Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn.A DENGAN MASALAH


GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. NURUL AULIA NASRIN NH0222044


2. NURUL FAJRIAH NH0222045
3. NURUL FITRA RAMADHANI NH0222046
4. NURUL HIKMAH NH0222047
5. NURWAHIDA MURFID NH0222048

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KONVERSI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami dalam menyelesaikan
makalah keperawatan Psikiatri Dengan Masalah Gangguan Konsep Diri: Harga
Diri Rendah pada Nn. A, tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi
Wasallam sebagai panutan bagi kita semua.

Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran dan kerja keras akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat selama
pengerjaan makalah ini. Selain itu, teman-teman yang telah mendukung dan
semoga dengan dukungannya dapat menambah kemampuan kami di masa yang
akan datang.

Kami berharap makalah ini dapat mendatangkan inspirasi bagi kami di


masa yang akan datang dan juga memberi manfaat bagi pembaca agar lebih
meningkatkan kesadaran untuk membaca.

Makassar, 16 Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
A. LATAR BELAKANG ……………………………………….....................1
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………3
C. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...5
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI ………………………………………5
1. Definisi ………………………………………………………………..5
2. Klasifikasi …………………………………………………………….6
3. Etiologic ………………………………………………………………6
4. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah ………………………………...6
5. Manifestasi Klinis …………………………………………………….8
6. Dampak Harga Diri Rendah …………………………………………10
7. Rentang respon ………………………………………………………12
8. Manifestasi Koping …………………………………………………12
9. Penatalaksanaan Medis ……………………………………………...14
10. Penatalaksanaan Keperawatan ………………………………………15
11. Pohon Masalah ………………………………………………………17
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH ………………………………….18
1. Pengkajian …………………………………………………….…….18
2. Diagnose Keperawatan ……………………………………………...22
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan ……………………….....22
4. Evaluasi ………………………………………………………...……26
BAB III TINJAUAN KASUS ………………………………………………….27
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………….….49
A. KESIMPULAN ……………………………………………………….…49
B. SARAN …………………………………………………………….……50
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...51

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa diartikan sebagai keadaan sejahtera, dimana
individu memiliki kemampuan untuk menyadari potensi yang ada dalam
dirinya, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang terjadi, bekerja secara
produktif dan dapat berkontribusi dalam komunitasnya. Individu yang
sering mengalami tekanan emosional, distress dan terganggunya fungsi
(disfungsi), akan berpotensi cukup besar mengalami gangguan jiwa yang
dikenal dengan istilah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) (Rahayu &
Daulima, 2019).
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang ada di
indonesia. Menurut Videbeck (2015) Skizofrenia merupakan gangguan
psikiatrik yang ditandai dengan disorganisasi pola pikir dimanifestasikan
dengan masalah komunikasi. Gejala skizofrenia meliputi gejala positif dan
gejala negatif. Gejala positif mencakup delusi, halusinasi, sedangkan
gejala negatif seperti apatis, afek datar, hilangnya minat atau
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin, kemiskinan isi
pembicaraan, gangguan dalam hubungan sosial, ditemukan pada pasien
dengan harga diri rendah (Rahayu & Daulima, 2019).
Berdasarkan data (WHO) sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa, sebagian besar mengalami skizofrenia. Di
Indonesia sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia di Indonesia telah
berobat. Data dari 33 Rumah sakit jiwa yang ada di seluruh Indonesia
menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai
2,5 juta orang (Riskesdas, 2018). Gejala negatif dari skizofrenia termasuk
harga diri rendah (Pardede, Hamid & Putri, 2020).
Harga diri rendah merupakan salah satu respon maladaptif dalam
rentang respon neurobiologi. Proses terjadinya harga diri rendah kronik
pada pasien skizofrenia dapat dijelaskan dengan menganalisa stressor
predisposisi dan presipitasi yang bersifat biologis, psikologis, dan sosial
budaya sehingga menghasilkan respon bersifat maladaptif yaitu perilaku
harga diri rendah kronik. Respon terhadap stressor pada pasien harga diri
rendah memunculkan respon secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku
dan sosial. Respon-respon tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga
memunculkan rentang respon (Pardede, Keliat, & Yulia, 2015). Sedangkan
harga diri yang tinggi digambarkan dari sifat individu yang memiliki
perasaan penerimaan diri tanpa syarat, meski salah, kalah dan gagal,
sebagai yang berharga dan sifat penting untuk dirinya sendiri. Individu
yang memiliki perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan harga diri rendah
yang berkepanjangan karena evaluasi negatif terhadap diri mereka sendiri
dan diri mereka sendiri kemampuan merupakan gambaran seseorang yang
memiliki harga diri yang rendah (Pardede & Laia, 2020).
Dalam hal kondisi faktor penyebab dari gangguan harga diri yang
pertama yaitu faktor predisposisi meliputi faktor yang mempengaruhi
harga diri seperti penolakan dari orang tua, harapan dan ideal diri yang
tidak bisa tercapai, selalu menemui kegagalan, tanggung jawab personal
yang kurang serta ketergantungan terhadap orang lain, faktor performa
peran seperti peran gender, tuntutan kerja dan budaya yang dapat
mempengaruhi, sedangkan factor identitas diri meliputi tekanan yang
disebabkan dari orang-orang terdekat seperti orang tua yang kurang
percaya akan dirinya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan
struktur sosial, yang kedua yaitu faktor stresr pencetus dapat terjadi
diakibatkan oleh truma seperti pskosial atau ancaman yang dapat
mengganggu kehidupan, ketegangan peran yang mengakibatkan individu
frustasi atas posisi yang didapatkan. Dengan gangguan harga diri,
seseorang akan menghadapi suasana hati dan ingatan tentang masa lalu
yang negatif dan lebih rentan mengalami depresi ketika menghadapi stress
karena pola pikir yang buruk tentang masa lalu yang negatif dan lebih
rentan mengalami depresi ketika menghadapi stress karena pola pikir yang

2
buruk tentang diri sendiri, tujuan hidup yang tidak jelas, dan masa depan
yang lebih pesimis, semakin rendah harga diri seseorang akan lebih
berisiko terkena gangguan kepribadian (Pardede, 2017).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
berinteraksi pada pasien yang mengalami harga diri rendah adalah
dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian
dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan,
yaitu memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai
kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial.
Pasien harga diri rendah biasanya memiliki lebih dari satu masalah
keperawatan. Sejumlah masalah pasien akan saling berhubungan dan dapat
digambarkan sebagai pohon masalah (Elvidiana & Fitriani, 2019).
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri
dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan
menarik diri adalah meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan
untuk berinteraksi dengan orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap-
cakap dengan pasien lain, memberikan pengertian tentang kerugian
menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain, sehingga
diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi sosial pasien.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gangguan jiwa
merupakan suatu kondisi psikologi yang abnormal yang dapat berpengaruh
pada proses interaksi antar individu. Salah satu masalah gangguan jiwa
adalah harga diri rendah, dan penanganan untuk harga diri rendah dapat
menggunakan terapi kognitif untuk merubah pemikiran pemikiran negatif
individu. Harga diri rendah harus ditangani dengan tepat, karena masalah
ini akan memperparah kondisi klien seperti timbulnya halusinasi yang
dapat menyebabkan klien depresi hingga dapat melakukan tindakan
perilaku kekerasan.

B. RUMUSAN MASALAH

3
Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
harga diri rendah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa pada pasien
dengan harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana konsep harga diri rendah
b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada
pasien dengan harga diri rendah

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


1. Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien
menyatakan bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik.
Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah, banyak masalah
psikologis akan berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya.
Harga diri merupakan komponen psikologis yang penting bagi
kesehatan. Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga
diri yang rendah sering kali menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri
yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan
masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri
dikaitkan dengan hubungan interperonal yang buruk dan beresiko
terjadinya depresi sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya
kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan
gangguan harga diri (Wijayati et al., 2020).
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang
rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap
dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri,
sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal yang
buruk dan beresiko terjadinya depresi sehingga perasaan negatif
mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan
menggambarkan gangguan harga diri. Harga diri rendah dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi
6

secara situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah
berlangsung lama).
Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata
atau tidak nyata)(Samosir, 2020).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah
yaitu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal
diri.

2. Klasifikasi Harga Diri Rendah


Menurut Mukhripah Damaiyanti (2014) harga diri rendah
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan
respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.

3. Etiologi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan
koping individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab
harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,
pekerjaan atau pergaulan.

6
Menurut NANDA (2017) faktor yang mempengaruhi harga diri
rendah meliputi faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakkepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,
dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk
tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum,
ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman
(Yosep, 2016).
c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi
perilaku yang objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif
dan dunia dalam diri klien sendiri. Perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah salah satunya mengkritik diri sendiri,
sedangkan kerancuan identitas seperti sifat kepribadian yang
bertentangan serta depersonalisasi (Stuart, 2018).

7
d. Faktor Sosial Budaya
Pasien yang diberikan terapi kognitif dan psikoedukasi
keluarga memiliki masalah sosial budaya yang sangat berpengaruh
yaitu tidak memiliki teman (85%), konflik keluarga (80%) dan
status ekonomi rendah (70%). Townsend (2009) menyatakan
bahwa status sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami
gangguan jiwa dibandingkan tingkat sosio ekonomi tinggi.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016), penyebab harga diri


rendah dikarenakan obesitas, adanya permasalahan pribadi, kecacatan
fisik yang terjadi sejak lahir maupun kecacatan fisik karena
kecelakaan, kehilangan orang-orang yag dicintai seperti keluarga.

4. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan
gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia
akan tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan
kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak
sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang
ditetapkan tidak tercapai. Sedangkan stressor yang mempengaruhi
harga diri rendah adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya
terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara.
Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai,
gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Harga diri rendah dapat
terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak
konstruktif atau kopingnya maladaptif (Suerni et al., 2013).

8
Sedangkan menurut Samosir (2020), harga diri rendah dapat
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feedback dari
lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya bahkan kecendrungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah. Awalnya individu berada pada suatu situasi
yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan
krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis
Psikodinamika terjadinya Harga Diri Rendah dapat dijelaskan
pada gambar berikut ini:

9
Gambar 2.1 Proses terjadinya harga diri rendah (Stuart, 2013).

5. Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah


Menurut Saptina (2020) manifestasi klinis pada harga diri
rendah, yaitu:
a. Data Subjektif
1) Mengintrospeksi diri sendiri.
2) Perasaan diri yang berlebihan.
3) Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
4) Selalu merasa bersalah.
5) Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
6) Bersikap pesimis dalam kehidupan.
7) Mengeluh sakit fisik.
8) Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9) Menentang kemampuan diri sendiri.
10) Menjelek-jelekkan diri sendiri.
11) Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
12) Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
13) Tidak mampu menentukan tujuan.

10
b. Data Obyektif
1) Produktivitas menjadi menurun.
2) Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
3) Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
4) Penyalahgunaan suatu zat.
5) Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
6) Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
7) Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
8) Gampang tersinggung dan mudah marah.

Sedangkan menurut Muhith (2015) manifestasi klinis harga diri


rendah, yaitu:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau
akibat tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu
dan tidak berguna dan memandang dirinya lemah.
c. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat.
Individu merasa tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka
meyendiri dan enggan untuk berinteraksi dengan lingkungan
masyarakat.
d. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa
bodoh, merasa tidak mampu dalam melakukan segala hal, dan
individu merasa tidak tahu apa-apa, mengabaikan bahkan menolak
kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas individu
menurun.
e. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil
keputusan, individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan
individu selalu memandnag dirinya negatif.
f. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah
individu memandang hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga
terdorong untuk merusak atau mengakhiri hidupnya. Bahkan klien

11
dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar.

6. Dampak Harga Diri Rendah


Individu dengan harga diri rendah seringkali merasa tidak
memiliki kemampuan dan tidak mampu dalam mengatasi masalah
yang dihadapi, dan seringkali putus asa sehingga kehilangan harapan
dan berakibat mengalami kegagalan dalam kehidupannya (Andrews et
al, 2002 dalam (lete et al,. 2019).
Menurut Purwanto (2015) harga diri rendah dapat berisiko
terjadinya isolasi sosial seperti menarik diri. Menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, berupa tingkah laku yang maladaptif atau tidak mampu
beradaptasi dengan orang sekitar sehingga dapat mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial.
Dampak dari harga diri rendah yang tidak tertangani dengan
tepat menurut (Sudrajat, 2004 dalam (Hermawan et al., 2015) yaitu
penderita tidak akan berkembang dalam kehidupannya, penderita akan
merasa terkucil dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain, karena
individu tidak memiliki rasa percaya diri. Akibatnya seseorang dengan
harga diri rendah akan selalu menyendiri, maka cenderung akan
berhalusinasi yang dapat menyebabkan depresi bahkan mampu
merusak lingkungan serta dapat melakukan tindakan perilaku
kekerasan.

7. Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi
lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan
intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat
dilihat dari hubungan individuan sosial yang maladaptive.

12
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi diri - Konsep diri - Harga diri - Kerancuan identitas -
Depersonalisasi Positif Rendah

Gambar 2.2 Rentang respon konsep diri (Stuart G.W, 2018).

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang


positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang
memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya. Ideal
dirinya harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara
positif. Hal ini akan menunjukan bahwa individu itu akan menjadi
individu yang sukses.
Harga diri rendah situasional merupakan perasaan negatif
terhadap dirinya sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak
berharga, tidak, berguna, pesimis tidak ada harapan dan putus asa.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah
yaitu mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan kepada orang lain, ganguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif
mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial,
khawatir, serta menarik diri dari realitas.
Keracuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan keracuan identitas yaitu tidak ada kode moral,
sifat kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri

13
sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan untuk empati
terhadaapa orang lain.
Despersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar
dirinya. Individu mengalami kesulitan untuk membedakan dirinya
sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan
asing baginya.

8. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2018) mekanisme koping termasuk pertahanan
koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan
mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam
menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka
pendek tersebut mencakup berikut ini:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televise
secara obsesif).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan
atau geng).
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatakan popularitas).

Menurut Pardede (2019), pertahanan jangka panjang mencakup


berikut ini:

a. Penutupan identitas: Adopsi identitas premature yang diinginkan


oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau
potensi diri individu.
b. Identitas negatif: Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarkat. Mekanisme pertahanan ego

14
termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,
pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk).

9. Penatalaksanaan Medis Harga Diri Rendah


Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya
(Pardede, Keliat, & Yulia, 2020). Terapi yang dimaksud meliputi:
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan
kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya Chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan
senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk
ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter,
maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama
(Rokhimma & Rahayu, 2020).

10. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah


a. Intervensi Generalis

15
Menurut Widianti et al., (2017) tujuan dari tindakan
keperawatan generalis atau tindakan umum yang dilakukan oleh
perawat dalam menangani pasien dengan harga diri rendah adalah :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya.
2) Klien mampu mengenal penyebab harga diri rendah.
3) Klien mampu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki.
4) Klien dapat mengetahui manfaat melakukan kemampuan yang
dilakukan.

Tindakan yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut:

1) Membina hubungan saling percaya.


2) Membantu pasien mengenali kemampuan positif. Dapat
melakukan dengan berdiskusi dengan pasien tentang
kemampuan dan aspek positif serta kemampuan yang masih
bisa dilakukan oleh klien.
3) Mengidentifikasi aspek positif dari manfaat melakukan
kemampuan yang dimiliki.
4) Melatih klien meningkatkan kemampuan yang dimiliki.
5) TAK: Stimulasi persepsi HDR, stimulasi sensoris.

b. Intervensi Spesialis
1) Terapi Individu: terapi kognitif, CBT, penghentian pikiran
a) Terapi kognitif adalah metode yang digunakan untuk
mengatasi masalah mental yang penatalaksanaannya
dengan melatih klien untuk mengubah cara klien dalam
menafsirkan atau memandang segala sesuatu dengan cara
untuk berpikir positif.
b) CBT (Cognitif Behaviour therapy) adalah suatu terapi yang
bertujuan untuk mengajak klien menentang kognitif atau
pikiran, perilaku dan emosi yang salah dengan cara

16
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan
keyakinan mereka mengenai masalah yang dihadapi
(Sasmita et al,. 2010).
c) Penghentian pikiran merupakan suatu terapi individu
dengan cara mempengaruhi perasaan dan perilaku individu
untuk menghentikan pemikiran serta perasaan negatifnya.
2) Terapi Kelompok: Logoterapi, terapi supportif
Logotherapy merupakan terapi yang berfokus pada
penemuan makna hidup sehingga individu mempunyai
kekuatan yang positif untuk bertahan hidup (Widianti et al.,
2017).
3) Terapi Keluarga: Terapi sistim keluarga, psikoedukasi
Psikoedukasi keluarga mampu menurunkan beban keluarga
dan mampu meningkatkan kemampuan keluarga dalam
merawat klien dengan gangguan jiwa. Keluarga dibekali
dengan pengetahuan cara merawat melalui tindakan
keperawatan pada keluarga.
4) Terapi Komunitas: Assertif community therapy
Latihan asertif adalah suatu kemampuan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan
dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan
menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

11. Pohon Masalah

Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

17
Koping individu tidak
efektif
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin Pendidikan
agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, nomer medik, ruang rawat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis
dan identitas penanggung jawab.
b. Alasan Masuk
Tanyakan kepada pasien dan keluarga apa alasan pasien dibawa ke
rumah sakit, Keluhan utama pasien dengan harga diri rendah kronis
biasanya merenung atau menyendiri serta mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri.
c. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis disebabkan oleh
setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu
menyelesaikan masalah yang di hadapi . Situasi atas stressor ini
dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah kronis.
d. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Adanya riwayat gangguan pada pasien atau keluarga.
b) Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
2) Riwayat Psikososial
a) Pada pasien harga diri rendah riwayat psikososial yang
perlu diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau
mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
rumah tangga, aniaya, dan tindakan kriminal.

18
b) Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak
menyenangkan baik bio, psiko, sosio, kultural, maupun
spiritual.
3) Riwayat Penyakit Keluarga Harga diri rendah kronis dapat
disebabkan oleh keturunan. Oleh karena itu, pada riwayat
penyakit keluarga harus dikaji apakah ada keluarga yang
pernah mengalami gangguan jiwa.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV), meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
Pemeriksaan keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe
yang biasanya penampilan pasien yang kotor dan acak-acakan serta
penampilannya tidak terawat.
f. Psikososial
1) Konsep diri
a) Gambaran diri. Disukai ataupun tidak di sukai pasien
mengatakan tidak ada keluhan apapun.
b) Identitas diri. Kaji kepuasan pasien terhadap jenis
kelaminya, status sebelum dirawat di rumah sakit. Pasien
merasa tidak berdaya dan rendah diri sehingga tidak
mempunyai status yang di banggakan atau di harapkan di
keluarga ataupun masyarakat.
c) Peran. Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
d) Ideal diri. Tanyakan harapan tubuh, posisi status, peran.
Harapan pasien terhadap lingkungan, dan harapan pasien
terhadap penyakitnya.
e) Harga diri. Pasien mengejek dan mengkritik dirinya sendiri,
menurunkan martabat, menolak kemampuan yang dimiliki.
2) Genogram

19
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga. Jelaskan
pasien tinggal dengan siapa dan apa hubunganya, jelaskan
masalah yang terkait dengan pola asuh keluarga terhadap
pasien dan anggota keluarga lainya, pola komunikasi, pola
pengambilan keputusan (Nyumirah, 2013).
3) Hubungan sosial
a) Pasien tidak mempunyai orang yang di anggap sebagai
tempat mengadu dan meminta dukungan.
b) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam.
c) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada pasien.
d) Pasien sulit berinteraksi.
4) Spiritual
a) Falsafah hidup Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh
dengan ancaman, tujuan hidupnya biasanya jelas.
b) Konsep kebutuan dan praktek keagamaan Pasien mengakui
adanya tuhan tapi tidak yakin terhadap tuhan, putus asa
karena tuhan tidak memberikan sesuai apa yang dia
inginkan dan tidak mau menjalankan kegiatan agama.
g. Status Mental
1) Penampilan. Penampilan tidak rapi karena pasien kurang minat
untuk perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat kebersihan
dan kerapian, bau badan karena tidak mandi merupakan salah
satu tanda gangguan jiwa dengan harga diri rendah kronis.
2) Pembicaraan Pasien dengan frekuensi lambat, tertatah, volume
suara rendah, sedikit berbicara inkoheren dan bloking
3) Aktivitas Motorik Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi
penurunan aktivitas interaksin
4) Alam Perasaan Pasien biasanya merasakan tidak mampu dan
pandangan hidupnya selalu pesimis

20
5) Afek Terkadang afek pasien tampak tumpul, emosi pasien
berubahubah, kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
a) Tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.
b) Kontak mata kurang: tidak mau menatap lawan bicara.
c) Defensif: selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
d) Curiga: menunjukkan tidak percaya pada orang lain.
7) Persepsi Pasien mengalami halusinasi dengar atau lihat yang
mengancam atau memberi perintah
8) Proses piker. Data yang diperoleh dari observasi pada saat
wawancara:
a) Arus Pikir:
1) Koheren: pembicaraan dapat dipahami dengan baik.
2) Inkoheren: kalimat tidak berbentuk, kata-kata sulit
dipahami.
3) Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai pada tujuan.
4) Flight of ideas: pembicaraan yang melompat dari satu
topik ke topik lainnya masih ada hubungan yan tidak
logis dan tidak sampai pada tujuan.
5) Bloking: pembicaraan terhenti tiba-tiba kemudian
dilanjutkan kembali.
6) Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak di
pahami oleh umum.
7) Sosiasi bunyi: mengucapkan kata-kata yang mempunyai
persamaan bunyi.
8) Isi Pikir: Merasa bersalah dan khawatir, menghukum
atau menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri
sendiri (Yusuf, 2015).

21
h. Tingkat kesadaran
1) Biasanya pasien tampak bingung dan kacau, stupor adalah
gangguan motorik seperti kelakuan, gerakan berulang-ulang,
anggota tubuh pasien dalam sikap canggung yang
dipertahankan dalam waktu lama tetapi pasein menyadari
semua yang terjadi dilingkungan, sedasi yaitu pasien
mengatakan bahwa ia merasa melayang-layang antara sadar
atau tidak sadar.
2) Tingkat konsentrasi berhitung
a) Perhatikan pasien mudah berganti dari satu obyek ke obyek
lain atau tidak.
b) Tidak mampu berkonsentrasi.
c) Tidak mampu berhitung.
3) Kemampuan penilaian
a) Ringan: dapat mengambil suatu keputusan yang sederhana
dengan dibantu.
b) Bermakna : tidak mampu mengambil suatu keputusan
walaupun sudah dibantu.
4) Daya titik diri. Pasien tidak menyadari bahwa dia mengalami
gangguan jiwa

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yaitu :
a. Harga diri rendah situasional
b. Harga diri rendah kronik.

3. Intervensi Dan Implementasi Keperawatan


a. Tujuan:
1) Pasien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang di miliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan.

22
3) Pasien dapat menetaptan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih.
b. Tindakan Keperawatan
1) Mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang yang
masih di miliki pasien. Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemempiuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya, perawat dapat:
a) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di
rumah sakit, dalam keluarga dan lingkungan adanuya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien
b) Beri pujian yang realistic atau nyata dan hindarkan setiap
kali bertemu dengan pasien penilaian yang negative.
2) Membantu pasien menilain kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut dapat dilakukan :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemempuan yang masih
dapatb digunakan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkanya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif.
3) Membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang
akan dilatih Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah:
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari

23
b) Bantu pasien menentukan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan
bantuan minimal dari keluraga atau lingkungan terdekat
pasien berikan contoh pelaksanakan kegiatan yang
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
kegitan seharihari pasien.

4) Melatih kemampuan yang dimiliki pasien.


Tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan
yang dipilih
b) Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c) Berika dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang
dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang
dilatih.
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut dapat
melakukan hal-hal berikut:
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas kegiatan - kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
c) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih.
d) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaanya kegiatan.
c. Konseling
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk
membantu pasien meningkatkan atau memperoleh kembali
kemampuan koping, memelihara kesehatan mental, dan mencegah
penyakit atau ketidak mampuan menta (Yusuf et. al, 2015).

24
d. Terapi Lingkungan
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, serta
mempertahankan suatu lingkungan yang terapeutik dalam
kolaborasinya dengan pasiendan pemberian pelayanan kesehatan
lain.
e. Aktivitas Asuhan Mandiri
Perawat kesehatan jiwa membentuk intervensi sekitar aktivitas
kehidupan sehari-hari pasien untuk memelihara asuhan mandiri
dan kesejhteraan jiwa dan fisik
f. Intervensi psikobiologis
Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan intervensi
psikobiologis dan menerapkan keterampilan klinis untuk
memulihkan kesehatan pasien dan mencegah ketidakmapuan lebih
lanjut.
g. Penyuluhan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa, melalui penyuluhan kesehatan, serta
membantu pasien dalam mencapai pola kehidupanyang
memuaskan produktif dan sehat.
h. Manajemen kasus
Perawat kesehatan jiwa menyajikan manejemen kasus untuk
mengkordinasi kesehatan yang komprehensif serta memastikan
kesenambungan asuhan.
i. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Perawat kesehatan jiwa menerapkan strategi dan intervensi untuk
meningkatkan, memelihara kesehatan jiwa, serta mencegah
penyakit jiwa.
j. Psikoterapi
Spesialis yang bersetifikasi dalam keperawatan kesehatan jiwa
menggunakan psikoterapi individu, psikoterapi kelompok,
psikoterapi keluarga, psikoterapi anak, serta pengobatan terapeutik
lain untuk membantu pasien untuk memelihara kesehatan jiwa,

25
mencegah penyakit jiwa dan ketidakmampuan, serta memperbaiki
atau mencapai kembali status kesehatan dan kemampuan
fungsional pasien.
k. Preskripsi Agen Farmakologis
Spesialis yang bersertifikasi memberikan konsultasi kepada
pemberi pelayanan kesehatan dan lainnya untuk memengaruhi
rencana asuhan kepada pasien, dan memperkuat kemampuan yang
lain untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan psikiatri
serta membawa perubahan dalam setiap pelayanan kesehatan jiwa
dan psikiatri.

4. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan. Asuhan keperawatan adalah proses
dinamik yang melibatkan perusahaan dalam status kesehatan pasien
sepanjang waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai
diagnosis, dan modifikisi rencana asuhan. Oleh karena itu, evaluasi
merupakan suatu proses penilaian berkesinambungan tentang pengaruh
intervensi keperawatan dan regimen pengobatan terhadap status
kesehatan pasien dan hasil kesehatan yang diharapkan

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

Ruang Rawat: Ruang Melati Tanggal di rawat: 14 Februari 2023

A. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. A
TTL/Umur : Makassar, 21 April 1999 / 23 tahun
Informan : Status pasien dan komunikasi dengan pasien
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 14 Februari 2023
No. Rekam Medik : 039457

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Kurang lebih sejak 2 bulan yang lalu pasien berkelakukan aneh,
melukai diri sendiri, tidak bisa tidur, gelisah, sering menangis sendiri. Pasien
merasa marah, kecewa dan malu karena mendapatkan tunangannya
berselingkuh, dan faktanya tunangannya tersebut telah merenggut
keperawanannya. Pasien merasa dirinya tidak berarti dan sering menyendiri
sambil berfikir hal-hal yang negative pada dirinya. Pasien jarang keluar rumah
dan bersosialisasi dengan orang sekitar, dia kebanyakan di kamar menyendiri
bahkan sesekali menangis sambil menyakiti dirinya sendiri.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya Tidak √

2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil kurang berhasil tidak


berhasil
3.

Aniaya fisik Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia


Aniaya seksual - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam
- - -
keluarga
Tindakan
- - -
kriminal

Jelaskan No 1,2,3 : Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa


sebelumnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


Ya Tidak √

Hubungan gejala Riwayat


keluarga pengobatan/perawatan

- - -

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Sekitar 2 bulan yang lalu, pernikahan pasien batal padahal undangan sudah
tersebar. Pasien dan tunangannya sudah menjalin hubungan selama 4
tahun. Dia mendapatkan tunangannya berselingkuh dibelakangnya selama
5 bulan terakhir dan baru ketahuan setelah mereka bertunangan bahkan 1
minggu sebelum acara pernikahannya. Pasien merasa marah dan kecewa
pada tunangannya, dan malu pada keluarga dan tetangga karena
pernikahan mereka batal. Fakta bahwa pasien sudah tidak perawan lagi
membuatnya lebih terpukul. Pasien merasa tidak ada lagi laki-laki yang
akan menerimanya kelak, pasien sangat menyesali perbuatannya dahulu.
Jika bertemu orang lain pasien kebanyakan tunduk dan merasa malu pada
dirinya sendiri. Pasien juga mengatakan trauma dalam menjalin sebuah
hubungan bahkan sampai ke pernikahan.
Masalah keperawatan :
a. Harga diri rendah

28
b. Isolasi sosial
c. Koping tidak efektif

D. FISIK
1. Vital sign : TD: 110/70 mmHg ; N: 80x/I ; S: 36,5⁰ C ; P:
22x/i
2. Antropometri : TB: 160 ; BB: 55 Kg ; Turun: 1 Kg ; Naik: -
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Jelaskan :
Pasien mengeluh tangannya perih dikarenakan dia sering melakukan sayatan
menggunakan silet di pergelangan tangannya hingga mengeluarkan sedikit
darah.
Masalah keperawatan : Perilaku kekerasan

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

29
: Pasien

: Tinggal serumah dengan pasien

Jelaskan :

Nn. A tinggal di jalan Sermani, Kecamatan Panakukang, Kelurahan Tello


Baru, Makassar. Pasien mempunyai ayah satu dan ibu satu, serta adik laki-
laki yang berusia 18 tahun. Ayah pasien merupakan anak kedua dari 3
bersaudara, sedangkan ibu pasien merupakan anak ketiga dari 6
bersaudara. Pasien mengalami gangguan jiwa sedangkan keluarga dalam
keadaan sehat fisik dan psikologis serta tidak mengalami gangguan jiwa
(sehat jiwa).

2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Pasien tidak menyukai tubuhnya karena sudah
tidak perawan lagi.
b. Identitas : Pasien anak pertama dari 2 bersaudara
c. Peran : Pasien berperan sebagai anak pertama
d. Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dari traumanya dan
ingin hidup normal kembali.
e. Harga diri : Pasien merasa tidak berarti

Masalah keperawatan : Gangguan citra tubuh

3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat : Orang yang berarti dalam kehidupan pasien
adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok lingkungan rumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien tidak mudah
akrab atau berhubungan dengan orang lain yang dia tidak kenal

30
4. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : Pasien beragama Islam
2. Kegiatan ibadah : Pasien rajin shalat 5 waktu, tetapi semenjak sakit
pasien jarang shalat

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

F. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Tidak rapih √
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Pasien tampak tidak rapi dalam berpakaian
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
cepat keras gagap √
inkoheren apatis lambat

membisu tidak mampu memulai pembicaraan √
Jelaskan : Pasien tampak tertutup dan malu saat berbicara
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
lesu √ tegang gelisah √ agitasi √
tik grimasen tremor kompulsif √
Jelaskan : Saat berbicara pasien nampak lesu dan gelisah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
sedih √ ketakutan putus asa √
khawatir √ gembira berlebihan

31
Jelaskan : Pasien mengatakan dia putus asa dan khawatir akan
hidupnya
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
datar √ tumpul labil tidak sesuai
Jelaskan : Saat berbicara wajah pasien tampak datar
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
bermusuhan tidak kooperatif
mudah tersinggung kontak mata kurang √
defensif curiga
Jelaskan : Saat berbicara pasien kurang melakukan kontak mata
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi
pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penciuman
Jelaskan : Pasien tidak mengalami halusinasi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
flight of ideas blocking
pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Saat diajak berbicara kalimat pasien tidak berbelit-
belit dan juga terarah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
obsesi fobia hipokondria
depersonalisasi ide yang terkait
pikiran magis waham agama somatik
kebesaran curiga

32
nihilistik sisip pikir siar pikir
kontrol pikir
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : Tingkat kesadaran pasien baik, tidak mengalami
disorientasi waktu dan tempat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka
pendek Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan : Tidak ada masalah pada daya ingat pasien
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Pasien tidak mengalami gangguan konsentrasi dan
berhitung
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan √ gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien mengalami gangguan penilaian terhadap dirinya
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

33
Jelaskan : Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita,
klien mengetahui bahwa dia sedang sakit
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal bantuan total
2. Defekasi dan berkemih
Bantuan minimal bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal bantuan total
4. Berpakaian dan berhias
Bantuan minimal bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : - s/d -
Tidur malam lama : 03.00 s/d 09.00 WITA
Aktivitas sebelum dan setelah tidur: Berdiam diri, menangis merenung,
overthinking
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak √
Sistem pendukung Ya tidak √
8. Aktivitas di dalam rumah
mempersiapkan makanan Ya √ tidak
menjaga kerapihan rumah Ya tidak √
mencuci pakaian Ya √ tidak
mengatur keuangan Ya tidak √
9. Aktivitas di luar rumah
belanja Ya tidak √
transportasi Ya tidak √

34
lain-lain Ya tidak
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

H. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih √
Teknik relokasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif menghindar √
olahraga mencederai diri √
lainnya lainnya
masalah keperawatan : Koping tidak efektif

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan tidak percaya diri untuk bertemu dengan orang lain.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan sulit untuk melakukan kumpul-kumpul bersama
masyarakat sekitar.
3. Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana
4. Masalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan belum mendapatkan pekerjaan
5. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan
6. Masalah dengan ekonomi
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan ekonomi
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan Kesehatan
8. Masalah lainnya

35
Tidak ada
Masalah keperawatan : Isolasi sosial

J. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa sistem pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
koping obat-obatan
Lainnya Lainnya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

K. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Koping tidak efektif
4. Perilaku kekerasan
5. Gangguan citra tubuh

L. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah situasinoal berhubungan dengan riwayat kehilangan dan
gangguan citra tubuh (D. 0087).
2. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan
yang memuaskan (D. 0121)

M. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Nn. A Ruangan : Melati No. Rekam medik :
039457

Standar Luaran Rencana Tindakan


Diagnosis
Keperawatan Keperawatan
(D. 0087) Harga (L. 09069) Setelah Sp 1:

36
diri rendah dilakukan tindakan Pasien dapat membina hubungan
situasinoal keperawatan … x saling percaya
berhubungan … jam diharapkan Pasien mengidentifikasi aspek
dengan riwayat harga diri pasien positif dan kemampuan yang
kehilangan dan meningkat, dengan dimiliki.
gangguan citra kriteria hasil: Sp 2:
tubuh 1. Penilaian diri Pasien dapat menentukan dan
positif meningkat memilih aspek positif yang telah
2. Perasaan dipilih.
memiliki kelebihan Latih kegiatan yang dipilih (alat
atau kemampuan dan cara melakukannya).
positif meningkat Paien dapat membuat jadwal
3. Pmenerimaan kegiatan sesuai dengan
penilaian positif kemampuan yang telah dimiliki.
terhadap diri Sp 3:
sendiri meningkat Evaluasi kegiatan pertama yang
4. Minat mencoba telah dilatih dan berikan pujian.
hal baru meningkat Bantu pasien memilih kegiatan
5. Berjalan kedua yang akan dilatih.
menampakkan Sp 4:
wajah meningkat Latih kegiatan kedua kedua (alat
6. Postur tubuh dan cara).
menampakkan Masukkan pada jadual kegiatan
wajah meningkat untuk latihan.
7. Kontak mata Sp 5:
meningkat Evaluasi kegiatan pertama dan
8. Percaya diri kedua yang telah dilatih dan
berbicara berikan pujian.
meningkat Bantu pasien memilih kegiatan
9. Perasaan malu ketiga yang akan dilatih.
menurun Latih kegiatan ketiga.

37
10. Perasaan
bersalah menurun
11. Perasaan tidak Sp 6:

mampu melakukan Evaluasi kegiatan pertama, kedua,

apapun menurun dan ketiga yang telah dilatih dan


berikan pujian.
Latih kegiatan dilanjutkan sampai
tak terhingga.
Nilai kemampuan yang telah
mandiri.
Nilai apakah harga diri pasien
meningkat.
(D. 0121) Isolasi (L. 13116) Setelah Sp 1:
sosial dilakukan tindakan Pasien dapat membina hubungan
berhubungan keperawatan … x saling percaya.
dengan … jam diharapkan Pasien mampu menyebutkan
ketidakmampua keterlibatan social penyebab menarik diri.
n menjalin pasien meningkat, Pasien mampu menyebutkan
hubungan yang dengan kriteria keuntungan berhubungan social
memuaskan hasil: dan kerugian menarik diri.
1. Minat interaksi Sp 2:
meningkat Melatih pasien berkenalan dengan
2. Minat terhadap pasien dan perawat.
aktivitas Masukan pada jadwal kegiatan
meningkat untuk latihan berkenalan.
3. Verbalisasi Sp 3:
isolasi menurun Evaluasi kegiatan berkenalan
4. Verbalisasi (berapa orang), beri pujian.
ketidakamanan di Latih cara berbicara saat
tempat umum melakukan kegiatan harian (latih
menurun 2 kegiatan).

38
5. Perilaku Masukkan pada jadwal kegiatan
menarik diri untuk latihan berkenalan 2- 3
menurun orang pasien, perawat dan tamu,
6. Kontak mata berbicara saat melakukan kegiatan
membaik harian.
Sp 4:
Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan (berapa orang) &
bicara saat melakukan dua
kegiatan harian. Beri pujian.
Latih cara bicara sosial: meminta
sesuatu, menjawab pertanyan.
Sp 5:
Evaluasi cara bicara social:
meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan, dan beri pujian.
Pesien dapat melaksanakan
hubungan social secara bertahap.

N.

39
O. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Nama : Nn. A Ruangan : Melati No. Rekam medik : 039457

Hari / Tgl Implementasi Evaluasi


Rabu, Diagnosa Keperawatan S:
15 Februari 2023 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Senang
Tindakan Keperawatan O:
Pukul 09.00- Sp 1: Klien mengatakan masih mampu menunjukkan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif hasil gambaran


selesai
yang dimiliki pasien RTL: A:
Harga Diri Rendah (+)
P:

1. Latihan memulai segala aktivitas nya dengan


Doa.
SP 2
a. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
b. Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai
kemampuan
c. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang

40
dipilih 1
Rabu / 15 Februari Diagnosa Keperawatan S:
2023 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Senang
Tindakan Keperawatan dan
Pukul 16.00- Sp 2 Harga Diri Rendah : Antusias
selesai a. Menilai kemampuan yang dapat digunakan O:
Klien mampu memilih dan melatih
kegiatan sesuai kemampuan yaitu
membantu ibu menyelesaikan perkerjaan
rumah
A:
Harga Diri Rendah (+)
P:
Latihan membersikan rumah
a. Menetapkan atau memilih kegiatan
sesuai kemampuan
b. Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1
RTL :
Sp 3 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2

41
Kamis/ 15 Diagnosa Keperawatan S:
Februari Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Senang dan
Tindakan Keperawatan Antusias O :
Pukul 10.00- Sp 3: Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2 Klien mampu melatih kegiatan sesuai
selesai RTL: kemampuan yaitu menyuci piring dan
Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3 menyapu rumah
A:
Harga Diri Rendah (+)
P:
• Beribadah
• Membantu menyapu rumah
• Menyuci piring

Kamis/ 15 Diagnosa Keperawatan S:


Fenruari 2023 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Senang dan
Tindakan Keperawatan Antusias O :
Pukul : 16.00- Sp 4 : Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih
selesai dipilih 3 RTL : yaitu menyapu rumah

42
Follow up dan evaluasi SP 1-4 A:
Harga diri
rendah (-) P :
• Beribadah
• Menyuci piring
• Menyapu rumah
• Mengepel rumah
• Menyapu Halaman

43
Jum’at/ 16 Data S:
Februari 2023 • Klien selalu sendiri Senang dan
• Klien selalu termenung sendiri dan memalingkan muka Antusius O :
Pukul : 09.00- ke arah telingga, pendiam , pandangan menunduk • Pasien belum mampu mengenali masalah isolasi
selesai kebawah sosial dengan mandiri.
• Klien tidak punya teman • Mengidentifikasi isolasi sosialnya ; tanda dan
Diagnosa Keperawatan gejala, penyebab dan akibat dari isolasi sosial
Isolasi Sosial • Pasien belum mampu menjelaskan keuntungan
Tindakan Keperawatan memiliki teman dan kerugian memiliki teman
Sp1 : Menjelaskan keuntungan dan kerugian dengan mandiri.
mempunyai teman RTL: A:
Sp 2 : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih Isolasi
Sosial (+)
P:
• Latihan mengidentifikasi isolasi sosialnya ;
tanda dan gejala, penyebab dan akibat dari
isolasi sosial
• Menjelaskan keuntungan memiliki teman dan
kerugian memiliki teman.

44
Jum’at/ 16 Data S:
Februari 2023 • Klien selalu sendiri Senang dan
• Klien selalu termenung sendiri dan memalingkan muka Antusias O :
Pukul : 15.30- ke arah telingga, pendiam , pandangan menunduk • Klien mampu menjelaskan cara berkenalan
selesai kebawah dengan bantuan.
• Klien tidak punya teman • Klien mampu mendemostrasikan cara berkenalan

Diagnosa Keperawatan dengan dimotivasi oleh perawat.

Isolasi Sosial • Klien mampu mempratekkan dan melakukan

Tindakan Keperawatan cara berkenalan kepada perawat, teman dan

Sp 2 : Melatih klien berkenalan dengan 2 orang orang lain dengan cara bantuan.

atau lebih teman A:

RTL: Isolasi Sosial (+).

Sp 3 : Melatih bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan P:

harian • Latihan cara berkenalan

Melatih berbicara sosial meminta sesuatu belanja dan • Mendemostrasikan cara berkenalan
sebagainya • Latih klien berkenalan dengan satu orang, dua
orang, tiga orang atau lebih 3x/hari

45
Sabtu/ 17 Data S:
Februari 2023 • Klien selalu sendiri Senang dan
• Klien selalu termenung sendiri dan memalingkan muka Antusias O :
Pukul : 08.30- ke arah telingga, pendiam , pandangan menunduk • Klien mampu menjelaskan cara berkenalan
selesai kebawah dengan bantuan.
• Klien tidak punya teman • Klien mampu Mendemostrasikan cara
Diagnosa Keperawatan berkenalan dengan dimotivasi oleh perawat.
Isolasi Sosial
• Klien mampu mempratekkan dan melakukan cara
Tindakan Keperawatan
berkenalan kepada perawat, teman dan orang
Sp 3 : Melatih bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan
lain.
harian
A:
RTL:
Isolasi Sosial (+).
Sp 4 : Melatih berbicara sosial meminta sesuatu belanja dan
P:
sebagainya
• Latihan cara berkenalan
• Mendemostrasikan cara berkenalan

46
Sabtu/ 17 Diagnosa Keperawatan S:
Februari 2023 Isolasi Sosial Senang dan
Tindakan Keperawatan Antusius
Pukul : 15.00- Sp 4 : Melatih berbicara sosial meminta sesuatu O:
selesai belanja dan sebagainya RTL: • Klien mampu mempraktekkan cara
Isolasi Sosial : Follow up dan evaluasi Sp 1-4 Isolasi sosial bercakapcakap dengan orang lain saat
melakukan kegiatan dengan mandiri.
• Klien mampu bersosialisasi meminta sesuatu
dengan mandiri.
A : Isolasi Sosial (-)
P:
• Latihan bercakap-cakap sambil melakukan
kegiatan harian 3 x/ hari
• Latihan berbicara sosial
• Latihan meminta sesuatu 3 x/hari
• Latihan bercakap-cakap dengan orang lain 3x/
hari

47
48
49

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang
atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri merupakan
komponen psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering kali
menyertai gangguan kejiwaan. Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan
kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang
lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan
harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interperonal
yang buruk dan beresiko terjadinya depresi sehingga perasaan negatif
mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan
menggambarkan gangguan harga diri (Wijayati et al., 2020).
Menurut Mukhripah Damaiyanti (2014) harga diri rendah
dibedakan menjadi 2, yaitu: Harga diri rendah situasional, yaitu terjadi
terutama yang tiba-tiba dan kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat.
Adapun diagnosa yang muncul yaitu koping individu tidak efektif,
harga diri rendah, isolasi sosial, dan halusinasi. Dan diantara diagnosa
tersebut kami memutuskan dua diagnosa prioritas yaitu harga diri rendah
dan isolasi sosial berdasarkan dengan keluhan yang dialami oleh pasien.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun dari dosen pengampu mata kuliah, teman, maupun pembaca.
Semoga makalah dari kelompok kami dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

50
51

DAFTAR PUSTAKA

Kenedyanti, E., & Sulistyorini, L. (2017). Analisis Mycobacterium Tuberkulosis

Dan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal

Berkala Epidemiologi, 5(2), 152–162.

https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2.2017.152-162

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes


RI.

Kemenkes RI. (2020). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes


RI.

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit

Andi.https://books.google.co.id/books?id=Yp2ACwAAQBAJ&printsec

=copyright&hl=id&source=gbs_pub_info_

Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2020). The Symptoms of Low Self-

Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment Therapy.

Adv Practice Nurs, 5, 170.

Pardede, J. A., Damanik, R. K., Simanullang, R. H., & Sitanggang, R. (2020). The

Effect Of Cognitive Therapy On Changes In Self-Esteem On


Schizophrenia

Patients. European Journal of Molecular & Clinical Medicine, 7(11)

Pardede, J. A. (2020). Decreasing Hallucination Response Through Perception

Stimulation Group Activity Therapy In Schizophrenia Patients. Iar Journal

of Medical Sciences, 1(6), 304-309.


52

Safitri, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita

Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis


(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

http://eprints.umpo.ac.id/6155

Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI


Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan

Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI


Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI

Yusuf, A Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba

Medika.

52

Anda mungkin juga menyukai