mengatakan mengatakan suka main
2. Memantau pasien menilai sosial network (online), membaca buku dan
kemampuan pasien yang masih menggambar kartun.
dapat digunakan .  Klien mengatakan lebih senang dan memilih
3. Membantu pasien memilih membaca buku.
kegiatan yang akan dilatih sesuai O :
dengan kemampuan pasien.  Klien mampu membaca novel dengan
4. Melatih pasien sesuai kemampuan bantuan , dengan motivasi, dengan wajah
yang dipilih. senang dan tanpa paksaan.
5. Memberikan pujian yang wajar  Klien memasukan ke dalam jadwal harian.
terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien untuk A : Klien membaca buku kurang optimal.
memasukan ke dalam jadwal Tujuan belum tercapai
harian.

44
P:
 Ulangi intervensi SP 1
 Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
09.00membaca novel
13.00membaca novel
06/10/2015 HDR 1. Mengidentifikasi kemampuan dan S :
SP1 aspek positif yang dimiliki klien.  Klien mengatakan sudah mampu membaca
2. Memantau pasien menilai novel dengan baik dan benar.
kemampuan pasien yang masih O :
dapat digunakan.  Klien mendemonstrasikan membaca novel
3. Membantu pasien memilih kegiatan dengan baik dan benar, senang dan wajah
yang akan dilatih sesuai dengan tanpa paksaan perawat.
kemampuan pasien.  Klien memasukan ke dalam jadwal harian
4. Melatih pasien sesuai kemampuan A : Tujuan tercapai, klien sudah mampu
yang dipilih membaca novel dengan baik dan benar.
5. Memberikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan pasien.
6. Menganjurkan pasien untuk

45
memasukan ke dalam jadwal harian. P :
 Pertahankan SP1
 Lanjutkan intervensi SP2
 Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
09.00membaca novel
10.00menggambar kartun
13.00membaca novel
13.30menggambar kartun
07/10/2015 HDR 1. Mengevaluasi jadwal harian pasien. S :
SP1, 2. Melatih kemampuan kedua.  Klien mengatakan mampu membaca novel
SP2 3. Menganjurkan pasien memasukan dengan baik dan benar, dan tidak terpaksa.
dalam jadwal harian.  Klien mengatakan belum mahir
menggambar kartun dengan benar dan
sempurna
O:
 Klien membaca novel dengan baik dan
benar. Klien menggambar kartun dengan

46
bantuan.

A : Klien sudah bisa membaca novel dengan


optimal, klien belum mahir menggambar
kartun dengan optimal, tujuan belum tercapai.

P:
 Ulangi intervensi SP2
 Bimbing klien untuk melakukan kegiatan
sesuai jadwal
07.00  membaca novel
10.00  menggambar kartun
13.00  membaca novel
13.30  menggambar kartun

47
1. Terapi modalitas apa yang cocok pada keadaan klien adalah:
a. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)
Karena pada terapi ini dapat membantu pasien untuk
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu
belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke
masyarakat.Dengan terapi ini perawat mengajarkan pasien untuk membuat dan
menggunakan aktifitas yang menyenangkan.Hal ini memberi kesempatan pada
pasien untuk mengikuti bermacam-macam kreasi dan membantu pasien untuk
menerapkan keterampilan yang telah dipelajari, misalnya membaca novel,
menggambar kartun ataupun animasi. Maka dengan mengajarkan hal tersebut
pasien akan merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan, pasien merasa
senang/ nyaman dan tidak merasa takut dengan lingkungannya, kebutuhan fisik
klien akan mudah terpenuhi. Dan pasien tidak tampak gelisah, tidak sering
melamun, tidak sering menangis lagi karena pasien dapat berinteraksi dengan
lingkungan. Misalnya: klien diajak jalan-jalan ke taman, diajak menari,
bermusik membaca, melukis/ menggambar, dan sebagainya.
b. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya
perawat yang berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur dengan
tujuan untuk meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, serta mengubah perilaku maladitf klien menjadi perilaku yang
adaptif.

2. Model keperawatan yang cocok sesuai dengan keadaan klien


adalah:
a Model Existensial (Ellis, Rogers)
Klien sering berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya orang
terbodoh suka berkata bahwa dirinya tidak berguna dan tidak berharga karena
tidak bisa membanggakan orang tuanya.

48
b Model Supportive Theraphy (Wermon, Rockland)
Pada aspek psikologisnya, klien merasa bersalah terhadap orang tuanya karena
dia gagal dalam pendidikannya.Dia juga habis diputus pacarnya sehingga dia
semakin merasa sedih, sering menangis.
Pada aspek sosialnya, klien susah bergaul selama di RSJ, menarik diri dan
hanya mengurung diri di kamar.

a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok dengan keadaan


klien adalah:
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok untuk kasus di atas “Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulus Presepsi” peningkatan harga diri. Karena TAK
penigkatan harga diri merupakan upaya untuk meningkatkan harga dirinya bagi
pasien menarik diri yang harga dirinya rendah.TAK peningkatan harga diri
memiliki tujuan untuk menerima dirinya sendiri dengan penuh kepercayaan,
menghargai dirinya, dan menilai positif diri sendiri. Adapun sesi-sesi dalam TAK
peningkatan harga diri yaitu sebagai berikut :
1. Sesi I: Identifikasi hal positif pada diri
Tujuan :
1. Klien dapat mengetahui pentingnya menghargai diri sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif diri.

2. Sesi II: Menghargai hal positif orang lain


Tujuan :
1. Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain.
3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain.

3. Sesi III: menetapkan tujuan hidup yang realistis


1. Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2. Klien menetapkan tujuan yang realistis.

49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
Hari/Tanggal : Senin, 31 Agustus 2022

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke – 1

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien :Klien terlihat murung, sering melamun, terkadang menangis, klien
banyak menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat pelan. Dan
klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, karena
mengingatklientidaklulus SMA, danhanyaklien yang tidak lulus.Klien
jugahabis di putuspasangannya.

Diagnosa Keperawatan :

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

1) TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya.


2) TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
3) TUK 3 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.

50
5) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.

51
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)

a) Mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki.


b) Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
c) Memilih kemampuan yang akan dilatih.
d) Melatih kemampuan pertama yang telah dipilih.
e) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
“Selamat pagi Mbak, perkenalkan nama saya Rengga Pratama, biasanya dipanggil
Rengga.Saya mahasiswa dari Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Kalau boleh
tahu nama Mbak siapa ?dan senangnya dipanggil apa ?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Mbak pagi ini ?Apakah masih ingat kenapa Mbak dibawa
ke sini?”
c. Kontrak
 Topik :“Mbak, bagaimana kalau kita mengobrol sebentar tentang
kemampuan atau hal – hal yang Mbak sukai dan ingin dilakukan?
Setelah itu kita akan menilai kegiatan mana yang masih dapat
dilakukan dan kemudian kita pilih salah satu kegiatan yang akan
kita latih.”
 Waktu :“Mbaknya mau mengobrol berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit saja?”
 Tempat :“Mbak ingin mengobrol dimana? Bagaimana jika di taman
rumah sakit saja?”
2. Tahap Kerja
“Mbaknya kalau dirumah biasanya suka melakukan kegiatan apa? Atau hobi mbak
itu apa saja?”

“Oh Mbak suka bermain sosial network (online) dan bermain piano.Bagus itu dan
sangat menambah wawasan dan kreatif. Lalu ada tidak hobi yang lain lagi?”
52
“Jadi mbak juga suka menggambar desain.”

“Kira-kira dari hobi yang telah disebutkan oleh mbak tadi, mungkin dapat kita
lakukan sekarang.Bagaimana jika kita bermain sosial network (online) sekarang
saja?”

“Wah, tampaknya mbak serius sekali.”

“Membuka sosial network lalu mencari dan melihat hal-hal yang bersifat
memotivasi seperti tadi bisa mbak lakukan disaat mbak sedang merasa tidak
mampu melakukan hal yang mbak harapkan.”

“Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan harian
Mbak S? Apakah Mbak S bersedia?”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif
“Bagaimana perasaan Mbak setelah berbincang – bincang sebentar dengan
saya?”
 Data Obyektif
Pasien dapat mengungkapkan kembali kegiatan yang disukai.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Mbak, nanti kita akan berlatih kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi,
saya harapkan Mbak mencoba mengingat-ingat lagi kegiatan lain yang ingin
dilakukan selama ini.
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “Baiklah Mbak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk
pertemuan kali ini. Nanti akan kita lanjutkan untuk melatih
kegiatan yang telah kita sepakati pada pertemuan berikutnya.”
 Waktu : “Menurut Mbak, enaknya nanti jam berapa kita melakukan
kegiatan bermain sosial network (online)? Bagaimana jika jam
13.00 WIB nanti?”
53
 Tempat : “Mbak ingin melakukan bermain sosial network
(online)dimana? Bagaiamana kalau nanti tetap di taman saja?
Kalau begitu, terima kasih atas kerjasamanya dan sampai jumpa
nanti.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

54
Hari/Tanggal : Senin, 1 September 2022

Pukul : 13.00 WIB

Pertemuan : Ke – 2

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien terlihat murung, sering melamun, terkadang menangis, klien
banyak menunduk dan pesimis, nada suara klien sangat pelan. Klien
telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
Tujuan Khusus : TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit
dan kemampuannya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)
a) Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih
b) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Mbak, masih ingat dengan saya yang tadi pagi ke sini?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Mbak sekarang?Apakah masih ingat dengan kegiatan
yang kita bicarakan tadi pagi dan ingin Mbak lakukan?”

55
c. Kontrak
 Topik : “Baiklah apakah Mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan
sekarang sesuai dengan kesepakatan kita tadi pagi?”
“Yah benar, kita akan melakukan kegiatan yang Mbak sukai
yakni, bermain sosial network (online)”

“Apakah Mbak sudah siap?”

 Waktu : “Mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?


Apa cukup?”
 Tempat : “Mbaknya ingin bermain sosial network (online) dimana?
Bagaimana kalau di taman seperti yang kita di sepakati kemarin.
2. Tahap Kerja
“Bagaimana apakah mbak siap melakukan kegiatan sekarang? Jika iya mari kita
pergi ke taman, sudah saya siapkan peralatannya.”

“Baik Mbak untuk kegiatan kedua kali ini yaitu bermain sosial network lagi ya.”
“ Bermain sosial network apa yang mbak sukai?”
“ Jadi mbak suka bermain facebook. Baik, saya akan menemani. Jika butuh apa-apa
nanti biar bisa saya bantu.”
“ Loh, mbak kenapa sepertinya menghindari akun-akun tertentu? Ada apa dengan
mereka? Jadi mereka teman-teman mbak.”
“ Mbak tidak perlu menghindari mereka/ siapa pun, sebaiknya mbak tetap
besosialisasi dengan mereka/ siapa pun.
“ Kegiatan ini bisa mbak lakukan untuk mengisi waktu luang.”
“Oh ya, bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan harian
Mbak S? Apakah Mbak Sbersedia?”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak S setelah melakukan kegiatan tadi?”
 Data Objektif
56
Pasien mampu melakukan kegiatan bermainsosial network(online) yang telah di
sepakati dengan baik.

b. Rencana Tindak Lanjut


“Baiklah Mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap Mbak tetap
melakukan kegiatan sosial network (online) jika ada waktu luang atau sedang
bosan. Jika ada kesulitan soal peralatan atau apa saja nanti bisa saya bantu.”
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “ Baiklah, kalau begitu bagaimana jika besok kita bertemu lagi
untuk merencanakan kegiatan selanjutnya yang ingin Mbak
lakukan?”
“Oya Mbak, bagaimana kalau besok bermain sosial network
(online) lagi?”
 Waktu : “Kalau mbak mau bertemu saya besok jam berapa? Bagaimana
kalau jam 09.00 saja?”
 Tempat : “Mbak ingin melakukan pertemuan selanjutnya dimana? Apa
tetap di sini atau ditempat lain? Bagaimana kalau tetap di taman
saja?

57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Selasa, 2 September 2022

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke – 3

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis dan klien
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain. Klien telah mengetahui
kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah melatih kegiatan
bermain sosial network (online) dengan baik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan Khusus : TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)
a) Melatih kemampuan pertama yang telah di pilih
b) Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Mbak, masih ingat dengan saya yang kemarinsiang ke sini?”
b. Evaluasi/ Validasi
“Bagaimana perasaan Mbak sekarang?Apakah masih ingat dengan kegiatan
yang kita bicarakan kemarinsiang dan ingin Mbak lakukan?”
c. Kontrak
 Topik : “Baiklah apakah Mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan
sekarang sesuai dengan kesepakatan kita kemarin siang?”
58
“Yah benar, kita akan melakukan kegiatan yang Mbak sukai
yakni, bermain sosial network (online)”
“Apakah Mbak sudah siap?”
 Waktu : “Mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
Apa cukup?”
 Tempat :“ Mbaknya ingin bermain sosial network (online) dimana?
Bagaimana kalau di taman seperti yang kita di sepakati kemarin.
2. Tahap Kerja
“Bagaimana apakah mbak siap melakukan kegiatan sekarang? Jika iya mari kita
pergi ke taman, sudah saya siapkan peralatannya.”

“Yasudah, silahkan mbak mulai mencari video motivasi, saya akan menemani.”
“ Wah, mbak tampaknya serius sekali.”
“Kegiatan seperti ini dapat mbak S lakukan juga di rumah, untuk mengisi waktu
luang, selain dapat menghilangkan kebosanan.”
“Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan harian
Mbak S? Apakah Mbak S bersedia?Baik terimakasih mbak.”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subjektif
“Bagaimana perasaan mbak S setelah melihat video motivasi tadi?”
 Data Objektif
Pasien mampu melakukan kegiatan bermain sosial network (online) yang
telah di sepakati dengan baik.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap Mbak tetap
melakukan kegiatan bermain sosial network (online) jika ada waktu luang atau
sedang bosan.”
c. Kontrak Akan Datang

59
 Topik : “Baiklah, kalau begitu bagaimana jika besok kita bertemu lagi
untuk merencanakan kegiatan selanjutnya yang ingin Mbak
lakukan?”
“Oya Mbak, saya ingin bertemu dan ngobrol-ngobrol dengan
orang tua Mbak S. Biasanya orang tua mbak S berkunjung jam
berapa? Oh,jadi orang tua mbak S berkunjung jam 10.00 WIB.
Baiklah kalau begitu besok saya menemui orang tua mbak S.
Bolehkan saya menemui orangtua Mbak untuk mengobrol
sebentar?”
 Waktu : “Kalau mbak mau bertemu saya besok jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00 saja?”
 Tempat : “Mbak ingin melakukan pertemuan selanjutnya dimana? Apa
tetap di sini atau ditempat lain? Bagaimana kalau tetap di taman
saja?

60
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Rabu, 3 September 2022

Pukul : 10.00 WIB

Pertemuan : Ke – 4

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis dan klien
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain. Klien telah mengetahui
kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan tampak bermain sosial
network (online) dengan baik.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP1 (Keluarga)

a) Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.


b) Menjelaskan proses terjadinya HDR.
c) Menjelaskantentangcaramerawatpasien.
d) Bermain peran dalam merawat pasien HDR.
e) Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien.

61
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat sore Bapak/Ibu! Apakah benar Bapak/ Ibu keluarga dari mbak S?”
“Perkenalkan nama saya Monika Juniarsih, saya biasa dipanggil Suster Monik
atau mbak Monik, saya adalah mahasiswi dari STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO yang sedang praktik disini, dan saya adalah perawat yang
bertugas pada pagi hari ini.”
“Nama Bapak/Ibusiapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimanakeadaanmbak S sekarang?Apakah sudah ada perkembangan?”
c. Kontrak
 Topik :“BaiklahBapak/Ibu, bagaimanakalaupagihariinikitabercakap-
cakap sebentar tentang kondisi mbak S? Dan nanti saya juga akan
memberikan beberapa informasi yang perlu Bapak/ Ibu ketahui
tentang mbak S.”
 Waktu : “Kira – kira Bapak/Ibu bisanya berapa lama ? Bagaimana Kalau
30 menit saja? Apakah Bapak/ Ibu bersedia.”
 Tempat : “Bapak/Ibu ingin mengobrol dimana ? Bagaimana jika di ruang
perawatan saja?”
2. Tahap Kerja
“Kira – kira apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang masalah mbak S?”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, mbak S itu memang terlihat murung, sering
melamun, dan sulit berinteraksi dengan orang lain, serta terkesan tertutup. Sehingga
Bapak/ Ibu mengalami kesulitan dalam memahami mbak S dan tidak tahu harus
berbuat apa. Namun perlu Bapak/ Ibu ketahui bahwa dari perilaku yang ada pada
mbak S tersebut.Merupakan ciri – ciri dari orang gangguan jiwa yakni dengan
harga diri rendah.Hal tersebut biasanya terjadi karena adanya kegagalan dalam
mencapai keinginan, sehingga hilangnya kepercayaan diri.Juga karena adanya

62
penolakan dari orang terdekat termasuk orang tua, sehingga mengakibatkan
berkurangnya ideal diri.

“Dan perlu Bapak/Ibu ketahui lagi bahwa mbak S sering mengatakan bahwa dirinya
sudah tidak berguna lagi karena tidak mampu mewujudkan impian Bapak/ Ibu
untuk menjadi orang sukses seperti kakak - kakaknya, dia merasa gagal dalam
mencapai kesuksesan tersebut. Mbak S juga habis di putus sama pacarnya.
Sehingga dia merasa kurang percaya diri akan kemampuannya dan mengakibatkan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Dan bila
keadaan ini terus terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan masalah yang lebih
berat lagi, misalnya sering uring – uringan, bahkan dapat melukai diri sendiri.”

“Sampai di sini, apakah Bapak/ Ibu sudah mengerti apa yang terjadi pada mbak S
dan mengapa mbak S bisa seperti ini?”

“Bagus sekali Bapak/Ibu sudah mengerti.”

“Kira – kira Bapak/ Ibu mengetahui tidak apa saja kemampuan yang dimiliki mbak
S?”

“Ya benar, mbak S suka sekali bermain sosial network (online).”

“ Oleh karena itu, agar masalah mbak S ini tidak berlanjut dan menjadi lebih serius
lagi, maka Bapak/Ibu juga harus ikut berperan dalam melakukan perawatan pada
Mbak S. Bapak/Ibu hanya perlu memberi respon positif seperti pujian terhadap
kegiatan yang di sukai oleh mbak S.” Dan kepada bapak kalau jangan selalu
memarahi mbak S karena nanti menimbulkan efek psikologis yang tidak baik pada
mbak S. Mbak S akan lebih merasa bersalah telah gagal dalam pendidikannya.

“Di sini mbak S sudah dilatih kegiatan yang ia sukai, seperti kegiatan yang sudah
dilakukan yakni bermain sosial network (online).Bapak/Ibu dapat membantu
menyiapkan peralatan sepertilaptop/komputer/ handphone yang dibutuhkan, hal ini
secara tidak langsung membuat mbak S merasa mendapat dukungan dari orangtua
atas kegiatan yang dilakukan.”

63
“Sebelum Bapak/ Ibu memberikan respon positif secara langsung pada mbak S,
bagaimana kalau sekarang Bapak/Ibu mencoba terlebih dahulu?Seolah – olah saya
ini mbak S.”

“Bapak/ Ibu dapat mengatakan bahwa mbak S itu mau melihat video-video
motivasi yang berdampak positif baginya.”

“Bagaimana, apakah Bapak/Ibu sudah siap?”

“Ya, bagus sekali.Nanti jika bertemu dengan mbak S, jangan lupa Bapak/Ibu juga
melakukan seperti itu.”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Data Subyektif
“Nah, bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita mengobrol Pak/Bu?
Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali masalah yang dihadapi mbak S dan
bagaimana cara merawatnya?”
 Data Obyektif
Orangtua pasien dapat menjelaskan kembali bagaimana proses terjadinya
harga diri rendah beserta penyebabnya. Dan dapat menjelaskan kembali
bagaimana cara merawat pasien.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Pak/Bu, setelah saya jelaskan tentang keadaan mbak S dan
penyebabnya, serta telah saya ajarkan bagaimana cara merawat mbak S. Saya
harap Bapak/ Ibu dapat mengerti dan tetap melakukannya baik di rumah sakit
maupun di rumah.”
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “Baik Bapak/Ibu, saya rasa cukup untuk pertemuan kali ini.
Besok dapat kita lanjutkan lagi untuk melakukan pujian secara
langsung kepada mbak S seperti yang kita praktekan tadi.
Bagaimana apakah Bapak/Ibu bersedia?”

64
 Waktu : “Kira-kira besok Bapak/Ibu pukul berapa akan datang?” Baik,
jadi kita akan bertemu lagi pukul 16.00 WIB ya Pak/Bu?”
 Tempat : “Untuk tempatnya di ruang ini saja ya Pak/Bu, sekarang saya
permisi dulu, dan terima kasih atas kerja sama Bapak/ Ibu,
selamat siang!”

65
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Rabu, 4 September 2022

Pukul : 13.00 WIB

Pertemuan : Ke – 5

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien : Klien masih tampak murung, jarang melamun,jarang menangis. Klien
telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan klien
mampu melakukan kegiatan lain selain bermain sosial network (online)
yaitu bermain piano dengan baik dan bagus.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

a) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki.
b) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuanya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 2 (Pasien)

a) Evaluasikegiatan yang lalu SP 1


b) Memilihkemampuankedua yang dapatdilakukan
c) Melatih kemampuan yang dipilih
d) Masukukan dalam jadwal kegiatan pasien
66
67
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
”Selamat pagi mbak S? Bertemu dengan saya lagi, masih ingat kan? Saya harap
mbak S tidak bosan bertemu dengan saya.”
b. Evaluasi/ Validasi
”Bagaimana perasaan Mbak pagi ini?Saya harap secerah cuaca hari ini.”
“Apakah sudah dicoba kegiatan yang kemarin sudah dimasukan kedalam jadwal
harian? Wah Bagus sekali.”
c. Kontrak
 Topik : “Oh iya,mbak S masih ingat tidak kita mau ngapain hari ini? Iya
benar sekali. Kemarin mbak S menyebutkan selain bermain sosial
network (online), mbak S juga suka bermain piano. Bagaimana
kalau hari ini, kita berlatih bermain piano.
“Bagaimana apakah mbak S mau?”
 Waktu : “Kira – kira mbak S butuh waktu berapa lama untuk bermain
piano?” Bagaimana kalau 30 menit saja?”
 Tempat : “Mbak S ingin bermain pianodimana ? Bagaimana jika di aula
rumah sakit saja?”
2. Fase Kerja
“Mbak S ini peralatannya sudah saya siapkan.Kira-kira mbak bermain piano dengan
lagu apa?”

“Ya sudah selamat bermain piano.Saya akan mendampingi mbak, jika ada yang
dibutuhkan mbak S bisa minta bantuan pada saya.”

“Wah, Bagus sekali, bermain pianonya.”

“Setelah selesai mari kita rapikan alat–alat yang telah digunakan. Mbak S harus
sering mengasah kemampuan mbak S seperti ini, karena Mbak S termasuk orang
yang pintar bermusik. Orang yang melihat Mbak S bermain piano seperti ini pasti

68
juga berkata sama, jadi sudah terbukti bahwa Mbak S ini masih memiliki
kemampuan hebat dan masih berguna.”

“Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan harian
Mbak S? Apakah Mbak Sbersedia?”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif
“Bagaimana perasaan Mbak S setelah melakukan kegiatan kedua yakni
bermain piano?Apakah sekarang Mbak S semakin mahir dalam bermain
piano?”
 Data Obyektif
Pasien dapat melakukan kegiatan kedua yakni menggambar dan merapikan
peralatan yang telah digunakan dengan baik.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Bermain pianonya Mbak S sangat bagus.Saya harapkan Mbak dapat tetap
melakukan hal tersebut baik dirumah sakit maupun di rumah.Atau Mbak S dapat
bermain piano untuk menghilangkan kejenuhan.”

c. Kontrak Akan Datang


 Topik : “Baiklah Mbak, saya rasa cukup sekian pertemuan
kita kali ini, bagaimana jika besok kita melatih kemampuan
Mbak yang lain? Apakah Mbak setuju?”
 Waktu : “Menurut Mbak besok enaknya kita bertemu jam
berapa? Oh, Mbak S ingin seperti ini tadi. Berarti besok
bertemu lagi jam 09.00 WIB ya Mbak?”
 Tempat : “ Mbaknya besok ingin tetap di sini atau ganti
Tempat? Oh, Mbak S suka di sini. Ya sudah, besok kita
bertemu di aula rumah sakit lagi.”
“ Kalau begitu terima kasih atas kerjasamanya untuk Mbak
S, dan jangan lupa tetap mengasah kemampuannya.”

69
70
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Kamis, 5 September 2022

Pukul : 08.00 WIB

Pertemuan : Ke – 6

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien telah mengetahui
kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan klien mengatakan selain
bermain sosial network (online) ,bermain piano dan menggambar desain
juga bisa menari .

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Rencana Tindakan Keperawatan: SP 2 ( Keluarga)

a) Mengevaluasi kemampuan dari SP 1.


b) Melatih keluarga langsung ke pasien.
c) Menyusun RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. Strategi Komunikasi
71
A. Tahap Orientasi
a. Salam Terapuetik
“Selamat Sore Bapak/Ibu !Masih ingat dengan saya bukan? Saya yang kemaren
menemui Bapak/Ibu untuk menjelaskan cara merawat Mbak S.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana keadaan Mbak S sekarang?Sudah ada perkembangan belum
Pak/Bu?”
“Bapak/Ibu sendiri masih ingat tidak tentang penjelasan saya kemarin tentang
kondisi Mbak S dan bagaimana cara merawatnya?”
“Ya alhamdulillah, jika Bapak/Ibu sudah tahu dan masih ingat.”
c. Kontrak
 Topik : “Baiklah Pak/Bu, setelah kemarin kita latihan untuk
mencoba memberikan pujian kepada Mbak S. Maka seperti
yang sudah kita sepakati bersama, bahwa hari ini kita akan
menerapkan respon positif berupa pujian secara langsung
kepada Mbak S.”
“ Apakah Bapak/Ibu sudah siap?”
 Waktu : “Jika Bapak/Ibu bersedia, berapa lama waktu yang
dibutuhkan? Apakah 15 menit cukup?”
 Tempat : “Bapak/Ibu ingin melakukan penerapan perawatan dimana?
Bagaimana kalau kita menemui Mbak S di taman, mungkin
sekarang dia sedang melakukan kegiatan bermain piano. Jadi
itu kesempatan Bapak/Ibu untuk memberikan respon positif
pada kegiatan yang dilakukannya.”
2. Tahap Kerja
“Baiklah Bapak/Ibu mari kita menemui Mbak S di taman.”

“Saya harap nanti Bapak/Ibu langsung mempraktekan sendiri seperti yang saya
ajarkan dan kita latih kemarin.Nanti akan saya pantau dari belakang.”

“Ya, bagus.Bapak/Ibu sudah dapat memberikan pujian kepada Mbak S dengan


baik. Semakin sering Bapak/Ibu memberikan pujian serta respon positif kepada
72
kegiatan yang dilakukan Mbak S. Maka proses perbaikan perilaku akan dapat cepat
tercapai.”

“Selain memberi pujian, Bapak/Ibu juga dapat memberikan perhatian kepada


kegiatan yang dilakukan oleh Mbak S. seperti mengusulkan suatu lagu yang
Bapak/Ibu sukai untuk dimiankan sama mbak S.”

3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekan langsung kepada
Mbak S?Tidak sulit bukan melakukannya?”
 Data Obyektif
Orangtua pasien dapat memberikan respon positif berupa pujian terhadap
kegiatan pasien.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Saya harap, apa yang saya ajarkan dan Bapak/Ibu lakukan hari ini, tetap
Bapak/Ibu ingat dan lakukan baik ada saya maupun tidak ada saya. Serta baik itu
di rumah sakit maupun di rumah.”

c. Kontrak Akan Datang


 Topik : “Baiklah Bapak/Ibu, bagaimana jika besok kita atur
pertemuan lagi untuk melakukan evaluasi dari apa yang saya
ajarkan mulai pertemuan pertama hingga sekarang? Dan
untuk mengevaluasi bagaimana perkembangan setelah kita
lakukan beberapa tindakan perawatan?”
 Waktu : “Bapak/Ibu besok maunya jam berapa bertemu dengan saya
di sini? Bagaimana kalau jam 13.00 WIB saja.”
 Tempat : “Dan untuk besok Bapak/Ibu ingin bertemu dimana?
Bagaimana jika di taman rumah sakit saja?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


73
Hari/Tanggal : Jum’at, 6 September 2019

Pukul : 09.00 WIB

Pertemuan : Ke – 7

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien : Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien telah
mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS,klien mengatakan
selain bermain sosial network(online) bermain piano, menggambar
desain, menari juga bisa menyanyi.

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus :

a) TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai


dengan kemampuan yang dimiliki.
b) TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuanya.
Rencana Tindakan Keperawatan: SP 3 (Pasien)

a) Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2).


b) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
c) Melatih kemampuan ketiga yang dipilih.
d) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

74
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik:
“Selamat pagi mbak S? Bertemu dengan saya lagi, jadi mbak S pasti tidak lupa,
tapi kalau bosan sepertinya iya.”

“Mbak S bosan tidak dengan saya?Ya, alhamdulilah kalau tidak.”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini?Tidurnya tadi malam nyenyak tidak?”

“Mbak S masih ingat tidak, apa saja yang sudah dilakukan pada pertemuan satu
dan pertemuan dua?”

“Ya benar, kemudian ingat tidak hari ini kita akan melakukan apa?”

c. Kontrak
 Topik : “Mbak sesuai dengan janji kita kemarin,hari ini bagaimana
kalau kita sekarang berbincang bincang untuk merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemapuan yang mbak miliki. Tadi
mbak mengatakan, bahwa pertemuan pertama kita latihan
bermain sosial network (online), pertemuan kedua kita
bermain piano. Dan bagaimana jika hari ini, kita
menggambar desain? Apakah mbak bersedia?”
 Waktu : ”Nah untukmenggambar desain ini,mbak S butuh waktu
berapa lama? Bagaimana jika 15 menit, cukup tidak?”
 Tempat : “Baiklah mbak, sesuai perjanjian kemarin hari ini
kita akan melakukan kegiatan di taman saja.”
B. Fase Kerja
“Kira – kira siapa desainer favoritmbak? kalau saya, sukanya dengan desainer Anne
Avantie.”

“Oh, mbak S sukasamadesainerBiyan Wanaatmadja.Kenapa mbak S dengan


beliau?”
75
“Oh, karena mbak S suka dengan desain-desain baju yang beliau buat. Lalu
sekarang mbak S membuat desain apa?”

“Wah, mbak S mau membuat desain baju untuk saya?Makasih mbak, saya pasti
senang jika dibuatkan gambar desain baju, kan mbak S bagus kalau membuat
desain.”

“Kalau begitu,silahkan mulai membuat desainnya mbak. Sayaakan mendampingi


dan melihat cara mbak membuat desainnya, mungkin saja nanti bisa saya tiru.”

“Sudah selesai ya Mbak membuat desainnya, bagus sekali Mbak.Ini benar – benar
untuk saya?Terima kasih sekali Mbak, saya sangat senang menerimanya.”

“Bagaimana kalau kegiatan seperti ini saya masukan ke jadwal kegiatan Mbak
seperti kegiatan bermain sosial network (onlien) dan bermain piano kemaren?
Mbak setuju kan?”

C. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan membuat desain
ini?”
 Data Obyektif
Pasien dapat melakukan kegitan ketiga yakni membuat desain dengan baik
dan bagus.
b. Rencana Tindak Lanjut
“Bermain piano yang mbak lakukan semakin bagus, ini membuktikan bahwa
mbak S semakin pintar dalam berkreasi.Dan saya harapkan mbak S tetap
melakukan kegiatan seperti bermain sosial network, bermain pianodan membuat
desain baik di rumah sakit maupun di rumah nantinya.”
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “Setelah kita lakukan tiga kegiatan beberapa hari ini, untuk
melihat adanya perkembangan pada mbak S, bagaimana

76
kalau nanti siang kita adakan evaluasi bersama keluarga?
mbak S tidak keberatan kan?”
 Waktu : “Jika mbak S bersedia .bagaimana jika nanti kita bertemu
lagi pukul 16.00 WIB.”
 Tempat : “Dan untuk tempatnya, bagaimana kalau kita bertemu di
ruang perawatan saja?

77
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

Hari/Tanggal : Jum’at, 7 September 2019

Pukul : 16.00 WIB

Pertemuan : Ke – 8

Ruangan : Melati

Nama Klien : Nn. S

A. Proses Keperawatan
Kondisi Klien :Klien sudah tidak murung ataupun melamun, dan klien sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungan.Klien telah mengetahui
kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan selain bermain sosial
network (online), bermain piano, menari, menyanyi juga bisa membuat
kerajinan bunga dari kantong plastik bekas..

Diagnosa Keperawatan:

Ganggun konsep diri: Harga diri rendah

Tujuan Khusus : TUK 6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan Keperawatan: SP 3 (Keluarga)

a) Mengevaluasi kemampuan keluarga.


b) Mengevaluasi kemampuan pasien.

c) Membuat RTL keluarga:


1) Follow up
2) Rujukan

78
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Bapak/ Ibu,masih ingat dengan saya? Bapak/Ibu tidak bosan kan
dengan saya?”
b. Validasi/ Evaluasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kemarin saya ajarkan untuk memberi
pujian dan mempraktekannya secara langsung kepada mbak S?”
c. Kontrak
 Topik : “Baiklah Bapak/ Ibu, seperti kesepakatan kita kemarin, hari
ini kita akan sedikit mengevaluasi tentang apa yang sudah
saya ajarkan pada bapak/Ibu pada pertemuan pertama dan
kedua. Serta kita juga akan mengevaluasi sedikit tentang
perkembangan yang terjadi pada mbak S setelah di berikan
tiga kegiatan beberapa hari ini.”
 Waktu : “Bapak/ ibu ingin mengobrol berapa lama? Bagaimana jika
30 menit saja.”
 Tempat : “Sesuai kesepakatan kemarin, kita akan mengobrol di ruang
perawatan. Atau Bapak/ Ibu ingin ke tempat lain?”
2. Tahap Kerja
“Bapak/ibu bagaimana setelah pertemuan dengan saya kemarin, apakah bapak dan
ibu masih ingat dengan yang saya ajarkan pada pertemuan pertama dan kedua
kemarin?Jika masih ingat, bisa di ulang sedikit pada saya?”

“Ya bagus, jadi saya harapkan nantinya Bapak/ibu jika di rumah tetap melakukan
hal yang samasepertiyang saya ajarkan, seperti memberikan pujian terhadap
kegiatan mbak S, dan perhatian terhadap kegiatan yang akan dilakukan mbak S.”

“Menurut Bapak/Ibu ada tidak perbaikan perilaku atau perkembangan yang terjadi
setelah diberikan kegiatan yang di sukai mbak S?”

79
“Ya benar, mbak S telah menunjukkan perbaikan perilaku, jadi saya harapkan jika
di rumah, Bapak/Ibu tetap mengingatkan jadwal kegiatan yang telah di susun di
sini, dan jangan lupa tetap memberikan apresiasi berupa pujian terhadap mbak S
nantinya.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui perkembangan mbak
S dan bagaimana cara perawatannya nanti di rumah?”
 Data Objektif
Keluarga pasien dapat mengerti dan mengulang yang apa telah di ajarkan
oleh perawat.
b. Rencana tindakan lanjut
Rujukan pulang

80
BAB III
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

PENINGKATAN HARGA DIRI

A. TOPIK :

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. TUJUAN :
1. Tujuan umum :
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok,
berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang
diberikan.
2. Tujuan khusus :
1) Sesi I :
a) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
b) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
2) Sesi II :
a) Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
b) Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih.
c) Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
d) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah dilatih.
3) Sesi III
a) Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
b) Klien menetapkan tujuan hidup yang realistis.

81
C. LANDASAN TEORI :

1. Definisi

Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,


interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen dalam keliat,
1992).

Harga Diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang
dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran
yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan
patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri


termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa ( Depkes RI, 2000 ).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena
karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001).

Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap


diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Schult & videbeck (1998).

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah


adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan
gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

82
83
D. KLIEN
1. Karakterisitik/kriteria :
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien yang harga diri rendah
c. Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
2. Proses seleksi :
a. Berdasarkan observasi klien sehari-hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku
klien sehari-hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien

E. PENGORGANISASIAN
a. Waktu
1. Hari/ Tanggal : 5 September 2022
2. Jam : 08.00-08.45 WIB
3. Acara : 45 menit
a. Pembukaan : 5 menit
b. Perkenalan pada klien : 2 menit
c. Perkenalan TAK : 5 menit
d. Persiapan : 10 menit
e. Permasalahan : 20 menit
f. Penutup : 3 menit
b. Tim terapis
1. Leader
Bertugas :
a. Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
b. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
c. Menetapkan jalannya tata tertib
84
d. Menjelaskan tujuan diskusi
e. Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
f. Kontrak waktu
g. Menyimpulkan hasil kegiatan
h. Menutup acara
2. Co leader
Bertugas :
a. Mendampingi leader jika terjadi bloking
b. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas :
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
b. Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
c. Mengobservasi perilaku pasien
4. Fasilitator
Bertugas :
a. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
b. Mendampingi peserta TAK
c. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas : Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

85
CO LEADER

Observer

c. Pembagian Tugas
Leader : Muhammad Raihan
Co Leader : Cristia Leonica P
Observer : Octavia Eka S
Fasilitator : 1. Afrizal Machmudi
2. Ananda Safa
Anggota : 3. Sari Safitri D

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

86
PENINGKATAN HARGA DIRI

SESI I : IDENTIFIKASI HAL POSITIF PADA DIRI

a. tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan
c) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
b. Setting :
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
c) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Metode
a.) Diskusi dan tanya jawab
b.) Bermain peran
d. Alat :
a) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
b) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep
diri : harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak

87
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap – cakap tentang hal
positif diri sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Terapis member pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri :
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah
dan di rumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan giliran.
h. Terapis member pujian pada setiap peran serta klien.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
c. Kontrak yang akan datang.
a. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hl positif diri
yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di rumah.
b. Menyepakati waktu dan tempat
88
4) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi harga diri rendah sesi 1 , kemampuan klien yang
diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek
positif (kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri
sendiri

No Nama klien Menulis pengalaman yang Menulis hal positif diri


tidak menyenangkan sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang daftar
positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan memperagakan
89
kegiatan positif tersebut. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (X) jika
klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatn
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2, TAK stimulasi
persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih merapikan tempat tidur. Anjurkan
dan jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


PENINGKATAN HARGA DIRI
SESI II: Menghargai Hal Positif Orang Lain

90
a. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
2. Klien dapat mengidentifikasi hal – hal positif orang lain
3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
b. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Tempat tenang dan nyaman
c. Alat
1. Spidol sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
2. Kertas sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
d. Metode
1. Diskusi
2. permainan
e. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis mengingatkan kontrak kepada klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2. Terapis menanyakan apakh klien pernah menghargai orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan TAK
2. Terapis menjelaskan aturan main
- Masing-masing klien mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai
akhir
- Jika ada klien yang akan keluar dari kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Kegiatan akan berlangsung selama 60 menit

91
3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas dan spidol, masing-masing sebuah untuk setiap
klien
b. Terapis meminta klien untuk membagi kertas menjadi sejumlah klien yang
ikut TAK
c. Terapis meminta klien menuliskan nama klien yang lain di sudut kanan atas
kertas. Satu kertas untuk satu klien.
d. Terapis meminta klien menuliskan hal-hal positif temannya, sebanyak-
banyaknya yang bisa ditulis.
e. Terapis meminta klien menyerahkan hasil tulisannya ke klien sesuai nama di
masing-masing kertas.
f. Terapis meminta masing-masing klien secara berurutan searah jarum jam,
dimulai dari klien yang ada di kiri terapis membacakan kertas yang telah
diberikan dan mengungkapkan perasaan klien setelah membaca kertas
tersebut.
g. Terapis memberikan pujian, dan meminta klien bertepuk tangan, setiap satu
klien selesai membacakan kertas yang ada di tangannya.

4. Terminasi
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas pencapaian kelompok
b. Tindak lanjut
1. Meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan membaca ulang jika
sedang muncul rendah dirinya
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2. Terapis menyepakati tempat, dan waktu TAK
5. Evaluasi dan Dokumentasi
92
Nama Peserta TAK
No Aspek yang Dinilai

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
2 Membagi kertas menjadi
sejumlah klien yang ikut
TAK.
3 Menuliskan nama klien lain di
masing-masing kertas
4 Menuliskan hal-hal positif
klien lain di masing-masing
kertas
5 Menyerahkan kertas yang diisi
ke teman sesuai namanya.
6 Membaca kertas yang telah
dibagikan.
7 Mengungkapkan perasaan
setelah membaca hal-hal
positif diri.
Petunjuk : Dilakukan =1

Tidak dilakukan = 0

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


PENINGKATAN HARGA DIRI
SESI III: MENETAPKAN TUJUAN HIDUP YANG REALISTIS

a. Tujuan
93
1. Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2. Klien menetapkan tujuan hidup yang realistis.

b. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Klien berada di ruang yang tenang dan nyaman.
c. Alat
1. Spidol sebanyak klien yang ikut TAK
2. Kertas HVS sebanyak klien yang ikut TAK
d. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
e. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan :
a. Terapis menyiapkan alat dan tempat
b. Terapis mengingstkan kontrak dengan klien
2. Orientasi :
a. Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi: Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Apabila klien akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis
c. Lama kegiatan 60 menit
3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu
buah untuk setiap klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup; agar
bersemangat berusaha mewujudkan dan optimistis
94
c. Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan hidup
klien di kertas yang telah dibagikan.
d. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup yang telah
ditulisnya, berurutan dari klien yang berada di sebelah kiri terapis,
searah jarum jam sampai semua mendapatkan giliran.
e. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain
jika satu orang klien telah selesai membacakan.
f. Terapis meminta klien melihat lagi tujuan hidupnya, mencoret
tujuan yang sulit (tidak mungkin) dicapai.
g. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup yang benar-
benar realistis ( seperti langkah d).
h. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
membacakan tujuan hidupnya.

4. Terminasi
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai TAK
2. Terapis memberikan pujian pada kelompok
b. Tindak lanjut:
Terapis menganjurkan klien menuliskan lagi tujuan hidup yang
mungkin masih ada.
c. Kontrak yang akan Datang:
1. Terapis membuat kesepakatan kegiatan TAK berikutnya
2. Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK

5. Evaluasi dan Dokumentasi

Nama Peserta TAK


No. Aspek yang Dinilai

1 Menyebutkan pentingnya
tujuan hidup

95
2 Menuliskan tujuan hidup
3 Membacakan tujuan hidup
4 Memilih tujuan hidup yang
realistis.

Petunjuk : Dilakukan =1
Tidak Dilakukan = 0

96
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut Carpenito, L.J
(1998:352); Keliat, B.A (1994:20)

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan
diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

97
2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sumber yang cukup
mendasar bagi judul makalah ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya
menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang
dituangkan dalam makalah ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami
membuat sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu materi tentang laporan
pendahuluan dan studi kasus klien dengan harga diri rendah (HDR).
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan
inspirasi dan kritik dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah
ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan
memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui
tentang suatu masalah klien dengan harga diri rendah (HDR).

98
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa(Aplikasi Praktik Klinik). Edisi 1
Jogjakarta: Graha Ilmu.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik edisi
9. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
Jakarta: EGC.
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta:
EGC.

99

Anda mungkin juga menyukai