KELOMPOK 7 :
DOSEN PENGAMPU
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah KEPERAWATAN JIWA dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
“HARGA DIRI RENDAH” ”.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pembimbing
Ibu Ns. Rizka Aurianti, M.Kep yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang dialami sehingga berdampak
sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah
pasien gangguan jiwa (Keliat). Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan
bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith).
Menurut (Herman) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental atau psikologi
seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan sex, keadaan
badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat, kebudayaan dan kepercayaan,
pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, rasa
permusuhan hubungan antar manusia.Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup
menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu
orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan keperawatan
jiwa.
Harga diri adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal mencapai keinginan
(menurut keliat, 1998). Menurut klasifikasi diagnostic and statisyical manual of mental
disorder text revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis
gangguan jiwa ketegori gangguan kepribadian (Rusly, 2014). Harga diri rendah adalah
perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan kehilangan rasa percaya diri, pesimis
dan tidak berharga dikehidupan. Harga diri rendah adalah evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri disertai kurangnya perawatan diri tidak berani menatap lawan
bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan suara lemah (Meryana, 2017).
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini :
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Q Dengan Harga Diri
Rendah di Rumah Sakit Jiwa X.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan Pengkajian Keperawatan pada Klien Ny.Q dengan
Harga Diri Rendah
b) Menentukan Diagnosis Keperawatan pada Klien Ny.Q dengan
Harga Diri Rendah
c) Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien Ny.Q
dengan Harga Diri Rendah
d) Melaksanakan Implementasi Keperawatan pada Ny.Q dengan
Harga Diri Rendah
e) Melakukan Evaluasi dari hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada Ny.Q dengan Harga Diri Rendah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negatif terhadap diri sendiri, penurunan harga
rendah ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun (Keliat dkk). Harga diri
rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan pengetahuan
individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri
terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya
sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart).
Harga diri rendah situasional adalah suatu kegagalan dalam menjalankan fungsi dan
peran yang terjadi secara tiba-tiba misalnya perasaan malu terhadap diri sendiri karena
sesuatu (korban pemerkosaan), sedangkan harga diri rendah kronis adalah evaluasi perasaan
diri sendiri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Menurut Damaiyanti harga diri rendah ada secara situasional dan kronik, yaitu :
1. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami atau istri, perasaan malu karena sesuatu (korban pemerkosaan).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping individu akibat
kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa
kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor Predisposisi dan faktor
Presipitasi yaitu :
a. Faktor Predisposisi :
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan dari orang tua, seperti
tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua yang terlalu mengekang, sehingga anak menjadi
frustasi dan merasa tidak berguna lagi serta merasa rendah diri.
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal diri seperti dituntut
untuk selalu berhasil dantidak boleh berbuat salah, sehingga anak kehilangan rasa percaya
diri.
b. Faktor Presipitasi :
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal misalnya ada salah
satu anggota yang mengalami gangguan mental sehingga keluarga merasa malu dan rendah
diri. Pengalaman traumatik juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti penganiayaan
seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah sakit dengan
pemasangan alat bantu yang tidak nyaman baginya. Respon terhadap trauma umumnya akan
mengubah arti trauma dan kopingnya menjadi represi dan denial.
1) Data Subjektif
Mengintrospeksi diri sendiri.
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon adaptif dan maladaptif.
Menurut Keliat dalam Ade Herman (2011) rentang respon digambarkan sebagai berikut :
Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Rendah Keracunan Identitas Diri Depersonalisasi
Positif
Keterangan :
1. Aktualisasi diri : Pernyataan konsep diri positif dengan pengalaman sukses.
2. Konsep diri positif : Mempunyai pengalaman positif dalam perwujudan dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan yang negatif pada diri sendiri, hilangnya percaya diri,
tidak berharga lagi, tidak berdaya, dan pesimis.
4. Keracunan identitas : Kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa anak-anak.
5. Dipersonalisasi : Perasaan sulit membedakan diri sendiri dan merasa tidak nyata
dan asing.
Penyebab harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering
gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
F. Mekanisme Koping
Seseorang yang berada pada situasi stressor berusaha menyelesaikannya tapi tidak tuntas
serta ditambah pikiran tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran itu bisa
disebut dengan kondisi harga diri rendah situasional, jika pada situasi tersebut lingkungan
tidak mendukung positif dan justru menyalahkan secara terus menerus maka akan
mengakibatkan harga diri rendahkronis.
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping jangka pendek dan
jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberikan hasil yang telah
diharapkan individu, maka individu dapat mengembangkan mekanis koping jangka panjang
(Direja). Mekanisme tersebut mencakup sebagai berikut :
a. Jangka Pendek
Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton tv secara terus menerus.
Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara, misalnya ikut
kelompok sosial, agama, dan politik).
Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya perlombaan.
b. Jangka Panjang
Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang disukai dari
orang-orang yang berarti tanpa memperhatikankeinginan atau potensi diri sendiri.
Identitas Negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-nilai dan harapan
masyarakat
G. Pohon Masalah :
Effect Isolasi Sosial
Menarik Diri
Core Problem
Masalah keperawatan yang dapat diambil dari pohon masalah diatas adalah :
1) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2) Respon pasca trauma
3) Isolasi sosial
4) Defisit perawatan diri
5) Ketidakefetifan koping individual
6) Distress spiritual
7) Hambatan komunikasi verbal
I. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga Diri Rendah yaitu :
a. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagidengan orang
lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagikarena jika klien menarik diri, klien
dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
b. Therapy aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan padaklien harga diri
rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan stimulasi atau
diskusi untuk mengetahui pengalaman atau perasaan yang dirasakan saat ini dan
untuk membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.
BAB III
IDENTITAS
Usia : 28 (tahun)
Klien mengatakan sedikit bingung dan susah untuk berinteraksi dengan orang lain, klien
menghindar dari perawat klien mengatakan tidak ada harapan punya teman. Ekspresi wajah
malu, sering menunduk saat berinteraksi.
FAKTOR PREDISPOSISI
1) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Tidak
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
3) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian, perpisahan)
Jelaskan : Ibu pasien mengatakan pasien pernah mengalami duka cita yang mendalam ketika
ayahnya meninggal dunia, yang disebabkan kebakaran rumah 2 tahun yang lalu. Sehingga
klien mengalami depresi, karena klien sangat dekat dengan ayahnya.
Masalah Keperawatan : Berduka Disfungsional
FISIK
Keterangan:
: Pasien X: Meninggal
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa ia adalah anak kembar yang berjenis kelamin laki-
laki dan saudaranya perempuan, klien tinggal bersama ibu dan adik sepupunya. Klien di
tinggal ayahnya 2 tahun lalu karena kebakaran dirumahnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
2. Konsep Diri
a) Citra tubuh : Klien mengatakan merasa puas dan nyaman terhadap bentuk, ukuran,
fungsi tubuhnya.
b) Identitas diri : Klien mengatakan namanya Ny. Q, umur 28th, bekerja sebagai
petani, Klien adalah seorang anak dari kedua orang tuanya dianggota masyarakat
klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, karena klien malu dan takut
ditolak oleh masyarakat.
c) Peran diri : Selama dirumah klien berperan sebagai anak, berbakti dengan orang
tua
d) Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera sembuh dari gangguan jiwa dan segera
pulang.
e) Harga diri : Klien mengatakan merasa tidak percaya diri, menarik diri karena takut
ditolak oleh temen-temennya.
Masalah keperawatan : Gangguan Harga Diri
3. Hubungan Sosial
a) Orang terdekat :
Saat dirumah mengatakan dekat dengan ayahnya, sedangkan saat ini ayahnya
sudah meninggal karena kebakaran rumahnya saat di RS klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat dikamar dan pasien tidak pernah berinteraksi atau
mengobrol dengan teman sekamarnya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Saat di rumah klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok atau
masyarakat di lingkungan. Saat di RS klien mengikuti kegiatan harian seperti:
senam, bersih-bersih.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Saat di RS klien mengatakan merasa malu untuk berbicara dengan teman sekamar
karena tidak tahu ingin berbicara apa saat dirumah klien mengatakan kesulitan
untuk mengajak bicara dengan orang lain karena malu.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan ia muslim, klien berada dilingkungan
perpondokan klien melakukan ibadah sholat 5 waktu dan mengikuti seluruh
kegiatan keagamaan bersama masyarakat atau keluarganya saat di Rumah
sakitjiwa klien mengatakan jarang melakukan ibadah sholat karena lupa.
b) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang beribadah
Masalah Keperawatan : Distres Spiritual
5. Status Mental
1) Penampilan :
a) Penampilan tidak rapi : YA
b) Pengguanaan pakaian tidak sesuai : YA
c) Cara berpakaian tidak seperti biasanya : YA
Jelaskan : Kurang rapi klien kotor Klien mengaku berusia 18 tahun, klien bersikap
labil, cara berpakaian, bau menyengat, kuku klien kotor, timbul kerak dikuku klien,
dan makan blepotan.
Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
2) Pembicaraan :
Jelaskan : Klien berbicara lambat, volume pelan, jumlah sedikit karakternya kata-kata
bersambung, klien gagap ketika berbicara.
Masalah Keperawatan: Hambatan komunikasi verbal
3) Aktivitas Motorik :
Kelambatan: Hipokinesia, hipoaktifitas, katalepsi, sub stupor katatonik.
Klien tidak mau berinteraksi, banyak diam, dan menyendiri reaksi pasien terhadap
lingkungan berkurang, gerakan dan aktifitas lambat pasien mempertahankan posisi
badan secara kaku.
Peningkatan:
Klien tampak jarang menunjukkan perhatian pada lingkungan dan muka tanpa mimik.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
4) Alam Perasaan
Klien mengatakan sering menangis, wajah pasien tampak murung, makan harus dipaksa
dan klien mengatakan kehilangan sosok orang yang dekat dengan klien yaitu ayahnya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
5) Afek
Saat pengkajian mood klien sering berubah-ubah terkadanag membaik dan tidak bisa
diajak berinteraksi
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
6) Interaksi Selama Wawancara
Klien selama interaksi kontak mata kurang, klien tidak mampu memulai pembicaraan,
klien tidak menatap lawan bicaranya
Diagnosis Keperawatan: Isolasi sosial.
7) Persepsi
Klien mengatakan tidak mengalami halusinasi maupun ilusi
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
8) Proses / Arus piker
Jelaskan : Klien berbicara sesuai dengan yang terjadi, pembicaraan klien terhenti secara
tiba-tiba tanpa ada faktor eksternal, kemudian beberapa lama kemudian melanjutkan
kembali pembicaraannya dank lien sukar berbicara dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
9) Isi piker
Jelaskan : Klien merasa tidak cocok bergaul dengan orang lain dan klien merasa
merendah terhadap hal-hal yang pernah dilakukan atau pun belum pernah dilakukan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
10) Tingkat Kesadaran
Waktu: Klien mengetahui tanggal, bulan dan tahun
Tempat: klien mengetahui bahwa saat ini berada di rumah sakit jiwa
Orang: klien mampu mengenal dirinya dan susah mengenal orang lain
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11) Memori
Klien mengatakan mengingat keluarganya klien mengatakan bahwa dia berada dirumah
sakit jiwa dan klien mengingat kejadian kejadian awal dibawa dirumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
12) Tidak konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi klien tidak mudah beralih, Klien mampu berhitung 1 - 5.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian
Klien mengatakan ketika ia ditolak oleh lingkungan klien langsung terdiam diri dikamar
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
14) Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa ia menyadari penyakit yang diderita dimana klien mengatakan
bahwa penyakitnya adalah gangguan jiwa yang menyebabkan klien tidak ingin bergaul
dengan orang lain
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
Mandi : Saat dirumah klien tidak mau mandi dan dibantu oleh keluarga untuk
mandi, saat di Rumah sakit jiwa klien mampu mandi secara mandiri
Berpakaian, berhias dan berdandan : Klien mampu berpakaian sendiri, berhias dan
berdandan dengan sendiri
Makan : Pada saat di Rumah sakit jiwa pasien makan 3x sehari, porsi makan yang
yang diberikan selalu habis
Toileting (BAK, BAB) : Keluarga klien mengatakan klien saat di rumah BAB dan
BAK sembarangan.
2) Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari: Klien mengatakan
makan dengan lahap dan mampu menghabiskan 1 porsi dalam 3x/hari dengan
kecepatan pelan saat makan.
Bagaimana nafsu makannya: Klien mengatakan nafsu makannya baik, tanpa ada
alergi pada makanan.
Bagaimana berat badannya: BB = 70 kg. tidak ada penurunan berat badan selama di
rumah sakit.
Gangguan tidur
Klien mengatakan tidak merasa terganggu ketika tidur.
4) Penggunaan obat
Klien tidak dapat mengatur penggunaan obat saat dirumah sehingga sering
kambuh, namun keluarga selalu mengingatkan saat di rsj klien teratur meminum
obat dari perawat.
7. Sistem Pendukung
Klien memerlukan dukungan dari keluarga, terapis, teman sejawat dan kelompok supaya
lebih memahami ruginya menyendiri.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
8. Mekanisme Koping
Saat ada masalah klien mengatakan masalahnya dibuku harian, klien tidak mau bercerita
denagn orang lain
Masalah Keperawatan: Ketidakefetifan koping individual
ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS: Gangguan konsep diri : Harga diri
Klien mengatakan tidak ada rendah
harapan punya teman, klien
mengatakan malu berinteraksi
dengan orang lain
DO:
Kontak mata kurang, expresi
wajah malu, sering menunduk
saat berinteraksi
2 DS: Isolasi sosial : menarik diri
Klien mengatakan tidak
mempunyai teman dekat di
kamar
DO: banyak diam, menyendiri,
kontak mata kurang
3 DS: Respon pasca trauma dan berduka
Klien pernah kehilangan orang disfungsional
terdekat yaitu ayahnya, klien
pernah mengalami penolakan
saat SD-SMP
DO:
Klien tampak pendiam,
berbicara seperlunya
DAFTAR MASALAH :
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Respon pasca trauma
Isolasi sosial
Defisit perawatan diri
Koping individu inefektif
Distress spiritual
Hambatan komunikasi verbal
POHON MASALAH :
mengikuti dan A:
mengulangi apa yang (SP 1) klien sudah
sudah diajarkan mandiri
6. Menganjurkan klien P:
untuk tetap santai,jangan (Pasien)
merasa cemas, selalu (Sp 1) latih kegiatan
berfikir positif dan positif 2x/hari pada
Sp : 2 jam.
Perawat