Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN Tn. O di WILAYAH


KERJA PUSKESMA MUARA LABUH, KEC. SUNGAI PAGU,
KABUPATEN SOLOK SELATAN

Disusun oleh :
AIDA PITRIANI S.Kep

PEMBIMBING

Ns. MISWARTI, M.Kep Sp.Kep.J

Ns JUMILIA, M.Kep

PRAKTEK PROFESI NERS KEPERAWATAN JIWA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA


PADANG
TAHUN 2020
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN PADA


PASIEN Tn.O di WILAYAH KERJA PUSKESMA MUARA LABUH, KEC.
SUNGAI PAGU, KABU PATEN SOLOK SELATAN

I. Pengkajian
A. Identitas
Identitas klien
Nama : Tn O
Umur : 24 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Minang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Belum menikah
Diagnosa medis : Skizoprenia
Tanggal datang berobat : 5 Desember 2020
Tanggal pengkajian : 7 Desember 2020
Alamat : Pasir Talangt
No RM : 006468
Identitas Penanggung Jawab
Nama : ny D
Umur : 54 th
Alamat : Pasir Talang
Hubungan dengan klien : Ibu

B. Alasan Masuk
Klien sering berteriak membentak dan kesal pada seseorang. Dan
memukul diri nya.
C. Faktor Predisposisi
Keluarga menyatakan kurang lebih 10 tahun yang lalu pasien dirawat di
RSJ dengan keluhan suka mengamuk, suka membentak dan membenci
orang suka bicara sendiri, sering melamun. Dirawat selama 14 hari. pulang
dan rawat jalan obat tidak teratur, keluarga klien mengeluh susah memberi
obat pada pasien. pasien menolak minum obat. Keluarga klien mengatakan
kadang pasien tenang, tapi apabila ada permintaannya yang terhalang dia
mulai marah- marah,dan berteriak,kadang - kadang diam tidak dapat di
ajak berkomunikasih. keluarga selalu mengambilkan obat ke puskesmas.
Kadang klien mau makan obat, kadang- kadang susah karena klien
mengatakan dia tidak sakit. Baru 1 bulan belakangan pasien mulai kambuh
gejala suka membentak, berteriak, membenci seseorang dan menyerang
orang yang mengusiknya,dan suka memukul dirinya. kadang - kadang
diam, mandi, ganti baju inisiatif sendiri makan mengambil sendiri, pasien
sering pergi berjalan keluar rumah, klien kadang melamun.
Klien termasuk orang yang pendiam, pemalu,tidak banyak teman dan suka
menyendiri.
Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
D. Faktor precipitasi
Klien trauma karena bapaknya berpisah dengan ibunya, dan klien mintak
beli motor tidak dibelikan.
E. Pemeriksaan Fisik
TTV = TD = 120/80 mm Hg
N = 88 X /menit
S = 375 C
TB = 157 cm
BB = 65 Kg
Keluhan fisik : klien batuk – batuk sejak 2 minggu yang lalu.
F. Psikososial
1. Genogram

= laki-laki hidup
= perempuan hidup
= klien

Tidak ada anggota keluarga yang sakit sepeti ini. Klien anak kedua
dari 3 bersaudara klien paling dekat dengan ibunya dalam keluarga.
Tidak ada penyakit keturunan, komunikasi dalam keluarga baik dan
pola asuh dalam keluarga baik
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien suka dengan anggota tubuhnya, tidak ada anggota tubuh
yang tidak disukai.
b. Identitas
Klien berjenis kelamin laki-laki sebelum sakit klien sedang belajar
di SMP Kelas 1.
c. Peran
Klien selama di RSJ tidak bisa melakukan perannya sebagai
pelajar karena sakit. Klien hanya menghabiskan waktu seharian
untuk beristirahat di tempat tidurnya.sekarang klien menghabiskan
waktu berjalan keluar rumah, kadang menyendiri dan diam
dirumah.
d. Ideal diri
Klien bercita-cita untuk menjadi seorang guru dan berguna bagi
keluarga dan masyarakat mau menerimanya. Klien ingin cepat
sembuh.
e. Harga diri
Klien merasa malu pada dirinya karena selalu di ejek orang lain,
dan ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru. Hubungan dengan
orang lain agak renggang karena merasa orang lain mengejeknya.
MK = gangguan harga diri : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat klien adalah ibu.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: klien jarang
berperan serta dalam kegiatan kelompok karena minder.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien ragu atau
malu sehingga hubungan dengan orang lain renggang, selama sakit
klien hanya berdiam diri di rumah, kadang berjalan sendiri tidak
tahu arah lalu pulang kerumah
MK = gangguan isolasi sosial: menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien dan keluarganya beragama Islam.
Sebelum sakit klien rajin melakukan
sholat, tetapi setelah sakit klien sekali -
kali melakukan sholat.
b. Kepercayaan ibadah : sebelum sakit klien sering berdoa namun
setelah sakit pasien sekali - kali pernah
terlihat berdoa.

G. Status Mental
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapian kurang, rambut pendek kering,
menggunakan pakaian rumah kadang pakaian bersih tiap mandi
diganti, dan ada kalanya pakaian tidak diganti - ganti. Dalam
melakukan perawatan diri masih harus dibantu keluarga terdekat.
MK = defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien apatis sering berdiam diri, sekali - kali mau bicara, berbicara
sepatah kata dengan nada keras.
3. Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, gelisah dan tidak tenang, klien tidak mengikuti
kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mencuci piring, mengepel,
4. Alam perasaan
Klien tampak sedih karena terpisah dari bapaknya dan bapaknya
tidak pernah melihat dan menghiraukannya
5. Afek
Klien lebih banyak terlihat diam jika diajak bicara mau menjawab
dengan sepatah kata dengan nada keras.

6. Interaksi selama wawancara


Saat wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata dengan lawan
bicara kurang apatis, klien menolak untuk diajak bicara.
7. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi pendengaran dan penglihatan.
8. Proses pikir
Pada saat wawancara klien sering tidak mau menjawab pertanyaan
yang diajukan.
9. Isi pikir
Klien tidak mengalimi gangguan isi pikir : waham
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien masih kurang baik, klien juga masih bingung, klien
tahu saat ditanya siapa namanya.
11. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga
pasien kehilangan sebagian dari memori dalam ingatannya .
12. Tingkat konsentrasi dalam berhitung
Klien tidak bisa berkonsentrasi dan berhitung saat dilakukan
pengkajian.
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu untuk menilai dan selalu bingung bila dihadapkan
pada dua pilihan,klien kesulitan untuk memutuskan.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak merasa dirinya sakit.

H. Kebutuhan sehari - hari


1. Makan
Klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan orangtuanya, saat
makan habis satu porsi, sekali- kali 2 porsi apa bila makannya enak.
Makan bisa sendiri.
2. BAB/BAK
BAB/BAK klien masih dibantu oleh keluarga klien.
3. Mandi
Klien belum bisa mandi secara mandiri.
4. Berpakaian
Dalam berpakaian klien masih dibantu keluarga,
5. Istirahat dan tidur
Klien malam hari mengalami kesulitan dalam tidur. klien terbiasa tidur
siang cuman sebentar, lalu mudah terbangun .
6. Penggunaan obat
Klien masih dipaksa dan dibujuk untuk minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Jika klien merasa tidak enak badan klien mengatakannya pada keluarga.
8. Kegiaan di dalam rumah
Klien menghabiskann waktunya untuk melamun dan berdiam diri di
kamarnya.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien sering berjalan tidak tentu arah dan tujuan, setelah itu pulang
kerumah.
I. Mekanisme Koping
Klien jika mempunyai masalah lebih suka memendam sendiri, tidak mau
menceritakan pada keluarga atau orang terdekat.

J. Masalah Psikososial
Menurut ibu klien semenjak klien mulai berteriak,mengamuk dan marah-
marah lingkungan tidak mau menerima.

K. Pengetahuan
Klien merasa pengetahuannya terbatas untuk mengatasi masalahnya.

L. Terapi Medik
Cpz 2 x1
B.COMPLEK 3X1
Amroxsol 3x1
II. Daftar masalah
1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan : amuk
3. gangguan harga diri : harga diri rendah

III. Pohon masalah


Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan : amuk core problem

gangguan harga diri : harga diri rendah


IV. Analisa Data
NO Tgl/Jam Data Fokus Masalah Ttd
1. 8 Desember 2020 DS = - keluarga klien mengatakan bahwa Resiko mencederai
09.00 WIB sejak 1 bulan yang lalu klien orang lain, diri dan
benci pada seseorang, atau kesal lingkungan.
suka berteriak - teriak marah-
marah, bicara kacau, mengamuk
tanpa sebab dan membentak
lawan bicaranya.
DO = - klien tampak marah, wajah tegang,
mata dan muka merah, sering
berteriak-teriak dan pandangan
tajam.Nada suara tinngi dan
keras, memukul diri sendiri.
2. 9 Desember 2020 DS = - ibu klien mengatakan bahwa klien Perilaku kekerasan :
09.00 WIB sering kali membentak kepada Amuk
orang yang suka mengusiknya
pada waktu di rumah klien
merusak dan melempar barang –
barang.
DO = - klien tampak marah, nada suara
tinggi (membentak), ekspresi
marah, dan berteriak saat
kakaknya akan memberinya
obat. .

3. 10 Desember 2020 DS = - Keluarga klien mengatakan bahwa


09.00 WIB klien merasa malu denga n orang
lain karena klien tidak mampu
untuk bekerja. Gangguan harga
- Keluarga klien juga mengatakan diri : Harga diri
bahwa klien merasa dikucilkan rendah
oleh lingkungannya
- Keluarga klien mengatakan
bahwa jika klien mengingat hal
itu semua klien menjadi
melamun, berdian diri dan tidak
mau bicara lagi.
- Klien membuang muka.
DO = - Kesadaran klien tampak
tidak terfokus
- Pada saat dilakukan interaksi,
klien tidak mau menjawab apa
yang sedang ditanyakan.

V. Diagnosa keperawatan

1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Resiko menciderai diri sendiri TUM
dan orang lain G.d perilaku Klien dapat melanjutkan
kekerasan hubungan peran sesuai dengan
tanggung jawab
TUK
1. Klien dapat membina 1. Klien mau membalas salam. 1. Beri salam/panggil nama klien. - Hubungan saling percaya
hubungan saling percaya. 2. Klien mau menjabat tangan. 2. Sebut nama perawat sambil merupakan landasan u t ama
3. Klien mau menyebut nama. berjabat tangan. untuk hubungan
4. Klien mau tersenyum. 3. Jelaskan maksud hubungan selanjutnya.
5. Klien mau kontak mata. interaksi.
6. Klien mengetahui nama 4. Jelaskan tentang kontrak yang
perawat. akan dibuat.
7. Menyediakan waktu untuk 5. Beri rasa aman dan sikap
kontrak. empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi
sering.
2. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk - Beri kesempatan untuk
penyebab perilaku kekerasan. perasaannya. mengungkapkan perasaannya. mengungkapkan perasaan
2. Klien dapat mengungkapkan 2. Bantu klien untuk dapat membantu
penyebab perasaan jengkel / mengungkapkan penyebab mengurangi stres dan
kesal (dari diri sendiri, dari jengkel / kesal. penyebab perasaan jengkel /
lingkungan/orang lain). kesal dapat diketahui
3. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien mengungkapkan - Untuk mengetahui hal-hal
tanda -tanda perilaku perasaan saat marah. yang dialami saat marah / yang dialami dan dirasakan
kekerasan. 2. Klien dapat menyimpulkan jengkel. saat jengkel.
tanda-tanda jengkel / kesal yang 2. Observasi tanda perilaku - Untuk mengetahui tanda -
diambil. kekerasan pada klien. tanda klien jengkel / kesal.
3. Simpulkan bersama klien tanda- - Menarik kesimpulan
tanda jengkel / kesal yang bersama klien supaya klien
dialami klien. mengetahui secara garis
besar tanda -tanda marah /
kesal.
4. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk - Mengeksplorasikan
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku perasaan klien terhadap
dilakukan. dilakukan. kekerasan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan yang
klien. biasa dilakukan.
2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran - Mengungkapkan perasaan
dengan perilaku kekerasan yang sesuai dengan perilaku klien terhadap perilaku
biasa dilakukan. kekerasan yang biasa kekerasan yang biasa
dilakukan. dilakukan dan dengan
bantuan perawat bisa
membedakan perilaku
destruktif & kontraktif.
3. Klien dapat mengetahui cara 3. Biacarakan dengan klien - Dapat membantu klien
yang biasa dapat menyesuaikan apakah denga n cara yang klien menemukan cara yang dapat
masalah atau tidak. lakukan masalahnya selesai. menyelesaikan masalah.
5. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat / kerugian dari - Membantu klien untuk
akibat perilaku kekerasan. dari cara yang digunakan klien. cara yang dilakukan klien. menilai perilaku kekerasan
yang dilakukannya.
2. Bersama klien menyimpulkan - Dengan mengetahui akibat
akibat cara yang digunakan PK diharapkan klien dapat
oleh klien. merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif.
6. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat melakukan cara 1. Tanyakan pada klien “apakah ia - Dengan mengidentifikasi
cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan ingin mempelajari cara baru cara yang konstruktif dala m
merespon terhadap secara konstruktif. yang sehat? berespon terhadap
kemarahan. kemarahan dapat membantu
klien mengurangi
kejengkelan.
2. Beri reinforcemen jika klien
mengetahui cara lain yang
sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara - Berdiskusi dengan klien
lain yang sehat untuk memilih cara yang
a. Secara fisik : tarik nafas lain sesuai dengan
dalam jika sedang kesal / kemampuanklien.
memukul bantal / kasur
atau olahraga atau
pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan
bahwa anda sedang kesal
(saya kesal anda berkata
seperti itu : saya marah
karena ibu tidak memenuh i
keinginan saya)
c. Secara sosial: lakukan
dalam kelompok cara -cara
marah yang sehat latihan
asertif.
d. Secara spiritual: anjurkan
klien beribadah, berdoa.
7. Klien dapat - Klien dapat mendemonstrasikan a. Bantu klien memilih cara yang − Memberikan stimulasi pa da
mendemonstrasikan cara cara mengontrol PK. tepat untuk klien. klien untuk menilai respon
mengontrol perilaku - Disik : tarik nafas, OR. PK secara tepat.
kekerasan. - Verbal : mengatakannya secara b. Bantu klien − Membantuklien dalam
langsung dengan tidak mengidentifikasikan manfaat membuat keputusan untuk
menyakiti. cara yang dipilih. mengontrol PK.
- Spiritual: sembahyang, berdoa. c. Bantu klien untuk − Agar klien mengetahui cara
menstimulasi cara tersebut. marah yang asertif.
d. Anjurkan klien untuk − Agar klien dapat
menggunakan cara yang melaksanakan pada saat
dipelajari saat kesal / jengkel. marah.
8. Klien dapat dukungan Keluarga klien dapat a. Identifikasi kemampuan − Kemampuan keluarga dalam
keluarga dalam mengontrol - Menyebutkan cara merawat kleuarga merawat klien dari mengidentifikasi untuk
PK. klien yang berperilaku sikap apa yang telah melakuka n penilaian
kekerasan. dilakukan keluarganya. terhadap PK.
- Mengungkapkan rasa puas b. Jelaskan peran serta keluarga − Meningkatkan pengetahuan.
dalam merawat klien. dalam merawat klien.
c. Jelaskan cara -cara merawat − Agar keluarga dapat
klien merawat klien dengan
- Cara mengontrol marah perilaku kekerasan.
asertik.
- Sikap tenang.
- Membantu klien mengenal
penyebab marah.
9. Klien dapat menggunakan 1. Klien dapat menyebutkan obat- 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang Klien dan keluarga dapat
obat-obat yang diminum dan obat yang diminum dan diminum klien pada klien mengetahui nama obat.
kegunaan (jenis, waktu, dosis, kegunaannya. keluarga.
efek) 2. Diskusikan manfaat minum Klien&keluarga mengetahui
obat dan kerugian berhenti kegunaan obat yang diminum
minum obat tanpa seijin klien.
dokter.
3. Jelaskan prinsip benar minum Supaya tidak terjadi kesalahan
obat (dosis, cara, waktu, obat). dalam minum obat.
4. Ajarkan klien minta obat dan Klien dapat memiliki kesadaran
minum tepat waktu. pentingnya minum obat dan
bersedia minum obat dengan
kesadaran sendiri.
5. Anjurkan klien melaporkan Supaya mendapat tindakan
pada perawat jika merasakan lanjut untuk menghindari
efek yang tidak komplikasi.
menyenangkan.
6. Beri pujian, jika klien minum Reinforcement dapat
obat dengan benar. memotivasi keluarga dan klien
serta dapat meningkatkan harga
diri.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
10-11-2007 Resiko TUK : I
08.00 menciderai • Menyapa klien dengan ramah. S : Klien bicara kacau dan tidak
diri,orang • Memperkenalkan diri dengan jelas
lain dan sopan. O : - Klien tidak menjawab salam
lingkungan • Menanyakan nama klien dan tapi mau menyebutkan
b.d nama panggilan yang disukai. namanya.
perilaku • Membuat kontrak yang jelas. - Ekspresi wajah acuh tak
kekerasan • Mendengarkan klien dengan acuh, tegang.

empati. - Mata terlihat merah.

• Menanyakan perasaan dan - Kontak mata kurang pasien

pemenuhan kebutuhannya saat sering menunduk.

bertem (tidur, makan). A : Belum terbina hubungan saling


percaya.
P :
Perawat: Lanjutkan BHSP d a n
mengidentifikasi penyebab PK
Klien: klien dapat BHSP
11-12-2020 Resiko TUK : I
09.00 menciderai • Menyapa kembali klien dengan S : Klien bicara kacau dan tidak
diri,orang ramah. jelas
lain dan • Memperkenalkan diri lagi O : - Klien tidak menjawab salam
lingkungan dengan sopan. dan mau menyebutkan n a ma
b.d • Menanyakan kembali nama klien dengan nada agak
perilaku dan nama panggilan yang membentak.
kekerasan disukai. - Ekspresi wajah acuh

• Membuat kontrak waktu yang setengah menunduk.

jelas. - Mata terlihat merah.

• Mendengarkan klien dengan - Kontak mata kurang.

empati. A : - Belum terbina hubungan

• Menanyakan perasaan dan saling percaya.

pemenuhan kebutuhannya saat - Penyebab PK belum

bertem (tidur, makan). teridentifikasi.

TUK : 2 P :
Perawat : Lanjutkan BHSP dan
• Menanyakan penyebab pasien
mengidentifikasi
dibawa ke RSJ dulu. penyebab PK.
• Menanyakan penyebab pasien Klien : Ingat kembali penyebab
marah. PK
• Mendengarkan dengan seksama.
• Memberikan reinforcement
positif atas jawaban pasien.

12-12-2007 Resiko TUK : I


09.00 Wib menciderai • Menyapa kembali klien dengan S : - Klien dapat menyebutkan
diri,orang ramah. nama perawat.
lain dan • Memperkenalkan diri lagi - Klien mengatakan sering
lingkungan dengan sopan. diejek teman-teman..
b.d • Menanyakan perasaan klien d a n - Klien mengatakan sering
perilaku ke kebutuhannya saat bertemu dibuat jengkel dan kesal

(tidur, makan). oleh teman-temannya.


O : - Klien tampak kooperatif.
A :

TUK : 2 TUK identifikasi penyebab PK

• Menanyakan penyebab pasien tercapai. Klien mampu

dibawa ke RSJ. mengungkapkan penyebab marah.

• Menanyakan penyebab marah P :

pada pasien. Perawat : Lanjutkan TUK 3.

• Mendengarkan dengan seksama. Identifikasi tanda -tanda PK


Klien : klien dapat mengidentifikasi
• Memberikan reinforcement
tanda -tanda PK
positif atas jawaban pasien.

13-12-2020 Resiko S:
TUK: 2,3
08.00 menciderai - klien mengatakan hal-hal
• Menyapa klien dengan ramah
diri,orang yang menyebabkan marah
• Menanyakan perasaan klien
lain dan adalah ketika disakiti
dan kebutuhan saat bertemu
lingkungan hatinya , ketika klien
• Menanyakan kembali hal-hal
b.d mendengar suara keras dan
yang menyebabkan marah
perilaku membentak serta
• Menanyakan tanda-tanda PK
kekerasan menyinggung perasaannya.
• Mendenga rkan dengan empati
kerasan - klien mengatakan diam
dan mengurung diri di
kamar sebelum marah tapi
kalau sudah tidak tahan
klien membanting perabot
rumah tangga.
O : klien kooperatif, tenang, minim
obat sendiri
A : TUK 3 tercapai
P:
Perawat : lanjutkan TUK 4
. Klien : dapat mengetahui akibat dari
PK
13-12-2020 Resiko TUK: 4,5
09.00 menciderai • Menyapa klien dengan ramah S:
diri,orang • Menanyakan perasaan klien ➢ Klien mengatakan masih
lain dan dan kebutuhan dasarnya saat merasa sedikit kesal tapi tida k
lingkungan bertemu tahu penyebab kesal yang
b.d • Menanyakan apakah masih dirasakan sekarang
perilaku merasa kesal ➢ Klien mengatakan memilih
kekerasan • Menanyakan kepada klien h a l- tidur sedang marah
kerasan hal apa saja yang dilakukan ➢ Klien mengatakan tahu akibat

ketika marah kalau sedang marah (dapat

• Mendiskusikan kepada klien menyakiti ibunya)

akibat dari marah O : klien kooperatif,tenang


A : TUK 4,5 tercapai
P : melanjutkan TUK 6.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada
fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok,organisasi atau komunitas. Oleh karena itu perawat harus
mempunyai kemampuan prefesional dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada tingkat individu, keluarga, perawat harus membekali diri dan
berbagai konsep teori dan ilmu yang berkaitan dengan keperawatan mental
psikiatri (rasmun,2001)
Klien dengan skizofrenia mempunyai gejala utama menyendiri sehingga
dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatanpada Tn. A dengan perilaku
kekerasan di Puskesmas Lubuk Gadang, kec. Sangir, Kabupaten Solok
Selatan
2. Tujuan Khusus
Menggambarkan hasil pengkajian, hasil analisa, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang di lakukan
pada Tn.A dengan perilaku kekerasan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.
Gejala klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam,
otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
( Budiana Keliat, 2004)

2. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gejala Klinis
▪ Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
▪ Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
▪ Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
▪ Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
▪ Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budiana Keliat, 1999)
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

C. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan
Core Problem kekerasanKekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan:
1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2). Perilaku kekerasan / amuk
3). Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data Subyektif :
▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Objektif :
▪ Mata merah, wajah agak merah.
▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
▪ Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
1). Data Subyektif :
▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
▪ Mata merah, wajah agak merah.
▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
▪ Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2). Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah.

E. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
a. Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya :

- Sapa klien dengan ramah


- Perkenalkan diri
- Tanyakan nama dan nama panggilan
- Jelaskan tujuan interaksi
- Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat )
- Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
1.2 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Rasional :
Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
2.1 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
2.2 Bantu klien mengidentifikasi penyebab jengkel
2.3 Dengarkan ungkapanrasa marah dan perasaan bermusuhan dengan
sikap tenang
3. Klien mampu mengenali perasaan marahnya.
Rasional :
Meningkatkan insight
Tindakan :
3.1.Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda-tanda marah
3.2.Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaaannya saat marah
3.3.Tanyakan pada klien apakah dengan marah bisa menyelesaikan
persoalan
3.4.Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan setiap
orang tetapi perlu cara-cara yang konstruktif
4. Klien mampu menilai efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan
orang lain
Rasional :
Klien menyadari efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang
lain yang telah dilakukannya
Tindakan:
4.1.Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif terhadap
diri sendiri dan orang lain
4.2.Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar.
4.3.Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek perilaku
agresif terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Klien dapat mengetahui cara menyalurkan rasa marah yang sehat
Rasional :
Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat menghindari perilaku
kekerasan
Tindakan:
5.1.Gali pendapat klien tentang cara untuk menyalurkan marah dengan
cara yang sehat (tidak merusak lingkungan dan mengganggu
lingkungan, tidak menyebabkan cedera pada diri sendiri dan orang
lain).
5.2.Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar.
5.3.Sampaikan kepada klien cara sehat yang ain untuk menyalurkan
marah : menyatakan kalimat baik tanpa menyakitit, membersihkan
rumah, jalan-jalan dan berdoa
6. Klien dapat memilih/menentukan cara yang sehat untuk menyalurkan
energi marah yang digunakan bila marahnya timbul.
Rasional :
Bila klien memilih sendiri cara yang akan digunakan saat marah,
maka diharapkan klien akan melakukannya secara iklas.
Tindakan :
6.1.Dorong klien untuk menentukan sendiri cara yang sehat untuk
menyalurkan energi saat marah.
6.2.Jelaskan pada klien manfaat dari penggunaan cara tersebut
6.3.Motivasi klien untuk melakukan cara yang sehat untuk
menyalurkan rasa marah yang dipilih klien sendiri
6.4.libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
6.5.Tanyakan perasaan klien setelah menggunakan cara marah yang
dipilihnya.
Mampu mengungkapkan marah secara asertif.
Tindakan :
6.6.Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif
6.7.Beri reinforcement positif atas pendapat klien yang benar
6.8.Jelaskan pada klien tentang cara pengungkapan marah yang sehat
6.9.Lakukab latihan asertif secara individual (antara perawat dengan
klien)
6.10.Motivasi klien untuk menerapkan cara marah yang asertif pada
situasi yang nyata
6.11.Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
6.12.beri umpan balik positif pada setiap kali klien mencoba
melakukan marah yang sehat
7. Keluarga mampu membantu klien untuk berperilaku adaptif
Keluarga adalah orang yang terdekat dengan klien, dengan melibatkan
keluarga, maka mencegah klien kambuh.
Tindakan:
7.1.Disksikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab
marah dan cara menghadapi klien saat marah
7.2.Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai keluarga

Diagnosa II: Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep


diri : harga diri rendah
c. Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
d. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
1.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
2. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Rasional :
Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
3. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Rasional :
Setelah pulang ke rumah, klien siap melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuan dan norma
Tindakan :
3.1.rencanakan aktifitas yang dapat dilakukan klien setiap hari
4. Keluarga mampu memeberikan dukungan pada klien untuk
memenuhi kebutuhan klien
Tindakan:
4.1 Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dan memberikan
dukungan pada klien
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.


Amino Gonohutomo, 2003
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
6. ……………Pedoman proses keperawatan mental psikiatri, Doc. 2002,
unpublised
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.Perilaku
kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan


didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

Anda mungkin juga menyukai