Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASKEP PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT


HYPERACTIVITY DISORSER (ADHD)

OLEH :
KELOMPOK 5
1. KAMALIA
2. ANI CANDRA LESTARI
3. BELIA KUSUMA NINGSIH
4. ARI FITRIA HATIARSIH
5. M. BUSYAIRI PUTRA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum,War.Wab

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, serat hidayah-Nya Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelessaikan tugas dengan baik, tepat waktunya yang berjudul
“Askep Pada Anak Dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorser (ADHD)”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak
II. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1. Ibu Eka Adithia P.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengampuh mata
kuliah Keperawatan Anak II
2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, bahasa ataupun penyusunannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan Anak II menjadi acuan dalam
bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

Mataram, 21 September 2019

Penyusun

Kelompok 5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i


KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
A. Definisi ADHD Pada Anak ................................................................................
B. Etiologi ADHD Pada Anak ................................................................................
C. Klasifikasi ADHD Pada Anak ...........................................................................
D. Patofisiologi ADHD Pada Anak ........................................................................
E. Pathway ADHD Pada Anak .............................................................................
F. Manifestasi Klinis ADHD Pada Anak .............................................................
G. Tumbuh Kembang Anak ADHD ......................................................................
H. Kebutuhan Nutrisi Pada Anak Deangan ADHD .............................................
I. Peran Perawat ADHD Pada Anak ....................................................................
J. Peran Orangtua ADHD Pada Anak .................................................................
K. Pemeriksaan Penunjang ADHD Pada Anak ....................................................
L. Komplikasi ADHD Pada Anak ..........................................................................
M. Penatalaksanaan ADHD Pada Anak ................................................................
N. Pencegahan ADHD Pada Anak .........................................................................
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN............................................
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas
diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan
gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat
ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau
disfungsi serebral minimal, biasa disebut dengan istilah (ADHD) (Attention
Deficit Hyperaktivity Disorder   Attention Deficit Hyperaktivity Disorder). 
Attention Deficit Hyperaktivity Disorder   (ADHD) dicirikan dengan
tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tahap gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah
maupun di rumah (Isaac,2005).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia
sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional  professional karena masalah perilaku,
datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih
tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak
hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah
anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300
anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri
belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung
meningkat (Pikiran rakyat, 2009). Dengan terus meningkatnya jumlah anak
dengan ADHD, kami tertarik untuk membahas tentang anak dengan ADHD.
Disini kami akan membahas lebih dalam ADHD dan asuhan keperawatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari ADHD?
2. Apa saja etiologi dari penyakit ADHD pada anak?
3. Bagaimana klasifikasi dari penyakit ADHD pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit ADHD pada anak?
5. Bagaimana pathway dari penyakit ADHD pada anak?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit ADHD pada anak?
7. Bagaimana tumbuh kembang anak ADHD?
8. Bagaimana kebutuhan nutrisi anak ADHD ?
9. Bagaimana peran perawat pada anak ADHD?
10. Bagaimana peran orangtua pada anak ADHD?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit ADHD pada anak?
12. Bagaimana komplikasi dari penyakit ADHD pada anak?
13. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit ADHD pada anak?
14. Bagaimana pencegahan ADHD pada anak?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah proses pembelajaram ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan proses keperawatan secara benar pada anak penderita
Attention Deficyt Hyperactivity Disorser (ADHD)
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari ADHD
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit ADHD pada anak
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit ADHD pada anak
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit ADHD pada anak
5. Untuk mengetahui pathway dari penyakit ADHD pada anak
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit ADHD pada anak
7. Untuk mengetahui bagaimana tumbuh kembang anak ADHD
8. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi anak ADHD
9. Untuk mengetahui peran perawat pada anak ADHD
10. Untuk mengetahui peran orangtua pada anak ADHD
11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit ADHD pada
anak
12. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit ADHD pada anak
13. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit ADHD pada anak
14. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penyakit ADHD pada anak
BABA II
PEMBAHASAN

A. Definisi ADHD
Menurut American Academy Pediactrics,  Attention Deficit
Hyperactivity Disorder  (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai
gangguan hiperaktifitas defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis
kronis yang diakibatkan dari adanya gangguan fungsi pada sistem sistem
saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau
lingkungan kultural. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak
kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena
dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai
ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
(Ginanjar, 2009).
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup,
aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008)
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dari
serangkaian istilah yang digunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untuk
menjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal, tetapi
memperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan
kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya, impulsif, dan hiperaktif
serta sering disertai gangguan belajar serta agresifitas.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak/aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira
3-5% anak usia sekolah menderita ADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami
masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu
mencari stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun,
dan hal tersebut menyebabkan anak ADHD akan menunjukkan banyak
masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan
tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman
sebaya sesuai aturan.

B. Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini,
meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier, telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetik dan
penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan Y
kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas
yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah
kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan
adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO
juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menulis dan menggambar ulang.
b. Faktor Neurologis dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh
karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi dan area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi pada korteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan
resiko tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD.
Kerusakan otak pada janin dan neonatal paling sering disebabkan oleh
kondisi hipoksia. Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan
menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada korteks otak yang
menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan pengendalian
kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting dalam
aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu,
patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab
terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsi norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain, yang tidak
mampu memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan
oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin
berpean pada terjadinya gejala ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab
tunggal. Terjadinya ADHD disebabkan oleh beberapa sistem yang
berbeda tetapi memiliki hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki
peran yang berbeda terhadap metabolisme dopamin atau norepinefrin.
Meskipun berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi
kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan
dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin
adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen
reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat ini telah dianggap sebagai
penyebab gangguan ini (Landau et al., 2009; Biederman, 2012)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari
ibu, dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari
manjemen pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai penelitian juga
menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya
gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada waktu
mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orngtua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi.
Akan tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang
menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor
tersebut dengan ADHD.

2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan
diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan
perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan
perilaku perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai
faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat
merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen, mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi system.

C. Klasifikasi
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-
ciri : tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu
mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain
hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang berada “diawang-
awang”, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena
perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsif.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif,
tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut : terlalu
energik, lari kesana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat,
banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif : melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu
saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak
sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia
menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran
3. Tipe gabungan (kombinasi)
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam
tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut : kurang mampu memperhatikan
aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya
mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan
dan impulsif.
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada
seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak
menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak
hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan
atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan
perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka
seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.

D. Patofisiologi
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa
area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal
kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab
terhadap patofisiologi ADHD.
Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi
retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau
seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD.
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur
agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat
keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa
yang telah kita pelajari,serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar kita tidak
hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol,serta marah pada keadaan
yang tidak tepat. Dapat dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk
menghambat 30 % yang lain.
Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-
inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat
keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lain lain. Sedangkan sistem limbik
mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi
secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen
yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang
ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang
normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal,
rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem
limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut.
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi.
Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari
isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas
yang melemah pada korteks prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri.
Neurotransmiter utama yang teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah
katekolamin. Neurotranmisi dopaminergik dan noradrenergik terlihat sebagai
fokus utama aktifitas pengobatan yang digunakan untuk penanganan ADHD.
Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan
hubungan sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Norepinefrin berkaitan
dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Dukungan terhadap
peranan norepinefrin dalam menimbulkan ADHD juga ditunjukkan dari hasil
penelitian yang menyatakan adanya peningkatan kadar norepinefrin dengan
penggunaan stimulan dan obat lain seperti desipramine efektif dalam
memperbaiki gejala dari ADHD. Pengurangan gejala juga terlihat setelah
penggunaan monoamine oxidaseinhibitor, yang mengurangi pemecahan
terhadap norepinefrin sehingga kadar norepinefrin tetap tinggi dan
menyebabkan gejala ADHD berkurang.

E. Pathway

Factor Biologis dan Genetik, Faktor


Neurologik dan Proses dalam Otak,
Neurotransmitter, Psikososial, dan
Lingkungan

Korteks Frontal

Mekanisme inhibitor tidak Aktivitas system limbik


dapat berfungsi berlebih

Perilaku impulsive, membuat Mood yang labil,


keputusan yang buruk, temperamen yang meledak-
hiperaktif ledak, mudah terkejut, selalu
menyentuh yang ada
disekitarnya
Resiko
Gangguan Gangguan
perkembangan Interaksi Sosial
Resiko Cedera
F. Manifestasi Klinik ADHD
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM),
terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi

Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian


dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang
sama. Masalah tersebut antara lain :
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara
detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas
bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak
memahami perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang
menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan
atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik
maupun verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan
hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif

Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu


menghambat tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap
tuntutan situasional dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan
jenis kelamin yang sama. Berikut merupakan perilaku impulsif yang
mencirikan sebagai anak penderitaADHD :
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain
sedang berbicara atau bermain)

G. Tumbuh Kembang Anak ADHD


1. ADHD sebagai Gangguan Perkembangan
Gangguan perilaku ADHD merupakan gangguan perkembangan yang
berawal dari masa kanak-kanak dengan manifestasi gangguan perilaku
yang kadang justru semakin jelas pada usia-usia sesudahnya (Durand &
Barlow, 2006). Gangguan ADHD akan mengganggu kapasitas untuk
mengatur dan mencegah perilaku yang tidak semestinya, serta
mengganggu atensi dalam melaksanakan tugas perkembangan secara
semestinya (Rief, 2008). Anak dengan ADHD akan mengalami hambatan
dalam prinsip sekuensial perkembangan manusia. Prinsip sekuensial
sendiri adalah kemampuan yang dicapai pada fase sebelumnya yang akan
menjadi pijakan perkembangan pada masa sesudahnya dengan tidak
menghilangkan kemampuan sebelumnya tersebut, dan sebaliknya (Taylor
& Houghton, 2008).
2. ADHD sebagai Gangguan Maladaptive
Jika dilihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD, maka
termasuk dalam gangguan perilaku maladaptive. Maksudnya adalah
perilaku-perilaku yang muncul pada ADHD, yakni terlalu banyak
bergerak, kehilangan perhatian, dan impulsif akan menyebabkan hambatan
penyesuaian diri dengan lingkungan (maladaptif). Hal tersebut dapat
terjadi karena anak kesulitan memilah stimulus yang semestinya direspon
dan diabaikan. Perilaku maladaptif pada anak ADHD dikarenakan tidaka
adanya kemampuan untuk mengontrol aktivitasnya sesuai permintaan
lingkungan. Adapun pada gejala impulsifitas, perilaku maladaptif muncul
karena mereka terlalu cepat an tidak terarah dalam merespon stimulasi
lingkungannya (Hardman, 2010)
3. ADHD sebagai Permasalahan Akademik
Hubungan anatara ADHD dengan gangguan belajar sangat bisa
dimengerti ketika anak dengan ADHD kehilangan perhatian dan
konsentrasi pada pelajarannya, dan justru beralih perhatian pada situasi-
situasi umum di lingkungan belajarnya seperti gambar di dinding. Pada
siswa hiperaktif-impulsif memiliki kecenderungan yang selalu bergerak
dan berpindah tempat, serta perilaku yang terburu-buru dan tidak bisa
dikendalikan yang mengahambat proses belajarnya. Secara umum
gangguan belajar anak ADHD dalam membaca dan menulis adalah
kehilangan konsentrasi dan tidak bisa fokus. Dalam matematika, anak
ADHD seringkali kesulitan dalam membaca tanda operasi hitungan dan
kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal cerita.
Tumbuh kembang yang abnormal di atas dapat menimbulkan masalah-
masalah pada anak seperti :
a. Masalah disekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak
dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian
yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-
tugas sekolah, kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu
anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka
bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa
anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa,
dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki
ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa
b. Masalah dirumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih
mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan
psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis)
seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya
toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, dan
gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala
dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi, hambatan-
hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya,
karena sering dibuat jengkel, orangtua sering memperlakukan anak
secara kurang hangat. Orangtua kemudian banyak mengontrol anak,
penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.
Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan
antara orangtua dengan anak, baik anak maupun orangtua menjadi
stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak
menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana
menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
c. Masalah bicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, dia banyak berbicara,
namunsesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan
pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang
timbal balik, anak ADHD cenderung banyak bergerak sehingga kurang
mampu merespon lawan  bicara secara tepat.
d. Masalah fisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang
tidak sebaik anak lain, beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan
infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak
setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan
sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas
fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti
terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

H. Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD


Makanan merupakan faktor penting yang menunjang pengobatan
ADHD. Makanan yang tepat membantu otak untuk lebih mudah
berkonsentrasi, terfokus, dan terorganisir. Nutrisi bagi anak ADHD harus
bebas dari semua makanan penyebab alergi yang mungkin dialami oleh anak
tersebut. Makanan yang menyebabkan alergi tidak hanya menyebabkan efek
negatif pada perkembangan anak namun juga pada kesehatan secara
keseluruhan. Makanan juga harus mengandung semua vitamin yang
dibutuhkan serta suplemen jika diperlukan. Makanan sebaiknya juga disajikan
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak untuk mau memakannya.
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi bermanfaat sebagai salah satu
cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD.
Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi aman digunakan dalam jangka
panjang.
Berikut adalah beberapa makanan yang yang baik dibetrikan kepada
anak ADHD :
1. Karbohidrat Kompleks
 Nutrisi yang diberikan pada anak ADHD adalah meningkatkan
jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna
secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang
lama. Hal ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan
menghindarkan dari makanan olahan dan junk food yang dapat
memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih banyak sayuran dan buah-
buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk
dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga dapat
membantu penderita supaya mudah tertidur. Karbohidrat kompleks juga
diperlukan anak ADHD sebagai sumber energinya dikarenakan salah satu
gejala kelainan ini adalah aktivitas motorik anak yang berlebihan
(hiperaktivitas).
2. Essential Fatty Acid (EFAs)
Merupakan salah satu lemak yang sebaiknya diberikan kepada anak.
DHA asam lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD
berkembang di dalam otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap
anak dengan learning disorder, termasuk tingkat perhatian yang menurun
dan juga berlaku hiperaktif adalah salah satu akibat dari penurunan EFA.
Untuk meningkatkan kadar EFA, sebaiknya perbayak konsumsi ikan, biji-
bijian, dan juga kacang-kacangan yang merupakan sumber EFA yang baik.
3. Vitamin B Kompleks
Vitamin B dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat
baik untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada
anak-anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini
adalah baik, tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek. Seperti
vitamin B3 atau yang sering dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat
menyebabkan iritasi kulit, yang sangat berpengaruh pada kerusakan hati.
Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat menyebabkan kurangnya
sensitifitas anak. Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik
dari sereal atau roti, nasi, kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan,
daging, sayuran hijau dan juga kedelai.
4. Protein
Protein merupakan penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini
juga sangat baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi
sedikit porsi protein sehari mampu mengganti energi yang telah mereka
keluarkan seharian. Makanan yang mengandung protein dapat ditemukan
pada telur ayam, daging ayam, tempe maupun tahu. Juga terdapat pada
udang, namun perlu diperhatikan apakah anak alergi terhadap udang
tersebut.
5. Kalsium dan Magnesium
Kalsium selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik
melapisi membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik
dalam mempengaruhi tingkah laku anak anak ADHD. Magnesium juga
memberikan efek menenangkan pada sistem saraf, membantu menjaga otot
dan fungsi saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium.
Sayuran hijau seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam
sereal juga menjadi sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-
kacangan, dan makanan yang berasal dari biji-bijian kaya akan
magnesium.
6. Mineral
Mineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
'Trace Mineral' dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan
zinc. Studi telah membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki
kadar zinc yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
memiliki ADHD. “Trace Mineral” ini dapat ditemukan dalam buah-
buahan dan sayuran. Akan tetapi mineral terbanyak bisa didapat dari
multivitamin tambahan dengan kadar gula rendah yang rendah
Jenis makananan yang pantang dikonsumsi oleh anak ADHD
adalah :
1. Gula dan makanan manis
Gula harus dihindari untuk anak-anak karena dapat menyerap vitamin
mineral dan juga enzim yang terdapat dalam tubuh. Hindaari menu sarapan
yang mengandung kadar gula lebih banyak, seperti sereal, energy bars,
minuman yang mengandung pemanis dan pengawet, dan masih banyak
lagi. Selain itu mood   anak-anak sebagaian besar dipengaruhi oleh fungsi
tubuh, terutama tingkat gula darah. Ketika tingkat gula darah seorang anak
terlalu rendah, mereka menjadi lamban, mudah bingung dan kalut.
Sebaliknya, ketika gula darah seorang anak terlalu tinggi, mereka menjadi
mudah marah, gelisah, cemas dan, pada banyak kasus, mereka tak bisa
dikendalikan. Mereka bertindak tanpa tujuan, dan ini terjadi di luar kendali
mereka. Ketika tingkat gula darah meningkat, tubuh akan bekerja lebih
keras untuk mengatasi peningkatan hormon kortisol dan adrenalin.
Hormon yang menyuplai energi bagi tubuh untuk mengatasi tekanan,
memberikan anak sejumlah besar energi. Dilihat dari usianya, normal bagi
seorang anak menjadi aktif secara fisik namun kelebihan hormon-hormon
tersebut dapat menjadikan mereka anak aktif. Mereka belum mampu
mengontrol timbunan energi ini
2. Zat Additives
Warna biru, pink, dan kuning dekorasi cake, atau goldfish crackers
yang berwarna warni sangat disukai anak-anak karena warnanya yang
sangat mencolok. Lembaga pengujian obat dan makanan di Amerika telah
menemukan puluhan bahkan ratusan makanan yang mzengandung zat
additive atau pengawet guna meningkatkan rasa, penampilan, dan juga
aroma. Hal ini bukan berarti aman untuk kesehatan anak khususnya yang
menderita ADHD. Usahakan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin,
tanpa menggunakan pewarna seperti kuning dan merah, dan juga jauhkan
dari makanan yang mengandung Monosodium Glutamat(MSG).
3. Kafein
Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang
kekurangan mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya
mengandung asam dan kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh,
sehingga membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan
kadar pH dalam tubuh. Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap
ADHD yang mungkin mengkonsumsi terlalu banyak kafein yang
seringkali terdapat dalam cokelat, minuman soda, makanan manis lain
kemungkinan kehilangan banyak mineral dalam tubuh yang menyebabkan
berkurangnya fungsi syaraf dalam tubuh.
4. Garam
Sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat
yang dihindari untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus
telah diketahui bahwa sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang
dewasa. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh
terhadap anak-anak dengan ADHD.

I. Peran Perawat pada Anak ADHD


Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan
pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder  (ADHD) antara
lain :
1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a. Hentikan perilaku yang tidak aman
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima
c. Berikan pengawasan yang ketat
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari
distraksi untuk menyelesaikan tugas)
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Membagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c. Izinkan beristirahat
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan
perasaan dan frustasi orang tua
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
J. Peran Orang Tua Pada Anak ADHD
1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan.
Dengan menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar untuk
mengendalikan emosinya.
2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadap
apa yang seharusnya dapat dilakukan anak.
3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak akan
memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan penolakan
anak untuk melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan
televisi, mainan atau kebisingan.
5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan,
dan konsisten terhadap terapi yang sedang dijalankan oleh anak anda.
6. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan
atau gambar.
7. Aturlah pola makan anak, hindari makanan dan minuman dengan kadar
gula dan karbohidrat yang tinggi.
8. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan
membantu anak untuk berpikiran positif.
9. Ajaklah anak untuk berlatih menenangkan diri. Misalnya dengan menarik
nafas dalam-dalam dan keluarkan lewat mulut. Latihan ini bisa dilakukan
berulang-ulang. 

K. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al
(2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD
antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan
otak organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)

Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan


diagnosa ADHD yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan
ADHD. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur
36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,
pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH ( Abbreviated Conners Ratting Scale)
yaitu formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada
orangtua/pengasuh anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari
pemeriksa.
1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun
anak berada, misalnya ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap
saat dan ketika anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawa.
2. Format formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas/GPPH ( Abbreviated Conners Ratting Scale)
No Kegiatan yang Diamati 0 1 2 3
1. Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang
berlebiham
2. Mudah gembira, impulsive.
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah
dimulai, rentang perhatian pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala
secara terus menerus
6. Kurang perhatian,mudah teralihkan
7. Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah
menjadi frustasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat
dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan
. tak terduga
Jumlah :
Nilai Total :

3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk
konsultasi lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada
orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek,
guru,dsb).

L. Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan).

M. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan


1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat
dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro
sosial dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan
dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus,
modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling.
Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet
khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu
(Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 –  4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan,
berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika
mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi
dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan
menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan,
akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang
menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan
yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si
anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan
membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran
ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD
yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif
atau menjadi ketagihan obat obatan dan minuman beralkohol

N. Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD
b. Perawatan saat hamil (hindari obat-obatan dan alkoholic) untuk orang tua
c. Asupan nutrisi yang seimbang
d. Berikan rutiitas yang tersturktur (membantu anak untuk mematuhi jadwal
yang teratur)
e. Manajemen perilaku (dapat mendorong anak untuk fokus pada apa
yang mereka lakukan)

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki-laki cenderung memiliki
kemungkinan 4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau
tangannya bergerak terus
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah mengalami
cedera otak.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga sebagai
penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat Psiko, Sosio, Dan Spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-
obatan selama kehamilan
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan.
lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.
8. Riwayat Imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit mulut yang melengkung tinggi
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta
g. permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.
10. Activity Daily Living (ADL)
a. Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
c. Eliminasi
Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
d. Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur
e. Personal Higiane
Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya sendiri dan sulit di
atur.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ganggguan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan
(hiperaktivitas).
2. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
3. Resiko gangguan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental
(hiperaktivitas), kurang konsentrasi.

C. Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan interaksi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pola interaksi
sosial berhubungan keperawatan diharapkan pasien antara pasien dan orang lain
dengan disabilitas mampu menunjukan interaksi 2. Anjurkan pasien untuk
perkembangan social yang baik. Dengan bersikap jujur dalam
(hiperaktivitas). kriteria hasil : berinteraksi dengan orang
1) Menunjukan perilaku yang lain dan menghargai hak
dapat meningkatkan atau orang lain.
memperbaiki interaksi social 3. Identifikasi perubahan
2) Mendapatakan atau perilaku yang spesifik.
meningkatkan ketrampilan 4. Bantu pasien
interaksi social (misalnya: meningkatkan kesadaran
kedekatan, kerja sama, akan kekuatan dan
sensitivitas dan sebagainya). keterbatasan dalam
3) Mengungkapkan keinginan berkomunikasi dengan
untuk berhubungan dengan orang lain.
orang lain. 5. Berikan umpan balik
4) Indicator skala : yang positif jika pasien
1. Tidak ada dapat berinteraksi dengan
2. Terbatas orang lain.
3. Sedang
4. Banyak

2. Resiko cedera Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasikan factor


berhubungan dengan keperawatan diharapkan klien yang mempengaruhi
psikologis (orientasi dapat terhindar dari resiko kebutuhan keamanan,
tidak efektif) cedera. Dengan kriteria hasil : misalnya: perubahan status
1) Mengubah gaya hidup mental, keletihan setelah
untuk mengurangii resiko. beraktivitas, dll.
2) Pasien/keluarga akan 2. Berikan materi
mengidentifikasikan resiko pendidikan yang
yang dapat meningkatkan berhubungan dengan
kerentanan terhadap cedera. strategi dan tindakan untuk
3) Orang tua akan mencegah cedera.
memilih permainan, 3. Berikan informasi
memberi perawatan dan mengenai bahaya
kontak social lingkungan dan
lingkungannya dengan baik. karakteristiknya (misalnya :
4) Indikator skala : naik tangga, kolam renang
1. Tidak pernah jalan raya, dll )
2. Jarang 4. Hindarkan benda-benda
3. Kadang-kadang disekitar pasien yang dapat
4. Sering membahayakan dan
5. Konsisten menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien
untuk berhati-hati dengan
alat permainannya dan
intruksikan kepada keluarga
untuk memilih permainan
yang sesuai dan tidak
menimbulkan cedera.

3. Resiko gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian


perkembangan keperawatan diharapkan pasien kesehatan yang seksama
berhubungan dengan. tidak mengalami keterlambatan (misalnya, riwayat anak,
penyakit mental perkembangan. Dengan kriteria temperamen, budaya,
(hiperaktivitas), kurang hasil : lingkungan keluarga,
konsentrasi. 1) Anak akan mencapai skrining perkembangan)
tahapan dalam untuk menentukan tingkat
perkembangan yaitu tidak fungsional.
mengalami keterlambatan 25 2. Berikan aktivitas
% atau lebih area bermain yang sesuai,
sosial/perilaku pengaturan dukung beraktivitas dengan
diri atau kognitif , bahasa, anak lain.
keterampilan motorik halus 3. Kaji adanya faktor
dan motorik kasar. resiko pada saat prenatal
2) Indikator skala : dan pasca natal.
1. Tidak pernah 4. Berkomunikasi dengan
menunjukkan pasien sesuai dengan
2. Jarang tingkat kognitif pada
3. Kadang-kadang perkembangannya.
4. Sering 5. Berikan penguatan
5. Konsisten yang positif/umpan balik
terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang
tua tentang hal-hal penting
dalam perkembangan anak.

D. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

E. Evaluasi
1. Kemampuan interaksi sosial
2. Proses pikir
3. Fokus terhadap sesuatu
4. Respon terhadap stimulus
5. Harapan peran orang tua
6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif
7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bagian dari otan yang mengendalikan perilaku hiperaktif dan impulse
antara lain lobus frontalis, mekanisme inhibitor dari korteks, system
limbic, akitvasi reticular
2. ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak
lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan
3. Etiologi ADHD Belum diketahui dengan pasti. Macam-macam teori yang
menyebabkan ADHD, di antaranya : psikodinamika, biologis ,dinamika
keluarga, psikisosial
4. Ciri-ciri ADHD :
a. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas
b. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau
diam
c. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
5. Manifestasi Klinik
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau
duduknya mengeliat-geliat. 
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau
permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak
dipikirkanterhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai
disampaikan
6. Komplikasi dari ADHD yaitu Depresi, gagal disekolah, IQ
rendah/kesulitan belajar, Resiko kecelakaan
7. Pemeriksaan Penunjang yaitu Pemeriksaan Tiroid, Tes neurologist
(misalnya EEG, CT scan), Tes psikologis sesuai indikasi.
8. Penaatalaksanan ADHD didasarkan pada perwatan yang dapat dilakukan
orang tua terhadap anak yang menderita ADHD dan di berikan terapi obat-
obatan.
9. Macam-macam gangguan ADHD antara lai : Inatensi (Gangguan
Pemusatan Perhatian ), Hiperaktivitas, Impulsivitas.
10. Cara mendeteksi ADHD dengan cara melihat tanda – tanda awal ADHD :
a. Anaktidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan susana hati yang mendadak / impulsif
11. Peran Orang Tua Pada Anak ADHD yaitu Sedini mungkin membiasakan
anaknya untuk hidup dalam suatu aturan. Dengan menerapkan peraturan
secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengendalikan emosinya.

B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan anak pada ADHD maka disarankan :
1. Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD dapat melibatkan anak dalam brain Gym untik memfokuskan
perhatian anak. Anak ADHD mengalami kesulitan untuk fokus dan
berlaku berlebihan (hiperaktif) yang dapat mengganggu teman-temannya.
Melihat dari permasalahan tersebut, maka pada proyek tugas akhir ini,
penulis ingin memberikan solusi dalam penyembuhan anak ADHD melalui
metode Brain Gym yang dipercaya dapat memberikan efek baik kepada
anak ADHD. Metode yang digunakan dari Brain Gym adalah metode
untuk latihan koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini ditujukan untuk
melatih fokus anak ADHD.
2. Sekolah
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk
membantu anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua
dan staf sekolah dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru
seringkali merupakan pihak yang pertama dalam mengenali perilaku
seperti ADHD serta dapat memberikan informasi yang berguna kepada
orangtua, penanggung-jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosa
dan pengobatan. Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk
pemecahan masalah dan merencanakan cara-cara untuk membantu
pelajaran anak baik di rumah maupun di sekolah.
3. Keluarga/Orang tua
Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita
ADHD harus memberikan perawatan anak dengan metode yang berbeda
dengan anak yang normal. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau
keluarga menyusun kegiatan sehingga anak mempunyai rutinitas yang
sama tiap hari, mengatur kegiatan harian, menggunakan jadwal untuk
pekerjaan rumah, dan memperpertahankan aturan secara konsisten dan
berimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2009). Pendidikan sekolah Anak ADHD.


http://www.adhd.or.id/school.html. Diakses tanggal 18 April 2009
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan
keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ginanjar, A.S. (2009). Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis.
http://www.lspr.edu/csr/autismawareness/media. Diakses tanggal 18
April 2009
Permadi,B. (2007). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) panduang
Bagi keluarga. http://www.kesulitanbelajar.org/index.php?option=com
Diakses tanggal 18 April 2009
Permadi. (2009). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
Panduan Bagi Keluarga . http://www.bundazone.com/ADHD. Diakses
tanggal 18 April 200
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (terjemahan). Cetakan I.
Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Wordpress. (2007). penerapan Terapi "Back In Control (BIC)" Pada Anak ADHD
(Attention Deficits Hiperactivity Disorder).
http://klinis.wordpress.com/2007/08/ 30/, Diakses tanggal 18 April 2009

Anda mungkin juga menyukai