OLEH :
KELOMPOK 6
1. ERNI FORI
2. ANIS FITRIA
3. HUSNUL KHOTIMAH
4. CKRISTI
5.
1
KATA PENGHANTAR
Assamualaikum,Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, serat hidayah-Nya
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelessaikan tugas dengan baik, tepat waktunya
yang berjudul “DHF”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah KEPERAWATAN ANAK II, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimah kasih yang sebesar besarnya kepada:
Penyusun
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
4
B. Rumusan Masalah.. ............................................................................
4
C. Tujuan Masalah...................................................................................
4
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Besar Penyakit
1. Definisi................................................................................................
5
2. Etiologi.................. .............................................................................
5
3. Anatomi ..............................................................................................
6
4. Fatofisiologi dan Woc .......................................................................
6
5. Klasifikasi............................................................................................
9
6. Manifestasi Klinis................................................................................
10
7. Komplikasi ..........................................................................................
11
3
8. Pencegahan .........................................................................................
11
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..................................................
12
1. Pengkajian ...........................................................................................
12
2. Analisa Data ........................................................................................
13
3. Diagnosa .............................................................................................
13
4. Intervensi ............................................................................................
14
5. Implementasi ......................................................................................
16
6. Evaluasi ..............................................................................................
16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
18
B. Saran ................................. ....................................................................
18
DAFATAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat menambah dan memperluas wawasan kita tentang kasus dan
asuhan keperawatan DHF
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang anatomi
fisiologi sistem imunologi dan hematologi
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang pengertian
DHF
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan
teoritis pada kasus DHF
6
C. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan mahasiswa dan
membantu mahasiswa dalam memahami dan mengetahui materi tentang
penyakit DHF.
BAB II
PEMBAHASAN
7
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing
atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh
dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel
yang teraberasi menjadi tumor. (Wikipedia.com)
b. Timus
8
1) Getah bening
c. Mekanisme Imun
9
sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya
infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik,
seperti severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh
farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun
dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh retrovirus HIV.
Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif
menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda
asing. Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid
arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran
penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian
dari penelitian.
10
selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan
dalam berbagai fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan
secara luas sekali di organ limfoid dan organ lainnya.
2) Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai
makrofag residen, berbentuk khusus yang tergantung dari
alat/jaringan yang ditempati, dan dinamakan sesuai dengan lokasi
jaringan sebagai berikut :
a) Usus : makrofag intestinal
b) Kulit : sel dendritik atau sel langerhans
c) Paru ; makrofag alveolar, sel langerhans
d) Jaringan ikat ; histiosit
e) Hati : sel kuppfer
f) Ginjal : sel mesangial
g) Otak : sel microglia
h) Tulang : osteoklas
Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsanggan, dapat
memakan, menangkap, mencerna anti gen eksogen, seluruh mikro
organisme, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel
penjamu yang cedera atau mati.
Makrofag sel utama fagositosis. Terdiri dari 2 macam : makrofag
bebas dan makrofag fiksasi (tinggal di organ). Sel makrofag
sebagai sel APC (Antigen Presenting Cell) yang mempunyai
molekul MHC. MHC kelas I aken mengaktivasi sel Tc, Kelas II
mengaktivasi sel Th, MHC kelas III menstimulasi sistem
komplemen.
b. Fagosit polimorfonuklear
11
dari seluruh jumlah sel darah putihnormal dan dapat keluar dari
pembuluh darah.
1) Neutrofil
Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya
hanya berada dalam sirkulasi kurang dari 7-10 jam sebelum
bermigrasi ke jaringan, dan hidup selama beberapa hari dalam
jaringan. Neutrofil mempunyai reseptor untuk IgGdan komplemen.
2) Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi.
Seperti neutrofil, eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit.
Eosinofil dapat pula di rangsang untuk degranulasi seperti halnya
dengan sel mast dan basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga
berperan dalam imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor.
Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan dapat
juga memakan antigen antibody.
Sel lain :
a) Sel dendritik : menyajikan antigen yang terikat protein MHC
kelas II
b) Sel Langerhans : menyajikan antigen yang terikat protein MHC
kelas II
c. Mekanisme Kerja Sel Imun :
12
Peristiwa penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack
complex.
Non Specific Killer Cells. Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC
(K) cell; Activated macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena
IgE mentriger/memicu eosinofil untuk mengeliminasi cacing).
13
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan
terhadap adanya stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini
memiliki tiga karakter utama, yaitu spesifik, memori, dan intensitas yang
bervariasi. Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons imun
humoral dan respons imun seluler.
14
fragmen peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR
bersamaan membentuk kompleks dengan MHC. Limfosit T
mengeluarkan subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen
bekerja sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh
tubuh inang. Sebagai contoh adalah protein yang disintesis virus dan
protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen dirombak
menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I
pada retikulum endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu
Tc (CD8), untuk mengenali antigen endogen untuk berikatan dengan
MHC kelas I. Sel Th1. Pada dasarnya, respons imun alamiah dan
adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel imun saling berinteraksi
dalam regulasi sistem imun.
B. Definisi DHF
15
(rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada
pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia
ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
C. Etiologi
D. Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis
berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom senjatan
dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
1. Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksitas yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag
hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement (ADE).
2. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imon seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T-helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
16
3. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsosinasi anti bodi. Dalam proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
4. Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
a) Supresi sumsum tulang, dan
b) Destruksi dan pemandekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada faseawal infeksi (<5 hari) menunjukkan
keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit.Koagulopati terjadi sebagai
interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel.
Terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III
dan IV.
E. Patofisiologi
17
F. WOC
Virus Dengue
Viremia
Kehilangan
Perubahan
Nutrisi Hipovolemia
Resiko
Kurang pendarahan Efusi pleurAscites
Dari Resiko syok Hemokonentrasi
kebutuhan hipovolemia
Kematian
18
G. Manifestasi Klinik
1. Demam tinggi 5-7 hari.
2. Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis,
hematoma
3. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
4. Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
H. Klasifikasi
Klasifiksi DHF menurut WHO
1. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif).
2. Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
3. Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
4. Derajat IV
5. Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur
Pemeriksaan Diagnostik Demam Berdarah / Dengue Hemoragic Fever
(DHF) Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit meningkat 20 %
atau lebih), Thrombocitopeni (angka thrombosit 100. 000/ mm3 atau
kurang) Serologi = Uji HI (hemaaglutinaion Inhibition Test) Rontgen
Thorax = Effusi Pleura
19
I. Epidemiologi
J. Penatalaksaan Medis
1. DHF tanpa Renjatan
a. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
b. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( anticonvulsan ) untuk anak <1
th dosis 50 mg IM dan untuk anak >1th 75 mg IM. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3 mg / Kg BB anak <1 th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ Kg BB.
d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF dengan Renjatan
a. Pasang infus RL
b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20
– 30 ml/ kg BB )
c. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %.
c. HT meningkat lebih 20 %
20
d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
e. Protein darah rendah.
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah.
2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)
L. Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri
tulang belakang dan perasaan lelah.
1. Nyeri kepala.
2. Nyeri retro-orbital.
3. Mialgia / artralgia.
4. Ruam kulit.
5. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif
6. Leukopenia. Dan pemeriksaan serologi dengue positif.
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan Kriteria WHO 1997
diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
c. Uji bendung positif
1) Petekie, ekimosis, atau purpura
2) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdrahan gusi),
atau perdarahan dari tempat lain.
3) Hematemesis atau melana.
d. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000 ul)
21
e. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut :
1) Peningkatan hematokrit > 20%
2) Penurunan hematokrit > 20%
f. Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau
hipoproteinemia.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding perlu dipertimbangkan bilaman terdapat
kesesuaian klinis dengan demam tifoid, campak, influenza, chikungunya,
dan leptospirosis
Sindroma Syok Dengue (SSD). Seluruh criteria diatas untuk DBD
disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah,
tekanan darah turun (≤20 mmHg), hipotensi kulit dingin dan lembab serta
gelisah.
M. Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya
kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
22
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh
jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan
pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah
dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana
tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm
atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10
hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan
benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
N. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1. Perdarahan luas.
2. Shock atau renjatan.
3. Effuse pleura
4. Penurunan kesadaran.
O. Pengkajian Teoritis
1. Aktivitas/istirahat
Gejala dan tanda : Malaise.
2. Sirkulasi
Gejala :Tekanan darah di bawah normal, denyut perifer melemah,
takikardi, susah teraba
Tanda : Kulit hangat, kering, pucat, kemerahan/ bintik merah, perdarahan
bawah kulit
3. Eliminasi
Gejala dan Tanda : Diare atau konstipasi
23
4. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah
Tanda : Penurunan berat badan, punurunan haluaran urine, oligouria,
anuria.
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda : Ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium.
6. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala dan Tanda : Kejang abdominal, lokalisasi area sakit
7. Pernapasan
Gejala dan Tanda : Takipneu dengan penurunan kedalaman pernapasan,
suhu meningkat, menggigil
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala dan Tanda : Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau
tindakan
24
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 thn), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk dating ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarng
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran komposmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke
3 dan hari ke 7 dan anak semangin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya menipestasi pendarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak DHF berpariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan tidak napsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak
di sertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
7. Kondisi lingkungan
25
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, seperti air yang genang atau gantungan baju di kamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan nafsu makan
berkurang dan menurun.
b. Eliminali alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami
diare atau konstipasi. Sementara DHF pada gret IV sering terjadi
hematuria.
c. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutam untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedyfty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan
9. Pemeriksan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut:
a. Grade I : Kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan sendi lemah.
b. Grade II : Kesadaran composmetis keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : Kesadaran apatis, samnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur serta tekanan darah menurun.
d. Grade IV : Kesadaran koma, TTV : Nadi tidak teraba, tekanan darah
tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat
dan kulit tampak biru.
26
10. Sistem integument
a. Adanya ptichiai pada kulit, turgor kulit, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak merahang karena
demam atau flusi. Mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epitaksi) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia paring dan terjadi perdarahan
ditelinga (pada grade II,III,IV)
d. Dada : bentuk simetris kadang-kadang terasa sesak. Pada pototorak
terdapat cairan yang tertinbun pada paru sebelah kanan (epusipleura),
rales+, ronki+, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV
e. Abdomen mengalami nyeri tekan pembesaran hati (hepatomegalyk)
dan asites
f. ekstremitas: dingin besertai terjadinya nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan pvc meningkat lebih dari 20%
b. Trombositopenia kurang dari 100.000 /ml
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig.D dengue +
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipopretemia,
hipokkrorenia, dan hiponatremia.
f. Ureum dan ph darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2,<35-40mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
27
3. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor faktor
pembekuan darah (trombositopeni)
6. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
C. Intervensi Keperawatan
28
Resiko defisit Tujuan : 1. Awasi vital sign tiap 3
volume cairan Tidak terjadi defisit jam/sesuai indikasi
berhubungan voume cairan 2. Observasi capillary Refill
dengan pindahnya Kriteria hasil : 3. Observasi intake dan
cairan intravaskuler 1. Input dan output output. Catat warna urine /
ke ekstravaskuler. seimbang konsentrasi, BJ
2. Vital sign dalam 4. Anjurkan untuk minum
batas normal 1500-2000 ml /hari ( sesuai
3. Tidak ada tanda toleransi )
presyok 5. Kolaborasi : Pemberian
4. Akral hangat cairan intravena
5. Capilarry refill
Resiko Syok Tujuan : 1. Monitor keadaan umum
hipovolemik Tidak terjadi syok pasien
berhubungan hipovolemik 2. Observasi vital sign setiap 3
dengan perdarahan Kriteria hasil : jam atau lebih
yang berlebihan, 1. Tanda Vital 3. Jelaskan pada pasien dan
pindahnya cairan dalam batas keluarga tanda perdarahan,
intravaskuler ke normal dan segera laporkan jika
ekstravaskuler. terjadi perdarahan
4. Kolaborasi : Pemberian
cairan intravena
5. Kolaborasi
Pemeriksaan : HB, PCV,
trombosit
29
dengan intake tanda-tanda memungkinkan)
nutrisi yang tidak malnutrisi, 4. Berikan makanan sedikit
adekuat akibat mual 2. Menunjukkan namun sering dan atau
dan nafsu makan berat badan makan diantara waktu
yang menurun yang seimbang. makan
5. Berikan dan Bantu oral
hygiene.
6. Hindari makanan yang
merangsang dan
mengandung gas.
30
Kecemasan Tujuan : 1. Kaji dan dokumentasikan
orangtua Ansietas tingkat kecemasan pasien.
berhubungan berkurang/terkontrol. 2. Kaji mekanisme koping
dengan kondisi Kriteria hasil : yang digunakan pasien
anak. 1. Klien untuk mengatasi ansietas di
melaporkan tidak masa lalu.
ada manifestasi 3. Lakukan pendekatan dan
kecemasan berikan motivasi kepada
secara fisik pasien untuk
2. Tidak ada mengungkapkan pikiran dan
manifestasi perasaan.
perilaku akibat 4. Motivasi pasien untuk
kecemasan. memfokuskan diri pada
realita yang ada saat ini,
harapan-harapan yang
positif terhadap terapy yang
di jalani.
5. Berikan penguatan yang
positif untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari
meskipun dalam keadaan
cemas.
6. Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi.
7. Sediakan informasi factual
(nyata dan benar) kepada
pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis.
8. Kolaborasi pemberian obat
anti ansietas.
31
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapakan.
Adapun komponen-komponen
1. S (Subjektif)
Adalah keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
2. O (Objektif)
Adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi secara
langsung kepada pasien dan dirsakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
32
3. A (Analisis)
Interpretasi dari data subjek dan data objektif. Analisis merupakan
suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga
dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjek dan objektif.
4. P (Planning)
Perencaraan keperawatan yang akan dilanjutkan atau dihentikan
atau dimodifikasi atau juga ada tambahan dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, Tindakan yang telah
menunjukkan hasil yang memuaskan dan memerlukan tindakan ulang pada
umumnya dihentikan.
5. I (Implementasi)
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuatu
dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam kompenen Planning.
6. E (Evaluasi)
Adalah respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
7. R ( Reassesment)
Reassesment adalah pengkajian ulang yng dilakukan terhdap
perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan
perlu dilanjutkan, dimodifikasi,atau di hentikan?
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor
dari DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya
dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a. Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
b. Menutup penampungan air rapat- rapat.
c. Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
2. Dengan insektisida:
a. Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan
fogging/pengasapan.
b. abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada
bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram
Abate SG 1% per 10 liter air.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah referensi materi
tentang DHF selama dalam proses perkuliahan.
2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
memahami dan mengetahui materi tentang DHF dan asuhan
keperawatannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
35