TERAPI MODALITAS
Diajukan untuk memenuhi tugas Diskusi Kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep
Dosen Pembimbing : Monna Maharani, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya pula laporan Diskusi Kelompok mengenai “Terapi Modalitas” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan Isolasi Sosial dapat bermanfaat untuk
masyarakat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive
dikonstruksikan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap
apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi.
Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan
jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model
perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress –
adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan
jiwa. Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa yang dimaksud dengan
terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang
bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya
menjadi perilaku yang adaptif.
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan
kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses
penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes,
2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di
institusi maupun di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik. Terapi
modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam
upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhannya.
1
2
B. Batasan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan sehingga mempermudahkan
mendapatkan data dan infromasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan –
batasan berikut :
1. Konsep dasar Terapi Modalitas
2. Prinsip dasar dalam terapi modalitas
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Terapi Modalitas
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar dalam terapi modalitas
D. Sistematika Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh dengan cara
penelusuran buku-buku tentang tata tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan-
ketentuan dasar terhadap materi yang akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku
sumber untuk materi yang bersangkutan.
2. Pencarian Internet
Pencarian Internet yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat website
mengenai karya tulis ilmiah yang ada di internet untuk memperoleh materi yang akan
dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario Kasus
Tn.A usia 35 tahun adalah klien her-op di RSJ X. Klien mengalami ganguan jiwa
karena berbagai faktor predisposisi dan presipitasi. Diantaranya adalah klien adalah
anak yang tidak diinginkan, klien dibesarkan oleh tantenya (adik ayah klien). Saat
klien mulai sekolah, karena alasan ekonomi klien dikembalikan kepada ibu
kandungnya dan klien mendapatkan perlakuan yang tidak adil oleh ibu kandungnya.
Klien diperlakukan berbeda dari anak ibu klien yang lain. Klien beberapa kali
mengalami kegagalan dalam usaha, dan karena hal ini klien seringkali merasa putus
semangat dan sulit untuk memulai kembali usahanya. Walaupun klien sempat
menjalani perkuliahan, tetapi klien tidak pernah berhasil lulus. Klien memiliki bakat
fotografi, menggambar dan menulis cerita yang akhirnya dikembangkan klien untuk
mendapatkan penghasilan. Klien sudah mulai dirawat sejak 20 tahun yang lalu saat
klien masih remaja. Klien tidak rutin berobat sehingga kembali kambuh. 2 tahun yang
lalu klien bercerai dengan istrinya, dan sejak saat itu klien tinggal Bersama ibu dan
keluarga kakak kandungnya. Di lingkungan baru di sekitar tempat tinggal kakak klien,
klien sering dianggap aneh karena perilakunya. Klien tidak mendapat dukungan yang
adekuat dari keluarga untuk berobat dan untuk perawatannya. Terapi yang dilakukan
di RSJ selama ini adlah terapi individu dan terapi keluarga dengan komunikasi
terapeutik dan TAK. Tetapi terapi itu saja tidak cukup mengatasi masalah klien saat
klien kembali ke masyarakatnya.
3
4
1. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa
dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan
seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara
perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang
dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan
dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan.
2. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata
lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua
lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan
memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada
model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini
berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa
gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model
medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam
sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya
perubahan biokimiawi tertentu.
4. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan
sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang
diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan
kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan
keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan
perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir
yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
7
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh
anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan
terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.
Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang
dituntut oleh anggotanya.
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang
dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku
melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi
dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
7. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa
perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh
karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak
sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
a) Role model
b) Kondisioning operan
c) Desensitisasi sistematis
d) Pengendalian diri
e) Terapi aversi atau releks kondisi
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa
anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan
dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat
8
9. Terapi sosialisasi
Terapi aktifitas kelompok sosialisasi adalah terapi yang
dilaksanakna dengan tujuan meningkatkan kemampuan pasien dalam
melakukan interaksi sosial dan juga berperan aktif dalam lingkunagn
sosial. Pasien yang melakukan terpai ini ditandai dengan adanya
gangguan kurang memiliki minat untuk mengikuti kegiatan ruangan,
sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak sosial kurang, harga
diri rendah, gelisah, curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif
memulai pembicaraan namun secara fisik mereka sehat dan menerima
kenyataan.
10. Terapi rekreasi
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan
perawatan kepada orang-orang yang menderita berbagai cacat dan
penyakit. Terapi rekreasi digunakan di beberapa daerah penyakit
seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan kognitif dan neurologis.
11. Terapi berkebun
Terapi berkebun adalah salah satu bentuk terapi aktif. Terapi
berkebun telah menjadi bagian penting dari perawatan pasien karena
dapat meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan semangat serta
kualitas hidup. Terapi berkebun adalah terapi yang unik karena terapi
ini membuat pasien berhubungan dengan makhluk hidup yaitu tumbuh-
tumbuhan yang memerlukan perawatan yang tidak boleh diskriminaif
(Yosep, 2011).
12. Terapi logoterapi
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter
ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal dari
kata “logos” yang dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan
juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau
pengobatan. Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak
9
orientasi pada diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Aktifitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda di
sekitar. Diindikasikan untuk klien dengan masalah keperawatan
halusinasi, waham dan disorientasi. Terdiri dari 3 sesi, yaitu : orientasi
personal, tempat, waktu. (Siti Nurjannah, Reyzamasie Dara P, Dara
Khoerunnisa, Sipa Alawiyah, Alpian Fiqri)
c. Struktur
Yaitu suatu perencanaan untuk menghadirkan sebuah rutinitas yang
terstruktur dalam pemenuhan kebutuhan pasien baik menyangkut waktu
(harian, mingguan), tempat dan orang. Rencana ini harus ditulis dalam
sebuah jadwal sehingga pasien tahu apa yang akan dilakukan, dimana
tempatnya dan siapa yang akan memberikanya. Hal ini akan memberikan
perasaan aman bagi pasien. Rencana harus dibuat dengan melibatkan
pasien, sehingga mereka merasa bahwa mereka punya tanggung jawab atas
dirinya dan masalah yang dihadapinya.
Perencanaan tindakan yang terstruktur akan mampu meminimalkan
pengalihan atau penggantian tindakan secara tiba-tiba, baik disengaja atau
tidak disengaja sehingga dapat meningbulkan perasaan tidak ketidakpastian
bagi pasien atau bahkan bisa menimbulkan pemikiran keos dari pasien.
Selain itu melalui jadwal kegiatan yang terstruktur akan memberikan
perasaan aman bagi pasien terhadap lingkungan perawatan, mampu
meminimalkan gejala yang tidak mendukung, membantu pasien untuk
melihat konsekwensi dari setiap tindakan, mengurangi kemungkinan pasien
bereaksi terhadap perasaan yang menyakitkan, serta dapat memberi
keamanan sehingga pasien tidak memiliki keinginan untuk mecelakai diri
sendiri dan orang lain. Tindakan yang terstruktur dapa dilakukan melalui :
a) Adanya rencana harian, rencana mingguan serta adanya batas waktu
b) Adanya pertemuan dengan pasien untuk memberikan informasi,
pengajaran dan komunikasi terapeutis
c) Membuat perjanjian dan kontrak kerja
d) Mengatur penggunaan keuagan pasien
e) Adanya jadwal kegiatan
d. Keterlibatan (involvement)
Yaitu suatu rencana tindakan yang memungkinkan pasien terlibat
langsung dalam kegiatan, sehingga mereka mampu membentuk hubungan
lingkungan sosial mereka (baik di lingkungan perawatan maupun
lingkungan luar).
Adanya keterlibatan pasien secara langsung dalam setiap kegiatan
perawatan dan kegiatan sosial akan memotivasi pasien menjadi lebih aktif
dan mandiri, memberi kemudahan pasien membentuk ketrampilan dalam
14
D. Terapi Kognitif
Menurut Nikychoy Synyster (2012) ada 4 prinsip terapi kognitif, yatu :
E. Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori sistem menurut Van Bertalanffy (1968) yang
terdiri dari 3 prinsip :
3. Ketiga, adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif
terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari
masalah keluarga.
F. Terapi Kelompok
Menurut Michael Burgoon & Michael Rufffner dalam buku (2003), adalah sebagai
berikut :
1. Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau
tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahaas keempat elemen
dari batasan tersebut dengan lebih rinci.
2. Terminologi tatap muka (face-toface) mengandung makna bahwa setiap anggota
kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus
dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun nonverbal dari setiap
anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang
sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan baru. Dengan demikian,
makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua
anggota kelompok. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar
antara 3 sampai 20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan melebihi 20
orang, kurang memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap
anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan
karenannya kurang tepat untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi di atas,
bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe
identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi,
maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahun
(to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan
diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota
kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang
dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan
kolektif/kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan
apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok
tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk
mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
17
1. The freedom of will: kebebasan tetapi terbatas, bukan kebebasan dari sesuatu
tetapi kebebasan mengambil sikap terhadap sesuatu. Kebebasan yang dimaksud di
sini adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
2. The will to meaning : merupakan motivasi dasar manusia. Yang dimaksudkan
dengan keinginan untuk bermakna adalah : tertuju kepada hal-hal yang berada di
luar diri manusia tersebut, bukan berpusat pada diri sendiri (self-centered)
18
J. Terapi Rekreasi
1. Memodifikasi alat bantu instrumen (dan bukan hanya alat-alat musik) agar sesuai
kebutuhan orang. Penyandang cacat dan orang cacat sekarang bisa belajar musik,
instrumen untuk bermain, berkebun dan hortikultura. Ada berbagai macam jenis
alat bantu untuk berbagai keperluan dalam terapi rekreasi. Bahkan pakaian
pribadi seperti sepatu dansa khusus dibuat atau orang-orang cacat. Sebagai
contoh, seseorang dengan gangguan pendengaran dapat menggunakan teknologi
berbasis visi untuk membaca dan memahami hal. Seseorang yang tuli adalah
selalu juga bodoh dalam banyak kasus dan itulah sebabnya perangkat berbasis
visi dapat lebih bermanfaat bagi mereka. Penerapan terapi yang lain bisa dengan
terapi relaksasi. Salah satu cara terapi relaksasi ialah mandi rempah-rempah.
Mandi rempah-rempah yaitu mandi dengan berbagai jenis rempah-rempah, susu,
dan garam serta coklat. Mandi merendam memakai bahan-bahan tertentu.
( Mentari Dwi, Wina Nurmeilenia, Mutiara Nur A, Iis Midyawati, Destira
Ambar, Rurik Mistarudin )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan
kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses
penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes,
2009 dalam Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah pendekatan penanganan kjlien gangguan jiwa . Suatu
pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah
perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang
adaptif.
Jenis terapi modalitas (Terapi Lingkungan, Terapi Biologis, Terapi Kognitif,
Terapi Kelurga, Terapi Sosialisasi, Terapi berkebun, Terapi Kelompok, Terapi
Prilaku, terapi rekreasi, Terapi bermain dan logoterapi)
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan bahwa terapi modalitas itu
penting karena bisa membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang
dialami oleh klien, selain itu juga menjadi suatu Pencegahan saat penderita telah
didiagnosa awal tentang penyakitnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ryan, Virginia. (2004). Adapting Non-directive Play Therapy for Children with
Attachment Disorder Clinical Child Psychology and Psychiatry. Vol. 9 (1); 75-
87.
Savitra, Khanza. (2017). Terapi Sakit Jiwa Cepat dan Efektif. (Online).
https://dosenpsikologi.com/terapi-sakit-jiwa [4 Juni 2020].
https://www.academia.edu/35538521/Terapi_modalitas_dalam_keperawatan_jiw
a
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa/
https://media.neliti.com/media/publications/185124-ID-pengaruh-terapi-
aktivitas-kelompok-stimu.pdf
20