DISUSUN OLEH:
KELOMPOK :I
RAHAYU 20220013
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020-2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis telah
berhasil menyusun makalah tentang etika keperawatan. Makalah ini di buat untuk menunjang
proses pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru program S1
keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan
mahasiswa untuk belajar dengann kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa
untuk mempelajari makalah ini. Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa
sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari
dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga di harapkan
dapat digunakan oleh mahasiswa S1 keperawatan karena kami telah berusaha melengkapi
materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang etika keperawatan.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
Latar Belakang.................................................................................................5
Rumusan Masalah............................................................................................5
Tujuan..............................................................................................................5
Manfaat............................................................................................................5
1. Definisi................................................................................................6
a) Konsep Sistem Imun.......................................................................7
b) Respon Imun...................................................................................8
c) Komponen Sistem Imun..................................................................9
d) Fungsi Respon Imun.......................................................................9
e) Penyimpanan Sistem Imun..............................................................9
f) Faktor Pengubah Mekanisme Imun...............................................10
a) Pengkajian...........................................................................................17
b) Analisa Data........................................................................................21
c) Diagnosa.............................................................................................23
d) Perencanaan........................................................................................32
e) Implementasi dan Evaluasi.................................................................34
BAB IV PENUTUP.......................................................................................35
a) Kesimpulan.........................................................................................36
b) Saran...................................................................................................36
Daftar pustaka........................................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan
patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem ini
merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap
infeksi.Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquried).Sistem imun alamiah
merespon lebih cepat dan bertindak sebagai pertahanan awal, seperti mekanisme batuk dan
bersin, asam lambung, sistem komplemen, dan pertahanan selular berupa proses
fagositosis.Kemampuan pertahanan yang lebih spesifik dimiliki oleh sistem imun adaptif
berupa sistem imun humoral oleh limfosit B dan sistem imun seluler oleh limfosit T. Sistem
imun spesifik memberikan perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sudah pernah
terpajan sebelumnya.Limfosit merupakan sel imun spesifik yang dapat mengenali dan
membedakan berbagai macam antigen serta berperan dalam dua respon adaptif imun, yaitu
spesifitas dan memori. Limfosit T dan B yang matur disebut sebagai naive limfosit dan
teraktivasi oleh adanya antigen melalui antigen presenting cell (APC). Antigen tersebut akan
menstimulasi naive limfosit untuk berploriferasi melalui mekanisme autokrin oleh IL-2 yang
kemudian disebut limfoblas. IL-2merupakan faktor pertumbuhan untuk sel T yang dirangsang
oleh antigen. IL-2 juga meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sel NK dan sel B. Setelah
terstimulasi dan berproliferasi, naive limfosit akan berdiferensiasi menjadi limfosit efektor
seperti antibody-secreting B cells atau Th1 dan Th2.Limpa merupakan organ limfoid
sekunder yang berperan penting untuk merespon sistem imun utama terhadap antigen asal
darah.1 Bagian limpa yakni pulpa putih terdapat limfosit T dan B matur yang akan
mengalami proliferasi dan diferensiasi setelah terpajan oleh antigen. Limpa adalah tempat
utama fagosit memakan mikroba yang dilapisi antibodi, oleh karena itu individu tanpa limpa
akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri berkapsul.Peran imunostimulan diperlukan
dalam meningkatan pertahanan tubuhterhadap berbagai macam antigen. Imunostimulan
herbal seperti mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan meniran (Phyllanthus niruri) sudah
dikenal luas penggunaannya oleh masyarakat untuk menjaga stamina tubuh.Phaleria
macrocarpa atau mahkota dewa merupakan tanaman asli Papua Indonesia, tanaman ini
memiliki zat aktif di dalam daun dan kulit buahnya yaitu flavonoid, alkaloid, terpenoid,
saponin dan senyawa resin.3 Hubungannya dengan sistem imun, senyawa flavonoid Phaleria
macrocarpaberperan dalam peningkatan proliferasi dan aktivasi sel T serta peningkatan IL-
2.4 Limfosit T akan mengaktivasi makrofag dan sel NK yang kemudian makrofag akan
distimulasi untuk menghasilkan IL-12 dan sel NK akan menghasilkan IFNγ.2Phyllanthus
niruri merupakan salah satu tanaman yang sudah terbukti sebagai imunostimulator.
Pemberian ekstrak Phyllanthus niruri dapat meningkatan fagositosis dan kemotaksis
makrofag, kemotaksis neutrofil dan sitotoksisitas sel NK. Selain itu juga terjadi respon
imunitas seluler berupa peningkatan proliferasi sel limfosit T dengan meningkatkan sekresi
TNFα, dan IL-4 serta menurunkan sekresi IL-2 dan IL-10, sedangkan pada imunitas humoral
mengalami peningkatan produksi IgG dan IgM.5 Dalam mekanisme proliferasi limfosit tidak
4
hanya IL-2 namun IL-4 juga merupakan stimulan utama dalam diferensiasi sel T naive CD4+
menjadi Th2.Phaleria macrocarpa dan Phyllanthus niruri masing-masing telah diketahui dapat
meningkatkan proliferasi dan aktivasi sel T namun penggabungan ekstrak Phaleria
macrocarpa dan Phyllanthus niruri belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan mencit BALB/c yang diberi ekstrak dengan dosis yang berasal dari penelitian
sebelumnya yaitu 0,14 mg/0,5cc/hari untuk Phaleria macrocarpa dan 0,4 mg/0,5cc/hari untuk
Phyllanthus niruri.Mencit diberi perlakuan selama 7 hari setelah itu mencit akan diterminasi
dan dilakukan isolasi splenosit dan perhitungan limfoblas.Penggabungan ekstrak keduanya
dapat menimbulkan salah satu interaksi farmakodinamik yaitu sifat adaptive, sinergis maupun
antagonis. Oleh karena itu melalui penelitian ini penulis berharap apabila kombinasi ekstrak
menunjukkan hasil yang signifikan sehingga dapat diterapkan dan dimanfaatkan lebih lanjut
dalam perannya sebagai imunostimulan.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu sistem imunologi
2. Mengetahui apa saja penyakit imunologi
3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan sistem imun?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sistem imunologi
2. Untuk mengetahui apa saja penyakit imunologi
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan sistem imun
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sebagai bukti
nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan lansia dengan rheomatoid arthritis.
Hasil studi kasus ini diterapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi
perkembangan keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan gerontik dan
sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Rheomatoid Arthritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda
dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun
yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar
diseluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk
melaksanakan fungsi imunitas, didalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan
sistem limforetikuler. Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya
tersebar diseluruh tubuh, misalnya didalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus,
sistem saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas
bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai
dengan sifat dan fungsinya masing-masing (Roitt dkk., 1993; Subowo, 1993; Kresno,
1991).
Dengan kemajuan imunologi yang telah dicapai sekarang ini, maka konsep imunitas
dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali yang melengkapi manusia
dan binatang dengan suatu kemampuan untuk mengenal suatu zat sebagai asing terhadap
dirinya, yang selanjutnya tubuh akan mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi,
melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat menguntungkan
dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri. Konsep imunitas tersebut,
bahwa yang pertama-tama menentukan ada tidaknya tindakan olehtubuh (respons imun),
adalah kemampuan sistem limforetikuler untuk mengenali bahan itu asing atau tidak
(Bellanti,1985: Marchalonis, 1980; Roitt,1993). Rangsangan terhadap sel-sel tersebut
terjadi apabila kedalam tubuh terpapar suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap
asing. Konfigurasi asing ini dinamakan antigen atau imunogen dan proses serta fenomena
yang menyertainya disebut dengan respons imun yang menghasilkan suatu zat yang
disebut dengan antibodi. Jadi antigen atau imunogen merupakan potensi dari zat-zat yang
dapat menginduksi respons imun tubuh yang dapat diamati baik secara seluler ataupun
humoral. Dalam keadaan tertentu (patologik), sistem imun tidak dapat membedakan zat
asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuhnya sendiri (self), sehingga sel-sel dalam
sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Kejadian ini disebut
dengan Autoantibodi (Abbas dkk., 1991; Roit dkk.,1993). Bila sistem imun terpapar oleh
zat yang dianggap asing, maka akan terjadi dua jenis respons imun, yaitu respons imun
non spesifik dan respons imun spesifik. Walaupun kedua respons imun ini prosesnya
berbeda, namun telah dibuktikan bahwa kedua jenis respons imun diatas saling
meningkatkan efektivitasnya. Respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan interaksi
antara satu komponen dengan komponen lain yang terdapat didalam system imun.
Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga menghasilkan
suatu aktivitas biologic yang seirama dan serasi (Grange, 1982; Goodman, 1991; Roit
dkk., 1993).
6
B. Respon Imun
a. Respon Imun Nonspesifik
Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari rangsangan
antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respons imun spesifik
dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau antigen precenting cell (APC) yang
memproses antigen sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel
imun. Dengan rangsangan antigen yang telah diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi
dan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang memiliki kompetensi imunologik dan mampu
bereaksi dengan antigen (Bellanti, 1985; Roitt,1993; Kresno, 1991).
7
Telah banyak diketahui bahwa mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak
secara intra seluler, antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh
antibody. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons imun
seluler, yang diperankan oleh limfosit T. Subpopulasi sel T yang disebut dengan sel T
penolong (T-helper) akan mengenali mikroorganisme atau antigen bersangkutan melalui
major histocompatibility complex (MHC) kelas II yang terdapat pada permukaan sel
makrofag. Sinyal ini menyulut limfosit untuk memproduksi berbagai jenis limfokin, termasuk
diantaranya interferon, yang dapat membantu makrofag untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Sub populasi limfosit T lain yang disebut dengan sel T-sitotoksik
(T-cytotoxic), juga berfungsi untuk menghancurkan mikroorganisme intraseluler yang
disajikan melalui MHC kelas I secara langsung (cell to cell).
Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi satu populasi
(klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke dalam darah. Pada respons imun
humoral juga berlaku respons imun primer yang membentuk klon sel B memory. Setiap klon
limfosit diprogramkan untuk membentuk satu jenis antibody spesifik terhadap antigen
tertentu (Clonal slection). Antibodi ini akan berikatan dengan antigen membentuk kompleks
antigen – antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan mengakibatkan hancurnya
antigen tersebut. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk antibody diperlukan
bantuan limfosit T-penolong (T-helper), yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui MHC
maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag, merangsang produksi antibody. Selain oleh
sel T- penolong, produksi antibody juga diatur oleh sel T penekan (T-supresor), sehingga
produksi antibody seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons imun non
spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk memberikan respons imun spesifik
yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang tergolong kedalam system
limforetikuler (Oppenheim dkk.,1987; Abbas dkk.,1991; Roit dkk.,1993). Sistem ini terdiri
atas sejumlah organ limfoid yaitu :
1. kelenjar timus
2. kelenjar limfe
3. limfa
4. tonsil
5. berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti :
a) peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus
b) jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c) jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah
Sistem limforetikuler inilah yang merupakan system kendali dari semua
mekanisme respons imun. Disamping system limforetikuler diatas, masih ada
unsur-unsur lain yang berperan dalam mekanisme respons imun, dan factor-faktor
humoral lain diluar antibody yang berfungsi menunjang mekanisme
8
tersebut.
9
F. Faktor Pengubah Mekanisme Imun
Faktor Pengubah Mekanisme Imun Selain faktor genetik, terdapat sejumlah
factor yang dapat mempengaruhi mekanisme imun seperti: faktor metabolik,
lingkungan, gizi, anatomi, fisiologi, umur dan mikroba (Bellanti, 1985; Subowo 1993;
Roitt dkk.,1993). Faktor Metabolik Beberapa hormon dapat mempengaruhi respons
imun tubuh, misalnya pada keadaan hipoadrenal dan hipotiroidisme akan
mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi. Demikian juga pada orang-
orang yang mendapat pengobatan dengan sediaan steroid sangat mudah mendapat
infeksi bakteri maupun virus. Steroid akan menghambat fagositosis, produksi antibodi
dan menghambat proses radang. Hormon kelamin yang termasuk kedalam golongan
hormone steroid, seperti androgen, estrogen dan progesterone diduga sebagai faktor
pengubah terhadap respons imun. Hal ini tercermin dari adanya perbedaan jumlah
penderita antara laki-laki dan perempuan yang mengidap penyakit imun tertentu.
Faktor lingkungan Kenaikan angka kesakitan penyakit infeksi, sering terjadi
pada masyarakat yang taraf hidupnya kurang mampu. Kenaikan angka infeksi
tersebut, mungkin disebabkan oleh karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit
atau hilangnya daya tahan tubuh yang disebabkan oleh jeleknya keadaan gizi. Faktor
Gizi Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang.
Tubuh membutuhkan enam komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen tersebut
yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi yang cukup dan
sesuai sangat penting untuk berfungsinya system imun secara normal. Kekurangan
gizi merupakan penyebab utama timbulnya imunodefisiensi. dibandingkan dengan
orang yang lebih muda, walaupun tidak mengalami gangguan pada sistem imunnya.
Hal tersebut, selain disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik, secara umum
juga jelas berkaitan dengan menyusutnya kelenjar timus. Keadaan tersebut akan
mengakibatkan perubahan-perubahan respons imun seluler dan humoral. Pada usia
lanjut resiko akan timbulnya berbagai kelainan yang melibatkan sistem imun akan
bertambah, misalnya resiko menderita penyakit autoimun, penyakit keganasaN
sehinggaakan mempermudah terinfeksi oleh suatu penyakit. Faktor Mikroba
Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada permukaan tubuh,baik
diluar maupun didalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya dibutuhkan
untuk membantu produksi natural antibody. Flora normal yang tumbuh pada tubuh
dapat pula membantu menghambat pertumbuhan kuman pathogen. Pengobatan
dengan antibiotika tanpa prosedur yang benar, dapat mematikan pertumbuhan flora
normal, dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri pathogen.
10
A. Definisi Rheumatoid Arthritis
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,bursae dan
persendian.
a) Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses“osteogenesis” menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebutOsteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat menimbunya garam kalsium.Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
11
1) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis. Batang
dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk olehspongi bone
(Cacellous atau trabecular )
2) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)dengan
suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
4) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
5) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan
fasial,missal patella (kap lutut)
b) Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksidan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri
dari:
1) Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsiuntuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap danmenghasilkan
panas
2) Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan
dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak
dibawah control keinginan.
3) Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
c) Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago sangat
kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapaikesel-sel kartilago dengan
proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yangberada di perichondrium (fibros
yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago
d) Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari
suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang. e. Tendon Tendon adalah suatu
perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan
dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya
pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial
yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.
e) Fasia
12
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yangdidapatkan langsung
dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan
penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh
darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam
f) Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara
tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang
bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.
g) Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada
bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe
pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang
dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
1) Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. padamaturasi
usia tua.
2) Lebar bahu menurun
3) Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha.
C. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapibeberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
13
1) Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Rematoid
2) Gangguan Metabolisme
3) Genetik
4) Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
D. Patofisiologi
Pada arthritis rheomatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi membran sinovial, dan akhirnya
membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Otot akan turut terkena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Menurut (Aspiani, 2014) ada beberapa gejala klinis yang umum ditemukan pada pasien
rheumatoid arthritis. Gejala klinis ini tidak harus timbul secara bersamaan. Oleh
karenanya penyakit ini memiliki gejala klinis yang sangat bervariasi.
14
metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terangsang dan akan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
7) Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di sepanjang permukaan
ekstanor dari lengan, walaupun demikian nodul-nodul ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya merupakan suatu tanda penyakit
yang aktif dan lebih berat.h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga
dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Jantung (pericarditis), paru-paru
(pleuritis), mata, dan rusaknya pembuluh darah.
F. Komplikasi
1) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
4) Terjadi splenomegali
G. Penatalaksanaan
15
5) Korikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan Rheumatoid arthritis dengan
komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vasculitis, karena obat ini memiliki
efek samping yang sangat berat.
16
BAB III
A. Pengkajian
Identitas klien
Nama : Ny. A
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir: tidak sekolah
Perkerjaan sebelumnya : tidak berkerja
Alamat : Jl.lelawat
Tanggal Pengkajian : 01 April 2019
Kamar : Wisma Kamboja
Penanggung jawab : Tn. A
Perkerjaan penanggung jawab: Swasta
Riwayat Perkerjaan Klien tidak bekerja hanya tinggal diwisma pendapatan klien
berasal dari orang-orang kantor dan dari panti.
Riwayat Lingkungan Tempat tinggal klien beton didalam rumah terdapat 6 kamar,
Hidup tidak ada tingkatan rumah, klien tidur berdua dengan teman
sekamarnya memakai tempat tidur matras terdapat satu jendela
didalam kamar, klien sering duduk diteras untuk berinteraksi
dengan teman wisma dan tetangganya, alamat tempat tinggal
klien Jl. Mayjen Sutoyo.
Riwayat rekreasi Klien sering duduk diteras, sekali seminggu klien kemesjid untuk
pengkajian
Sumber atau sistem Setiap bulan klien rutin diperiksa oleh dokter, ketika sakit
pendukung diberikan perawatan oleh perawat ditempat klien terdapat klinik
dan pengasuh wisma
Deskripsi hari khusus Klien biasanya membaca doa sebelum tidur
kebiasaan ritual
waktu
Tidur Klien mengatakan tidurnya sedikit terganggu dikarenakan nyeri
Status kesehatan saat Klien mengatakan sering mengalami sakit dikaki bagian lutut
ini sebelah kiri sakit terasa seperti ditusuk-tusuk sakit terasa pada
subuh hari klien menanyakan mengapa kakinya sakit dan ketika
klien merasakan dingin skala nyeri dilihat dari wong beker skala
6, ketika sakit datang klien mengatakan hanya
membiarkannya saja dan terkadang
mengusap-usap bagian yang sakit, klien tidak mau perawat
memegang kakinya atau
menggerakkan kakinya dikarenakan klien merasakan sakit klien
terlihat meringis dan gelisah.
Obat-obatan dan Klien tidak mendapatkan obat-obatan untuk penghilang
17
dosis rasa sakit yang dialami.
Status imunisasi Klien tidak atau belum pernah melakukan imunisasi, klien
tidak memiliki alergi
obat-obatan dan makanan. Dilingkungan klien terlihat rapi
bersih bebas dari penderita penyakit menular
Nutrisi Klien makan 2-3x sehari dengan satu porsi nasi lauk pauk tidak
ada diet khusus untuk klien, klien memakan makanannya dengan
sendiri saat makan klien tidak memiliki kesulitan dalam
mengunyah ataupun menelan makanan.
Status kesehatan Klien mengatakan tidak mengingat penyakit apa yang diderita
masa lalu pada masa anak-anak, klien tidak pernah dirawat dirumah sakit
dan tidak pernah melakukan operasi.
18
dan dimana klien lahir.
Endokrin Klien mengalami perubahan pada kulit dan perubahan
pada rambut.
pemantapan Pengajian
waktu luang
19
Total 115 Ketergantungan
sebagian
NO PERTANYAAN KLIEN 1
Benar Salah
1 Tanggal berapa hari
ini??
√
2 Hari apa sekarang? √
3 Apa nama tempat √
ini?
4 Dimana alamat √
anda?
5 Berapa umur anda? √
6 Kapan anda lahir?
(minimal tahun
√
lahir)
7 Siapa presiden
indonesia sekarang?
8 Siapa presiden
sebelumnya √
9 Siapa nama √
ibu
anda?
10 Kurangi 3 dari 20 √
dan tetap
pengurangan 3 dari
setiap angka baru,
semua secara
menurun
Jumlah 2 8
Riwayat Selama interaksi klien
psikososial menunjukan sikap
koperatif dan prilaku
baik sesama teman
sekitar.
20
Riwayat spiritual Klien mengatakan sering
mengikuti pengajian di
masjid.
data fokus
DS : Do
a. Klien terlihat meringis
a. klien mengatakan P=
b. Klien terlihat gelisah
sakit di kaki
c. Klien bersikap protektif
Q=seperti ditusuk-tusuk R=
d. Lutut klien terlihat bengkak
lutut sebelah kiri
e. erakan klien terbatas
S= skala 6
f. Lutut klien terlihat kaku
T= hilang timbul
g. Klien terlihat selalu meluruskan
b. Klien mengatakan sakit terasa pada
kakinya
subuh hari dan ketika merasa dingin
h. Klien memiliki masalah pada memori
c. Klien mengatakan saat menggerakkan tidak mampu mengingat dengan baik
atau menekuk lutut terasa sakit
i. Skala morse skor 45 dengan
d. Klien mengatakan tidak mau kesimpulan resiko jatuh
melakukan pergerakan yang membuat
kakinya sakit j. Klien memiliki kelemahan otot
sebelah kiri
e. Klien mengatakan mengapa kakinya
sakit ketika merasakan dingin k.Status fungsional klien ketergantungan
sebagian
f. Klien mengatakan tidak tahu harus
Status mental gerontik kerusakan intelektual
berbuat apa ketika nyeri timbul sedang
g. Klien mengatakan memakai alat bantu
berjalan ketika kakinya tidak sakit
Analisis Data
21
sebelah kiri
S= skala 6
T= hilang timbul
b. Klien mengatakan
sakit terasa pada subuh
hari dan ketika merasa
dingin
DO :
a. Klien terlihat
meringis
b. Klien terlihat gelisah
c. Klien bersikap
protektif
d. Lutut klien terlihat
bengkak
Klien 1
No Hari/ Tanggal Dx Kep
ditemukan
(kode SDKI)
22
1 Senin, 01 April Nyeri kronis b.d
2019 agen pencedera
fisiologis
(D.0078)
2 Senin, 01 April Gangguan
2019 mobilitas fisik
b.d nyeri
(D.0054)
23
nyeri.
1.7 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(Farmakologi,
non farmakologi
dan inter
personal).
1.8 Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
Menentukan
intervensi.
1.9 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi.
1.10 Evaluasi
keefekan control
nyeri.
Tingkatkan
istirahat.
24
mandiri sesuai
kemampuan.
2.6 Berikan alat
bantu jika
klien
mmerlukan
25
bantu jalan (kruk) ketika
kemampuan klien kakinya tidak sakit
dalam mobilisasi
4.2 Mengidentifikasi 4.2 Klien mengatakan
prilaku dan faktor pernah jatuh
yang mempengaruhi
risiko jatuh
2.6 Memberikan klien 2.6 Klien memerlukan bantu
alat bantu jika jalan
diperlukan
4.1 Mengidentifikasi 4.1 Klien tidak dapat berdiri
potensi jatuh klien dan klien memakai alat
bantu jalan
4.3 Mengidentifikasi
lingkungan klien 4.3 Lingkungan klien terlihat
rapi dan bersih
2.3 Mengajarkan
2.3 Klien terlihat antusias
klien tentang teknik untuk mengggunakan alat
ambulasi bantu jalan
2.2 Membantu klien 2.2 Klien tidak
untuk menggunakan mampu
alat bantu jalan mengangkat bokongnya
1.11 Meminta untuk
beristirahat
26
4.6 Mendekatkan barang 4.6 Klien dapat menjangkau
klien agar mudah barang klien
dijangkau
3.4 Klien
3.4 Menggambarkan mengatakan bagaimana
proses penyakit cara mengatasi agar tidak
terjadi penyakit yang
berkelanjutan
27
3.5 Mendiskusikan 3.5 Klien mau berpartisipasi
dengan klien untuk dalam
perubahan agar tidak melakukan perubahan
menjadi penyakit
yang berkelanjutan
3.6 Klien setuju melakukan
3.6 Mendiskusikan penanganan untuk gejala
penanganan agar yang dirasakan
tidak terjadi
penyakit yang
berkelanjutan
1.10 Mengevaluasi
keefektifan kontrol 1.7 Klien mengatakan merasa
nyeri nyaman ketika diberi
kompres panas
28
4.5 Mendorong klien 2.2 Klien dapat menggunakan
menggunakan alat alat bantu jalan
bantu jalan
29
1.6 Mengontrol
lingkungan klien
1.9 Klien mengatakan sakit
dikaki bagian lutut sebelah
1.9 Menginstruksikan kiri rasa sakit nya mulai
klien untuk berkurang
melaporkan tanda dan 1.11 Klien mengatakan akan
gejala beristirahat
dari ketidaknyamanan
1.10 Klie melakukn relaksasi
1.10 Mengevaluasi nafas dalam ketika nyeri
keefektifan kontrol
nyeri
1.7 Klien mengatakan merasa
1.7 Melakukan kompres nyaman ketika diberi
menggunakan buli- kompres
buli panas
30
1.11 Meminta klien
meningkatkan 1.11 Klien mengatakan
istirahat akan beristirahat
31
Tabel hasil evaluasi asuhan keperawatan
32
(D.0054) S : klien mengatakan
kakinya sakit dan tidak
Gangguan mobilitas fisik mampu berjalan
b.d nyeri O: Klien sulit
mengangkat bokong
dan menekuk kakinya
A : masalah gangguan
mobilitas fisik belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
33
merasa nyaman rasa sakit
mulai berkurang
O : klien terlihat meringis
A : masalah nyeri kronis
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor prespitasi.
34
(D.0054) S : klien mengatakan nyeri
berkurang dan akan
Gangguan mobilitas fisik menggunakan alat bantu
b.d nyeri jalan
O: Klien dapat
menggunakan alat bantu
jalan (kruk)
A : masalah gangguan
mobilitas fisik teratasi
P : intervensi diberhentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
35
Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing
dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
ini merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi.Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquried).Sistem imun alamiah
merespon lebih cepat dan bertindak sebagai pertahanan awal, seperti mekanisme batuk
dan bersin, asam lambung, sistem komplemen, dan pertahanan selular berupa proses
fagositosis.Kemampuan pertahanan yang lebih spesifik dimiliki oleh sistem imun adaptif
berupa sistem imun humoral oleh limfosit B dan sistem imun seluler oleh limfosit T.
Namun ada satu diagnosa yang terdapat diagnosa gangguan mobilitas Diagnosa ini
muncul pada klien disebabkan adanya tanda dan gejala serta keluhan yang sama dirasakan
oleh klien.
B. Saran
Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi mengajar serta
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan topic asuhan
keperawatan lansia dengan rheumatoid arhritis.
Daftar Pustaka
Chintyawati, cicy. (2014). hubungan antara nyeri reumatoid arthritis dengan kemandirian
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di posbindu karang mekar wilayah kerja
puskesmas pisangan tangerang selatan, Tanggerang: cendekia 15-19.
Debora, oda. (2012). Proses keperawatan dan pemeriksaan fisik, Jakarta: salemba medika.
36
D mutiatikum, rabea pangerti yekti. (2009). faktor-faktor berhubungan dengan penyakit sendi
berdasarkan riskesdas 2007-2008, jakarta: Cendekia, Bul. Penelit. Kesehat. Supplement
2009 : 32.
Kusuma, hardhi. Amin huda. (2016). asuhan keperawatan praktis berdasarkan penerapan
diagnosa nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus, edisi revisi jilid 2, jogjakarta: mediaction.
Majid, yudi abdul, evi susanti (2018) pengaruh pendidikan kesehatan dengan media kalender
terhadap peningkatan pengetahuan lansia tentang penatalaksanaan rematik. Babul ilmi jurnal
ilmiah multi sciencekesehatan
Marwoto, dkk. (2010) buku ajar patologi II (khusus) edisi ke-1, jakarta. Moloeng (1999)
Metodologi penelitian, bandung:cendekia.
Nanda internasional. (2015). diagnosis keperawatan definisi & klasifikasi 2015-2017 edisi
10. jogjakarta: EGC.
Ningsih, Nurna. Lukman (2012). asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal. Jakarta: salemba medika 216-223.
Rachmawati, imami nur & yati afiyanti. (2014). metodologi penelitian kualitatif dalam riset
keperawatan, jakarta, rajagrafindo persada.
Rahayu, novi widyastuti, setyo tri wibowo. (2009). efektifitas pemberian olesan jahe merah
terhadap penurunan keluhan nyeri sendi pada lansia di panti sosial tresna werdha budhi luhur
yogyakarta. Universitas’ aisyiyah yogyakarta.
Rustika, sudibyo supardi (2013). metodologi riset keperawatan. Jakarta: trans info media.
37