Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODEL KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pembimbing:
Hijratun Wahana, Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:

Dwi Amalia Rahmi 712003S18001


Rahimatus Siddiqiah 712003S18006
Yusnia Aprilianty 712003S18011

YAYASAN ABDI KALIMANTAN

AKADEMI KEPEAWATAN PANDAN HARUM

BANJARMASIN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya kami dapat
menyusun serta dapat meyelesaikan makalah ini.

Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW
beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga hari akhir nanti.

Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata kuliah
KEPERAWATAN JIWA yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah kami ini.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu kami mohon kritik serta saran yang kira nya dapat membangun bagi kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini menjadi lebih baik.

Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami dalam KEPERAWATAN JIWA,
makalah ini juga dapat bermanfaat bagi teman-teman dan seluruh pembacanya.

Banjarmasin, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian model konseptual keperawatan jiwa ........................................ 2
B. Prose perjalanan terjadi gangguan jiwa ..................................................... 2
C. Penggolongan gangguan jiwa .................................................................... 2
D. Model-model dalam konseptual keperawatan jiwa ................................... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran .......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk
berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu sendiri harus
mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan dan support system dalam
beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor yang berasal dari lingkungan luar
maupun dalam lingkup individu itu sendiri. Seiring dengan semakin tingginya stressor
yang dihadapi individu dalam masyarakat, seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup
yang semakin kompleks, berdampak pada tingkat stress individu. Kondisi tersebut
beresiko tinggi menyebabkan gangguan fisik dan jiwa, sehingga dapat diprediksi angka
kesakitan semakin meningkat khususnya gangguan jiwa.Disinilah konsep – konsep
keperawatan jiwa akan disampaikan khususnya pada konsep modal sosial.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan
yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual
keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk menolong
seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif
untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam
hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat berguna
dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan memastikan masa depan pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial
individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor lingkungan
sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi sosial ini akan membuat individu
tersebut akan menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih kompleks yaitu halusinasi
yang akan terjadi oleh individu tersebut terhadap lingkungannya, keluarga, orang lain ,
bahkan dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk

1
membahas model konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang
model sosial.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari model konseptual keperawatan jiwa?
2. Apa model dari konseptual keperawatan jiwa?
3. Bagaimana penggolongan gangguan jiwa?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari model konseptual keperawatan jiwa?
2. Mengetahui model dari konseptual keperawatan jiwa?
3. Mengetahui bagaimana penggolongan gangguan jiwa?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa


Model adalah suatu cara mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks
seperti konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Banyak profesional jiwa
melakukan praktik dalam kerangka model konseptual, sehingga model konseptual dapat
didefinisikan sebagai kerangka kerja konseptual yang merupakan metode-metode yang
digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang menjadi dasar untuk memahami
perilaku manusia dan hubungan antar berbagai factor biologi, proses perkembangan, dan
pengaruh lingkungan. Beberapa model konseptual dikembangkan dalam praktik psikiatri.
Penggunaan model ini membantu mengembangkan dasar untuk melakukan pengkajian
dan intervensi, juga memberikan cara untuk mengevaluasi keefektifan terapi.

B. Proses Perjalanan Terjadinya Gangguan Jiwa


Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan
umur pertengahan dengan melaluibeberapa fase antara lain:
1. Fase Prodomal
Berlangsung anatara 6 bulan sampai 1 tahun. Gangguan dapat berupa selfcare,
gangguan dalam akademik, gangguan dalam pekerjaan gangguan fungsisosial,
gangguan pikiran persepsi.
2. Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih dari 1 bulan
Gangguan dapat berupa gejala psikotik; halusinasi, delusi, disorganisasi proses
berfikir, gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi.
3. Fase Residual
Klien mengalami minimal 2 gejala: gangguan afek dangan gangguan peran,
serangan biasanya berulang.

C. Penggolongan Gangguan Jiwa


Menurut Iyus Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dibedakan menjadi:

3
1. Gangguan Jiwa Neurosa (Ringan)
Gangguan jiwa neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang
kronis dimana tidak ada rangsangan yang spesifik yang menyebabkan kecemasan
tersebut. Misalnya fobia, obsesi-kompulsif, dan depresi.
2. Gangguan Jiwa Psikosa (Berat)
Gangguan jiwa psikosis merupakan gangguan penilaian yang
menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya.
Misalnya skizofrenia dan demensia

D. Model-Model Dalam Konseptual Keperawatan Jiwa


1. Model psikoanalisa
· Konsep model konseptual yang dikembangkan oleh ilmuan S. Freud, Erikson
Klein. Teori ini berfokus pada proses-proses intrapsikis dan perkembangan
psikososial. Dalam teori ini Freud berasumsi bahwa perilaku manusia terutama
masalah-masalah emosional terjadi karena konflik bawah sadar dan insting
dasar terutama pada masa anak-anak. Pandangan tentang penyimpangan perilaku
dalam teori ini didasarkan pada awal perkembangan dan resolusi konflik
perkembangan yang tidak adekuat. Pertahanan ego tidak dapat mengontrol ansietas.
Proses terapeutik menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi,
transferen untuk memperbaiki pengalaman traumatik terdahulu.
Peran pasien dan terapis: pasien mengungkapkan semua pikiaran dan
mimpi. Terapis menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Penerapan dalam keperawatan:
a. Perawat mengkaji tingkat ansietas klien
b. Perawat menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin
hubungan saling percaya
c. Perawat menggunakan teknik-teknik dalam terapi psikoanalisis:
1) Asosiasi bebas: pasien diupayakan untuk mengungkapkan pengalaman-
pengalaman masa lampau yang muncul dalam alam pikirannya dengan
leluasa, tanpa perlu berusaha membuat uraian logis, teratur dan penuh arti.

4
2) Analisa mimpi: suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan
memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah-masalah yang
belum terselesaikan.
3) Analisa transferensi: pengalihan perasaan alam bawah sadar dari satu orang ke
orang lainnya
Contoh:
Seorang anak yang pernah disiksa oleh orang tuanya semasa kecil karena dia sering
bermain dan lupa belajar, ia dipukul dan dianiaya. Sehingga anak itu selalu
memendam konflik yang terjadi antara ia dan ibunya sampai ia dewasa.Kepuasan
kasih sayang tidak didapatkannya waktu kecil. Tiba-tiba saat ia dewas,ia menjalin
hubungan dengan seorang wanita namun dia tidak menyayangi wanita tersebut
dengan sepenuh hati karena ia cemas jika semua wanita berperilaku sama seperti
ibunya, sampai-sampai terbawa-bawa dalam mimpinya ia menganiyaya pacarnya
tersebut.

2. Model Interpersonal
Konsep: model konseptual yang dikembangkan oleh ilmuan Sullivan, Peplau yang
mengemukakan bahwa pandangan tentang penyimpangan perilaku berupa ansietas
yang timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut yang mendasar adalah takut
terhadap penolakan. Seseorang membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang
diperoleh melalui hubungan interpersonal yang positif.
Proses terapeutik: Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada
klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga
klien merasa berharga dan dihormati.
Peran pasien danterapi: pasien menceritakan kecemasan dan perasaannya
kepada terapis. Terapis menjalin hubungan akrab dengan pasien; menggunakan
empati untuk merasakan perasaan pasien dan menggunakan hubungan sebagai suatu
pengalaman interpersonal korektif
Penerapan dalam keperawatan:

5
a. Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan
klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain)
b. Therapist use empathy and relationship (perawat berupaya bersikap empati dan
turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien)
c. Membina hubungan saling percaya dan aman antara klien
d. Mengoreksi adaptasi klien yang berperilaku maladaptive
e. Mengajarkan cara membina hubungan interpersonal yang baik.

Contoh:
Dimana ada seorang anak (Yuni) dan temannya yang memiliki hubungan
persahabatan SMA yang dekat dimana mereka selalu bersama-sama dalam
mengerjakan tugas, namun tiba-tiba Yuni marah terhadap temannya karena temannya
memfitnah dia. Kemudian dia tidak mau berkomunikasi lagi dengan temannya. Dan
Yuni pun mengancam dia bahwa dia tidak bakal bahagia bersama teman-teman
barunya. Temannya pun menjadi lebih sering berdiam diri, jarang bergaul dengan
orang lain dan dia mulai menutupi dirinya selama 1 tahun, kemudian tidak sengaja
mereka saling bertemu di universitas yang sama namun temannya merasa cemas dan
takut jika nanti dia akan sekelas dengan Yuni dan dijauhi teman-teman sekelasnya
karena Yuni menceritakan masa lalu mereka.

3. Model Social
Konsep: model ini dikembangkan oleh ilmuan Szasz dan Caplan yang
mengatakan bahwa pandangan tentang penyimpangan perilaku berasal dari factor
social dan lingkungan yang menimbulkan stress, yang menyebabkan ansietas, dan
mengakibatkan timbulnya gejala. Perilaku yang tidak dapat diterima (menyimpang)
diartikan secara sosial dan memenuhi kebutuhan system social.
Proses terapeutik: environment manipulation and social support (pentingnya
modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial).
Peran pasien dan Terapis: pasien secara aktif menyampaikan masalahnya
kepada terapis untuk menyelesaikan masalahnya. Menggunakan sumber yang ada

6
dimasyarakat. Terapis mengkaji system social pasien dan membantu pasien
menggunakan sumber yang tersedia atau menciptakan sumber baru.
Penerapan dalam keperawatan: Hubungan perawat-klien didasarkan pada segi
positif, rasa hormat dan empati. Perawat mengkaji aspek spiritual atau agama, makna
hidup dan makna penderitaan serta pengalaman yang menyakitkan; hubungan dengan
makhluk yang lebih tinggi; hubungannya dengan orang-orang, masyarakat dan alam;
dan arti penting dari nilai-nilai seperti kebenaran, toleransi, memafkan dan kesabaran.
Melalui respon mendengar dan empati yang relektif, perawat membantu klien
mendapatkan pemahaman diri. Perawat memberi kebebasan kepada klien untuk
memilih berbagai alternatif perilaku sesuai keyakinannya tentang makna dan nilai
hidup.
Contoh:
Seseorang yang berada di lingkungan kampus dengan peraturan yang ketat dan
tugas yang banyak akan memunculkan berbagai stresor dan membangkitkan
kecemasan yaitu tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Atau hubungan sosial di
lingkungan pekerjaan dimana atasan yang galak dan sering memarahi pegawai dan
para pegawai yang tidak ramah dan lebih mementingkan diri sendiri sehingga terjalin
hubungan yang kurang harmonis anatar pegawai dan atasan menyebabkan stresor dan
kecemasan jika nanti ia tidak bisa menjalani pekerjaannya dengan optimal.

4. Model Perilaku
Konsep: model ini dikembangkan oleh ilmuan Bandura, Pavlov, Wolpe, dan
Skinner yang mengemukakan bahwa pandangan tentang penyimpangan perilaku
karena individu telah membentuk kebiasaan perilaku yang tidak diinginkan. Karena
perilaku dipelajari, perilaku juga dapat tidak dipelajarai. Perilaku menyimpang dapat
terus terjadi karena dapat mengurangi ansietas. Jika demikian maka perilaku lain yang
mengurangi ansietas dapat menjadi pengganti.
Proses teraputik: cognitive behavioral therapy. Terapi ini dikenal dengan
modifikasi perilaku yaitu metode yang ditujukan pada pikiran dan perasaan yang
menyebabkan perilaku yang maladaptif.

7
Peran pasien danterapis: pasien mempraktikan teknik perilaku yang digunakan;
melakukan pekerjaan rumah dan latihan penguatan. Pasien membantu
mengembangkan hirarki perilaku. Terapis mangajarkan pasien tentang pendekatan
perilaku, membantu mengembangkan hirarki perilaku, dan menguatkan perilaku yang
diinginkan.
Penerapan dalam keperawatan:
a. Perawat mengkaji perilaku adaptif dan maladaptive
b. Perawat dan klien bekerja sama dalam mengidentifikasi perilaku yang
memerlukan perubahan
c. Perawat menggunakan berbagai teknik modifikasi perilaku:

Modeling: perilaku baru dipelajari dengan menirukan perilaku orang lain. Operant
conditioning: penghargaan (hadiah) diberikan atas perilaku yang diinginkan.
Desensitiasi sistematik: konfrontasi bertahap dari suatu stimulus yang
menimbulkan ansietas tinggi; terutama digunakan jika klien menderita fobia tertentu.
Terapi aversif: konsekuensi-konsekuensi tidak menyenagkan akibat perilaku yang
tidak diinginkan. Terapi ini digunakan dalam pengobatan parafilia.
Umpan balik biologis: teknik-teknik pelatihan yang digunakan untuk
mengendalikan respon fisiologis.
Teknik relaksasi: teknik pelatihan yang digunakan untuk menghadapi gejala
ansietas.
Pelatihan asertivitas : teknik pelatihan yang digunakan untuk mengatasi kepasifan
atau agresi dalam situasi interpersonal.
Contoh: Seorang mahasiswa yang berperilaku malas-malasan sering terlambat
masuk kelas karena kebiasaan bangunterlambat. Kebiasaannya itu membuat dia sering
alpa pada jam perkuliahan pagi hari sehingga membuatnya tidak bisa mengikuti ujian.
Hal tersebut membuatnya cemas (cemas jika ia tidak lulus dalam mata kuliah tersebut)

5. Model Kognitif
Konsep: model ini dikembangkan oleh ilmuan Piaget yang berfokus pada pola
berpikir negatif atau yang mengalami distorsi, yang mengarah pada perasaan dan

8
perilaku maladaptif atau simptomatik. Menurut piaget, setiap individu dilahirkan
dengan kecenderungan mengatur dan beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Proses terapeutik: terdapat beberapa jenis terapi yang dapat digunakan yaitu:
Terapi rasional emosi (Albert Ellis) yaitu ahli terapi secara aktif menentang keyakinan
klien yang tidak rasional. Terapi gestalt (fritz perls) yaitu ahli terapi meningkatkan
kesadaran dari diri klien dan meningkatkan tanggung jawab klien untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Teori kognitif beck (Aaron Beck) yaitu ahli terapi mengajarkan pada klien cara-
cara mengidentifikasi dan memperbaiki pemikiran yang tidak fungsional tentang
dirinya sendiri, dunia dan masa depan.
Contoh teknik-teknik model kognitif yaitu restrukturisasi kognitif (mengajarkan
pada klien untuk mengubah keyakinan maladaptif melalui pernyataan diri yang positif
dan menolak keyakinan yang tidak rasional) dan teknik penghentian pikiran (klien
diajarkan untuk secara sadar mengatakan “berhenti” terhadap pikiran-pikiran
maladaptif).
Penerapan dalam keperawatan:
a. Perawat mengkaji pola pikir klien dan mengidentifikasi adanya kesalahan persepsi
b. Perawat mendorong asumsi klien tentang tanggung jawab atas perilaku dirinya
sendiri dan memperkuat kesadaran akan dampak dari cara berpikir negatif atas
citra dirinya sendiri
c. Perawat menggunakan teknik-teknik kognitif dalam strategi intervensi

Contohnya: Seseorang yang takut terhadap balon sering berpikir bahwa orang yang
botak adalah balon dan dia ingin memecahkan balon (kepala botak itu)

6. Model Medik
Konsep: model ini dikembangkan oleh ilmuan Meyer & Kraeplin gangguan
perilaku disebabkan oleh penyakit biologis. Gejala-gejala timbul akibat kombinasi
faktor-faktor fisiologis, genetik, lingkungan, dan sosial. Perilaku menyimpang
berhubungan dengan toleransi pasien terhadap stres.

9
Proses terapeutik: Terapi yang digunakan yaitu terapi biologis dan terapi
psikoterapi.
Peran dalam keperawatan: pasien mengikuti program terapi yang di anjurkan dan
melaporkan efek terapi pada terapis. Pasien menjalani terapi jangka panjang jika di
perlukan. Terapis menggunakan terapi somatik dan terapi interpersonal. Terapis terapi
menegakkan diagnosis penyakit dan menentukan pendekatan terapeutik.
Penerapan dalam keperawatan: Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim
medis lain dalam melakukan premeriksaan diagnostik dan terapi jangka panjang.
Melakukan terapi somatik, farmakologi dan teknik interpersonal.
Contoh: Seseorang yang mengidap penyakit kanker yang lama sembuh
membuatnya menjadi stres dan depresi dan merasa ingin untuk bunuh diri.

7. Model Eksistensi
Martin heidegger (1889/1976) dianggap sebagai bapak pemikiran eksistensial
sekarang ini. Konsepnya “ada-di-dunia” (teing-in-the-word) mencakup polaritas yang
tidak dapat dipisahkan dari manusia dan dunia dalam “situasi kini-dan-di-sini” (here-
and-now-situation). “ada-di-situ” menimbulkan keperihatinan tentang konsep yang
mencakup kecemasan dan kasih sayang. Komponen kecemasan itu berasal dari
ketakutan terhadap tidak-ada. Khusus ketakutan terhadap kematian dilihat oleh
heidegger sebagai “keaslian ada-di-situ” (authenticity of being-there) dalam
penyelesaian umtuk menerima nasibnya, menerima kematian sebagai suatu
kemungkinan yang selalu saja ada. Paul tillich (1886/1965) menerangkan keaslian
sebagai “keberanian untuk ada” (courage to be), meskipun terhadap ancaman
kemungkinan tag-ada (not to be). Tokoh: Perls, Glasser, Ellis, Rogers, Frankl.
Psikiatri eksistensial (eksistensial psychiatry atau Daseinanalysis) beranggapan
bahwa pasien berada dalam dunianya sendiri yang tidak dapat didiami sepenuhnya
bersama orang lain yang berorientasi pada patokan dan nilai pikiran sehat.
Edmund husserl (1859/1938), seorang fenomenolog pernah menganjurkan agar
semua sarjana pada waktunya melepaskan dirinya dari semua anggapannya,
mengesampingkan segala ide yang terbentuk sebelumnya untuk mendapatkan
perspektif baru tentang fenomena yang sedang diamatinya.

10
Seorang psikiater akan mendesakkan suatu pandangan hidup kepada pasiennya
melalui khotbah atau persuasi halus, akan tetapi secara pasti akan memancarkan
pandangan hidupnya yang dipraktikannya sendiri. Terapis akan berusaha agar
kecemasan dan rasa salah yang tersembunyi pada pasien yang dihadapinya secara
nyata. Pasien itu akan merasakan kembali kesedihan yang mendalam mengenai
permusuhan dalam suatu pemberontakan terhadap nasibnya.dengan perlahan-lahan ia
akan menjadi yakin bahwa ia dapat bertahan terhadap kegagalan (prustasi) yang
dahulu sewaktu dia masih kanak-kanak dirasakan terlalu besar. Melalui keinsyafan
tentang keadaan yang lalu dan yang sekarang dia dibebaskan kecemasan sehingga ia
dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa
depannya.
a. Pengertian
Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini.
Pandangan model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan
perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan.
Keasingan akan dirinya dan lingkungan dapat terjadi karena hambatan atau
larangan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurang
kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah partisipasi dan
penghargaan pada hubungan dengan orang lain.
Menurut pandangan eksistensialis, regresi ke cara invantil, bukan saja
merupakan gejala gangguan, tetapi sekaligus juga merupakan usaha mencari suatu
permulaan baru. Bila kemampuan tidak cukup dan harapan anak tidak terpenuhi
dalam proses pematangannya melalui saling berhubungan dengan orang lain,
maka kecemasan ekstensial dan rasa salah akan menyertainya sampai dewasa, dan
mengurungnya dalam suatu “tempurung autistik” (autistic shell) yang dikelilingi
oleh kengerian tak-ada. Akan tetapi, pada setiap perkembangan manusia, daya
penyembuh unsur kasih sayang yang ada pada dirinya akan dapat mengatasi
kecemasan egosentrisitas yang defensif itu.
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu

11
tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Bodi-image-nya.
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu
tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Bodi-image-nya.
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.

b. Proses Terapi
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior).
Proses terapi: Orang dibantu untuk mengalami hubungan yang murni.
Terapi seringkali dilakukan dalam kelompok. Pasien didorong untuk menerima
diri dan mengambil kendali perilaku. Terapis berusaha menunjukkan klien
kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional dan
menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan
keyakinan irasional dengan rasional, setelah klien menyadari gangguan emosi
yang bersumber dari pemikiran irasional, maka terapis menunjukkan pemikiran
klien yang irasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi
rasional, terapis berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide
irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan

12
proses penyalahan dan perusakkan diri, proses terakhir terapis adalah
terapis berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya
yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk sepenuhnya
menjadi dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi akibat
kegagalan mengembangkan diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia. Ahli terapi
harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-tutupi ketika berhubungan dengan klien.
Ahli terapis harus bersikap aktif dan mengekspresikan perasaan serta emosinya
sendiri secara langsung dan jujur. Perilaku klien berubah kea rah fungsi diri yang
positif bila ahli terapinya mau menerima, menghargai dan secara tulus berempati
terhadap klien.
Prinsip keperawatannya adalah: klien dianjurkan untuk berperan serta
dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.
1) Rasional Emotif Therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya.
Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya bukan karena apa
yang akan dilakukan.
Rasional Emotif Therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab
terhadap perilakunya. Klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana
adanya bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar RET yang
dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut:

a) Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional.


Reaksi emosional yang sehat maupun yang tidak, bersumber dari
pemikiran itu.
b) Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional. Dengan
pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan
emosional.
c) Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman
masa kecil dan pengaruh budaya.

13
d) Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.
e) Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol bahasa.
f) Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu mengatakan
sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
g) Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis
dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan
merendahkan diri melalui emosionalnya. Ide-ide irasional bahkan dapat
menimbulkan neurosis dan psikosis. Sebuah contoh ide irasional adalah
“seorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara
kompeten dan adekuat, agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan
berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain adalah “sifat jahat, kejam, dan
lain-lain harus dipersalahkan dan dihukum”.
h) RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara
berpikir keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional,
sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang
optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri
seperti: benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah sebagai akibat berpikir
yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri,
nilai-nilai dan kemampuan diri.

c. Terapi Logo
Merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy).
Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis. Tujuan:
agar individu sadar akan tanggung jawabnya. Atau klien akan dapat menemukan
makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien
akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Terapi logo
masih menginduk kepada aliran psikoanalisis, akan tetapi menganut paham
eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya digunakan semua teknik yang
kiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi. Tampaknya kemampuan menggali
hal-hal yang bermakna dari klien, amat penting.

8. Model Keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers.
Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang

14
bersifat holistik: bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan
perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan
sebagai pembela klien. Fokusnya respon klien terhadap masalah.
Penyimpangan perilaku. Perilaku dipandang sebagai kontinum dari sehat (respon
adaptif) sampai sakit (respon maladaptif). Penyimpangan perilaku disebabkan fakktor
predisposisi, persipitasi, stres yang kuat dan koping yang tidak adekuat.
Proses terapeutik: Memakai proses keperawatan.
Peran klien:
a. Bekerja sama dengan therapist, memberi umpan balik atas proses yang dilakukan

Peran perawat:
a. Menggunakan proses keperawatan dengan menciptakan hubungan saling percaya
b. Memperhatikan kebutuhan klien dan menggunakan kekuatan klien untuk
bertumbuh
c. Mengkordinasi proses pengobatan, membuat klien sadar apa yang dibutuhkannya,
menggunakan caring

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model konseptual adalah kerangka kerja konseptual yang merupakan metode-
metode yang digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan yang menjadi dasar untuk
memahami perilaku manusia dan hubungan antar berbagai factor biologi, proses
perkembangan, dan pengaruh lingkungan.
Proses perjalanan terjadinya gangguan jiwa yaitu gejala
mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengh
an dengan melalui fase prodomal, fase aktif dan fase residual.
Penggolongan gangguan jiwa di bagi menjadi dua yaitu gangguan jiwa neurosa
(gangguan jiwa ringan) dan gangguan jiwa psikosa (gangguan jiwa berat). Beberapa
model konseptual dikembangkan dalam praktik psikiatri.Model konseptual keperawatan
kesehatan jiwa terdiri dari 5 model yang terdiri dari model psikoanalisa, model
interpersonal, model sosial, model perilaku, dan model kognitif.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa agar lebih
mudah memahami dan melayani sertamenangani klien yang mengalami gangguan
psikososial maupun gangguan jiwa dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Yunda. 2019. Makalah model konseptual keperawatan jiwa. Diambil pada tanggal 26 september
2020 dari http://yunyunda.blogspot.com/2019/06/makalah-model-konseptual-
keperawatan.html

Maulida. 2011. Konsep Model Keperawatan Jiwa. Diambil pada tanggal 28 september 2020 dari
http://ners-blog.blogspot.com/2011/02/konsep-model-keperawatan-jiwa.html?m=1

Edy Novriadi. 2012. Model Konseptual Keperawatan Jiwa Model Eksistensial. Diambil pada
tanggal 28 september 2020 dari http://ners-novriadi.blogspot.com/2012/07/model-
konseptual-keperawatan-jiwa-
model_6383.html?m=1#:~:text=Model%20keperawatan%20jiwa%20eksistensial%20yait
u,hubungan%20dengan%20dirinya%20dan%20lingkungan

17

Anda mungkin juga menyukai