Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN KONSEP DIRI

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Maria Atvennia 23230106P


2. Lara Harnelia Sari 23230107P
3. Ninda Putri Arishandi 23230108P
4. Shafira Dian Nanda 23230163P
5. Selvia Purnama Putri 23230145P
6. Anita Yuliana 23230100P
7. Dwie Saputri 23230161P
8. Dicky Candra Putra 23230140P
9. Anugrah Deskatama Putra 23230132P
10. Helta Nurwahyuni 23230086P
11. Sariyah 23230141P
12. Beni Aldi 23230159P
13. Dina Gusismi 23230167P

Dosen Pengampu:
Nuche Marliyanto, SKM, MKM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah- Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan. Makalah ini sendiri
dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Psikiatri dengan
judul ” Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Konsep Diri”. Dalam penulisan
makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Bengkulu , 11 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.......................................................Konsep Harga Diri Rendah 2
2.1.1. Pengertian ..................................................................... 2
2.1.2. Etiologi.......................................................................... 2
2.1.3. Klasifikasi Harga Diri Rendah....................................... 4
2.1.4. Penatalaksanaan Medis.................................................. 4
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa......................................... 5
2.2.1. Pengkajian Keperawatan............................................... 5
2.2.2. Masalah Keperawatan................................................... 6
2.2.3. Diagnosa Keperawatan................................................. 6
2.2.4. Implementasi Keperawatan........................................... 6
2.2.5. Evaluasi Keperawatan................................................... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan............................................................................. 8
3.2. Saran....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam rentang respon
neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah pada pasien dapat dijelaskan dengan
menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi yang bersifat biologis, psikologis, dan
sosial budaya sehingga menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri
rendah. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri rendah memunculkan respon secara
kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Respon-respon tersebut akan dianalisis
lebih lanjut, sehingga memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, & Wardani, 2020).
Dalam mengatasi masalah gangguan interaksi pada pasien gangguan jiwa khususnya
pasien harga diri rendah dapat dilakukan upaya-upaya tindakan keperawatan bertujuan
untuk menerapkan asuhan keperawatan jiwa dengan harga diri rendah dalam upaya
meningkatkan harga diri dengan terapi aktivitas kelompok (Hani, Moomina, &
Selpina, 2019). Pasien yang mengalami ganggaun konsep diri: harga dirir rendah
harus diberikan terapi non farmakologis agar pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
seperti, terapi generalis (Strategi pelaksanaan 1-4) yang diberikan melalui asuhan
keperawatan jiwa.
Salah satu cara untuk mengontrol perilaku hilangnya rasa percaya diri dari pasien
harga diri rendah yaitu dengan memberi asuhan keperawatan jiwa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “
bagaimanakah pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri
dengan harga diri rendah?”
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan konsep diri dengan harga diri rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Harga Diri Rendah
2.1.1. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Wandono, 2017).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas terlepas dari
spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin
memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah,
banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya
(Pardede, Ariyo& Purba, 2020).
Harga diri yang tinggi digambarkan dari sifat individu yang memiliki perasaan
penerimaan diri tanpa syarat, meski salah, kalah dan gagal, sebagai yang berharga dan sifat
penting untuk dirinya sendiri. Individu yang memiliki perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan harga diri rendah yang berkepanjangan karena evaluasi negatif terhadap diri
mereka sendiri dan diri mereka sendiri kemampuan merupakan gambaran seseorang yang
memiliki harga diri yang rendah (Pardede, Harjuliska, & Ramadia, 2021).
2.1.2. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang


menurut (Muhith, 2015)
1) Faktor predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu:
1. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintaui
orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang- orang tuanya atau
orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.

2. Ideal diri

1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.

2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.

3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.

2) Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah menurut
(Pardede, Keliat, & Wardani, 2020), mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti:

1. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa
malu dan rendah diri.
2. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan mengubah arti
trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
3) Perilaku

1. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan mengobservasi


penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian Perawat
mendiskusikannya dengan Klien untuk mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran
dirinya.
2. Perilaku berhubungan dengan Harga Diri Rendah. Harga Diri yang Rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan mengekspresikan melalui tingkat kecemasan
yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci
diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat,& Yulia, 2020).
4) Rentang Respon

1. Respon adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun (konstruksi)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri
sendiri.
2. Respon maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak (destruktif) dalam
usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
3. Aktualisasi diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan kemampuan
yang dimilikinya.
4. Konsep diri positif :
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam
menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistis.
5. Kekacauan identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai identifikasi masa kanak-
kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
6. Depersonalisasi :
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan. Hal ini
berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas.
Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya
sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
5) Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2011),
yaitu :
1. Mengkritik diri sendiri

2. Perasaan tidak mampu

3. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

4. Menghindar dari orang lain (menyendiri)

5. Komunikasi kurang/tidak ada.

6. Tidak ada kontak mata.

7. Berdiam diri di kamar

8. Menolak berhubungan
6) Mekanisme Koping

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
2.1.3. Klasifikasi Harga Diri Rendah

Menurut (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020), klasifikasi harga diri rendah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon,
terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan)
2. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.

2.1.4. Penatalaksanaan Medis


Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa
sebelumnya (Pardede, Keliat, & Wardani, 2020). Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan
Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020)
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa
2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki. Saat melakukan pengkajian
dengan menggunakan pendekatan kepada pasien dan keluarga. Pengkajian pada pasien
dilakukan menggunakan metode wawancara, diskusi dan observasi (Keliat, 2015).
2.2.2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah
diantaranya adalah (Yosep,2014) :
1. Masalah utama
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
a. Data subyektif (fitria,2009) : mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna,
mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu, mengungkapkan dirinya tidak semangat
untuk beraktivitas atau bekerja, mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi,berhias, makan atau toileting).
b. Data obyektif : mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktivitas, penolakan terhadap
kemampuan diri, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
berkurang selera makan, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dengan nada suara lemah.
2. Masalah keperawatan
Koping individu tidak efektif
a. Data subyektif : mengungkapkan ketidakmampuan daan meminta bantuan orang lain,
mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan sesuatu,
mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
b. Data obyektif : tampak ketergantungan terhadap orang lain. Tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.
2.2.3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
2.2.4. Implementasi Keperawatan
Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2015), implementasi disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan
rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan
kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan,
dinilai kembali apakah aman bagi pasien. Setelah semuanya tidak ada hambatan
maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan (Rokhimma & Rahayu, 2020).
1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan : Meningkatkan aktualisasi diri klien dengan membantu, menumbuhkan,
mengembangkan, menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidakmampuan
b. Tindakan keperawatan
SP 1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien,
membantu klien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.
SP 2 Pasien : Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemmapuan klien, latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua
kemampuan dilatih, setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri
klien.
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan keperawatan : keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki klien, keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki klien, keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan klien, keluarga mampu
menilai perkembangan perubahan kemampuan klien.
b. Tindakan keperawatan
SP 1 keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara
merawat klien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga
untuk mempraktikan cara merawat.
SP 2 keluarga : Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan harga
diri rendah.
2.2.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakankeperawatan pada pasien yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil
atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon pasien pada tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya (Widuri & Widodo, 2016)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kasus Harga Diri Rendah
dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual dan melibatkan keluarga didalamnya,
Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat dan pasien harus membina
hubungan saling percaya, Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan
pasien karena dengan dukungan keluarga penyembuhan pasien dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
3.2. Saran

Diharapkan pada keluarga agar selalu memberikan dukungan kepada pasien, karena
dukungan dapat memberikan efek yang lebih baik terhdadap psikis dan
kesehatanpasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dwi Saptina, C. H. A. N. D. R. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien


Skizofrenia Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronik. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6116

2. Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2020). The Symptoms of Low
Self-Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment
Therapy. Adv Practice Nurs, 5, 170

3. Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2011).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta:
EGC, 1-10.

4. Kemenkes RI.(2019). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas. Jakarta: Kemenkes RI


Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2019/10/08/Persebaran-Prevalensi-
Skizofreniapsikosis-Di-Indonesia

5. Lete, G. R., Kusuma, F. H. D., & Rosdiana, Y. (2019). Hubungan Antara Harga
Diri Dengan Resiliensi Remaja Di Panti Asuhan Bakti Luhur Malang. Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan,
4(1). Https://Publikasi.Unitri.Ac.Id/Index.Php/Fikes/Article/View/1436

6. Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori Dan Aplikasi.


Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai