Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pembimbing : Ns.UJI KAWURYAN,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

Achmad Febriyandi
Ainul Mawaddah
Dwi Ajie Sukma
Meidita Sari
Lutfi Setyaningrum
Rahnu Rezki Al-Luthfi
Rica Fitriani

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2017/2018
Kata pengantar
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas “Harga Diri Rendah (HDR)” makalah
ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Harga Diri Rendah ,
dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah “KEPERAWATAN JIWA”
Dalam proses pedalaman materi Harga Diri Rendah ini tentunya kami
mendapat bimbingan , arahan , koreksi , dan saran , untuk itu rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kami sampaikan : UJI KAWURYAN, selaku dosen mata
kuliah KEPERAWATAN JIWA
Demikian makalah ini kami buat , semoga dapat bermanfaat dan dapat
menambah wawasan kita semua.

2
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan :
1. Latar Belakang .............................................................................. 4
2. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
3. Tujuan Penulisan............................................................................ 5
4. Metode Penulisan........................................................................... 5

B. Konsep Dasar Mencakup :


1. Pengertian ..................................................................................... 6
2. Penyebab HDR.............................................................................. 7
3. Tanda dan Gejala........................................................................... 7
4. Proses Terjadinya Masalah............................................................ 8
5. Akibat HDR................................................................................... 8
6. Faktor Predisposisi dan Presipitasi................................................ 9
7. Mekanisme Koping........................................................................ 10

C. Asuhan Keperawatan Mencakup :


a. Pengkajian ..................................................................................... 12
b. Rumusan Diagnosa Keperawatan.................................................. 12
c. Perencanaan................................................................................... 13

D. Penutup
1. Kesimpulan....................................................................................
2. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
1. Pendahuluan

1. Latar belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan
menyebabkan perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk
mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang
timbul. Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan
memunculkan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga
diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui
jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak
pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri,
merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya
diri kurang, kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).

2. Rumusan masalah
 Apa pengertian Harga Diri Rendah ?
 Apa penyebab Harga Diri Rendah ?
 Apa saja tanda dan gejala Harga Diri Rendah ?
 Bagaimana proses terjadinya Harga Diri Rendah ?

4
 Apa saja akibat Harga Diri Rendah ?
 Apa saja faktor predisposisi dan faktor presipitasi HDR ?
 Bagaimana mekaisme koping HDR ?

3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah :
a) Tujuan umum
Perawat mampu mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
b) Tujuan khusus
Untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul pada klien selama
memberikan asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri
rendah dan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut.

4. Metode Penulisan
Penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-
buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Harga Diri Rendah.

5
2. Konsep Dasar Mencakup
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa  
gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat
terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan
menolak diri sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC,
1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck,
1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus

operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan

kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh

KKN, dipenjara tiba-tiba ).

 Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:

 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik


yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa

6
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan
fisik.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa.

2. Penyebab Harga Diri Rendah


Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan
ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal, seperti : trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi
peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit sebagai transisi dari
keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat di kaji pada gangguan harga diri rendah
adalah :
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit, misalnya: malu dan sedih karena rambut
jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
b) Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan, mengejek, dan mengkritik
diri sendiri.
c) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.

7
d) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyendiri.
 Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
memilih alternatif tindakan.
 Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Proses Terjadinya Masalah
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan
tergantung pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia
mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan
berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri
sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita
yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )
5. Akibat Harga Diri Rendah
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksi sosial : menarik diri, perubahan penampilan peran,
keputusasaan maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. (Keliat, 1998).

8
6. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a) Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa
kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah
atau gangguan konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan
dan respon orang tua, lingkungan, sosial serta budaya. Orang tua yang
kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau
ketidakpastian diri, sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti
dan tujuan kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan
kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah
biologis juga bisa menyebabkan harga diri rendah. Misalnya anak lahir
menilai dirinya rigatif. (Stuart & Sundeen, 1991)
b) Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan
masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang
berarti : pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang, dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang
terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan
individu sering menghadapi transisi peran yang dapat menimbulkan stres
tersendiri bagi individu.
Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3
kategori, yaitu:
 Transisi Perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas.
Setiap tahap perkembangan harus dilalui individu dengan

9
menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat
merupakan stresor bagi konsep diri.
 Transisi Peran Situasi
Transisi peran situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah
atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian,
misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat
menimbulkan ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau
peran berlebihan.
 Transisi Peran Sehat – Sakit
Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan
berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat
mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri,
identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
7. Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan
konsep diri dibagi dua yaitu:
a) Koping jangka pendek
 Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya : pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga
berat dan obsesi nonton televisi.
 Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya:
ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok
tertentu.
 Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
 Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti
pada diri sendiri dan orang lain.

10
b) Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping
jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan
Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan
karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin
remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering
digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas,
anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja,
kenakalan, penganiayaan.

11
3. Asuhan Keperawatan Mencakup
A. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri
rendah meliputi tingkah laku :
 Menyalahkan diri atau orang lain.
 Produktivitas menurun.
 Gangguan berhubungan
 Rasa bersalah.
 Mudah marah
 Pesimis terhadap kehidupan
 Keluhan fisik
 Menarik diri dari realita
 Cemas dan takut
 Mengurung diri
 Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga
diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
 Kurang kontak mata
 Ungkapan yang mengaktifkan diri
 Ekspresi rasa malu
 Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk
menghadapi berbagai peristiwa.
 Menolak  umpan  balik  yang  positif  dan melebih-lebihkan  umpan 
balik yang negatif tentang dirinya.
 Hipersensitif  terhadap  kritik, mudah  tersinggung  dengan 
pembicaraan orang lain.
B. Diagnosa Keperawatan
 Isolasi sosial

12
C. Intervensi Keperawatan
1) SP KLIEN
 Tujuan Keperawatan
a) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
b) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai deangan kemampuan
d) Pasien dapat melatih kegiatan yang di pilih sesuai dengan
kemampuan
e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah di latih sesuai
jadwal

 Tindakan
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien, untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan
aspek positif yang masih di milikinya, perawat dapat melakukan
hal-hal berikut ini :
1) Diskusi tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
di miliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan
dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang
negatif.
b) Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan
cara-cara berikut :
1) Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang
masih dapat di gunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang di ungkapkan pasien
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi
pendengar yang aktif

13
c) Bantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemampuan yang akan
di latih. Tindakan keperawatan yang dapat di lakukan adalah
sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan di pilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
2) Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien
lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
d) Latih kemampuan yang di pilih pasien dengan cara berikut
1) Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksana kegiatan
2) Bersama pasien, peragakan kegiatan yang di tetapkan
3) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
di lakukan pasien
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang di
latih
1) Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah di latihkan
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap kegiatan
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah di latih
5) Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya
setelah pelaksanaan kegiatan

2) SP KELUARGA
 Tujuan Keperawatan
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki pasien
b) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki pasien

14
c) Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
yang sudah di latih dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien
d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien
 Tindakan
a) Diskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat
pasien
b) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang di alami
pasien
c) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang di miliki
pasien dan puji pasien atas kemampuannya
d) Jelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
e) Demontrasikan cara merawat pasien harga diri rendah
f) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat
demontrasikan sebelumnya
g) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah.

3) Contoh Komunikasi dar SP


a) SP KLIEN
SP 1 :
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
bantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat di gunakan,
membantu pasien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan di
latih, melatih kemampuan yang sudah di pilih dan menyusun jadwal
pelaksaan kemampuan yang telah di latih dalam rencana harian.
Orientasi :
“Selamat pagi Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar”.

15
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukan dirumah sakit. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.”
“Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu ? berapa
lama? Bagaimana kalau 20 menit?
Kerja :
“T apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya, apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan ?
bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring?
Dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang T miliki”
“T, dari keliama kegiatan/ kemampuan ini yang masih dapat di
kerjakan di rumah sakit? (mis.ada tiga yang masih dapat di lakukan)
bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa di kerjakan di rumah
skit ini.”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa di kerjakan di
rumah sakit ini. Baik, yang nomer satu merapikan tempat tidur?
Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan
tempat tidur T, mari kita lihat tempat tidur T, coba lihat, sudah
rapikah tempat tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus, sekarang kita angkat seprainya,
dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita
mulai dari atas, ya bagus. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal,
rapikan dan letakkan sebelah atas/ kepala. Mari kita lipa selimut,
bagus.”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan.”

16
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar
kegiatan, tulis M (mandiri) kalau T lakukan tanpa di suruh, tulis B
bantuan kalau T melakukan dengan di bantu, dan tulis T (tidak)
kalau T tidak melakukan (perawat memberi kertas berisi daftar
kegiatan harian)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur? Ya, T ternysts banyak memiliki
kemampuan yang dapat di lakukan dirumah sakit. Salah satunya,
merapikan tempat tidur, yang sudah T praktikan dengan baik sekali.
Nah kemampuan ini dapat di lakukkan juga dirumah setelah pulang.
Sekarang, marilah kita masukkan jadwal harian, T mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur, bagus dua kali, yaiutu pagi jam
berapa ? lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.”
“ Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mau di lakukan dirumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya, bagus cuci piring.. kalau begitu kita
akan latihan mencuci piring besok jam 8npagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya.”

b) SP 2
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien. Latihan dapat di lanjutkan untuk kemampuan
lain sampai kemampuan lain di latih. Setiap kemampuan yang di
miliki akan meningkatkan harga diri pasien.
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak
cerah, bagaimana T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi
pagi? Bagus kalau sudah di lakukan (jika pasien belum mampu
melakukan nya, ulang dan bantu kembali) sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”

17
“Ya benar, sekarang kita akan latihan mencuci piring di dapur”
“Waktunya sekitar 15 menit, mari kita ke dapur”
Kerja :
“T, sebelum mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlemgkapannya, yaitu spons.untuk membersihkan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat
mengguanakan air yang mengalir dari keran ini. Oh ya, jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.”
“Sekarang saya perlihtkan dulu ya caranya. Setelah semua
perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan spons yang sudah
diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai si sabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih
tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai...
“sekarang coba T yang melakukan”
“Baguus, T dapat mempraktikan cuci piring dengan baik. Sekarang
di lap tangannya.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini di masukkan menjadi
kegiatan sehari-hari.”
“T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci
piring tiga kali setelah makan.
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah
merapikan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah
itu ? Ya benar kita akan latihan ngepel.”
“mau jam berapa? Sama seperti sekarang? Sampai jumpa”
c) SP KELUARGA
SP 1 :

18
Mendiskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat
pasien dirumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, mendemontrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktikan cara merawat.
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana keadaan bapak/ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat
T? Berapa lama? Bagaimana kalau tiga puluh menit? Baik, mari
duduk di ruangan wawancara”
Kerja :
“Apa yang bapak ketahui tentang masalah T?”
“Ya memang, benar sekali pak/bu, T itu memang terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. T sering
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata
lain, anak bapak/ibu memiliki masalah harga diri rendah yang di
tandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif
terhadap diri sendiri. Jika keadaan terus menerus seperti itu, T dapat
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu
bertemu dengan orng lain dan memilih mengurung diri.”
“Sampai disini, Bapak/ibu mengerti apa yang di maksud harga diri
rendah? Bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah
serius, kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T”
“Bapak/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama.”(jika sama dengan kemampuan
yang dikatakan T)
“T telah berlatih dua kegiatan, yaitu merapikan tempat tidur dan cuci
piring. T juga telah di buatkan jadwal untuk kegiatan tersebut. Untuk
itu bapak/ibu dapat meningatkan T untuk melakukan kegiatan

19
tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya ya
pak/bu. Jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda contreg pada jadwal
kegiatannya. Selain itu, jika T sudah tidak lagi di rawat dirumah
sakit, bapak/ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika maslah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi. Bapak/ibu
dapat membawa T ke puskesmas.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktikan cara memberikan
pujian kepada T, temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia
lakukan lalu berikan pujian seperti, “bagus sekali T, kamu sudah
semakin terampil mencuci piring”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah percakapan kita ini?
“dapatkah bapak/ibu jelaskan kembali masalah yang di hadapi T dan
bagaimana cara merawaatnya”
“Bagus sekali Bapak/ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap
kali bapak/ibu mengunjungi T lakukan seperti itu. Nanti di rumah
juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada T?”
“Pukul berapa Bapak/ibu datang? Baik akan saya tunggu. Sampai
jumpa”

SP 2 :
Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien harga diri
rendah langsung pada pasien.
Orientasi :
“Selamat pagi pak/bu, bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?”
“Bapak/ibu masih ingat latihan merawat anak bapak/ibu seperti yang
kita pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mempraktikannya langsung pada T.”

20
“Bagaimana kalau 20 menit? Sekarang mari kita temui T”
Kerja :
“Selamat pagi T. Bagaimana perasaan T hari ini? Hari ini saya
datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat
pulih.”(Kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai beikut)
“Nah pak/bu, sekarang bapak/ibu bisa mempraktikan apa yang sudah
kita latihkan beberapa hari lalu, yaiutu memberikan pujian terhadap
perkembangan anak bapak/ibu.” (Perawat mengobservasikan
keluarga mempraktikan cara merawat pasien seperti yang telah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya.)
“Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan orang
tua T?”
“Baiklah, sekarang suster dan orang tua T ke ruang perawat
dulu”(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga.)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/ibu sudah dapat melakukan cara perawatan
tadi pada T.”
“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
bapak/ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu
dan tempatnya sama seperti sekarang ya”
SP 3 :
Keluarga membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
Orientasi :
“Selamat pagi pak/bu, karena hari ini T sudah boleh pulang, kita
akan membicarakan jadwal T selama dirumah.”
“Berapa lama bapak/ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor.
Kerja :

21
“Pak/bu ini jadwalkegiatan T selama dirumah sakit. Coba di
perhatikan, apakah semua dapat di laksanakan dirumah? Pak/bu,
jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit tolong di
lanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal
minumobatnya.”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di
tampilkan oleh T selama dirumah. Contohnya kalau T terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi, segera hubungi perawat K di
puskesmas indera puri, Puskesmas terdekat dari rumah bapak/ibu,
ini nomer telepon puskesmasnya : 0568xxxx
“Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau
perkembangan T selama dirumah”
Terminasi :
“Bagaimana pak/bu? Ada yang belum jelas?”
“ini jadwal kegiatan harian T untuk dibawa pulang, ini surat rujukan
untuk perawat K di puskesmas inderapuri, jangan lupa kontrol ke
puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang terlihat. Silahkan
selesaikan adminitrasinya”

22
4. Penutup
1. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a.    Mengkritik diri sendiri
b.    Perasaan tidak mampu
c.    Pandangan hidup yang pesimis
d.   Penurunan produktivitas
e.    Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.

2. Saran
Dalam makalah ini masih banyak yang belum kami bahas tentang askep
keperawatan jiwa . Oleh karna itu, diharapkan kepada Penulis lain yang ingin
mengangkat tema yang sama, yaitu tentang Askep harga diri rendah, agar lebih
baik dan lebih detail lagi dalam membuat makalah tentang asuhan keperawatan
tersebut, karena masih ada bahkan masih banyak pembahasan tentang makalah
kami ini belum kami sampaikan dalam Makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA
Antai Ontong , Deborah. 1994. Psychiatric Nursing : biological and behavioral
concept.

Byod M.A dan Nihart,M.A . 1998. Psychiatric nursing : contemporaly pratices.


Philadelphia.

Keliat, Ana Budi. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa . jakarta :
EGC

24

Anda mungkin juga menyukai