Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

TENTANG SURVEYLANS

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

1. LESTARI NOVIANTI
2. ANNISA YULIANA
3. BAIQ ITA FITRIANA
4. NUR IMANISA
5. ERNI FORI
6. HAERUNNISA
7. IMELDA SYAHRILIA NINGSIH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Assamualaikum,Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat,taufik,serat hidayah-NyaPuji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT,atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelessaikan tugas dengan baik,tepat pada waktunya yang berjudul “
surveylens”.makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
Epidemilogi.dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimah kasih yang sebesar besarnya
kepada:

1. Ibu Syamdaniati selaku dosen pengampuh mata kuliah Epidemiologi


2. Rekan rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,baik dari segi penulisan,bahasa ataupun penyusunannya.oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,khususnya dari dosen pengampuh
mata kuliah Epidemiologi menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik dimasa yang akan datang.

Mataram,25 September 2019

Penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………... ii

Daftar isi …………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang……………………………………………………... 1
b. Rumusan Masalah ………………………………………………..... 2
c. Tujuan ……………………………………………………………... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi surveylans…………………………………………………. 3
b. Tujuan surveylans…………………………………………………... 4
c. Klasifikasi surveylans………………………………………………. 5
d. Penggunaan surveylans……………………………………………... 6
e. Jenis jenis surveylans……………………………………………….. 6

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan………………………………………………………….. 12
b. Saran ……………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHUAN

A. Latar Belakang
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada
setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling
penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah
penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang
ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi
perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai
ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami
kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru.
Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah
ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam
bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah
mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta telah
mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul

1
termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat
surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan
surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases
telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar
informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an. Bagaimanapun juga deteksi
dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para
petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan
yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh
di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih
tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari surveylans ?
2. Apa tujuan dari surveylans?
3. Apa saja klasifikasi dari surveylans?
4. Apa saja kegunaan dari surveylans?
5. Apa saja jenis jenis dari surveylans?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari surveylans
2. Untuk mengetahui tujuan dari surveylans
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari surveylans
4. Untuk mengetahui kegunaan dari surveylans
5. Untuk mengetahui jenis jenis dari surveylans

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Surveylans

Menurut WHO, Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis


dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaaran
informasi kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.
Menurut German (dalam Kesmas, 2013), surveilans kesehatan masyarakat
(publichealth surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenaisuatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam
tindakankesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan
kematian, dan meningkatkan status kesehatan.
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis
data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian di diseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-
menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi
outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir.
Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat
keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik
surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama
saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk
mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).

3
Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi
kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi. Surveilans kesehatan
masyarakat merupakan instrumen penting untuk mencegah outbreak penyakit dan
mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari
surveilans juga penting bagi kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan
donor, untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik (DCP2,
2008). .
Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans
dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan
dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus dan
sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang
mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi,sehingga dapat dilakukan
langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

B. Tujuan Surveylans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus
surveilans:
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini    
outbreak;
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).

4
C. Klasifikasi Surveylans
Menurut tempatnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Surveilans Epidemiologi Dalam Masyarakat


Surveilans epidemiologi ini dilakukan pada suatu wilayah administrasi
atau pada kelompok populasi tertentu. Dengan analisis secara teratur
berkesinambungan terhadap data yang dikumpulkan mengenai kejadian
kesakitan atau kematian, dapat memberikan kesempatan lebih mengenal
kecenderungan penyakit menurut variabel yang diteliti. Variabel tersebut
diantaranya adalah distribusi penyakit menurut musim atau periode waktu
tertentu, mengetahui daerah geografis dimana jumlah kasus atau penularan
meningkat atau berkurang, serta berbagai kelompok risiko tinggi menurut
umur, jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi serta pekerjaan.
2. Surveilans Epidemiologi di Rumah Sakit
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap terjadinya resiko
mendapatkan penyakit infeksi, sehingga teknik surveilans termasuk kontrol
penyakit pada rumah sakit rujukan pada tingkat provinsi dan regional
memerlukan perlakuakan sendiri. Rumah sakit mungkin dapat menjasi tempat
berkembang biaknya serta tumbuh suburnya berbagai jenis mikro-organisme.
Dikembangkannya sistem surveilans epidomologi yang khusus dan cukup
efekif untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan penyakit
didalam lingkungan rumah sakit dikenal dengan infeksi nosokominal.
Saat ini penderita penyakit menular yang dirawat di rumah sakit
jumlahnya masih cukup besar. Suatu keadaan khusus dimana faktor
lingkungan, secara bermakna dapat mendukung terjadinya risiko
meendapatkan penyakit infeksi, sehingga tekhnik surveilans termasuk kontrol
penyakit pada rumah sakit rujukan pada tingkat propinsi dan regional
memerlukan perlakuan tersendiri. Pada rumah sakit tersebut, terdapat beberapa
penularan penyakit dan dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Selain itu,
rumah sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembangbiaknya serta tumbuh
suburnya berbagai jenis mikro-organisme.

5
Untuk mengatasi masalah penularan penyakit infeksi di rumah sakit
maka telah dikembangkan sistem surveilans epidemiologi yang khusus dan
cukup efektif untuk menanggulangi kemungkinan terjadinya penularan
penyakit (dikenal dengan infeksi nosokomial) di dalam lingkungan rumah
sakit.
D. Kegunaan Surveylans
Adapun kegunaan surveilans dalam pelayanan kesehatan Masyarakat adalah
sebagai berikut:
a. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi
sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di
populasi.
b. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi
penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor resiko).
c. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan
pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.
E. Jenis jenis surveylans
Dikenal beberapa jenis surveilans:
a.    Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina
merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang
atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit
selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional
pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua
jenis karantina, yaitu:

6
 Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang
terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak
dengan orang yang tak terpapar.
 Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara
selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi
penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit
campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang
ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
b.    Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit
dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans
penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan
surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah).
Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa
dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang
tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah
kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang
berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan
fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya
masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan
inefisiensi.
c.    Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit,
bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa
diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati
indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau
temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum

7
diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik
dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai
contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus
yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit
yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk
memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,
2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu
dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi
tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans
sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
d.    Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral
untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak
penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik
e.    Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/
kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.

8
Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan
kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et
al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
 Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
 Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
 Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
 Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans
(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi,
manajemen sumber daya);
 Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO,
2002).
f.     Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia
dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka
penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang
muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS.
Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru,
termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi .
Berdasarkan pendekatan sumber data surveilans dapat dibagi menjadi
dua jenis:

9
a.    Surveilans pasif;
Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan
data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan
mudah untuk dilakukan. Negara-negara anggota WHO diwajibkan
melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga
dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit
internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam
mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-
reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya
rendah, karena waktupetugas terbagi dengan tanggungjawab utama
memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.
Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat
sederhana dan ringkas.
b.    Surveilans aktif
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk
kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan
tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan
mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus
(case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans
aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas
yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu,
surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans
aktif, lebih mahal dan lebih sulituntuk dilakukan daripada surveilans pasif
Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community
surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung
dari komunitas oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan
diagnosis kasus bagi kader kesehatan. Definisi kasus yang sensitif dapat
membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus mungkin
(probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di

10
tingkat lebih tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang
memerlukan konfirmasi laboratorium. Community surveilans mengurangi
kemungkinan negatif palsu (JHU, 2006).
Sumber data dalam survelans epidemiologi menurut kemenkes RI no.
1116/menkes/sk/VIII/2003:
a. Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat
b. Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan  kesehatan serta
laporan kantor pemerintah dan masyarakat
c. Data demografi yang dapat diperoleh dari unit ststistik kependudukan dan
masyarakat
d. Data geografi yang dapat di peroleh dari unit unit meteorologi dan
geofisika
e. Data laboratorium yang dapat di peroleh dari unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat
f. Data kondisi lingkungan
g. Laporan wabah
h. Laporan penyelidikan wabah/KLB
i. Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
j. Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya
k. Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh
dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
l. Laporan kondisi pangan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan
yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi
kesehatan
b. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit,
surveilans sinromik dll
c. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
d. Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua
jenis: Surveilans pasif; Surveilans aktif

B. Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan
penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka
dari itu dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga
dalam pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.


Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM. Unhas.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah
Pengantar. FKM-UNHAS.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Atfabeta. Bandung. Hal.
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat.
Jakarta.
Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan,
EGC. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai