1. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung
untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart
dan sundeen,1991).
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian(kehilangan,perubahan). Harga diri
rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons
terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan.
Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan fisik.
2. Rentang Respon
Rentang Respon Konsep Diri menurut Stuart & Sundeen (1987) adalah:
A B C D E
1. Respon adaptif yaitu respon positif klien dalam menghadapi suatu masalah
hingga dapat menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan rentang respon
diatas respon positif meliputi :
a. Aktualisasi diri, yaitu pernyataan diri yang positif secara nyata.
b. Konsep diri positif yaitu kepercayaan tentang diri apabila individu
memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi dan meyadari hal-
hal positif maupun negatif dalam dirinya.
2. Respon maladaptif, yaitu respon negatif klien dalam meghadapi suatu
masalah tersebut. Berdasarkan rentang respon diatas, respon maladaptif
meliputi :
a. Harga diri rendah, yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri sehingga
individu tersebut merasa rendah diri dan tidak berarti. Dalam rentang
respon, harga diri rendah berada pada transisi antara respon konsep diri
adaptif dan maladaptif. Prilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah diantaranya mengkritik diri sendiri, merasa tidak mampu, merasa
bersalah, pandangan hidup psimis dan sebagainya.
2
b. Kerancuan identitas, yaitu identitas diri yang tidak pasti dalam
memandang diri, penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan. Prilaku yang berhubungan dengan
kerancuan identitas diantaranya merasa hampa, cemas yang berlebihan,
ketidakmampuan, empati terhadap orang lain dan sebagainya.
c. Depersonalisasi, yaitu perasaan tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, panik dan tidak dapat membedakan diri
sendiri, merasa terisolasi, merasa tidak aman, takut, malu, kesulitan
membedakan diri sendiri dan orang lain, merasa berada dalam mimpi, dan
sebagainya.
3. Etiologi
Pada dasarnya penyebab terjadinya harga diri rendah situasinal dan harga
diri rendah kronik adalah sama. Tonsen (1998) mengemukakan bahwa penyebab
Harga Diri Rendah adalah:
a. Kurangnya umpan balik positif.
b. Perasaan ditolak oleh orang terdekat.
c. Sejumlah kegagalan dan ketidakberdayaan.
d. Ego yang belum berkembang baik menghakimi super ego.
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart & Sundeen (1991), faktor predisposisi yang
mempengaruhi harga diri rendah adalah pengalaman masa kanak-kanak
merupakan suatu faktor yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan
konsep diri. Anak-anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang
tua, lingkungan, social, serta budaya. Orang tua yang kasar, membenci dan
tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri,
sehingga individu tersebut kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya sendiri,
tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan kemampuan diri.
3
Sedangkan faktor biologis, anak dengan masalah biologis juga bisa
menyebabkan harga diri rendah.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart & Sundeed (1991), masalah khusus tentang konsep diri
disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu yang tidak
mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri
dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua
yang berarti: pola asuh anak tidak tepat, misalnya: terlalu dilarang,
dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak dapat dicapai, gagal bertanggung jawab
terhadap diri sendiri.
4
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri rendah
adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah pada diri sendiri.
3. Merendahkan martabat.
4. Gangguan hubungan social, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya memilih
alternative tindakan.
6. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Sedangkan tanda dan gejala gangguan perilaku pada konsep diri dengan
harga diri rendah. Stuart dan Sundeen (1991) mengemukakan sepuluh cara
individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah antara lain sebagai
berikut:
5
5. Akibat
Klien yang mengalami harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan
interaksi social seperti: menarik diri, perubahan penampilan peran, keputusasaan
maupun munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan (Keliat, 1998).
6
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
4) Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
5) Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
c. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai.
d. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.
e. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
f. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran
dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
7
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika
kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
g. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak
pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas
diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri
tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan /
penghargaan orang lain.
h. Hubungan social
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa
saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta
dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
j. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam
berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik /
berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru,
gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
a. Lesu, tegang, gelisah.
8
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan.
c. Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol.
d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak
terkontrol klien.
e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jar.
f. Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat
kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan
stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan
pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat
atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
g. Persepsi
9
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang
tampak pada saat klien berhalusinasi.
7. Proses pikir
a. Sirkumtansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
pada tujuan
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai
pada tujuan
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tidak ada hubungan antara
satu kalimat dengan kalimat lainnya
d. Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke
topik yang lainnya.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari
luar kemudian dilanjutkan kembali
f. Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
g. Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
8. Isi fikir
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek /
situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ
tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang
terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil atau diluar kemampuannya.
g. Waham :
10
1. Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
2. Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
keyakinan.
3. Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
4. Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang
berusaha merugikan, mencederai dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia / meninggal yang dinyatakan secara berulang-
ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
6) Tingkat kesadaran
a. Orientasi waktu
b. Orientasi tempat
c. Orientasi orang
7) Memory
Pada saat dikaji klien bisa menceritakan kembali peristiwa yang
menimpa pada dirinya, baik yang telah terjadi 1 bulan, seminggu yang
lalu, serta kejadian saat ini.
8) Tingkat konsentrasi
a. Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek
lainnya.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan
diulang karena tidak menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
11
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan atau
pengurangan pada benda-benda yang nyata
9) Daya tilik diri
a. Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan / klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien
tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain atau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah
sekarang
10) Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi
kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat makan.
b. Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang
Air Kecil (BAK), pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
cuci rambut, gunting kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan
klien.
d. Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian, observasi penampilan dandanan klien.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam,
persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
12
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut,
siapa saja sistem pendukung yang dimiliki.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri, mengatur
kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari,
aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j. Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
7.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan
pasien yang mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor
yang menunjang. (Stuart & Sundeen, 1998).
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah:
a. Gangguan konsep diri b.d harga diri rendah situasional
b. Isolasi sosial : menarik diri b.d harga diri rendah
c. Koping individu tidak efektif b.d harga diri rendah situasional
13
7.3 Aplikasi NANDA, NOC, dan NIC
14
Kesediaan untuk memanggil Mendorong peningkatan
orang lain untuk bantuan keterlibatan dalam hubungan yang
Uang yang tersedia dari sudah mapan
orang lain bila diperlukan Mendorong kesabaran dalam
Bantuan yang diberikan oleh perkembangan hubungan
orang lain Mempromosikan hubungan dengan
Waktu yang disediakan oleh orang-orang yang memiliki
orang lain kepentingan dan tujuan bersama
Kerja yang disediakan oleh Mendorong kegiatan sosial dan
orang lain masyarakat
Informasi yang diberikan Mempromosikan berbagai masalah
oleh orang lain umum dengan orang lain
Bantuan emosional yang Mendorong kejujuran dalam
diberikan oleh orang lain menyajikan diri kepada orang lain
Hubungan kepercayaan Mempromosikan keterlibatan dalam
orang yang bisa kepentingan yang sama
Membantu sesuai kebutuhan Mendorong rasa hormat terhadap
Jaringan sosial bantu hak orang lain
Kontak sosial yang Memfasilitasi penggunaan alat
mendukung bantu defisit sensorik seperti
Jaringan sosial yang stabil kacamata dan alat bantu dengar
Memberikan umpan balik tentang
Keterampilan Interaksi perbaikan dalam
Sosial Menjaga penampilan pribadi atau
kegiatan lainnya
Indikator : Menghadapi klien tentang gangguan
Menggunakan penilaian, jika diperlukan
pengungkapan yang sesuai Memberikan umpan balik positif
Pameran reseptif ketika pasien menjangkau orang
Bekerja sama dengan orang lain
lain Mengeksplorasi kekuatan dan
Pameran kepekaan terhadap kelemahan dari jaringan saat ini
orang lain hubungan
Menggunakan perilaku
tegas yang sesuai
Menggunakan konfrontasi
yang sesuai
Melibatkan orang lain
Menggunakan kompromi
yang sesuai
Menggunakan strategi
15
resolusi konflik
3. Koping individu tidak Koping Peningkatan Koping
efektif b.d harga diri
rendah situasional Indikator : Aktivitas :
Menunujukan fleksibilitas Hargai pemahaman klien tentang
peran keluarga konsep diri
Menunjukan fleksibilitas Hargai dan diskusikan substitute
peran para anggota keluarga respon terhadap situasi
Dapat mengatur masalah- Hargai sikap klien terhadap peran
masalah dan hubungan
Memanajemen masalah Dukung penggunaan sumber
Melibatkan anggota spiritual jika diminta
keluarga dalam membuat Gunakan pendekatan yang tenang
keputusan dan berikan jaminan
Mengekspresikan perasaan Sediakan imformasi actual tentang
dan kebiasaan emosional diagnosis, penanganan dan
Menunjukan strategi untuk prognosis
memanajemen masalah Sediakan pilihan yang realistis
Menggunakan strategi tentang aspek perawatan saat ini
penurunan stress Dukung penggunaan mekanisme
Menentukan prioritas defensive yang tepat
Mempunyai perencanaan Dukung keterlibatan keluarga
pada kondisi kegawatan dengan cara yang tepat
Mencari bantuan ketika Bantu klien untuk mengidentifikasi
dibutuhkan strategi positif untuk mengatasi
Menggunakan support keterbatasan dan mengelola gaya
social hidup dan perubahan gaya peran
Bantu klien beradaptasi dan
mengantisipasi perubahan klien
Bantu klien mengidentifikasi
kemungkinan yang dapat terjadi
16
7.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan
oleh perawat dan klien. Petunjuk dalam implementasi :
17
4. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait
dengan pelaksanaan perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini perawat mengeksplorasi stressor
yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari
hubungan intim terapeutik yang sudah terbina dan berada dalam tingkat
optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a. Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan
klien.
b. Terminasi Akhir
1. Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
2. Merencanakan tindak lanjut.
3. Mengeksplorasi perasaan klien.
7.5 Evaluasi
1. Kognitif
18
Evaluasi kognitif yang dapat dikaji adalah pengetahuan klien mengenai
penyakit, cara mengontrol gejala, komplikasi, pengobatan dan
pencegahan.
2. Afektif
3. Psikomotor
1. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan, perawat mengkaji klien lebih
dan mengevaluasi yang lain.
2. Klien masih dalam proses pencapaian hasil yang telah ditentukan, perawat
menambahkan waktu dan intervensi yang diperlukan sebelum mencapai
tujuan.
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan perawat harus mencoba
mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul dengan
19
cara mengkaji ulang masalah atau respon, membuat hasil yang baru yang
lebih realistis dalam mencapai tujuan yang sebelumnya.
20
self-reinforsement.Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon
konsep diri mal adatif adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang
maksimal untuk menyadari potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah situasional. Pada akhir keperawatan diharapkan :
a. Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, keluarga dan
kemampuan yang dimiliki klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b. Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah
situasional
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
21
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses keperawatan kesehatan jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing diagnosis in psychiatric nursing a pocket guide for care
plan construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
www.digilib.unimus.ac.id
22