DISUSUN OLEH :
1
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Definisi Harga Diri ..................................................................................... 3
II. Tanda Gejala .............................................................................................. 4
III. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah .................................................... 6
IV. Etiologi ........................................................................................................ 8
V. Proses terjadinya harga diri rendah ...................................................... 10
VI. Etiologi menurut Nanda Nic-Noc ........................................................... 11
VIII. Manifestasi Klinis .................................................................................. 13
IX. Penatalaksanaan....................................................................................... 14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................................ 16
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 23
C. Pohon Masalah ......................................................................................... 23
D. NCP (PERENCANAAN KEPERAWATAN) ........................................ 24
E. Implementasi ............................................................................................ 31
F. EVALUASI ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
2
LAPORAN PENDAHULUAN
3
kemampuan diri yang negatif yang dapat di ekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung. Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam
waktu yang lama.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berhaga, tidak bererti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiridan kemampuan diri. Adanya perasaan hilangnya percaya diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.(keliat,2001).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri atau persaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan di pertahankan dalam waktu yang lama.
Jadi harga diri rendah adalah suatu persaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikanifat
secara langsung maupun tidak langsung, peneurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis attaupun menahun.
4
Sedangkan menurut Carpenito,L.J (2003:352) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut
menjadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Mislanya: ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit,mnyalahkan atau mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tau apa-apa.
4. Percaya diri kurang. Mislanya: klien sukar mengambil keputusan ,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
5. Ekspresi malu atau merasa bersalah dan khawatir, menolak diri
sendiri.
6. Perasaan tidak mampu
7. Pandangan hidup yang pesimistis
8. Tidak berani menatap lawan bicara
9. Lebih banyak menunuduk
10. Penolakan terhadap kemampuan diri
11. Kurang memperhatikan perawatan diri (kuku panjang dan kuku kotor,
rambut panjang, dan lusuh, gigi kuning, kulit kotor)
12. Data Obyektif:
a) Produktifitas menurun
b) Perilaku distruktif pada diri sendiri
c) Perilaku distruktif pada orang lain
d) Penyalahgunaan zat
e) Menarik diri dari hubungan sosial
f) Ekspresi wajah malu dan merasa bersalah
g) Menunujukan tanda depresi (Sukar tidur dan sukar makan)
h) Tampak mudah tersinggung/mudah marah
5
III. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
6
kondisi ini dapat ditemukana pada pasien gangguan fisik yang kronis atau
pada pasien gangguan jiwa.
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status
aktualisasi diri (paling adaptif) sampai pada keracunan identitas atau
depersonalisasi (maladaptif) yang digambarkan sebagai berikut:
Respon Respon
Adaptif Mal adaptif
Keterangan:
1. Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadap
masalah dapat menyelesaikan secara baik anatara lain:
a) Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri teramsuk
persepsi masalalu akan diri dan persaanya.
b) Konsep diri positif
Menunjukan individu akan sukses dalam mengahadapi
masalah.
2. Respon maladaptif adalah repon individu dalam mengahadapi masalah
dimana individu tidak mampu memcahkan masalah tersebut.respon
maladaptif gangguan konsep diri adalah:
a) Harga Diri Rendah
Transisi antara respon diri positif dan mal adaptif
b) Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
c) Depersonalisasi (tidak mengenal diri)
7
Mempunyai kepribadian yang kurang sehat,tidak mampu berhubungan
dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak
dapat membina hubungan baik dengan orang lain.
IV. Etiologi
Harga diri sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (townsend, M.C. 1998:366). Menurut
Carpetino,koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana seoran
individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
sumber- sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal
ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Seringkali
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering
disalahkan, jaran di beri pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang di hargai dan tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan ataupun pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menunut lebih dari
kemampuannya.
1. Faktor predisposisi
a) Faktor biologis
1) Kerusakan lobus frontal
2) Kerusakan hipotalamus
3) Kerusakan system limbic
8
4) Kerusakan neurotransmitter
b) Faktor psikologis
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Orang tua yang tidak percaya pada anak
4) Tekananteman sebaya
5) Kurang reward system
6) Dampak penyakit kronis
c) Faktor sosial
1) Kemiskinan
2) Terisolasi dari ligkungan
3) Interaksi kurang baik dalam keluarga
d) Faktor cultural
1) Tuntutan peran
2) Perubahan kulturan
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realitis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggun jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/ betuk
tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
atau kronik. Secara situasional misalnya karea trauma yang muncul tiba
tiba misalnya harus dioprasi, kecelakaan perkosaan atau dipenjara
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri, harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik tau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman.
Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
9
keluarga. Harga diri rendah kronik biasanaya dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum di rawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
peningkatan saat dirawat. Dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, missal harus dioprasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang
diperhatikan seperi pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan atau
yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas, yang tidak
menghargai.
2) Maturasional
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi adalah :
a) Bayi/ usia bermain/ pra sekolah berhubungan dengan kurang stimulasi
atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi dari orang tua,
tidak adekuat dukungan orang tua, ketidak mampuan mempercayai
orang terdekat.
b) Usia sekolah ; berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau
peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative
berulang.
10
c) Remaja pada usia remaja penyebab harga diri rendah, jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,
masalah- masalah pelajaran kehilangan orang terdekat.
d) Usia sebaya ; berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan.
e) Lansia ; berhubungan dengan kehilangan ( orang, financial,
pnsiun)
3) Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkanrespons yang maladaptive, kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.
11
d. Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
2. Ideal diri
a. Individu selalu dituntut untuk berhasil
b. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah
c. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri
3. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti
:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri
2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
pikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon
terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma
tersebut dan kopingnya adalah represi dan denial.
4. Perilaku
1) Dalam melakukan pengkajian, perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian perawat mendiskusikannya dengan klien untuk
mendapatkan pandangan klien tentang gambaran dirinya.
Gangguan prilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi sebagai
berikut :
2) Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diexpresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umunya
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan
menolak diri sendiri.
12
VII. Pathway
Ketidakpercayaan diri
Rendah diri
Menurut keliat tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien harga diri
rendah adalah :
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu.
3) Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada
dibawah orang lain.
13
4) Gangguan berhubungan social seperti menarik diri lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain .
5) Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan
yang dimilikki
6) Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu ragu dalam
melilih sesuatu.
7) Mencidera diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri
kehidupan
8) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
9) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10) Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan berbicara lambat dengan ada lemah.
11) Menyalah gunakan zat
IX. Penatalaksanaan
14
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk di diskusikan dalam kelompok, hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah
15
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
social, dan spiritual
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak denga klien tentang:
nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia
klien dan No. RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di
rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang
sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada
klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak mampu
menatap lawan bicara, merasa tidak mampu.
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluargadan tindakan kriminal.
Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang
tidak menyenagkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor
predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
16
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan
jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat
dari pola komunikasi pengambilan Keputusan dan pola asuh.
Penelusuran genetic yang menyebabkan/menurunkan gangguan
jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan sampai saat ini
b. Konsep diri
Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai. Pada klien harga diri rendah cenderung
merendahakan dirinya sendiri, perasaan tidak mampu dan
rasa bersalahterhadap diri sendiri.
Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya,kepuasan klien sebagai laki –
laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan
jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga diri
17
rendah klien lebih banyak merunduk, kurang percaya diri,
dan tidak berani menatap lawan bicara.
Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/ pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanaan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat, bagaiman perasaan klien akibat perubahantersebut.
Pada klien HDR tidak mampu melakukan peranya secara
maksimal hal ini ditandai dengan kurangnya percaya diri dan
motivasi yang kurang dari individu tersebut.
Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi,
tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan
klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan haraga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat,
dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personalyang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa
malu terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang
pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya
diri kurang.
18
c. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok
saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta
dalam kegiatan kelompok/masyarakat hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah
cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya dan klien
merasa malu.
d. Spiritual
Nilai keyakinan kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri
rendah cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi
spiritual.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai, cara berpakain tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologi klien.
Pada klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotordan
lusuh, kuku panjang badan hitam, kulit kotor gigi kuning.
b. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap,
sering terhrnti/blocking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak
mampu memulai pembicaraan.
19
c. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering merunduk,
tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu.
g. Tingkat kesadran
Klien dengan harga diri rendah tingkat kesadrannya
composmentis, namun ada gangguan orientasi terhadap orang
lain.
20
h. Memori
Klien dengan harga diri rendah mampu mengigat merori dalam
jangka panjang maupun pendek.
i. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien harga dir rendah menurun karena
pemikiran dirinya sendiri merasa tidak mampu.
j. Kemampuan penilaian/ pengambilan Keputusan
Klien dengan harga diri rendah menentukan tujuan dan
mengambil keputusan karena selalu terbayang ketidakmampuan
untuk dirinya sendiri.
k. Daya titik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit ( perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan
penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
Menyalahkan hal – hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain
atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
7. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
b. Kegiatan hidup sehari – hari
8. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suat
permasalahan, apakah mengunakan cara – cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga, dll ataukah mengunakkan
cara – cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau yang lainnya.
21
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu di kaji adalah
No Masalah Data Subyektif Data Obyerktif
Keperawatan
1Masalah utama : - Mengungkapakan ingin - Merusak diri
Gangguan diakui jati dirinya sendiri maupun
konsep diri : - Mungungkapkan tidak orang lain
harga diri rendah ada lagi yang peduli - Ekspresi malu
- Mungungkapkan tidak - Menarik diri dari
bisa apa – apa hubungan sosial
- Mengungkapakan - Tampak mudah
dirinya tidak berguna tersinggung
- Mengeriktik diri sendiri - Tidak mau
perasaan tidak mampu makan dan tidak
tidur
2Masalah - Mengungkapkan - Tampak
keperawatan : ketidakmampuan dan ketergatungan
koping individu meminta bantuan orann terhadap orang
tidak efektif lain lain
- Mengungkapkan malu - Tampak sedih
dan tidak bisa ketika dan tidak
diajak melakukan melakuakan
sesuatu. aktivitas yang
- Mengungkapkan tidak seharusnya dapat
berdaya dan tikdak dilakukan
ingin hidup lagi - Wajah tampak
murung
Masalah
3 - Mengungkapakan - Ekspresi wajah
keperawatan: enggan bicara dengan kosong tidak ada
menarik diri : orang lain kontak mata
isolasi sosial - Ketika diajak
22
- Klien mengatakan malu bicara suara
bertemu dan pelan dan tidak
berhadapan dengan jelas hanya
orang lain memberi jawaban
singkat (ya/tidak)
menghindar
ketika didekati
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
C. Pohon Masalah
23
D. NCP (PERENCANAAN KEPERAWATAN)
Rencana keperawatan
Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Diagnosa Perecanaan
Tgl Intervensi Rasional
kepeawatan
Tujuan Kriteria evaluasi
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah
Tujuan khusus I : Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
percaya. akan menimbulkan
Klien dapat Klien dapat
kepercayaan klien pada
membina hubungan mengungkapkan a. Sapa klien
perawat sehingga akan
saling percaya. perasaannya. dengan ramah,
memudahkan dalam
Ekspresi wajah baik verbal
pelaksanaan tindakan
bersahabat. maupun
24
Ada kontak nonverbal. selanjutnya.
mata. b. Perkenalkan diri
Menunjukkan dengan sopan.
rasa senang. c. Tanya nama
Mau berjabat lengkap klien dan
tangan. nama panggilan
salam. klien.
mengutarakan janji.
f. Beri prhatian
25
pada klien.
1.2 Beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di
deritanya.
26
Tujuan khusus 2: Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan meningkatkan
kemampuan dan harga diri klien.
Klien dapat Klen mampu
aspek positif yang
mengidentifikasi mempertahankan
dimiliki klien dan
kemampuan dan aspek yang
beri
aspek positif yang positif.
pujian/reinforcement
dimiliki.
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya.
27
dapat digunakan. Klien dapat gunakan saat sakit.
melakukan
3.2 Diskusikan juga
aktifitas terarah.
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.
Tujuan khusus 4: Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan secara
klien aktifitas yang mandiri modal awal untuk
Klien dapat Klien mampu
dapat dilakukan meningkatkan harga diri.
menetapkan dan beraktifitas
setiap hari sesuai
merencanakan sesuai
kemampuan:
kegiatan sesuai kemampuan.
kegiatan mandiri,
dengan Klien mengikuti
kegiatan dengan
kemampuan yang terapi aktifitas
bantuan minimal,
dimiliki. kelompok.
kegiatan dengan
bantuan total.
28
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi kondisi
klien.
Tujuan khusus 5: Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien akan
untuk mencoba mengetahui kemampuannya.
Klien dapat Klien mampu
kegiatan yang
melakukan beraktifitas
direncanakan.
kegiatan sesuai sesuai
kondisi sakit dan kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kemampuannya. keberhasilan klien.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
29
pelaksanaan di
rumah.
Tujuan khusus 6: Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
kesehatan pada pengertian keluarga akan
Klien dapat Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
memanfaatkan melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
sistem pendukung yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
yang ada Klien mau
memberikan 6.2 Bantu keluarga
dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.
30
E. Implementasi
a. SP 1 pasien :
a. Mengidentifikasi kemampuan adan aspek positif yang di miliki klien
b. Menilai kemampuan yang dapat di lakukan saat ini
c. Menilih kemampuan yang kan di latihs
d. Melatih kemampuan petama yang di pilih
e. Memasukkan dalm jadwal kegiatan klien
b. SP 2 pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegitan harian klien ( SP 1 )
2. Melatih kemampuan kedua yang di miliki klien
3. Melatih kemampuan yang di pilih
4. Memasukkan ke dalam jadwal kegitan harian
c. SP 3 pasien :
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan SP 2 )
2. Memilih kempuan ketiga yang dapat di lakukan
3. Melatih kemampuan yang di pilih
4. Memasukkan dalam kegiatan jadwal klien
d. SP 1 keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat
klien
2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat klien dengar harga diri rendah
4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
5. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien
e. SP 2 keluarga :
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Melatyih keluarga merawat langsung klien dengan HDR
3. Menyusun RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk merawat klien
31
f. SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga ( SP 1 )
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukkan
F. Evaluasi
Ada pun hal-hal yang di evaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah adalah
32
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, S., & Hardi Kususma, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. jogjakarta: Mediactions Jogja.
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Muhtin, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.
Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik edisi 9.
Jakarta: EGC.
Stuart, G.W & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3,
Jakarta: EGC.
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
33