Anda di halaman 1dari 24

TERAPI MODALITAS :

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) &

TERAPI KELUARGA

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA


Dosen Pembimbing: Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS

Oleh:

Bayu Rizki Febriansyah 22020118183010


M. Ikhsan 22020118183007
Srimpi Kumayaningrum 22020118183012
Adriana Agustina Herewila 22020118183014
Muchamad Yachub 22020118183021

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Tujuan........................................................................................................4
BAB II TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)..............................................5
A. Definisi......................................................................................................5
B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok...........................................................5
C. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok..........................................6
D. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)...................................................7
E. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok..................................10
F. Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok................................................11
G. Masalah Dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)................................12
BAB III TERAPI KELUARGA............................................................................13
A. Definisi....................................................................................................13
B. Indikasi Terapi Keluarga.........................................................................13
C. Peran Perawat dalam Terapi Keluarga.....................................................13
D. Model Terapi Keluarga............................................................................14
E. Aplikasi Terapi Keluarga.........................................................................16
F. Peran Keluarga dalam Terapi.....................................................................17
Lampiran 1. Contoh Proposal TAK(Keliat & Akemat, 2004)...............................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif terapi yang dapat


diberikan pada pasien gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan berbagai bentuk
penyimpangan perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh karenanya,
diperlukan pengkajian secara mendalam untuk mendapatkan faktor pencetus dan
pemicu terjadinya gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal, kondisi
fisik pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga memengaruhi terjadinya
gangguan jiwa. Maramis mengidentifikasi penyebab gangguan dapat berasal dari
masalah fisik, kondisi kejiwaan (psikologis), dan masalah sosial (lingkungan).
Apabila gangguan jiwa disebabkan karena masalah fisik, yaitu terjadinya
gangguan keseimbangan neurotransmiter yang mengendalikan perilaku manusia,
maka pilihan pengobatan pada farmakologi. Apabila penyebab gangguan jiwa
karena masalah psikologis, maka dapat diselesaikan secara psikologis. Apabila
penyebab gangguan karena masalah lingkungan sosial, maka pilihan terapi
difokuskan pada manipulasi lingkungan. Dengan demikian, berbagai macam
terapi dalam keperawatan kesehatan jiwa dapat berupa somatoterapi, psikoterapi,
dan terapi lingkungan (Maramis, 1998)

Konsep terapi modalitas dalam keperawatan kesehatan jiwa terus mengalami


perkembangan disesuaikan dengan masalah yang dialami pasien, intervensi
keperawatan disesuaikan dengan penyebab utama terjadinya masalah
keperawatan. Pada pemberian somatoterapi (terapi somatik), peran perawat
difokuskan pada pengenalan jenis farmakoterapi yang diberikan, mengidentifikasi
efek samping, dan kolaborasi penanganan efek samping obat. Pada pemberian
terapi kejang listrik (electroconvulsive therapy—ECT) peran perawat adalah
menyiapkan pasien dan mengevaluasi kondisi pasien setelah mendapatkan terapi
kejang listrik.

3
Pada kelompok psikoterapi, perawat dapat memberikan berbagai upaya
pencegahan dan penanganan perilaku agresif, intervensi krisis, serta
mengembangkan terapi kognitif, perilaku, dan berbagai terapi aktivitas kelompok.
Pada kelompok terapi lingkungan, perawat perlu mengidentifikasi perlunya
pelaksanaan terapi keluarga, terapi lingkungan, terapi okupasi, dan rehabilitasi.

Pemilihan terapi yang akan dilaksanakan bergantung pada kondisi pasien


dengan berbagai macam latar belakang kejadian kasusnya. Pilihan salah satu
terapi dapat dikombinasikan dengan terapi lain. Jarang sekali untuk pasien
gangguan jiwa dapat diselesaikan dengan satu (single) terap

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa keperawatan
mengetahui terapi modalitas: terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat:
a) Memahami konsep Terapi aktivitas kelompok
b) Memahami pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
c) Memahami konsep terapi keluarga
d) Memahami aplikasi terapi keluarga

4
BAB II
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

A. Definisi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan


mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini
cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang
lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma
yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di
dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi.

Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi


anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima dan memberikan
umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara baru untuk meningkatkan
respons sosial, serta harga diri. Keuntungan lain yang diperoleh anggota
kelompok yaitu adanya dukungan pendidikan, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan interpersonal.(Yusuf, PK, &
Nihayati, 2015)

B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok

1. Tujuan Umum
Meningkatkankemampuan uji realitas melalui komunikasi dan umpan
balik dari orang lain, melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran
terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakanatau perilaku defensive ,
dan meningkatkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif
terapeutik
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif,
meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
3. Rehabilitatif

5
Meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri, kemampuan berempati,
meningkatkan kemampuan sosial, serta tanggung jawabnya dalam
hubungan interpersonal.(Riyadi & Purwanto, 2009)

C. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

1. Model Focal Conflict

Menurut Whitakers dan Liebermen, terapi kelompok lebih


berfokus pada kelompok dari pada individu. Prinsipnya adalah terapi
kelompok ini dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari.
Tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan
mencapai penyelesaian konflik. Menurut model ini pimpinan kelompok
(leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan pada anggota
untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
penyelesaian masalah. Contohnya, adanya perbedaan pendapat
antaranggota, cara masalah (perbedaan) ditanggapi anggota, dan pemimpin
mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.(Riyadi & Purwanto, 2009)

2. Model Komunikasi

Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi ,


bahwatidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi
tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan
social anggota kelompok. Tugas leader adalah menfasilitasi komunikasi
yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu
adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap
apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis: verbal, non verbal,
terbukadan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang
lain.(Riyadi & Purwanto, 2009)

3. Model Interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa semua tingkah laku (pikiran,


perasaan, dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.

6
Contohnya, interaksi dalam kelompok dapat dipandang sebagai proses
sebab akibat, yang perasaan dan tingkah laku satu anggota merupakan
akibat dari tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan
individu dan kelompok. Anggota kelompok belajar dari interaksi
antaranggota dan terapis. Melalui proses ini, kesalahan persepsi dapat
dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan
kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan mengubah
perilaku. Contohnya, tujuan salah satu terapi aktivitas kelompok untuk
meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal
muncul, pemimpin menggunakan situasi tersebut untuk mendorong
anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik
yang membuat anggota merasa cemas, serta menentukan perilaku yang
digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi
konflik.(Yusuf et al., 2015)

4. Model Psikodrama

Model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai


dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota
memainkan peran sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami. Contoh,
pasien memerankan ayahnya yang dominan atau keras. Psikodrama ini
dilakukan secara spontan dan memberi kesempatan pada anggota untuk
berakting di luar situasi spesifik yang pernah terjadi(Yusuf et al., 2015)

D. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Sensori

Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori pasien.


Kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa ekspresi
emosi/perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, dan ucapan.
Biasanya pasien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal akan
terangsang sensoris emosi dan perasaannya melalui aktivitas tertentu.
Aktivitas tersebut berupa:

7
a. TAK stimulasi sensori suara, misalnya mendengar musik,
b. TAK stimulasi sensori menggambar

c. TAK stimulasi sensori menonton TV/video.

2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realitas

Pasien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar pasien yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada di sekeliling pasien atau orang yang dekat
dengan pasien, serta lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan pasien pada saat ini dan masa yang lalu. Aktivitasnya adalah
sebagai berikut.

a. Sesi I : pengenalan orang


b. Sesi II : pengenalan tempat

c. Sesi III : pengenalan waktu

3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi

Pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di


sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal, kelompok, dan massa. Aktivitas yang diberikan antara lain
sebagai berikut.

a. Sesi I : menyebutkan jati diri.


b. Sesi II : mengenali jati diri anggota kelompok.

c. Sesi III : bercakap-cakap dengan anggota kelompok.

d. Sesi IV : menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.

e. Sesi V : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan


orang lain.

f. Sesi VI : bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

g. Sesi VII : menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK


sosialisasi yang telah dilakukan.

8
4. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi

Pasien dilatih untuk mempersepsikan stimulus yang disediakan atau


stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini diharapkan respons pasien
terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas
yang diberikan antara lain sebagai berikut.

a. Sesi I : menonton TV
b. Sesi II : membaca majalah/koran/artikel

c. Sesi III : gambar

d. Sesi IV : 4.1 Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


4.2 Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
4.3 Mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi asertif.
4.4 Mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum
obat.
4.5 Mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah.
5. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Peningkatan Harga
Diri

Pasien dilatih untuk mengidentifikasi hal-hal positif pada diri sehingga


mampu menghargai diri sendiri. Kemampuan pasien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini, pasien diharapkan mampu
merumuskan suatu tujuan hidup yang realistis. Aktivitas yang diberikan
adalah sebagai berikut.

a. Sesi I : identifikasi hal positif diri.


b. Sesi II : menghargai hal positif orang lain.

c. Sesi III : menetapkan tujuan hidup yang realistis.

6. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Mengontrol


Halusinasi

9
Pasien dilatih untuk dapat mengenal halusinasi yang dialaminya dan
dilatih cara mengontrol halusinasi. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi
dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dalam proses ini, respons pasien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan diharapkan menjadi adaptif. Aktivitas
yang diberikan yaitu sebagai berikut.

a. Sesi I : mengenal halusinasi


b. Sesi II : mengontrol halusinasi dengan menghardik

c. Sesi III : mengontrol halusinasi dengan menyusun jadwal kegiatan

d. Sesi IV : mengontrol halusinasi dengan minum obat yang benar

e. Sesi V : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.(Yusuf et al.,


2015)

7. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Penyaluran Energi

Maksudnya adalah untuk penyaluran energy secara kontruktif. Tujuan


menyalurkan energy dari destruktif menjadi kontruktif, mengekspresikan
perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.(Riyadi & Purwanto,
2009)

E. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


1. Pemimpin kelompok (leader)
Tugas pemimpin kelompok adalah sebagai berikut.
a. Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal).
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan.
c. Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat, dan memberikan umpan balik.
d. Sebagai “role model”.
e. Memotivasi setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan
memberikan umpan balik.
2. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader)
Tugasnya adalah membantu pemimpin dalam mengorganisir anggota
kelompok.
3. Fasilitator
Tugasnya adalah sebagai berikut.

10
a. Membantu pemimpin memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memotivasi anggota.
b. Memfokuskan kegiatan.
c. Membantu mengoordinasi anggota kelompok
4. Observer
Tugas observer antara lain sebagai berikut.
a. Mengobservasi semua respons pasien.
b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku
pasien.
c. Memberikan umpan balik pada kelompok.(Yusuf et al., 2015)
F. Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok

1. Pre kelompok
Dimulaidengan membuat tujuan,merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapankegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan,proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber-sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini ada 3 tahapan kemunkinan terjadi, yaitu : orientasi, konflik
dan kebersamaan.
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan system sosialmasing-masing, dan
leader mulai menunjukanrencana terapidan mengambil kontrakdengan
anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dam proses kelompok, anggota mulai siapa
yang berkuasadalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya
dan saling ketergantungan yang akan terjadi
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai
menemukansiapa dirinya
3. Fase Kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negative
dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,bekerjasama

11
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai
dengan tujuan dan tugas kelompok, serta penyelesaian masalah dengan
kreatif
4. Fase Terminasi
Ada dua jenis terminasi, akhir dan sementara.Anggota kelompokmungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses, atau sukses.(Riyadi &
Purwanto, 2009)

G. Masalah Dalam Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Masalah yang mungkin timbul dalam TAK antara lain sebagai berikut.
1. Adanya subkelompok.
2. Keterbukaan yang kurang
3. Resistansi baik individu maupun kelompok.
4. Adanya anggota kelompok yang drop out.
5. Penambahan anggota baru.
Cara mengatasi masalah ini bergantung pada jenis kelompok terapis,
kontrak, dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut. Program
antisipasi masalah merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat gawat darurat dalam terapi yang dapat
memengaruhi proses pelaksanaan TAK. Misalnya, pasien meninggalkan
permainan, maka intervensi yang diberikan panggil nama pasien, serta tanyakan
alasan meninggalkan tempat dan beri penjelasan.(Yusuf et al., 2015)

12
BAB III
TERAPI KELUARGA

A. Definisi

Terapi keluarga adalah suatu psikoterapi modalitas dengan focus pada


penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya terapis
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang
maladaptive, kontroldiri pada anggota yang kuarang, serta pola hubugan berulang
yang tidak konstruktif. (Nasir & Muhith, 2011). Terapi keluarga adalah suatu cara
untuk menggali masalah emosi yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan
bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi
kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah
(Keliat, 1996 dalam Yusuf et al., 2015)

B. Indikasi Terapi Keluarga

1. Konflik perkawinan, konflik antarsaudara kandung, konflik beberapa


generasi.

2. Konflik antara orang tua dan anak.

3. Konflik pada masa transisi dalam keluarga seperti pasangan yang baru
menikah, kelahiran anak pertama, dan masalah remaja.

4. Terapi individu yang memerlukan melibatkan anggota keluarga lain.

5. Proses terapi individu yang tidak kunjung mengalami kemajuan.(Yusuf et al.,


2015)

6. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyai intelegensi rendah atau
komunikasi keluarga yang terhambat.(Nasir & Muhith, 2011)

C. Peran Perawat dalam Terapi Keluarga

13
Dengan bantuan perawat keluarga diharapkan mempunyai kemampuan
mengatasi masalah dan memelihara stabiltas dari status kesehatan semaksimal
mungkin. Newman menjelaskan strategi intervensi perawatan keluarga
berfokus pada prevensi primer dan tersier, seperti berikut.

1. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali keluarga


2. Memberikan dukungan kepada klien serta system yang mendukung klien
untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah.

3. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan

4. Memberikan penyuluhan, perawatan di rumah, psiko-edukasi, dan lain-


lain.(Nasir & Muhith, 2011)

D. Model Terapi Keluarga

Berdasarkan sejarah perkembangan terapi keluargas, terdapat enam


model terapi keluarga yang pernah dikembangkan, yaitu (1) model
psikodinamik, (2) model eksperiensial, (3) model kognitif dan perilaku,
(4) model struktur keluarga, (5) model strategi dan sistem keluarga,
serta (6) model penyelesaian masalah.(Yusuf et al., 2015)

Model Penemu Teori Teknik Perawatan


Psikodinamik dan Terapi Nathan Ackerman  Pemindahan
Keluarga Bowenian  Analisis Mimpi dan
Angan-Angan
 Konfrontasi
 Berfokus pada Kekekuatan
 Komplementer

Bowen  Genogram
 Pulang ke Rumah Lagi
 Detriangulation
 Hubungan Antarmanusia
 Diferensiasi Diri
 Menanyakan Pertanyaan

Terapi Keluarga Virginia Satir Carl  Pemodelan Komunikasi

14
Eksperensial Whitaker Efektif Menggunakan
Pesan "Saya"
 Memahat
 Koreografi
 Terapi Bermain
 Terapi Anak
 Humor
 Sentuhan
 Properti
 Rekonstruksi Keluarga
 Menggambar Keluarga
 Wawancara
Boneka/Wayang
Perilaku dan Kognitif Gerald Patterson  Pendidikan
Terapi Perilaku Keluarga Neil Jacobson  Strategi Komunikasi dan
Pemecahan Masalah
 Pengondisian Operant
 Menyetujui
 Pengondisian Klasik
 Melatih
 Persetujuan Kontingensi
 Pemadaman/Pemunahan
 Penguatan positif
 Quid Pro Quo
 Timbal Balik
 Pembentukan
 Desensitisasi Sistematis
 Batas Waktu
 Mengobrol
 Prinsip Premack
 Mengacaukan Pikiran
Irasional
 Pengehentian Pikiran
 Pelatihan Instruksional
Diri
 Pemodelan dan Bermain
Peran
Terapi Keluarga Salvador Minuchin  Bergabung
Struktural  Teknik Disequilibrium
 Pengesahan

15
 Bekerja dengan Interaksi
Spontan
 Membuat Batasan
 Intensitas
 Restrukturisasi
 Membentuk Kompetensi
 Mendiagnosis
 Menambah Konstruksi
Kognitif
Strategic and Systemic Jay Haley  Bingkai Ulang
Family Theraphy (Strategic)  Petunjuk
 Paradoks
 Cobaan
 Berpura-pura
 Menempatkan
Mara Selvini  Hipotesis
Palazzoli (Systemic)  Konotasi Positif
 Pertanyaan Berputar
 Resep Variant/Invariant
 Ritual
Terapi Keluarga Berfokus Steve deShazer Bill  Mengekstenalisasi
pada Solusi dan Narasi O’Halon (Berfokus Masalah
pada Solusi )  Pengaruh (Efek) Masalah
Michael White pada Orang
(Narasi)  Pengaruh (Efek) Masalah
pada Masalah
 Meningkatkan Dilema
 Memprediksi Serbacks
 Menggunakan Pertanyaan
 Surat
 Perayaan dan Sertifikat
E. Aplikasi Terapi Keluarga

1. Pengkajian
Dilakukan pengkajian keluarga secara menyeluruh terutama pola
komunikasi dalam keluarga, hubungan interpersonal antaranggota
keluarga, sistem pendukung yang tersedia, mekanisme koping keluarga,
dan persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Diagnosis

16
Diagnosis yang umum dan sering adalah konflik (gangguan hubungan
interpersonal anak dan keluarga) berhubungan dengan koping keluarga
tidak efektif.
3. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah mengacu pada problem
atau masalah yaitu konflik menurun atau dapat diatasi dan hubungan
interpersonal anak dan keluarga dapat ditingkatkan.
4. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek yang ingin dicapai mengacu pada etiologi, yaitu
koping keluarga efektif.
5. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang direncanakan dapat berupa hal sebagai
berikut.
a. Memanipulasi lingkungan.
b. Sistem pendukung.
c. Pendekatan umum untuk semua anggota keluarga.
d. Pendekatan individu, meliputi:
1) Teknik aberasi yaitu menurunkan stres dengan ekspresi perasaan,
2) Penggunaan penguatan,
3) Penggunaan teknik klarifikasi, dan lain-lain
F. Peran Keluarga dalam Terapi

1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya


terhadap diri klien dan aktivitasnya.
a. Mengurangi rasatakut
b. Mmberikan arahan
c. Menolong mereka dapat merasa tenang terhadap proses terapinya
d. Menerima keahlian dan melakukan peranannya dengan baik
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
a. Menyusun pertanyaan untuk mengurangi rasa takut
b. Menguatkan anggapan anggota dan menguatkan anggapan individu
c. Mendapatkan fakta tentang rencana proses, kelemahan dalam rencana,
persepsi pribadi dan persepsi orang lain

17
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain
a. Observsi sharing bagaimana anggota memanifestasikan dirinya
b. Mengajarkan anggota bagaimana mengobservasikan sharing mereka
dengan orang lain
4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit, memudahkan dalam
memberikan dan menerima informasi.
5. Membangun self esteem
a. Dengan mengataka “Saya menghargai kamu”
b. Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh anggota keluarga
c. Menekankan bahwa ahli terapi dan keluarga dapat belajar dari terapi
d. Menanyakan anggota kelurga yang lan, apakah klienn dapat membawa
kebahagiaan bagi anggota keluarga
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan uuntuk interaksi
a. Melihat kembali aturan dirumah di mana semua anggota berpartisipasi
b. Demokratis
c. Menyakinkan bahwa tidak ada orang yang membicarakan atau
menyinggiung orang lain
d. Menggunakan pendekatan humor
e. Menciptakan ketenangan dan control
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis
a. Memberitahukan tujuan dengan jelas sampai akhir terapi
b. Diskusikan marah dan ketersinggungan secara terbuka
8. Pendidikan ulang anggota keluarga untuk bertanggung jawab
a. Mengingatkan anggota keluarga bahwa mereka dapat mengubah diri
mereka sendiri.
b. Keterbukaan antar anggota keluarga.(Nasir & Muhith, 2011)

18
Lampiran 1. Contoh Proposal TAK(Keliat & Akemat, 2004)

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

SESI 2: TAKS

Tujuan

Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:


a. Memperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
hobi.
b. Menanyakan diri anggota kelompok lain: nama lengkap, nama panggilan,
asal, hobi

Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat
1. Handphone (Sumber music)
2. Bola tenis
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien

Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi I
TAKS
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

Pada tahan ini terapis melakukan:

19
a. Memberi salam terapeutik
 Salam dari terapeutik
 Peserta dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
 Menanyakan perasaan klien ssaat ini
 Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri
pada orang lain
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok
 Menjelaskan aturan main berikut.
o Jika ada peserta yang meninggalkan kelompok harus
meminta iin kepada terapi
o Lama kegiatan 45 menit
o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai

3. Tahap Kerja
a. Hidupkan music dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam
b. Pada saat music berhenti, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang
ada di sebelah kanan dengan cara:
 Memberi salam
 Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal,dan
hobi
 Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
hobi lawan bicara
 Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampaisemua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberitepuk tangan

20
4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

 Rencana tindak lanjut

 Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan

 Memasukan kegiatan berkenalan kedalam jadwal kegiatan


harian klien

b. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu dengan bercakap-


cakap tentang kehidupan sehari-hari

 Menyampaikan waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

1. Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika proses TAK berlangsung, khususnya


padatahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS Sesi 2, dievaluasi
kemampuan menggunakan formulir evaluasi berikut.

Kemampuan Berkenalan

Kemampuan verbal

No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyebutkan nama lengkap


2 Menyebutkan nama panggilan
3 Menyebutkan asal

21
4 Menyebutkan hobi
5 Menanyakan nama lengkap
6 Menanyakan nama panggilan
7 Menanyakan asal
8 Menanyakanhobi
Jumlah
Kemampuan Nonverbal

No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk

Untuk tip klien, semua aspek dinilai dengang member tanda (√) jikaditemukan
pada klien, atau tanda (X) jika tidak ditemukan pada klien

Jumlahkan kemampuan yang ditemukan.

Kemampuan verbal,disebut mampu jika mendapat nilai ≥6;disebut belum mampu


jika mendapat ≤5

Kemampuan nonverbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4; disebut


belum mampu jika mendapat nilai ≤2

2. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada


catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya,jika nilai klien 7
untuk verbal dan 3 untuk nonverbal, catatan keperawatan adalah: klien

22
mengikuti TAKS Sesi2, klien mampu berkenalan secara verbal dan
nonverbal, anjurkan klien berkenalan dengan klien lain, buat jadwal

23
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A., & Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. (S. Carolina,
Ed.) (1st ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa (1st ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. (F. Ganiajri, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai