Anda di halaman 1dari 17

TERAPI MODALITAS PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DAN PEMBERIAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL.

DOSEN PEMBIMBING
Ranida Arsi, S. Kep, Ners, M. Kep

DISUSUN OLEH
Kelompok II
1. Dita Rahmalia Putri (20220003)
2. Pera Permata Sari (20220011)
3. Pradya Putri Carissma (20220013)
4. Romi Syahrial (20220015)
5. Suprianti (20220019)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
mempenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan jiwa dengan judul “Terapi
Modalitas Pada Pasien Isolasi Sosial”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik makalh ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.Akhitnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dan pendidikan.

Palembang, 09 Januari 2023

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................5
C. Tujuan ....................................................................................................................5
D. Manfaat....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Pengertian Terapi Modalitas....................................................................................6
B. Tujuan Terapi Modalitas.........................................................................................6
C. Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas..................................................................6
D. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial.........................9
E. Isolasi sosial.............................................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14
BAB IV LAMPIRAN JURNAL.......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal,
suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan
jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif,
dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive
dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi
dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber
koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptive. Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang
berbeda-beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan
perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model
konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan
model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula
dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik
dalam terapi gangguan jiwa termasuk terapi modalitas. Terapi modalitas sendiri
mempunyai teknik dan jenis sendiri dalam menangani pasien jiwa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi modalitas?
2. Apa tujuan terapi modalitas?
3. Bagaimana peran perawat dalam terapi modalitas?
4. Bagaimana terapi aktivitas kelompok pada pasien terapi isolasi sosial?
5. Apa itu isolasi sosial?
6. Apa jurnal penelitian mengenai pemberian isolasi sosial pada pasien isolasi
sosial?.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian terapi modalitas
2. Mengetahui jenis terapi modalitas
3. Mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas
4. Mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok pada pasien isolasi sosial
5. Mengetahui apa itu isolasi sosial
6. Mengetahui penelitian dari jurnal yang membahas terapi modalitas isolasi sosial.

4
D. Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang terapi modalitas
2. Agar mahasiswa mengetahui jika isolasi sosial dapat disembuhkan dan dengan
cara terapi modalitas
3. Agai mahasiswa mengetahui cara pemberian pelayanan kesehatan jiwa dengan
terapi modalitas
4. Agar mahasiswa mengetahui jurnal penelitian yang membahas tentang terapi
modalitas pada pasien isolasi sosial.
5. Sebagai bahan ajar dan referensi mengenai terapi modalitas pada pasien isolasi
sosial.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Modalitas


Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku yang adaptif ( Prabowo, 2014).Terapi modalitas keperawatan jiwa
merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika
menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
B. Tujuan Terapi Modalitas
Tujuan dilaksanakannya terapi modalitas dalam keperawatan jiwa adalah:
1. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku pasien
2. Mengurangi gejala gangguan jiwa
3. Memperlambat kemunduran
4. Membantu adaptasi terhadap situasi sekarang
5. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti
6. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri
7. Meningkatkan aktivitas
8. Meningkatkan kemandirian (Prabowo,2014).
C. Peran Perawat Dalam Terapi Modalitas
1. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan
terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui
hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan di awal hubungan.Hubungan terstruktur dalam terapi individual
bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu
klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta

6
mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
 Tahapan orientasi
 Tahapan kerja
 Tahapan terminasi
2. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi. Perawat
mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri,
belajar ketrampilan dan perilaku baru yang bertujuan untuk memampukan klien
dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang
diperlukan untuk beralih dari rumah sakit ke komunitas.
3. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medikal di
mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model
konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan
pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis.
Tekanan model medikal adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala
dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan
biokimiawi tertentu.Ada beberapa jenis terapi somatik gangguan jiwa meliputi:
 pemberian obat (medikasi psikofarmaka)
 intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT)
 foto terapi
 dan bedah otak.
Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan
kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.
4. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan

7
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Tujuan Terapi Kognitif
 Mengembangkan pola pikir yang rasional
 Menggunakan pengetesan realita
 Membantu perilaku dengan pesan internal
Intervensi:
 Mengajar substitusi pikiran
 Penyelesaian masalah
 Memodifikasi percakapan diri negatif
 Pelaksanaan terapi kognitif
 Mengajarkan untuk mensudtitusikan pikiran pasien, belajar menyelesaikan
masalah dan
 memodifikasi percakapan diri negatif.
5. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
adalah keluarga yang
mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu:
 fase 1 (perjanjian),
 fase 2 (kerja),
 fase 3 (terminasi).
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam
terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur.
Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan
interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptif. Tahapannya meliputi:
 tahap permulaan,
 fase kerja,
 diakhiri tahap terminasi.
7. Terapi Perilaku

8
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
terapi jenis ini adalah:
 Role model
 Kondisioning operan
 Desensitisasi sistematis
 Pengendalian diri
 Terapi aversi atau releks kondisi
8. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status
emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk
mengatasi masalah anak tersebut. Prinsip Terapi Bermain

 Terapis membina hubungan yang hangat


 Merefleksikan perasaan anak
 Mempercayai anak dapat menyelesaikan masalah
 Interpretasi perilaku anak
 Indikasi: anak depresi, anak cemas, anak abuse, dewasa dengan stres pasca
trauma.
D. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK): sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan
sosial.(Keliat & Prawirowiyono, 2014). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(TAKS) dilaksananakan dengan membantu pasien melakukan sosialisasi dengan
individu yang ada disekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok dan massa. Aktivitas dapat
berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
2. Jenis

9
Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) jenis Terapi Aktivitas Kelompok secara
umum terdiri dari 4 yaitu :
 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi
 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
 Terapi Aktivitas Kelompo Orientasi Realitas
 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
3. Komponen terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Menurut (Keliat, 2005) komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu
sebagai berikut :
 Struktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan
keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok
menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi.
Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah
komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara
bersama.
 Besaran Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil
menurut Keliat dan Akemat (2005) adalah 7-10 orang, sedangkan menurut
Rawlins, Williams, dan Beck (dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 5-10
orang. Anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota
mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan
pengalamannya, jika terlalu kecil tidak cukup variasi informasi dan interaksi
yang terjadi. Pada penelitian yang telah digunakan adalah menurut teori Keliat
dan Akemat yaitu sebanyak 10 orang.
 Lamanya Sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok yang
rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Keliat, 2005).
Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja,
dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan
kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu; atau dapat direncanakan
sesuai dengan kebutuhan.

10
 Komunikasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan
umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap
dinamika yang terjadi.
 Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga
peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja
kelompok, yaitu maintenance roles, task roles, dan individual role. Maintence
role, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok.
Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah self-
centered dan distraksi pada kelompok (Keliat, 2005)
 Kekuatan Kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam
mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan
anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak
mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.
 Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan
terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan
pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok
berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi
dalam kelompok.
 Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam
mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah
dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas
terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat
dipertahankan.
4. Tujuan TAK Sosialisasi
Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) tujuan umum TAK Sosialisaiadalah
pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap dan
tujuan khususnya adalah :

11
 Pasien mampu memperkenalkan diri
 Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
 Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

 Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan


 Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada orang
lain
 Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.
5. Aktivitas dan Indikasi TAK Sosialisasi
Aktivitas yang dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk melatih
kemampuan sosialisasi pasien. Pasien yang diindikasikan mendapatkan TAKS
adalah pasien yang mengalami gangguan hubungan sosial berikut.
 Pasien yang mengalami isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi
interpersonal
 Pasien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus. TAK Sosialisasi terdiri dari 2 sesi, yaitu sesi 1:
memperkenalkan diri, sesi 2 : berkenalkan dengan anggota kelompok. (Keliat
& Prawirowiyono, 2014) Prosedur Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terlampirkan.
E. Isolasi sosial
1. Pengertian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016) Isolasi Sosial ialah ketidak mampuan untuk membina hubungan yang erat,
hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Isolasi sosial adalah
keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima,kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. (Dermawan & Rusdi, 2013)
2. Rentang respon
 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respons yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum dalam batas normal ketika menyelesaikan

12
masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif

- Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang


telah terjadi di lingkungan sosialnya.
- Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
- Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
- Saling ketergantungan (Interdependen), saling ketergantungan antara idividu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
 Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari normal sosial
dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk
respon maladaptif
- Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
- Kertegantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
- Manipulasi, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
- Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.
3. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan
keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak
ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar
dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan. Proses terjadinya Isolasi sosial
pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi (Surya
Direja, 2011)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi modalitas merupakan bentuk terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk
memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan dan
bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan klien dapat terus
bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan sistem pendukung yang
ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).

Terapi modalitas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu


a. Terapi individual
b. Terapi lingkungan
c. Terapi biologis
d. Terapi kognitif
e. Terapi keluarga
f. Terapi kelompok
g. Terapi perilaku
h. Terapi bermain

B. Saran
Bagi petugas kesehatan, dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pasien dengan
gangguan kejiwaan salah satu caranya yaitu dengan diberikan terapi modalitas. Akan
tetapi sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan teori
terapi tersebut agar terapi terlaksana dengan baik dan hasil yang maksimal.

14
BAB IV
LAMPIRAN JURNAL

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika.
Yogyakarta.
Nasir, Abdul Dan Abdul Muhith.2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Dan
Teori.Salemba Medika. Jakarta.
Prabowo, Eko.2014. Konsep Dan Apliikasi : Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika.
Yogyakarta.
Purawaningsih, W & Karlina, I.2010. Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika.Yogyakarta.
Susana, S.A, & Hendarsih, S.2011. Terapi Modalitas Keperawatan Kesehatan Jiwa.
EGC.Jakarta.
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa/2015 diakses
tgl 05-04-2019 pukul 16.46.

17

Anda mungkin juga menyukai