PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan menjelaskan bagimana perawat mengelola asuhan pada individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas dengan pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis
dalam pemberihan asuhan keperawatan. Saat ini proses keperawatan dijelaskan sebagai proses
siklik lima bagian yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi.
(Nanda-I, 2012). Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam proses
penyelesaiaan masalah ini.
Perawat mengidentifikasi makna data pengkajian melalui penggunaan penilaian klinis.
Penilaian klinis adalah interpretasi atau kesimpulan mengenai kebutuhan, perhatian atau masalah
kesehatan pasien, dan/atau keputusan mengambil tindakan (atau/ tidak), dengan menggunakan
atau memodifikasi pendekatan standar, atau mengimprovisasi hal baru karena dianggap tepat
oleh respon pasien. Perawat secara kontinu menggunakan penilaian klinis untuk menyesuaikan
data pengkajian sebagi dasar dalam memberikan intervensi keperawatan demi mencapai hasil
kesehatan yang positif.
B. Rumusan Masalah
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
C.Tujuan
- Tujuan Umum
Mengerti tentang asuhan keperawatan pada pasien jiwa.
- Tujuan Khusus
A.
B.
C.
D.
E.
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
2
Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif
terhadap diri telah berlangsung lama. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi
banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif, membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri (Keliat, 1998).
Evaluasi dari dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, MC, 1998).
Penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1)
Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu ( korban perkosaan,
ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal ).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/
penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan
tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2)
Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan
jiwa.
B.
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal, seperti:
trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit
sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit. (Stuart & Sundeen, 1991).
C.
1.
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit,
misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi rontok setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2.
Rasa bersalah pada diri sendiri, misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera ke rumah sakit,
3.
D.
misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi
sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.
( Stuart dan Sundeen, 1991 )
E.
Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
dibagi dua yaitu:
1.
a.
b.
ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi nonton televisi.
Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut kelompok tertentu
untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau
c.
d.
anak muda.
Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang keisengan akan
menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan orang lain.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja
mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan
identitas yang positif. Mungkin remaja ini mengatakan saya mungkin lebih baik menjadi anak
tidak baik.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan ego-oriented
reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme
koping yang sering digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi.
5
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan kegagalan
penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia, nervosa, bunuh diri criminal,
persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan, penganiayaan.
F. RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
a.
Aktualisasi diri
Aktualisasi Diri
Keracunan
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata
b.
c.
d.
mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain,
perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksika kejadian yang megancam.
2.
Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
a.
G.
Pohon Masalah
Isolasi sosial
effect
H.
I.
1.
2.
Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stresor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Stresor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti : pola asuh anak tidak tepat,
misalnya: terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri
(Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang
dapat menimbulkan stres tersendiri bagi individu.
Stuart dan Sundeen, 1991 mengidentifikasi transisi peran menjadi 3 kategori, yaitu:
a.
Transisi Perkembangan
yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau
menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan
ketegangan peran, yaitu konflik peran tidak jelas atau peran berlebihan.
c.
konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, identitas diri, peran dan harga diri. (Stuart & Sundeen, 1991)
a. Faktor predisposisi
Menurut yosep (2009) faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adlah
penolakan orang ua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
relistis.
b. Faktor presifitasi
Menurut sunaryo (2004) faktor presipitasi meliput:
1. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki
individu lain.
2. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur,
sesuai perilaku yang diharapkan.
3. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan
mengubah nilai dan sikap.
4. Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam
kehidupannya.
Menurut stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal seperti:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagi frustasi. Ada 3 jenis transisi peran:
a. Transisi peran perkembangan.
b. Transisi peran situasi.
c. Transisi peran sehat sakit.
c. Perilaku
Menurut stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah kronik
sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
2. Penurunan produktivitas.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain.
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perassan tidak mampu.
7. Rsa bersalah.
8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.
10. Keteegangan peran yang dirasakan.
11. Pandangan hidup yang pesimis.
10
mendapatkan popularitas).
2. Pertahanan jangka panjang mencangkup:
- Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tampa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
11
Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilaidan harapan yang
diterima.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan ( dipslacement ), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.
2.Diagnosa Keperawatan
Masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan, dan rasa bersalah.
Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat
menyebabkan respon koping maladptif. Respon ini dapat terlihat pada berbagi macam individu
yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri (stuart, 2006).
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
12
: Nn. Y
Umur
: 37 th
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:-
Marital
: Belum Menikah
Chlorpromazine
Anak >= 6 bulan : 0,5-1 mg /kg/dosis setiap 4-6 jam
Dewasa 30-2000 mg/hari dalam 1-4 dosis
Faktor prespitasi :
Faktor prespitasi biologis
:-
Faktor predisposisi :
Faktor predisposisi biologis : Tidak ada riwayang gangguan jiwa pada keluarga.
Faktor predisposisi psikologis : Klien malu mengatakan malu karna belum menikah
usianya yang sekarang
Faktor predisposisi sosial
ANALISA DATA
DATA
DS :
MASALAH
pada
Halusinasi
DO :
Klien orang tertutup.
DS :
Klien mengatakan menendang bapaknya
karna di suruh oleh suara yang di degarnya.
DO :
Dirawat di ruang Maintenance.
Klien menendang bapaknya waktu shalat.
Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Halusinasi
3.
Tujuan
Perencanaan
Intervensi
x
1.
Setelah
Self Esteem
dilakukan
Enhancement
tindakan
Implementasi
Evaluasi
Tgl
Setiap
21
Memonit
2013
13.00
bertemu
or
keperawatan
pernyataan
dengan
pernyata
yang salah
klein
an yang S
klien di harapkan
terhadap
hindarkan
salah
merasa
dapat
diri sendiri.
Bantu
pernyataan
terhadap
baik
negatif.
Untuk
diri
sendiri
Memban
terlihat
naikkan
penghargaan
terhadap diri
sendiri dengan
ktriteria hasil :
Self Esteem
kekuatan
mengetahui
mengidentif
tingkat
tu pasien
ikasi diri
pengetahua
untuk
pada klien.
Dorong
mengide
15
nilai
Mei
pukul
monitor
meningkatkan
Rasional
Klien
lebih
Klien
lebih
opratif.
A
Msalah
keperawatan
HDR
tertasi
1.
- Klien mampu
pasien
terhadap
ntifikasi
sebagian
menguungkapka
untuk
diri sendiri
dalam
P : Evaluasi
n secara verbal
berpartisipa
klien.
Untuk
meningk
tindakan yang
atkan
sudah
harga
dilakukan.
penerimaan
si dalam
terhadap diri
kegiatan-
sendiri (2).
2.
- Klien mampu
kegiatan
melakukan
klien untuk
secara
menahan
terbuka(2).
3.
- Klien mampu
positive
ng
diri sendiri.
Untuk
pasien
signifikan (2).
Klien mampu
mengidentif
terhadap
ikasi respon
terhadap diri
sendiri(2).
6.
- Klien mampu
perasaa terhadap
rasa marah yang
terjadi pada diri
sendiri (3).
dalam
diri sendiri
Untuk
kegiatankegiatan
kelompo
-
mencegah
dari orang
kebanggaan
mengenali
positive
ifasi
semakin
negatif
menggambarkan
berpartis
yang
untuk
membangun (3).
- Klien mampu
untuk
perasaan
negatif.
Ajari klien
untuk
yang
klien
semakin
menahan
negative
diri dari
terhadap
kritik
diri
Untuk
negative.
Anjurkan
menahan
diri dari
kritikan
-
cara
menyampai
mengenali
kan
situasi yang
kemampuan
-
untuk
positif.
Diskusikan
tingkat
16
negatif
Mengaja
ri.respon
mengetahui
klien
k.
Menganj
urkan
perasaan
lain.
Anjurkan
diri.
Mendoro
terhadap
pribadi secara
yang
mencegah
kritikan
menerima kritik
5.
respon yang
diri dari
melakukan
4.
mengatahui
kelompok
Anjurkan
komunikasi
pemenuhan peran
positif
terhadap
orang
-
lain.
Menganj
urkan
mengenali
kemampuan
klien
situasi.
Anjurkan
klien
menahan
meningkatk
diri pada
an
kritik
penghargaa
negative.
Menganj
klien
menentukan
tujuan
secara
realistik
urkan
realistik.
Dengan
cara
diketahuiny
menyam
meningkatk
paikan
an
kemampuan
dalam
penghargaa
dan
menilai
n terhadap
yang
situasi
diri sendiri.
Ajari klien
dimiliki
secara
klien
benar.
Menganj
aspek
akan
-
lebih
menerima
urkan
percaya diri
kepercayaa
klien
terhadap
n dari orang
lain dengan
tepat.
Ajari klien
memeriksa
kembali
persepsi
negative
terhadap
untuk
untuk
secara
diri sendiri.
Beri
penghargaa
n/pujian
pada klien
meningk
mengetahui
atkan
apakah
pengharg
peraaasn
aan
positif pada
secara
diri
realistik.
Mengaja
makin
meningkat
Untuk
ri
cara
mengetahui
menerim
apakah
perasaan
kepercay
positive
aan dari
pada
17
cara
orang lain.
Untuk
diri
orang
terhadap
kemajuan
-
dari tujuan
meningkat.
Dengan
secara
-
tepat.
Mengaja
kan
ri
penilaian
cara
Lingkungan
negatif
menilai
dan
diharapkan
dirinya
aktivitas
klien
secara
akan
merasa
kenaikan
punya
positif.
Memberi
terhadap
kemampuan
penghargaa
yang lebih.
Untuk lebih
diharapkan.
Fasilitasi
n pada diri
-
lain
menghindar
yang
-
semakin
sendiri.
Monitor
level dari
kan
pujian
setiap
meningkatk
kemajua
an
peran
dan
penghargaa
gambaran
n terhadap
diri
diri sendiri
dipengaruhi
tiap waktu.
oleh
an yang
nyaman
untuk
meningk
dari
atkan
penghargaa
kepercya
n terhadap
an
diri sendiri
tiap waktu
untuk
mengetahui
konsep diri
18
dimuliki.
Memfasi
lingkung
eksternal.
Monitor
level
yang
litasi
yang
lingkungan
-
klien
diri
klien.
Memonit
or setiap
perubaha
n yang di
dalam
lakukan
aspek
klien.
positif dan
negatif
dalam
aktivitasnya
2
Setelah
Preparatory
dilakukan
Sensory
tindakan
Information
keperawatan
selama 3x24
urutan dari
klien di harapkan
peristiwa
dapat mengganti
dan dengan
kebiasaan-
cara
kebiasaan
menghubug
mendengar suara
kan dengan
yang
gambaran
menyimpang
lingkungan
dengan keretria
sekitar.
Identifikasi
hasil :
bentuk
Sensory
sensasi
Function Hering
1.
Identifikasi
pendengara
- Klien
n secara
mendiskusikan
umum dari
dampak
gambaran
penurunan
pasien dan
pendengaran
hubungkan
terhadap gaya
dengan tiap
hidup (2).
2. - Klien dapat
mempertahankan
aspek.
Gambaran
19
3.
orientasi
sensasi
terhadap orang,
konkrit,
tempat dan
bentuk
waktu.(2).
- Klien
objektif
yang
mengungkapkan
digunakan
perasaan nyaman
4.
pasien
(3).
- Klien
untuk
menggamba
menunjukkan
rkan kata
ketertarikan
dan lakukan
terhadap
evaluasi
lingkungan
obektive
eksternal(2).
5.
- Klien
peningkatan
merencanakan
reflek dari
untuk
sensasi/resp
menggunakan
on marah.
Tunjukkan
sumber-sumber
sensasi dan
komunikasi
cara
untuk membantu
mengurutka
defisit
n peristiwa
pendengaran (2).
yang paling
mungkin
untuk
menjadi
-
pengalaman
Beri
kesempatan
klien untuk
bertanya
dan
20
mengklasifi
kasi
ketidakpaha
man.
3
Setelah
Coping
dilakukan
Enhancement
tindakan
1.
keperawatan
penghargaa
n kepada
klien dapat
klien antas
mengontrol rasa
indikasi
marahnya dengan
dari
kritria hasil :
perubahan
Coping
gambaran
- klien mampu
terhadap
mengidentifikasi
dirinya
bentuk koping
2.
3.
yang efektif.
- klien mampu
sendiri.
dorong
klien untuk
mengidentifikasi
mengidentif
bentuk koping
ikasi
gambaran
nyata dari
mengungkapkan
perubahan
perasaan dengan
4.
berikan
kata-kata.
- klien mampu
menerima situasi
dengan
mengungkapkan
secara verbal.
5.
- klien mampu
peran.
berikan
suasana
lingkungan
yang
menyenang
kan.
21
membiasakan
6.
ajarkan
untuk mengubah
klien untuk
perilakunya.
- klien mampu
mengemban
gkan
melaporkan
penilaian
kenaikan
secara
kenyamanan
objektiv
secara
terhadap
psikologis.
-
peristiwa.
ajarkan
klien untuk
mengudenti
fikasi
respon
positif dari
orang lain.
dorong
klien untuk
melakukan
aktivitas
sosial dan
kelompok.
ajarkan
klien untuk
menggunak
an tehnik
relaksasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
A.
Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
22
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (damaiyanti, 2008).
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak
dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
B.
a.
Etiologi
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
1)
2)
3)
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b.
Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah,
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan
obat, demam, kesulitan tidur.
2)
Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
3)
4)
5)
kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya
aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
C.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
D.
mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c.
Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,
pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang
tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.
E.
Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang
digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang
logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek
lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
Respon adaptif
Respon malaptif
Gangguan pikir/delusi
halusinasi
Dengan pengalaman
prilaku disorganisasi
Perilaku sesuai
isolasi sosial
Hubungan sosial
25
G. Pohon Masalah
effect
Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi
Core problem
Isolasi sosial
causa
F.
a.
1)
a)
d)
Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
c)
-
realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya system limbic dan system pyramidal.
Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
3)
a)
mg.
Trihexyphenidil (THP)
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab
yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b)
Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik
lainnya.
c)
Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
27
e)
Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi
Aktifitas Kelompok.
Pengkajian
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e.
Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
f.
g.
memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a.
Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji
dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi
halusinasi pasien.
Jenis
halusinasi
Halusinasi
Data objektif
-
Data subjektif
28
dengar
sendiri
kegaduhan
Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang
Menyedengkan telinga
kearah tertentu
Menutup telinga
Halusinasi
Penglihatan
Halusinasi
penghidu
Halusinasi
pengecapan
Halusinasi Perabaan
bercakap-cakap
Mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatu
yang berbahaya
Melihat bayangan, sinar,
bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu atau
monster
Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan sperti
membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin, feces,
Menutup hidung
kadang-kadang bau itu
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk
menyenangkan
Merasakan rasa seprti
-
dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat
permukaan kulit
listrik
b.
Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c.
juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2 .Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a.
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c.
Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah
3.
a.
b.
1)
2)
3)
c.
1)
saat muncul.
2)
Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
a)
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
1)
2)
3)
4)
b)
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
Menjelaskan cara menghardik halusinasi
Memperagakan cara menghardik
Meminta pasien memperagakan ulang
Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian
c)
pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Melakukan aktifitas yang terjadwal
30
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami
halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
Melatih pasien melakukan aktiftas
Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
5.
Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di
rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan
dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6.
Strategi Pelaksanaan
Halusinasi
Pasien
Sp1
1.
Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2.
Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3.
Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
31
Keluarga
SP 1 k
1.
Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
4.
5.
halusinasi
6.
Mengidentifikasi respon pasien terhadap
7.
8.
halusinasi
Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
proses terjadinya.
Mejelaskan cara-cara
harian
SP II p
1.
mempraktekkan cara
2.
halusinasi
Melatih keluaraga
melakukan cara merawat
kegiatan harian
SP III p
1.
2.
pasien)
2.
3.
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian
SP IV p
1.
2.
3.
32
7.
Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih
ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih
ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
33
Tanggal Dirawat
: 4 januari 2014
Tanggal Pengkajian
: 14 januari 2014
Ruang Rawat
: Wijaya Kusuma
I.
IDENTITAS
Nama
: An. J
Umur
: 17 tahun
Alamat
: Siderejo
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Status
: Belum Kawin
Pekerjaan
:Jenis kelamin : Laki- laki
No. RM
: 098XXX
2.
ALASAN MASUK
Data Primer: klien mengatakan dirumah sering marah- marah, mendengar suara- suara yang
tidak ada wujudnya.
Data Sekunder : klien sakit sejak 4 thn yang lalu dengan gejala sering marah- marah, melamun
senyum- senyum sendiri.
3.
4.
1.
FAKTOR PREDISPOSISI
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sekitar 4 tahun yang lalu, tetapi belum pernah dirawat
di RSJ. Klien mengatakan sering mendengar bisikan- bisikan.
2.
3.
Klien pernah ada riwayat NAPZA zat aditif : alcohol dan riwayat trauma.
Riwayat trauma
Usia
Pelaku
34
Korban
Saksi
Aniayafisik
13
Aniayaseksual
Penolakan
Kekerasandalam keluarga
14
Tindak kriminal
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 14 januari 2014
1)
Keadaan umum : Cara berpakaian rapi sesuai, klien dalam keadaan menyendiri, melamun
2) Tanda vital :
TD
: 130/90 mmHg
ND
: 83 x/menit
S
: 36O C
RR
: 19 x/menit
3)
Ukur :
BB
: 49 kg
TB
: 162 cm
4) Keluhan fisik
: Terdapat luka/ borok dilutut sebelah kiri
Masalah / Dx Keperawatan : Resiko Tinggi terhadap infeksi
6.
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
35
1)
Genogram
Penjelasan :
Pola Asuh
: Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Klien memiliki adik
laki-laki, pola asuh orang tuanya yaitu membiarkan anaknya kurang begitu peduli karena sibuk
disawah
Pola Komunikasi
Konsep diri
Citra tubuh
Klien sering memperhatikan penampilannya. Hal ini terlihat dari kebiasaan pasien yang rajin
mandi. Klien mengatakan senang dengan matanya karena bias melihat.
b. Identitas
Klien mengatakan namanya An J berumur 17 tahun, jenis kelamin laki- laki dan beralamat di
siderejo.
c. Peran
Di rumah : klien berperan sebagai anak pertama dan ingin membahagiakn orang tua, tetapi ia
mengatakan tidak menurut dengan orang tua.
Di rumah sakit : klien berperan sebagi pasien, klien dikasih tanggug jawab keinstalasi gizi untuk
mengambil makanan dan membersihkan ruangan.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan ingin bersekolah lagi.
36
e. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan halusinasinya (kondisinya) sekarang dan ingin cepat sembuh.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah kronis
3) Hubungan sosial
a) Orang terdekat
Selama diruang wijaya tidak ada orang yang terdekat karena klien lebih memilih sendiri
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien memilih sendiri selama diruang wijaya kusuma, klien sering dimasukkan diruang isolasi
dan memilih sendiri.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain lebih memilih menanggapi halusinasi karena
isinya suara perempuan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
klien mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan percaya Allah itu adalah Tuhannya.
b) Kegiatan ibadah
Saat dirumah sakit klien melaksanakan sholat 5 waktu dengan rajin diruangan wijaya kusuma.
masalah / Diagnosa keperawatan : 7.
STATUS MENTAL
1) Penampilan
Klien tampak bersih, berpakaian rapi dan sesuai, makan rapi mandi secara mandiri, BAB/ BAK
sendiri tanpa bantuan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : -
2) Pembicaraan
Klien berbicara dengan lancer dengan menggunakan bahasa Indonesia dan jawa. Pembicaraan
jelas dan sesuai dengan pertayaan.
Masalah / Diagnosa keperawatan : perilaku kekerasan
37
3) Aktivitas motorik
Klien mengatakan rajin mengikuti kegiatan diruangan seperti menyapu, mengepel, ambil
makanan diinstalasi gizi, apabila tugasnya sudah selesai klien menghabiskan waktu dengan
mendengarkan musik
Masalah / Diagnosa keperawatan : 4) Emosi dan afek
a. Afek :
Klien kadang bicara sendiri, kadang menyendiri, kadang mau bicara dengan orang lain bila
ditanya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
b.
Emosi
Proses piker
a.
b.
c.
8)
Kesadaran
38
Kuantitatif
Kualitatif
: berubah limitasi dan relasi klien tertanggu dan tetapi tetap bisa mengontrol
sopan santun.
9) Orientasi
Klien berorientasi baik terbukti dari klien mengatakan bernama An. J dan dapat menyebutkan
bahwa hari ini hari selasa, tanggal 14 Januari 2014 dan ia berada di Ruang Wijaya Kusuma.
10) Memori
Tidak ada gangguan daya ingat jangka panjang terbukti klien dapat menyebutkan tanggal lahir
dan bisa bercerita kronologi ia dibawa ke RSJ.
Tidak ada gangguan daya ingat jangka pendek terbukti klien bisa menyebutkan bahwa
kameramen siang menu makannya nasi, SOP Buntut.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak ada gangguan terbukti ia mampu berhitung mundur 20 1 dengan benar.
12) Kemampuan penilaian
Klien mengatakan setiap waktunya sholat ia sholat tanpa disuruh.
13) Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan ia saat ini berada di RSJ Lawan untuk
berobat.
8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1)
Makan
Klien mampu menyiapkan peralatan makanan sendiri, porsi makan sendiri, mencuci peralatan
makannya.
2)
BAB/ BAK
Mandiri : klien dapat BAB/ BAK sendiri dikamar mandi tanpa bantuan orang lain.
3)
Mandi
Mandiri : klien dapat mandi sendiri dikamar mandi sehari 2 X sehari menggunakan sabun mandi,
tanpa bantuan orang lain.
4)
Berpakaian/ berhias
39
6)
Penggunaan obat
Klien dibantu dalam pengambilan obat dan penyedian obat dikotak tetapi klien bisa minum obat
sendiri tanpa dibantu.
7)
Pemeliharaan kesehatan
Klien dapat meminta pertolongan pada perawat jika ada sakit yang dikeluhkan.
8)
9)
9.
MEKANISME KOPING
Maladaptif : klien mengatakan jika mempunyai masalah ia lebih memilih menghindar dan klien
mengatakan minum alkohol.
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif (Koping Defensif)
10.
a.
b.
Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien mengatakaan tidak ada masalah dengan
lingkungan ia merasa betah
c.
Masalah dengan pendidikan : klien mengatakan lulus SMP apabila sudah keluar dari rumah
sakit ia ingin melanjutkan sekolah lagi.
d.
e.
Masalah dengan perumahan : klien mengatakan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.
f.
g.
Masalah dengan ekonomi : klien belum bekerja dan tidak memiliki penghasilan.
Masalah dengan pelayanan kesehatan : klien mengatakan apabila sakit keluarganya sakit
segera periksa.
40
11.
ASPEK MEDIS
Terapi Medik : Trihexipenidril
CPZ
Diagnosis
12.
: F. 20. 10
ANALISIS DATA
No
Data
1Ds: Klien mengatakan mendengar suara-suara perempuan
muda setiap pagi, suara muncul saat sepi maupun
Masalah / diagnosa
PSP : halusinasi
pendengaran
Isos
infeksi
Koping individu tidak
efektif
efektif
dibiarkan saja
Keluarga klien mengatakan pernah membawa An J
Ketidakadekuatan
penatalaksanaan regimen
perkembangan.
terapiutik
9.
10.
Tanggal /
Dx
Implementasi Keperawatan
42
Evaluasi Keperawatan
TTD
jam
15 januari
Keperawatan
Perubahan
2014
persepsi
sensori
halusinasi
pendengaran
SP 1
S:
pagi
1. Membina hubungan
saling percaya
2. Menanyakan kabar
pasien hari ini?
3. Memberi kesempatan
kopi
biasanya ada pagi hari mbak
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya
4. Mengobservasi tingkah
laku pasien terkait
halusinasi
pendengarannya.
5. Membantu klien
menegenal
halusinasinya
6. Menanyakan kepada
klien isi halusinasinya
seperti apa?
7. Menanyakan kapan dan
situasi yang seperti apa
yang mengakibatkan
halusinasi muncul?
8. Menanyakan seberapa
sering halusinasi
43
muncul?
9.
Tanggal /
Diagnosa
Implementasi Tindakan
Evaluasi Keperawatan
Jam
16 Januari
Perubahan
Keperawatan
SP 2 :
S:
2014
persepsi
sensori
halusinasi
pendengara
n
sore mbak
1. Membina hubungan saling
percaya dengan pasien
2. Menanyakan kembali
apakah halusinasi muncul
lagi atau tidak.
suara
mengusir suara-suara
halusinasi
4. Menanyakan
keefektivitasannya
5. Mengajarkan dan
mendemonstrasikan cara
menghardik halusinasi
44
TTD
Klien mampu
memperagakan menghardik
halusinasi
A:
SP2 tercapai
Klien mampu membina
hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal
halusinasinya
P:
Lanjutkan SP3
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA
Tanggal /
Diagnosa
Implementasi Tindakan
Evaluasi Keperawatan
Jam
17 Januari
Perubahan
Keperawatan
SP3
S: sore
2014
persepsi
sensori
halusinasi
pendengara
n
saya menghardik
setiap hari saya membantu
perawat menyapu diruangan,
bersih-bersih, mengambil
makanan digizi, mencuci
piring
halusinasi
O:
Klien mampu
memperagakan menyapu
diruangan
45
memlaksanakan yan g
TTD
disebutkan
memperagakan salah satu
kegiatan yang disukai
A:
SP 3 tercapai
Klien mampu
5. Mendiskusikan kegiatan
mulai bangun tidur sampai
menyebutkan 2 cara
menghilangkan halusinasi
tidur lagi
yang telah
6. Menganjurkan klien
P:
lanjutkan SP 4
Tanggal /
Diagnosa
Implementasi Tindakan
Evaluasi Keperawatan
Jam
18 Januari
Perubahan
Keperawatan
Sp 4
2014
persepsi
sensori
halusinasi
pendengara
n
baik
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Menanyakan halusinasi
muncul lagi atau tidak
3. Menanyakan keefektifan
sebelumnya
4. Menanyakan orang-orang
terdekat pasien terutama
perawat
46
TTD
5. Mengajarkan
O : SP 4 tercapai
menghilangkan halusinasi
dengan bercakap-cakap
An J mampu
6. Mendemonstrasikan cara
bercakap-cakap saat
muncul lagi
terjadi halusinasi
7. Menjelaskan cara
menghilangkan halusinasi
P:
Melanjutkan SP 5
teratur
8. Menanyakan kerugian dan
keuntungan minum obat
secara teratur
Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
47
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain
dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu yang diterima sebagai
perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang negatif atau mengancam (Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan
dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin,
1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat,2006).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman
yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat
mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
48
dapat dipertahankan.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan
tingkah laku.
1) Sikap bermusuhan/hostilitas
2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan
4)
pendapatnya.
Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaananak, hubungan yang
kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
5)
6)
c.
oleh satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
d. Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia
ditemukan pada keluarga yang anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil
penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58%,
sedangkan bagi kembar dizigot persentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun
eksternal, meliputi:
50
a.
d.
wawancara, adalah:
Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
Pasien merasa tidak berguna
Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
D. Sumber Koping
sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif termasuk keterlibatan
dalam berhubungan yang luas didalam keluarga maupun teman, menggunakan kreativitasuntuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan.
E. Rentang Respon Hubungan Sosial
Respon adaptif
Respon Maladptif
Menyendiri otonomi
manipulasi
F. Pohon
Masalah
Kebersamaan
kesepian
Resiko gangguanmenarik
persepsidiri
sensori
halusinasi
effect
Isolasi
sosial
52
Core problem
causa
G.
H. Petalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri
terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia
akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
53
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson
akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal,
retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut
mandi.
Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian.
54
5)
Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan
dan minum.
6)
Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan
diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7)
Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan
dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak merokok
8)
sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien
gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala
primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
b.
1)
2)
sebagainya.
Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial
dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada
3)
memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4)
Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain
5)
55
berulang
tekanan
dari
kelompok
sebaya;
perubahan
struktur
sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus
sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami
oleh klien.
56
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
1)
Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
2)
3)
keputusan .
Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah,
4)
PHK.
Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
5)
tinggi
Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan
a)
b)
6)
merapikan pakaian.
Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
2.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping
individu : koping defensif.
58
A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama
: Tn. K
Umur
: 27th
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Buruh
Suku/Bangsa
: Jawa / Indonesia
Alamat
: Way Kanan
: Bpk. T
Umur
:-
Pekerjaan
: Buruh
: Bapak
: Way Kanan
B. Alasan Masuk
Klien masuk RSJ lewat UGD pada tanggal 3 November 2011 pukul 11.00 WIB, klien
mengatakan masuk RSJ karena sering marah-marah di rumahnya semenjak dia berhenti dari
pekerjaanya sebagai cleaning service di Bekasi. Selain itu, keluarga klien juga mengatakan klien
selalu berdiam diri di kamar dan kurang bersosialisasi baik dengan orang yang berada di
rumahnya dan tetangga sekitarnya.
C.Faktor Predisposisi
1.
yang kedua kalinya adalah sekarang, klien dimasukan ke RSJ provinsi lampung karena klien
selalu berdiam diri dan tidak bersosialisasi, baik dengan keluarganya dan orang disekitarnya.
2.
Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat ke paranormal tetapi tidak ada
perubahan. Selain itu pada tahun 2009 klien pernah di rawat di RSJ provinsi Lampung, namun
setelah pulang dari RSJ klien hanya berdiam diri di kamar dan tidak pernah bersosialisasi.
3.
Riwayat penganiayaan
Klien mengatakan pernah dikeroyok oleh warga karena mabuk-mabukan minuman keras pada
tahun 2009 membawa motor hampir menabrak anak kecil.
4.
5.
D. Fisik
1.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmhg
2.
Nadi
: 94 x/menit
Suhu
: 36,1 0C
Pernafasan
: 20 x/menit
Ukur
Berat badan
: 68 kg
Keluhan fisik
Klien mengatakan ia tidak memiliki keluhan fisik.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
E.Psikososial
60
1.
Genogram
2.
Konsep diri
a.
Gambaran diri
Klien mengatakan tubuhnya terlalu kurus, ia merasa jelek, klien juga mengatakan kalau pria
berbadan besar itu akan disegani orang.
b.
Identitas diri
Klien mengatakan ia belum pernah menikah, klien anak pertama dari tiga bersaudara
c.
Peran
Peren klien dalam keluarga adalah klien anak pertama dari tiga bersaudara. Klien membantu
orang tua mencari nafkah, namun semenjak dirawat di RSJ, klien tidak mempedulikan perannya.
d.
Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang, karena klien ingin
bekerja kembali seperti layaknya orang sehat.
e.
Harga diri
Klien merasa sedih ketika ia berhenti dari pekerjaan sehingga klien merasa tidak berharga karena
tidak mampu membantu orang tuanya. Klien menyendiri di kamar, tidak berinteraksi dengan
orang lain.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3.
Hubungan sosial
a.
b.
c.
61
bingung apa yang ingin diceritakan. Klien sering diam, jarang bercakap-cakap dengan klien lain
di ruangan.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4.
Spiritual
a.
b.
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ, klien jarang melakukan ibadah sholat lima waktu. Begitu
juga saat masuk RSJ klien tidak pernah sholat lima waktu.
F.Status mental
a.
Penampilan
Dalam berpakaian, klien terlihat kurang rapi. Rambut klien tidak tertata. Klien tampak kusam,
lesu, dan kuku klien tampak kotor. Klien mengatakan ia mandi dua kali sehari namun tidak
pernah pakai sabun dan shampo.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias
b.
Pembicaraan
Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien menjawab
pertanyaan seperlunya saja, terkadang pembicaraan inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial & Kerusakan Komunikasi Verbal
c.
Aktifitas motorik
Ketika berbincang-bincang, kontak mata klien kurang, klien lebih banyak diam ketika tidak
ditanya, terkadang malah pulang ke kamar.
Masalan keperawatan : Isolasi sosial
d.
Alam perasaan
Klien mengatakan ia putus asa karena ia takut tidak bisa membantu keluarganya karena ia sudah
tidak bisa bekerja lagi dan pernah masuk RSJ selain itu menganggap dirinya tidak baik karena
dahulu klien pernah meresahkan tetangganya yaitu dengan merusak kaca tetangganya dengan
62
cara menimpukinya dengan batu dan dianggap buruk oleh lingkungannya, klien mengatakan dia
malu bila bertemu orang karena dia pernah masuk RSJ sebelumnya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
e.
Afek
Datar, karena selama interaksi klien banyak diam, menjawab pertanyaan seperlunya. Terkadang
klien langsung pergi ke kamar.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
f.
g.
Persepsi
Klien mengatakan ia marah-marah karena dia mendengar ada bisikan-bisikan, klien mengatakan
suara suara itu adalah suara wanita, klien mengatkan suara wanita utu mengajak dia untuk
bersenang senang, dan paling sering suara itu terdengar pada saat ia sedang melamun. Tetapi
perawat saat ini belum pernah melihat tanda-tanda klien berhalusinasi auditori seperti berbicara
sendiri, tertawa sendiri.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
h.
Proses pikir
Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Klien lebih suka menyendiri.
Saat interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak fokus,dialihkan bila ada klien lain,
pembicaraanya kacau terkadang tidak jelas.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
i.
Isi Pikir
63
Klien saat ini berpikir untuk pulang, dan klien menyesal selama ini berkelakuan tidak baik
terhadap tetangga dan mengajak berantem orang tua.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
j.
a.
Tingkat Kesadaran
waktu : klien dapat mengetahui kapan klien masuk RSJ, dan dia mengrti kapan saja waktu ia
harus mandi
b.
c.
orang : kilen sulit mengenali seseorang, jarang memulai perkenalan, di dalam ruangan pun
klien hanya hafal nama orang 3-5 orang saja.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
k.
Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-baru terjadi. Klien masih ingat jam
berapa dia bangun tadi, klien juga ingat tahun berapa klien berhenti kerja.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
l.
m.
Kemampuan Penilaian
Klien dapat menilai yang baik dan yang buruk dan klien juga mengetahui bahwa sebelum
dirawat perbuatannya yang sering melawan orang tua berkelahi, melempar batu ke rumah
tetangga termasuk perbuatan tercela (tidak baik).
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan
n.
Makan
Klien mengatakan setiap kali makan mencuci tangan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain
. Klien mengatakan sering menghabiskan porsi makanan yang disediakan
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan
2.
BAB/BAK
Klien mengatakan BAB & BAK di kamar mandi dan klien menyiramnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ditemukan
3.
Mandi
Klien mengatakan dalam sehari mandi 2 kali dengan menggunakan alat mandi yang benar,
namun klien jarang sikat gigi, sehingga giginya tampak kotor dan klien tidak mencuci rambut
dan sabunan.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri :Mandi
4.
Klien tidak nampak berhias diruangan, klien mengganti pakaian sehari satu kali dan
menggantinya sendiri. Rambut tidak tertata rapi.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berhias
5.
: 19.30-04.00
Penggunaan obat
65
Klien minum obat secara mandiri, klien minum obat secara teratur dengan dosis yang benar.
Klien tidak tahu jenis dan manfaat obat yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
7.
Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan apabila sakit klien berobat ke puskesmas. Bila menurut klien sakitnya biasa
saja, klien tidak pergi ke dokter (seperti masuk angin, dll). Dan saat ini klien mengatakan rutin
minum obat dan obat yang diminum sesuai dengan yang diberikan oleh perawat.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
8.
H. Mekanisme Koping
a.
Adaptif
Klien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat.
b.
Maladaptif
Klien mengatakan jika klien ada masalah, klien selalu memikirkan dan mencari jalan keluar
sendiri. Jika klien mampu menyelesaikan masalahnya sendiri akan diselesaikan sendiri. Namun
bila tidak mampu klien akan marah-marah., mengamuk, setelah mengamuk klien seperti hilang
ingatan(lupa) dan klien menyendiri lagi.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Masalah ekonomi
Klien mengatakan keluarganya cukup memenuhi keperluannya sehari-hari.
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan
67
7.
Dx. Medis
: Skizofrenia
2.
Haloperidol (HLP)
5 mg
3x1
Trihexyphenidil (THP)
2 mg
3x1
Chlorpomazin (CPZ)
100 mg
1x1
Isolasi sosial
2.
3.
4.
5.
Kurang Pengetahuan
6.
7.
8.
M.
Analisa Data
68
No
.
1.
Analisa Data
Maslah Keperawatan
DS :
Isolasi Sosial
perkenalan
Afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada simuluus
perawat tertawa
2.
DS :
Halusinasi
DO :
3.
baru dikenal.
Klien mengatkan takut berbicara banyak karena takut
menyakiti hati orang lain
DO :
-
lain
Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain
69
4.
Efektif
DO :
-
5.
DS :
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya saat ini.
Kurang Pengetahuan
DO :
Klien tidak mampu menjawab pertanyaan saat ditanya
tentang penyakit yang dideritanya saat ini.
6.
DS :
Klien mengatakan kalau ia lebih suka menyendiri
DO :
Klien sering terlihat melamum
Klien tidak suka memulai pembicaraan
Kontak mata klien tidaka fokus
7.
DS :
Klien mengatakan bingung bila ingin memulai
Kerusakan Komunikasi
Verbal
70
DS :
Isolasi Sosial
2.
Halusinasi
3.
4.
5.
Kurang Pengetahuan
6.
7.
8.
No.
Inisial klien
: Tn. K
Dx Medis
: Skizofrenia
No RM
: 013650
Ruangan
: Cendrawasih
DX.
Rencana
Keperawatan
Tujuan
1.
Rasional
Tindakan Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi
Isolasi
TUM : Klien
Setelah 2 X
1. Bina hubungan
Hubungan saling
Sosial
mampu
interaksi klien
saling percaya
percaya merupakan
berinteraksi
menunjukan tanda-
dengan :
dengan orang
tanda percaya
melakukan
lain
kepada atau
berinteraksi
interaksi
terhadap perawat :
- Perkenalkan nama,
TUK 1 : Klien
- Wajah cerah,
nama panggilan
dapat membina
tersenyum
hubungan saling
- Mau berkenalan
perawat berkrnalan
percaya
- Tanyakan dan
- Bersedia
panggil nama
menceritakan
kesukaan klien
perasaan
- Tunjukan sikap
- Berseddia
mengungkapkan
masalahnya
berinteraksi
- Tanyakan perasaan
dan masalah yang
dihadapi klien
- Buat kontrak
interaksi yang jelas
72
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien
TUK 2 :
2.Setelah 2 kali
1.Tanyakan pada
Dengan mengetahu
Klien mampu
interaksi klien
klien tentang :
tanda-tanda dan
menyebutkan
dapat menyebutkan
penyebab tanda
minimal satu
serumah atau
menentukan
dan gejala
penyebab menarik
dengan sekamar
langkah intervensi
isolasi sosial
diri :
klien
selanjutnya
-Diri Sendiri
- Orang lain
- Lingkungan
dirumah atau
diruangan perawatan
- Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
- Orang yang tidak
dekat dengan klien
dirumah atau
diruangan perawat
- Apa yang membuat
73
TUK 3 :
3.Setelah 2 X
1.Tanyakan pada
Reinforcement
Klien mampu
interaksi dengan
klien tentang :
dpat meningkatkan
menyebutkan
klien dapat
- Manfaat hubungan
keuntungan
menyebutkan
sosiial
berhubungan
keuntungan
- Kerugian menarik
sosial dan
kerugian
misalnya :
menarik diri
-Banyak teman
74
2.Diskusikan
- Tidak kesepian
bersama klien
- Saling menolong
tentang manfaat
berhubungan sosial
Dean kerugian
dan kerugian
menarik diri
menarik diri
misalnya :
-Sendiri
3.Beri pujian
- Kesepian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 4 :
4.Setelah 2 X
Klien dapat
interaksi klien
klien tentang
mana pengetahuan
melaksanakan
dapat
berhubungan sosial
klien tentang
hubungan sosial
melaksanakan
secara bertahap
hubungan soosial
secara bertahaap
dengan :
berkenalan /
-Perawat
berkomunikasi
- Perawat lain
- Kelompok
berhubungan
3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi
4.Diskusikan jadwal
harian yang
dilakukan untuk
75
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan kegiatan
sesuai jadwal yang
telah dibuat
6.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulanya melalui
aktifitas yang
dilaksanakan
TUK 5 :
5.Setelah 2X
1.Diskusikan
Klien mampu
interaksi klien
menjelaskan
dapat menyebutkan
perasaanya setelah
berhungan dengan
perasaanya
perasaanya setelah
berhbungan sosial
orang lain
setelh
berhubungan sosial
dengan :
berhubungan
dengan :
-Orang lain
sosial
-Orang lain
- Kelompok
- Kelompok
2.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya
76
TUK : 6
1.Setelah 2X kali
1.Diskusikan
Klien mendapat
pertemuan,
pentingya peran
dukungan
keluarga dapat
serta keluarganay
keluarga dalam
menjelaskan :
sebagai pendukung
berhubungan
memperluas
-pengertian
untuk mengatasi
hubyngan sosial
menarik diri
perilaku menarik
diri
menarik diri
2.Diskusikan
-penyebab dan
potensi keluarga
untuk membantu
perilaku menarik
diri
3.Jelaskan pada
keluarga tentang :
2.Setelah 2X
-pengertian menarik
pertemuan,
diri
keluarga dapat
mempraktekkan
menarik diri
-penyebab dan
menarik diri
77
setelah mencoba
cara yang dilatihkan
6.Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi
7.Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
TUK 7 :
7.1 Setelah 2X
dirumah sakit
1.Diskusikan
Klien dapat
interaksi klien
memanfaatkan
menyebutkan :
manfaaat dan
obat dengan
-manfaat minum
kerugian tidak
baik
obat
-kerugian tidak
meminum obat
-nama, warna,
samping
penggunaan obat.
penggunaan obat
interaksi klien
mendemonstrasikan 3.Beri pujian jika
penggunaan obat
klien menggunakan
dengan benar
7.3.Setelah...kali
4.Diskusikan
78
menyebutkan
tanpa konsultasi
akibat berhenti
dengan dokter
5.Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter atau
perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan
Halusinasi
TUM : klien
1.1.Setelah 2X
1.bina hubungan
Hubungan saling
dapat
interaksi dengan
saling percaya
percaya merupakan
mengontrol
klien, klien
dengan prinsip
halusinasi
menunjukkan tanda
komunikasi
melakukan
percaya kepada
teraupetik :
interaksi
TUK :1
perawat :
Klien dapat
-ekpresi bersahabat
membantu
hubungan saling
-menunjukkan rasa
- perkenalkan nama
percaya
senang
lengkap, nama
-mau berjabat
panggilan dan
tangan
tujuan berkenalan
-mau duduk
- tanyakan nama
TUK 2 :
berdampingan
Mengetahui apakah
klien dapat
dengan perawat
halusinasi datang
mengenal
-mengungkapkan
jelas
dan menentukan
halusinasinya
masalah yang
-tunjukkan sikap
dihadapi
atas halusinasinya
2.1.setelah 2X
janji
79
interaksi klien
-beri perhatian
menyebutkan
-isi
perhatian kebutuhan
-waktu
dasar klien
-frekuensi
-tanyakan perasaan
yang menimbulkan
halusinasi
1.setelah ... kali
interaksi klien
menyebutkan
tindakan yang
TUK : 3
biasanya dilakukan
1. adakan kontrak
Klien dapat
klien dapat
untuk
langsung dan
melakukan
mengontrol
mengendalikan
singkat secara
halusinasi
halusinasinya
bertahap
saat halusinasinya
2. setelah... kali
2. observasi tingkah
muncul
interaksi klien
menyebutkan cara
dengan
baru mengontrol
halusinasinya.
halusinasi
-tanyakan apakah
3. setelah .. kali
klien mengalami
interaksi klien
halusinasi
-jika klien
memperagakan
menjawabnya,
cara megatasi
halusinasi
dialaminya
4. setelah.. klia
-katakan bahwa
interaksi, klen
perawat
melaksanakan cara
percaya1.identifikasi
80
untuk
mengendalikan
dilakukan jika
halusinasi dengar
terjadi halusinasi
5. setelah 2X
2. diskusikan cara
interaksi, klien
yang digunakan
mengikuti terapi
klien
aktivitas kelompok
81
TUK : 4
1.setelah 2X
1.diskusikan denagn
klien dapat
interaksi klien
klien tentang
mengurangi
memanfaatkan
dapat
manfaat dan
halusinasi klien
obat dengan
menyebutkan :
kerugian tidak
baik
-manfaat dari
minum obat
-kerugian tidak
minum obat
samping
-nama, warna,
penggunaan obat
penggunaan obat
obat
klien menggunakan
interaksi klien
dengan benar
tanpa konsultasi
3. setelah.. kali
denagn dokter
interaksi
5. anjurkan klien
klienmenyebutkan
untuk konsultasi
akibat berhenti
kepada
minum obat
dokter/perawat jika
terjadi hal-hal yang
82
tidak diinginkan.
3.
Harga Diri
TUM :
1.klien dapat
1.bina hubungan
Hubungan saling
rendah
Klien dapat
mengungkapkan
saling percaya
percaya akan
melakukan
perasaannya
menimbulkan
hubungan sosial
2.ekspresi wajah
kepercayaan klien
secara bertahap
bersahabat
maupun nonverbal
pada perawat
b.perkenalkan diri
sehingga akan
TUK 1 :
4.menunjukkan
dengan sopan
memudahkan
Klien dapat
rasa senang
c.tanya nama
dalam pelaksanaan
membina
5.mau berjabat
tindakan
hubungan saling
tangan
nama panggilan
selanjutnya
percaya
6.mau menjawab
salam
d.jelaskan tujuan
berdampingan
menepati janji
8.klien mau
e.tunjukkan sikap
mengutarakan
empati dan
masalah yang
dihadapi
adanya
f.beri perhatian pada
klien
2.beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
83
penyakit yang
dideritanya
3.sediakan waktu
untuk
mendengarkan klien
4.katakan pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 :
Klien mampu
1.diskusikan
Pujian akan
Klien dapat
mempertahankan
kemampuan dan
meningkatkan
mengidentifikas
i kemampuan
dimiliki
dan aspek
beri pujian
positif yang
/reinforcement atas
dimiliki
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2.saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
84
1.kebutuhan klien
1.diskusikan
Peningkatan
TUK 3 :
terpenuhi
kemampuan klien
kemampuan
Klien dapat
2.klien dapat
yangmasih dapat
mendorong klien
menilai
melakukan
digunakan selama
untuk mandiri
kemampuan
aktivitas terarah
sakit
yang dapat
2.diskusikan juga
digunakan
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di
rumah sakit dan
dirumah nanti
1.klien mampu
1.rencanakan
Pelaksanaan
TUK 4:
beraktivitas sesuai
bersama klien
kegiatan secara
Klien dapat
kemampuan
mandiri modal
menetapkan dan
2.klien mengikuti
dapat dilakukan
awal untuk m
merencanakan
terapi aktivitas
eningkatkan harga
kegiatan sesuai
kelompok
kemampuan :
diri rendah
dengan
kegiatan mandiri,
kemampuan
kegiatan dengan
yang dimiliki
bantuan minimal,
kegiatan dengan
bantuan total
2.tingkatkan
kegiatan sesuai
85
dengan toleransi
kondisi klien
3.beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yang boleh
klien lakukan
(sering klien takut
melaksanakanny)
Klien mampu
1.beri kesempatan
Dengan aktivitas
TUK 5 :
beraktivitas sesuai
klien untuk
klien akan
Klien dapat
kemampuan
mencoba kegiatan
mengetahui
melakukan
yang direncanakan
kemampuannya
kegiatan sesuai
kondisi sakit
keberhasilan klien
dan
3.diskusikan
kemampuannya
kemungkinan
pelaksanaan
dirumah
1.klien mampu
1.beri pendidikan
Perhatian keluarga
TUK 6 :
melakukan apa
kesehatan pada
dan pengertian
Klien dapat
yang diajarkan
keluarga klien
keluarga akan
memanfaatkan
2.klien mau
tentang cara
dapat membantu
sistem
memberikan
meningkatkanharga
diri rendah
diri klien.
ada
2.bantu keluarga
memberi dukungan
selama klien dirawat
3.bantu keluarga
86
menyiapkan
lingkungan dirumah
87
Respon Adaptif
Repon Maladptif
Asertif
frustasi
pasif
agresif
kekerasan
a.
1)Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah, rasa
tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2)Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau
rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif
lain.
88
b.
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan
yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana individu
dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
C. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa
disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
D. Tanda Dan Gejala
1.
Muka merah
2.
Pandangan tajam
3.
Otot tegang
4.
5.
6.
Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan di
tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.
89
lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan,
ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian
pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan merupakan factor penyebab
yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
a. Tingkah Laku
1. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
2. Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku
yang berkaitan dengan marah antara lain :
Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi
HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatub, tangan
dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan
diri pasien.
Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik
perhatian orang lain.
Amuk atau kekerasan (violence)
90
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal : 33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain
:
a)
Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Tehnik defensif
Sumber sosial
Motivasi
Kesehatan dan energi
Kepercayaan
Kemampuan memecahkan masalah
Kemampuan sosial
Sumber sosial dan material
Pengetahuan
Stabilitas budaya
3.
Penatalaksanaan Umum
a.
Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga
maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi
segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang
penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb
harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan
ditentukan program kegiatannya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar dapat melakukan
lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai
kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan
primer), menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan
92
Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang mal
adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi
e.
Perilaku kekerasan
Core problem
93
peyebab
kemarahan,
diintegrasikan.
d) Aspek sosial
Meliputi interaksi
bagimana
sosial,
informasi
budaya
diproses,
konsep
rasa
diklarifikasi
percaya
dan
dan
95
Tanggal Pengkajian
: 15 Januari 2013
Tanggal Masuk
: 26 Desember 2012
Ruang
: Perkasa
1. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama
Alamat
Umur
Jenis Kelamin
Status
Agama
Pendidikan
Suku/Bangsa
No. CM
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan Klien
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. H
Jombor, Ceper, Klaten
25 Tahun
Laki - laki
Belum Menikah
Islam
SMP (Putus Sekolah)
Jawa/Indonesia
01 13 28
:
:
:
:
:
:
Tn. W
57 Tahun
Islam
Wiraswasta
Jombor, Ceper, Klaten
Ayah Kandung
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka
mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak
terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
96
3. ALASAN MASUK
4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak
mengontrol diri. Klien juga marah marah dan memukul ayahnya karena klien merasa
dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD
Klaten untuk kembali di rawat inap.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan
4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah
sakit jiwa klaten >35x.
b. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
c. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
d. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara
selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM.
5. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda Vital :
a. Tekanan darah
: 120 / 80 mmHg
b. Nadi
: 78 x/menit
c. Suhu badan
: 36.4 0C
d. Respirasi
: 23 x/menit
2. Ukuran
1. Tinggi Badan
: 168 cm
2. Berat badan
: 70 Kg
3. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan fisik.
6. PSIKOSOSIAL
1.
Genogram
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau yang paling
b.
c.
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ayah
dan adiknya.
Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang terdekat
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan adiknya,
apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ayah
b.
c.
4.
rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada masalah.
Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin beribadah
dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya tidak pernah di
kabulkan dan semua itu sia-sia.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual
7. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : 7. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
8.
Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai tujuan
karena dapat kooperatif.
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang
ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada saat
wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan klien bias
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
3.
4.
tubuh baik.
Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah sakit, klien
dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai dengan aturan rumah
5.
6.
7.
8.
sakit.
Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan kualitas 6-8
jam perhari, baik malam maupun siang.
Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.
Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.
9. MEKANISME KOPING
Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan menyiapkan
makanan.
10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1.
Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2.
Masalah berhubungan dengan lingkungan klien agak menarik diri dengan lingkungan.
MK : Harga Diri Rendah
3.
Masalah dengan kesehatan (-)
4.
Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.
5.
Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
11. ASPEK MEDIK
Terapi obat :
Inj. Lodomer
: 1amp IM extra
Trihexiyl Phenidyl
: 3 x 2 mg
Haloperidol
: 3 x 5 mg
Resperidon
: 2 x 2 mg
12. MASALAH KEPERAWATAN
1.
Prilaku kekerasan
2.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3.
Harga diri rendah
4.
Disstres spiritual
13. DIAGNOSA KEPERAWATAN
100
DATA
DS : klien mengatakan dirumah
ETIOLOGI
Perilaku Kekerasan
PROBLEM
Resiko mencederai diri
lingkungan
tampak merah.
DS : klien mengatakan saat Koping Individu Tidak Efektif
Perilaku Kekerasan
Tujuan
TUM:
Criteria hasil
1.
klien mau
menciderai diri
Kliendapat
membalas
sendiri, orang
melanjutkan peran
lain dan
sesuai dengan
salam.
klien mau
lingkungan
tanggung jawab.
2.
menjabat
TUK 1:
3.
101
tangan.
klien mau
Intervensi
a. ber salam panggil
nama.
b. sebutkan
perawat
nama
sambil
jabat tangan.
c. jelaskan maksud
hubungan
Klien dapat
menyebut
membina
4.
hubungan saling
nama.
klien mau
tersenyum
percaya.
5.
.
klien mau
kontak
TUK 2:
6.
mata.
klien mau
Klien dapat
mengetah
mengidentifikasi
ui nama
kemampuan
perawat.
klien
7.
penyebab
mengungk
kekerasan
apkan
perasaany
8.
TUK 3 :
a.
klien
dapat
Klien dapat
mengungk
mengidentifikasi
apkan
tanda-tanda
penyebab
perilaku kekerasan
perasaan
dibahas.
e. beri rasa aman
f.
dan simpati.
lakukan kontak
mata singkat tapi
sering.
g. beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaan.
h. bantu klien untuk
mengungkapkan
penyebab
perasaan
jengkel/kesal.
i. Anjurkan klien
mengungkapkan
apa yang dialami
dan dirasakan.
j. saat marah.
k. Observasi tanda-
dari
kekerasan
orang
lain.
klien
Klien dapat
mampu
mengidentifikasi
mengungk
perilaku kekerasan
apkan
yang biasa
perasaan
dilakukan
saat
marah/jen
102
akan
tanda
n atau
9.
yang
marah
lingkunga
TUK 4;
interaksi.
d. jelaskan kontrak
perilaku
pada
klien.
l. Simpulkan
bersama
klien
yang
alami.
m. Anjurkan
di
klien
untuk
mengungkapkan
perilaku
kekerasan
yang
10.
gkel.
klien
dapat
mengidentikasi
11.
akibat perilaku
kekerasan
sesuai
tanda-
perilaku
tanda
kekerasan
dialami.
Klien
yang
biasa dilakukan.
o. Bicarakan dengan
klien
apakah
mengungk
masalahnya
klien
selesai.
p. bicarakan akibat
dan
cara
yang
yang biasa
dilakukan klien .
q. bersama
klien
dilakukan.
Klien
menyimpulkan
Klien dapat
dapat
mendemonstrasika
bermain
n cara mengontrol
peran
perilaku kekerasan
dengan
perilaku
kekerasan
yang biasa
dilakukan
Klien
dapat
mengetah
ui cara
oleh
klien.
r. Tanya pada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara
yang
baru
dan
yang sehat.
s. Bantu
klien
memilih
cara
yang biasa
mengidentifikasi
dilakukan
manfaat
untuk
menyelesa
103
dengan
dilakukan
kekerasan
13.
peran
dapat
perilaku
12.
klien
ulkan
apkan
TUK 6 :
klien .
n. Bantu
bermain
yang
Klien dapat
dilakukan
menyimp
marah
TUK 5;
biasa
cara
14.
TUK 7 :
ikan
untuk
masalah.
Klien
menstimulasikan
dapat
Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar
( sesuai dengan
program )
15.
menjelask
an akibat
reinforcement
dari cara
positif
yang
keberhasilan
digunakan
Akibat
klien
pada klien
16.
sendiri
Akibat
pada
17.
orang lain
akibat
pada
lingkunga
18.
n.
klien
dapat
menyebut
kan
contoh
pencegaha
n perilaku
kekerasan
secara
atas
menstimulasikan
cara tersebut.
w. Anjurkan klien
untuk
menggunakan
cara
yang
dipelajari
saat
jengkel
atau
marah.
x. Jelaskan
jenis-
minum
minum
:Fisik:
dokter.
z. Jelaskan
prinsip
Tarik
benar
minum
nafas
obat(baca
dalam ,
yg
olah raga,
botol
memukul
bantal
Verbal:
104
tertera
nama
pd
obat,dosis
cara minum).
aa. Anjurkan klien
Mengatak
an secara
langsung
dengan
tidak
19.
menyakiti.
klien
dapat
mendemo
nstrasikan
cara fisik
(memukul
bantal)
untuk
mencegah
perilaku
20.
kekerasan.
Klien
dapat
menyebut
kan obat
obat yang
di minum
dan
kegunaan
ya
( jenis
,waktu,do
sis,dan
21.
efek )
Klien
dapat
minum
obat
sesuai
105
klien
melaporkan pada
perawat
atau
dokter
jika
merasakan
efek
yang
tidak
menyenang kan.
ac. Beri pujian jika
klien minum obat
dengan benar.
program
pengobata
n
16 .
Waktu
Selasa
Dx
1
SP
SP 1 1.
15/01/13
IMPLEMENTASI
EVALUASI
Membina hubungan S : Klien senang karena
saling percaya dengan
17.00
mengungkapkan
2.
3.
komunikasi terapeutik
Menyapa klien dengan
ramah,baik verbal
tangan
dengan sopan.
A : Klien mampu membina
4. Menjelaskan tujuan
hubungan saling percaya,
pertemuan dengan
SP 1 tercapai.
lengkap
P : Lanjutkan SP 2,klien dapat
5. Menanyakan nama
mengidentifikasi penyebab
klien dengan lengkap.
6. Mengatakan dengan
marah.
K : Klien di minta untuk
jujur dan menepati janji
7. Menunjukkan rasa
mencari penyebab marah.
empati dan menerima
106
mengungkapkan
terpenuhi
perasaan penyebab
perilaku kekerasan
3. Memberikan pujian
SP 2
O:
Klien dapat
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
persaan nya.
107
Rabu
16/01/2013
12.30
marah
2. Mendiskusikan bersama
klien tentang tandatanda perilaku
tanda-tanda :
a. Nada suara tinggi
b. Mata menatap tajam
c. Tangan mengepal.
A : klien mampu
kekerasan.
dilakukan.
Menganjurkan klien S : klien akan marah-marah
untuk mengungkapkan
bias dilakukan.
2. Membantu klien
pintu / jendela.
O : klien tampak :Tegang,
dengan perilaku
kekerasan.
memerah.
3. Membicarakan dengan
A : klien mampu
klien apakah dengan
mengungkapkan perilaku
dilakukan. SP 4 tercapai.
P : lanjutkan SP 5, klien dapat
mengungkapkan perilaku
108
SP 5 1.
2.
Membicarakan akibat
ayahnya.
O : klien tampak : sedih,
memerah.
A : klien mampu
mempelajari cara-cara
mengungkapkan akibat
12.00
SP 6 1.
Melatih klien
berdoa.
S : Klien mengatakan jarang
mengontrol perilaku
kekerasan dan
tidak dikabulkan.
110
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN RESIKO BUNUH DIRI
A. Pengertian
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat dan akemat, 2009).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan putus
harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(Gail w. Stuart, 2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann
Isaacs, 2004.)
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga
menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian.
B.
Rentang Respon
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Peningkatan
berisiko
destruktif
diri
pencederaan
Perilaku bunuh diri
menunjukan kegagalan
mekanisme
koping.
Ancaman bunuh diri
bunuh
mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi
masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adptif pada diri
seseorang.
a. Peningkatan diri
111
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional
yang
membutuhkan
pertahanan
diri.
Sebagai
contoh
seseorang
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan
zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3. Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru
mengalami
kehilangan,
b.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, Motif bunuh diri ada banyak
macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
a.
b.
c.
d.
e.
D.
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan
diri).
113
i.
Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
j.
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
E.
karier).
Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
Pekerjaan.
Konflik interpersonal.
Latar belakang keluarga.
Orientasi seksual.
Sumber-sumber personal.
Sumber-sumber social.
Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan (pada
diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)
effect
Core problem
causa
F. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh
diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya
dibagi menjadi 4 kategori :
a. Isyarat Bunuh Diri
114
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh
diri, misalnya dengan mengatakan:tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!
atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien
juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri
rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon
positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
c.
mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami
depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
d. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.
Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin
pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
115
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utam dari proses keperawatan. (kelilat,
2006). Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh diri, kita mengenal 3
macam perilaku bunuh diri, yaitu:
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh! atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk
bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,
kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan
untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat
untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
c. Percobaan bunuh diri
116
Percobaan diri adalah tindakan klien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat tinggi.
2. masalah keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal.
b. Resiko Bunuh Diri
c. Harga Diri Rendah Kronik
3. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Bunuh Diri
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Resiko Perilaku Kekerasan Pada Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan, Dan
Verbal.
4. Intervensi keperawatan
Diagnosa resiko bunuh diri:
1. Kenalkan diri pada klien.
2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3. Bicara tegas, jelas, dan jujur.
4. Bersifat hargai dan bersahabat.
5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
6. Jauhkan klien dari benda-benda yang membahyakan (seperti pisau, silet, gunting, tali,
kaca,dll.)
117
A. Pengkajian
1.Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a. Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c.Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
d. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
f. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g. Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami
perilaku bunuh diri.
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subjektif :
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.
b) Mengungkapkatidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan sosial
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
3. Masalah keperawatan
a. Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
118
b. Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b.
120
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga.
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
b.Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
121
122
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak
(Aziz R, 2003).
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang
tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah.
span history ).
Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
3.
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas
dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan
keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
4.
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien
merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
5.
124
C.
Faktor Prediposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Jika tugas
perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka individu mengalami
stres dan kecemasan. Berbagai faktor masyarakat dapat membuat seseorang merasaa
terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal. Stres yang
berlebihan dapat mengganggu metabolisme dalam tubuh ehingga membuat tidak mampu
dalam proses stimulus internal dan eksternal.
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Virus : paparan virus influensa pada trimester III.
e. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
D. Faktor Presipitasi
Ransangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham yaitu klien
mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak bicara, objek yang ada
dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana ini dapat meningkatkan stres dan
kecemasan.
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu
Respon adaptif
-
Pikiran logis
gangguan proses pikir
Persepsi akurat
waham
Emosi konsisten
perilaku
Dengan pengalaman
disorganisasi
distorsi pikiran
ilusi
kurang
F. Manifestasi Klinis
a)
b)
Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
c)
Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan,
ambivalen
d)
Fungsi motorik
Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan yang diulangulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
e)
f)
Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah gangguan
isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
G. Klasifikasi
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :
a) Waham kebesaran
126
individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus yang diucapkan
berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho! atau, Saya punya tambang
emas.
b) Waham curiga
individu meyakini
bahwa
ada
seseorang
atau
kelompok
yang
berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya.
c) Waham agama
individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.
d) Waham somatic
individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya, Saya sakit kanker. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan diucapkan
berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh.
f) Waham sisip pikir
keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya.
g) Waham siar pikir
keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun ia tidak
pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
h) Waham kontrol pikir
keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya.
Kategori Waham :
1.
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin
H. Penatalaksanaan
1.
Psikofarmakologi
2.
3.
4.
5.
Psikoterapi
6.
I. Pohon Masalah
Effect
Core Problem
Effect
128
pengkajian,
perawat
harus
mendengarkan,
memperhatikan
dan
diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang lain,
curiga, bermusuhan, merusak (diri, diri orang lain, lingkungan), taukt, kadang panik, sangat
waspada, tidak dapat mmenilai lingkungan/realitas, ekspresi wajah tegang, mudah
tersinggung.
2. Masalah Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Gangguan proses fikir
c. Harga diri rendah kronik.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dengan klien waham berdasarkan pohon masalah:
a. Kerusakan komunikasi verbal
b. Gangguan proses pikir: waham
c. Harga diri rendah kronik.
4. Intervensi
Diagnosa 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5. implementasi
Diagnosa 1
Melakukan Sp1p gangguan proses pikir: waham
1.
2.
3.
4.
: Tn. R
Umur
: 30 Tahun
Alamat
: Pasuruan
Pekerjaan
: Pegawai Kelurahan
: 066839xxxx
Tanggal dirawat
: 12-05-2014
Tanggal pengkajian
: 13-05-2014
b.
Kesadaran:
c.
1.
Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan dengan pasien menyatakan
dirinya merupakan salah satu pejabat penting dalam pemerintahan
2.
Disorientasi
1.
2.
Tempat: Klien mengatakan sekarang berada di RSJ, tempat orang gila katanya
3.
e.
Pembicaraan
132
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang pembicaraan, mengatakan
tentang kehebatan dirinya, pembicaraan awal terarah sesuai pertanyaan, lama kelamaan
nglantur klien menyombongkan jabatannya.
f.
Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan teman atau orang lain,karena
tidak punya waktu untuk berkenalan.
g.
h.
Persepsi sensori
1.
2.
3.
4.
5.
i.
Proses Pikir
1.
Arus Pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien mengatakan secara berulang-ulang
bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting.
2.
Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa setiap hari ia disibukkan dengan berbagai urusan pemerintahan
3.
Bentuk Pikir
Bentuk pikir klien non realistis, pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan
j.
k.
Memori
1.
2.
Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu masih dirumah dan bekerja
di kelurahan
3.
Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi, mandi dan sarapan.
l.
m.
Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai dengan baik
n.
6. Pemeriksaan Fisik
a.
b.
Tanda-tanda Vital:
TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5c
RR : 20x/menit
c.
d.
Tidak ada keluhan fisik: Klien mengatakan tidak merasakan sakit apapun
e.
Pemeriksaan Fisik:
f.
Kepala
Inspeksi: bersih, rambut pendek warna hitam
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g.
Mata
Inspeksi: Konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan normal, tidak kabur, tidak ada
peradangan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
h.
Hidung
Inspeksi: bentuk simetris, penciuman normal, tidak ada peradangan, tidak ada polip (bersih)
Palpasi : tidak terasa krepitasi, tidak ada nyeri tekan
i.
Mulut
Inspeksi : bersih, tidak ada karies gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada
pembesaran tonsil
j.
Telinga
Inspeksi: simetris, bersih, pendengaran tidak terganggu
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
k.
Leher
Inspeksi: tidak ada luka, JVP tidak ada, tidak kaku kuduk
134
Dada
Inspeksi: normal chest, tidak ada retraksi intercosta
Auskultasi: normal
m.
Abdomen
Inspeksi: bentuk buncit, tidak terdapat lesi
Auskultasi : bising usus 10 x / menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timpani
n.
Genetalia:
Bersih
Tidak ada hemoroid
Tidak ada gangguan pola eliminasi
o.
Ekstrimitas
Kekuatan otot: 5 5 5 5
Rentang gerak maksimal
Tidak ada luka
p.
Integumen
Kulit bersih
Lembab
Tidak ada lesi
7.
Pengkajian Psikososial
a.
Genogram
b.
Konsep Diri
1.
Citra Tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya karena ini adalah pemberian
Allah kepadanya.
2.
Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang bapak yang baik, selain itu dia juga
seorang pegawai di kelurahan
3.
Peran
135
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang bapak yang baik, ia juga sebagai pegawai di
kelurahan.
4.
Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin buat rakyat.
5.
Harga Diri
Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat karena dia adalah seorang
pejabat penting di gedung DPR, tetapi sekarang ia harus tinggal di RSJ, kumpul dengan orang
sakit jiwa, klien mengatakan malu.
c.
Hubungan Sosial
1.
2.
3.
d.
Spritual
1.
2.
Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah lebih banyak dan
rajin
beribadah, tetapi saat disini jarang karena belum beradaptasi dengan lingkungan, saat ini
klien sering menyendiri dan diam
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a.
Makan
Klien makan sendiri dengan bimbingan perawat, makan 3x1 hari, 1 porsi tidak dihabiskan
b.
BAK /BAK
Klien dapat BAB/BAK secara mandiri
c.
Mandi
Klien mandi tidak harus dimotivasi perawat terlebih dahulu
Klien dapat berpakaian atau berhias sendiri, menggunakan pakaian yang sesuai seragam pada
hari itu dan ganti baju 1 x sehari
e. Istirahat dan tidur
1.
2.
3.
4.
f.
Penggunaan Obat
Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : Sistem pendukung
h. Aktivitas dalam rumah
Klien mengatakan sering didalam kamar dengan mengurung diri
i.
9.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping tidak efektif karena ia mengganggap dirinya orang lain
Aspek Medis
a.
b.
Terapi Medik:
Haloperidol 5 mg 1-0-1
Clopramazine 100 mg 0-1-1
Defakene 2 x 1 sdm
137
B.komplek 1-0-1
13.
Analisa Data
Nama
: Tn. R
Usia
: 30 tahun
No RM
: 066839xxxx
No.
1.
Data
Masalah
Resiko gangguan komunikasi verbal
DS :
Klien mengatakan waktunya tidak
ada untuk berkomunikasi dengan
teman karena lebih banyak sibuk
dengan urusannya sendiri.
DO :
Klien lebih sering menyendiri.
Aktivitas klien menurun.
Klien
2.
kurang
berkomunikasi
terus
membicarakan
kehebatannya.
Setiap
pagi
klien
selalu
kecewa
dengan
sikap
138
KRITERIA HASIL
Setelah 1 kali interaksi
INTERVENSI
1. Bina hubungan
RASIONAL
Dengan membina
Secara bertahap
klien menunjukkan
saling percaya.
hubungan saling
pasien mampu
tanda-tanda percaya
2. Ciptakan
percaya pasien
berhubungan
kepada perawat:
lingkungan yang
akan merasa
tenang, buat
aman dan
kehadiran
bersedia
perawat
3. Jangan
berinteraksi
membantah dan
dengan perawat
dengan realitas
TUK 1:
Pasien dapat
membina
hubungan saling
percaya
1. Mau menerima
disampingnnya
2. Mengatakan
mau menerima
bantuan
mendukung
waham klien
4. Observasi
perawat.
3. Tidak
apakah waham
menunjukan
klien menganggu
aktivitas sehari-
tanda-tanda
curiga.
4. Mengizinkan
duduk di
139
samping.
TUK 2 :
1. Diskusikan
Untuk
Pasien dapat
klien menunjukan:
dengan pasien
meningkatkan
kemampuan yang
kemampuan
dimiliki pada
terhadap dirinya
yang di miliki.
dalam pikirannya.
TUK 3 :
1. Observasi
Untuk memenuhi
Pasien dapat
klien:
kebutuhan pasien
kebutuhan pasien
sehari-hari.
yang belum
kebutuhan yang
kejadian-kejadian
2. Dikusikan
terpenuhi
tidak dapat
kebutuhan pasien
terpenuhi.
yang tidak
terpenuhi selama
terpenuhi
di rumah maupun
2. Dapat menyebutkan
di rumah sakit.
hubungan antara
3. Hubungan
kebutuhan yang
kebutuhan tidak
tidak terpenuhi
140
terpenuhi dengan
dengan timbulnya
wahamnya.
waham.
4. Tingkatkan
aktivitas yang
dapat memenuhi
kebutuhan pasien,
memerlukan
waktu dan tenaga.
5. Atur situasi agar
klien tidak
mempunyai waktu
dengan
wahamnya.
TUK 4 :
1. Berbicara
Dengan
Pasien
dengan pasien
berorientasi
berhubungan
dengan realita
dengan realitas
pengalaman nyata
realitas (realitas
klien dapat
dengan pengalaman
menyatakan
wahamnya.
waktu dan
pernyataan sesuai
tempat).
dengan kenyataan
2. Sertakan pasien
dalam TAK
orientasi realita.
3. Beri pujian pada
setiap kegiatan
positif yang
dilakukan pasien.
TUK 5 :
1.Diskusi dengan
Dukungan dari
Pasien
keluarga dapat
keluarga tentang
keluarga dapat
mendapat
menjelaskan:
gejala waham,
membantu pasien
dukungan
1. pengertian
cara merawat
keluarga
waham
lingkuangan
tidak merasa di
141
keluarga, follow
waham
3. cara merawat
up
klien waham
tolak
2. Anjurkan pasien
melaksanakan
dengan bantuan
perawat.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya, kesehatannya, dan kesejahtraanya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien
dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.(Azis
R,2003)
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan diri.
Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri.
.
B. Jenis-jenis Perawatan Diri
1.
2.
mandi/kebersihan diri.
Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
Faktor predisposisi:
a. Perkembangan
143
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Kemampuan realistis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya situasi
lingkungan
Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri, misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pada personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
144
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo dan lain lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial.
D. Tanda Dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
1. Fisik
a.
b.
c.
d.
e.
2. Psikologis
a.
b.
c.
3. Sosial
a.
Interaksi kurang.
b.
Kegiatan kurang
c.
d.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
F.
1.
Regresi
2.
Penyangkalan
3.
4.
Intelektualisasi
sendiri adalah :
1.
2.
3.
b.
c.
b.
c.
G. Pohon Masalah
........................................
..
Effect
........................................
...
Core problem
Menurunnya motivasi
dalam perawatan diri
146
........................................
...
causa
2. Penyangkalan
3. Isolasi sosial
4. Intelektualisasi
2.Masalah Keperawatan
Defisisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa, core problem, effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a.
b.
c.
d.
e.
Effect
Core problem
Causa
Defisit perawatan diri
Menurunnya motivasi perawatan diri
3. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Core problem
Causa
Effect
Defisit perawatan diri
4.Intervensi
Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri (mandi, berpakian, makan, eliminasi):
1. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan
peengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih.
2. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
3. Diskusikan fungsi kebersihan diri untuk kesehatan dengan menggali pengetahuan
klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
4. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan
diri.
5. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
148
ILUSTRASI KASUS
Tn. R berumur 58 tahun, seorang duda yang hidup sendiri. Badannya sudah sakit sakitan
karena harus kerja pagi dan pulang malam, kerjanya juga tidak menentu asalkan makan.
Sewaktu istrinya masih hidup, istrinya yang bekerja memenuhi kebutuhan sebagai tukang
jahit, dan mengurus suaminya yang sakit. sejak beberapa minggu lalu istrinya meninggal
dunia tidak ada lagi yang merawat dirinya. Juga tidak ada waktu lagi untuk memperhatikan
kebersihan dirinya, yang ia pentingkan bisa makan dalam sehari saja sudah bersyukur.
Dari kasus diatas didapatkan
DATA BIOGRAFI
Nama: Tn. R
Umur: 58 tahun
Agama: kristen
Alamat: Jl..bukit raya, medan.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
DS : pasien mengatakan ia merasa lemah, Malas untuk beraktivitas setelah pulang
kerja,Merasa tidak berdaya.
149
DO: Rambut kotor, acak acakan,Badan dan pakaian kotor dan bau,Mulut dan gigi
bau,Kulit kusam dan kotor,Kuku panjang dan tidak terawat
Diagnosa keperawatan :
a. Defisit perawatan diri
b. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
TUJUAN UMUM
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
TUJUAN KHUSUS
pasien menyadari pentingnya perawatan diri
INTERVENSI
a.Berikan salam setiap
RASIONAL
Rasa saling percaya adalah
percaya
berinteraksi.
pikiran/perasaan secara
terbuka.
mengenal tentang
perawat berkenalan.
Pengetahun tentang
meningkatkan motivasi.
melakukan kebersihan
mempermudah pasien
mandiri.
mempertahankan kebersihan
empati.
150
sendiri.
mandi.
b. Beri kesempatan untuk
mandi, beri kesempatan klien
untuk mendemonstrasikan
cara memelihara kebersihan
diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan
merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat
ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi
dan kebersihan kamar mandi.
Monitor klien dalam
melakukan kebersihan diri
secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir,
gosok gigi, ganti baju dan
pakai sandal.
Klien selalu tampak rapi
Beri reinforcement positif
jika berhasil melakukan
kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
152
153
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam membuat asuahan keperawatan, perawat tidak terlepas dari tahapan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Makalah ini memuat konsep dan gambaran dari asuhan keperawatan pada
klien gangguan jiwa dengan masalah harga diri rendah kronik, gangguan persepsi
sensori: halusinasi, isolasi sosial, resiko perilaku kekerasan, resiko bunuh diri,
gangguan proses pikir: waham, dan defisit perawatan diri.
B. Saran
Sebagai mahasiswa dan calon tenaga medis kita mampu menerapkan
mekanisme asuhan keperawatan jiwa kepada klien/pasien jiwa sehingga dapat
membantu dalam proses penyembuhan pada pasien jiwa.
154
DAFTAR PUSTAKA
Maslim Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atmaja
Herdman, T Heather. 2012. Nanda 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Antonim.2008. AskepHalusinasi. Dimuatdalam http://augusfarly.wordpress.com/2008/08/21/
askep-halusinasi/. (Diakses : 8 Agustus 2012)
Anonim.2009. AskepdenganHalusinasi. Dimuatdalam http://aggregator.perawat.web.id [Diak
ses : 15 Oktober 2011]
Anonim. 2008. Halusinasi . Dimuat dalam. http://harnawatiaj.wordpress.com/ [Diakses : 15
Oktober 2011]
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit Buku
Kedokteran , EGC, Jakarta.
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.
Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
http:www.ilmukeperawatan/denganklienbunuhdiri.com
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC.
Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis
Mosby Year Book.
Keliat, Budi Anna.
(2006).
Kumpulan
155
Proses
Keperawatan
Masalah
Jiwa.
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,
2000
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia
156