Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara,


salah satunya adalah Indonesia. Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat di berbagai tempat pelayanan kesehatan. Tidak sedikit klien bertanya
tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun
perawat. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak pada kepuasan klien.
Penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai
kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih
alternatif yang sesuai atau pun membantu memberikan terapi langsung. Namun hal ini perlu
dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat
klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. Kategori pertama,
mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan
(imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan terapi
seni. Kategori kedua yaitu mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis yang berbeda
dari pengobatan Barat misalnya pengobatan tradisional Cina, Ayurveda. Kategori ketiga
adalah terapi biologis misalnya herbal, makanan. Kategori keempat adalah terapi manipulatif
dan sistem tubuh, misalnya macam- macam pijat, kiropraksi, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi. Terakhir adalah kategori terapi energi, yaitu terapi yang fokusnya berasal dari
energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya reiki,
external qi gong (Snyder & Lindquist, 2002).
Penyebab permasalah kesehatan bukan hanya karena fisik, namun bisa berupa
psikologis, yaitu pikiran negatif dalam menghadapi penyakit. Salah satu teknik yang bisa
digunakan untuk mengubah bayang-bayang negatif pada pikiran ialah dengan teknik guided
imagery. Imagery sendiri merupakan kemampuan manusia untuk mengolah dunia internal
dan eksternal tanpa menggunakan bahasa. Setiap orang tanpa mereka sadari banyak yang
telah mempraktekkan imagery. Jika imajinasi yang dilakukan individu sepertinya bekerja
secara tidak disadari, maka guided imagery berusaha mengarahkan imajinasi secara sengaja
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Guided imagery adalah metode relaksasi untuk
mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan.
Dalam perkembangannya, beberapa penelitian telah dikembangkan untuk mengetahui
manfaat dari terapi komplementer guided imagery dalam bidang keperawatan, beberapa
diantaranya akan disajikan dalam tulisan ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Guided imagery


Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat,
peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra. Saat berimajinasi individu dapat
membayangkan melihat sesuatu, mendengar, merasakan, mencium, dan atau menyentuh
sesuatu (Snyder, 2002).
Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian
berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut
memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sadock,
2010). Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang
secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya
sendiri, atau bersifat terbimbing. Banyak teknik imajinasi melibatkan imajinasi visual tapi
teknik ini juga menggunakan indera pendengaran, pengecap dan penciuman. Guided
imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama
membawa klien kearah relaksasi. Guided imagery menekankan bahwa klien
membayangkan hal-hal yang nyaman dan menenangkan. Penggunaan guided imagery
tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karena itu
klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan.

B. Teknik guided imagery


Terapi guided imagery dalam aplikasinya terhadap pasien memiliki prosedur yang
berbeda-beda. Tetapi pada intinya, terapi ini diberikan kepada pasien untuk meningkatkan
relaksasi. Keadaan rileks ini akan mengurangi keadaan patologis fisik maupun mental
pada pasien. Guided imagery yang diberikan pada pasien harus didukung oleh keadaan
internal dan eksternal. Keadaan yang intern yang mendukung lancarnya proses terapi ini
adalah salah satunya pasien harus kooperatif dengan perawat, tidak mengalami gangguan
pendengaran, dan mudah berkonsentrasi. Pasien juga terlebih dahulu diberi tahu rasional
dan keuntungan dari teknik imajinasi terbimbing. Pada saat proses guided imagery
sentuhan dapat dilakukan apabila subjek merasa tidak terancam hal ini dikarenakan pada
beberapa pasien sentuhan fisik mungkin mengganggu karena kepercayaan budaya dan
agama mereka. Kemudian keadaan ekstern yang mendukung imajinasi terpimpin adalah
lingkungan yang tenang, nyaman sehingga akan meningkatkan konsentrasi pada saat
terapi berlangsung. Selain itu yang perlu diperhatikan pada pemberi guided imagery
adalah berbicara yang jelas dengan nada suara yang tenang dan netral.
Menurut Snyder & Lindquist (2002) langkah-langkah dalam teknik guided imagery
secara umum antara lain:
1. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara:
a. Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring)
Posisi nyaman dapat meningkatkan fokus subjek selama latihan imajinasi.
b. Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu benda di dalam
ruangan
c. Fokus pada pernapasan otot perut, menarik napas dalam dan pelan, napas
berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap fokus pada pernapasan
dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin santai dan lebih santai
d. Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala sampai ujung
kaki.
e. Jika pikiran tidak fokus, ulangi kembali pernapasan dalam dan pelan
2. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:
a. Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang menyenangkan dan
merasa senang ditempat tersebut
b. Sebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium, dan apa yang dirasakan
c. Ambil napas panjang beberapa kali dan nikmati berada ditempat tersebut
d. Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan (uraikan sesuai tujuan
yang akan dicapai/diinginkan
3. Beri kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:
a. Mengingat bahwa anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini, cara ini kapan
saja anda menginginkan
b. Anda bisa seperti ini lagi dengan berfokus pada pernapasan anda, santai, dan
membayangkan diri anda berada pada tempat yang anda senangi
4. Kembali ke keadaan semula yaitu:
a. Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada
b. Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda
c. Sebelumnya anda dapat menceritakan pengalaman anda ketika anda telah siap

BAB III
PEMBAHASAN

Aplikasi Guided Imagery dalam Berbagai Penelitian

Guided imagery telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan
memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak- anak, dapat juga untuk mengurangi
nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur, mencegah reaksi
alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006). Beberapa manfaat guided imagery
dalam berbagai penelitian adalah:
a. Alternatif manajemen nyeri pada anak saat pemasangan infus.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khasanah & Astuti (2017), tentang teknik
distraksi guided imagery sebagai alternatif manajemen nyeri pada anak saat pemasangan
infus, membandingkan perbedaan respon nyeri pada anak usia 7-12 tahun saat
pemasangan infus setelah diberikan ethyl chloride ( anestesi lokal), guided imagery, dan
teknik nafas dalam. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna
antara pemberian ethyl chloride, intervensi guided imagery maupun teknik nafas dalam
terhadap respon nyeri anak saat pemasangan infus. Artinya, intervensi guided imagery
dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk mengurangi nyeri dan
mengurangi trauma pada anak saat pemasangan infus.
Metode dan teknik intervensi guided imagery yang dilakukan adalah 2 menit sebelum
pemasangan infus. Pengukuran skala nyeri dilakukan pada menit kelima setelah
pemasangan infus dengan menggunakan Wong- Baker Face Pain Rating Scale.
b. Manajemen stres pada ibu hamil.
Jallo, Salyer, Ruiz, & French (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Perceptions of
Guided Imagery for Stress Management in Pregnan African American Women
didapatkan hasil bahwa guided imagery sangat bermanfaat pada ibu hamil terutama
dalam mengelola stress. Guided imagery dianggap sebagai intervensi yang efektif untuk
mengelola stres secara mandiri pada wanita Amerika Afrika yang hamil. Mendengarkan
CD dan menggabungkan teknik-teknik guided imagery menghasilkan perasaan
kesejahteraan, tidur yang lebih baik, dan kemampuan yang ditingkatkan untuk mengatasi
stress para wanita hamil. Metode dalam penelitian ini adalah randomized controlled trial,
dimana memberikan perlakuan/ intervensi guided imagery pada 36 responden ibu hamil
secara acak. Masing-masing partisipan di beri CD, CD player, dan baterai tambahan.
Adapun Intervensi dalam penelitian ini dilakukan selama 12 minggu yang mana masing-
masing responden diberi CD dan diminta untuk mendengarkan salah satu CD setiap
harinya selama 20 menit dan dilengkapi dengan catatan harian. Untuk minggu 1 – 4 para
peserta diminta mendengarkan lagu secara berurutan, sedangkan untuk minggu ke 5 – 12
peserta bebas memilih lagunya. Script untuk masing-masing CD dibuat dan direkam
secara profesional oleh penulis yang telah tersertifikasi guided imagery. Pada CD 1
berisikan gambar yang menyenangkan, CD ke 2 berisikan sedikit konten CD 1 dan
ditambah gambar yang terkait dengan penurunan stres dan gejala terkait stress, CD ke 3
termasuk berbeda-beda gambar yang berfokus pada pengurangan stress, gejala.
Sedangkan CD ke 4 berisikan sedikit dari CD ke 3 dan gambar-gambar yang
berhubungan dengan kehamilan dan bayi yang sehat. Pada akhir intervensi yaitu pada
minggu ke 12 akan dilakukan wawancara terkait kesan keseluruhan, fitur yang paling
mereka sukai dan / atau paling tidak dan keefektifan teknik guided imagery dalam
penurunan stress.
c. Manajemen nyeri, kecemasan dan insomnia pada pasien di ruang Progressive Care Unit
(PCU)
Guided imagery dan pemijatan klinis dapat memberikan keuntungan pada pasien- pasien
di PCU, yaitu membantu mengurangi nyeri, kecemasan, dan gangguan tidur (Particolo,
LaVoie, Slavin, Richards, Jagow, & Amstrong, 2017). Teknik guided imagery yang
diberikan dalam penelitian Particolo, LaVoie, Slavin, Richards, Jagow, & Amstrong
(2017) adalah menggunakan 30 menit script guided imagery berfokus pada pengurangan
rasa nyeri, kecemasan dan dukungan untuk tidur yang direkam oleh ahli guided imagery
di Integrative Medicine Department, spesifik digunakan di PCU. Rekaman tersebut
diputar di channel rumah sakit melalui TV, dan disediakan headset bagi pasien yang
menginginkan. Saat rekaman diputar, layar TV memperlihatkan pemandangan pantai
meskipun pasien dianjurkan untuk memejamkan mata saat mendengarkan rekaman
tersebut. Rekaman tersebut diputar secara terus menerus dimulai setiap 30 menit. Pasien
bebas memilih kapan ingin mendengarkan dan berapa kali mendengarkan. Pasien dapat
menggunakan headset atau mendengarkan rekaman dari TV sambil tiduran di bed
maupun saat sedang duduk di kursi.
d. Mengurangi dampak fisik maupun psikologis dari kemoterapi pada pasien kanker
payudara
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hosseini, Tirgari, Forouzi, & Jahani (2016)
tentang efek guided imagery dalam mengurangi mual dan muntah pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi didapatkan hasil Guided Imagery sangat efektif dan
ampuh dalam menangani efek mual dan muntah pada pasien kanker payudara yang
menjalani kemotherapi. Selain mengurangi efek mual dan muntah, guided imagery dapat
mengurangi biaya perawatan dan mengurangi biaya pelayanan medis di rumah sakit.
Teknik guided imagery yang digunakan adalah menggunakan rekaman 2 rekaman CD
yang berbeda masing- masing durasi 10 menit, CD 1 berisi tentang irama lembut, tempo
pelan dan gabungan berbagai suara alam sebagai background musiknya. Sedangkan CD
ke 2 berisi tentang imajinasi pemandangan yang menyenangkan, menginstruksikan
pendengar untuk membayangkan perasaan mereka semakin membaik. Pasien diminta
untuk mendengarkan CD 1 selama 10 menit pada malam hari sebelum dilakukan
kemoterapi. Pada pagi harinya sesaat sebelum melakukan kemoterapi pasien difasilitasi
untuk mendengarkan CD 2 yang diputar di CD player menggunakan headset , dan pasien
direkomdeasikan untuk memejamkan mata saat mendengarkan CD tersebut agar dapat
menstimulasi imajinasi mereka.
Sejalan dengan penelitian diatas, penelitian yang dilakukan oleh Chen, Wang, Yang, &
Chung (2015) juga meneliti tentang manfaat guided imagery pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi. Namun, untuk penelitian ini tidak hanya berfokus
pada pengurangan mual dan muntah, melainkan menggali efek/ dampak relaksasi dengan
guided imagery baik dari segi fisik maupun psikologis. Hasil yang didapat yaitu guided
imagery mempunyai efek yang signifikan dalam mengurangi gejala distress, insomnia,
perut kembung, kesemutan, kecemasan dan depresi pada pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi untuk pertama kali. Teknik guided imagery yang digunakan sedikit
berbeda, yaitu pasien diajarkan guided imagery selama 1 jam sebelum menjalani
kemoterapi dan mendapatkan 1 buah CD untuk berlatih guided imagery setelah
kemoterapi, 20 menit setiap hari selama 7 hari saat dirumah. CD tersebut berisikan
tentang bimbingan untuk berimajinasi, relaksasi otot dan latihan nafas dalam, serta
relaksasi perlahan-lahan dari kepala hingga kaki.
e. Efek guided imagery untuk rasa nyaman, depresi, kecemasan dan stres pada pasien
psikiatri
Guided imagery dapat meningkatkan rasa nyaman, mengurangi depresi, kecemasan dan
stres pada pasien dengan gangguan depresi (Apostolo & Kolcaba, 2009). Pada penelitian
yang dilakukan Apostolo & Kolcaba (2009), memberikan teknik guided imagery
menggunakan rekaman CD dengan durasi 21 menit yang berisikan tentang suara yang
menyenangkan. Pasien diminta untuk: (1) melakukan nafas dalam menggunakan perut
dan diafragma; (2) melakukan latihan relaksasi otot; (3) membayangkan alam yang
mebuat rileks seperti pemandangan, mendengarkan dengan seksama suara alam untuk
menstimulasi perasaan; (4) berimajinasi bertemu dengan seseorang yang diajak berbagi
tentang permasalahan hidup pasien; (5) menciptakan gambaran yang positif, nyaman dan
tenang tentang rumah sakit. CD diputar sekitar pukul 9 malam, karena pada waktu
tersebut adalah waktu yang tenang dan kondusif untuk menciptakan relaksasi dan
menuntun pasien untuk tidur dengan nyaman. Guided imagery dengan audio CD di
berikan kepada pasien 1 kali setiap hari selama 10 hari.
BAB IV
KESIMPULAN

Guided imagery merupakan salah satu teknik terapi komplementer alternatif yang
termasuk dalam kategori mind-body therapy yaitu intervensi dengan berbagai teknik untuk
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh. Guided
imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan
dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Guided imagery berusaha mengarahkan imajinasi
secara sengaja untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam perkembangannya, beberapa penelitian telah dikembangkan untuk
mengetahui manfaat dari terapi komplementer guided imagery dalam bidang keperawatan.
Dari beberapa penelitian yang ada dapat diketahui berbagai macam manfaat guided imagery
baik untuk anak, dewasa, ibu hamil, pasien- pasien palliative care, bahkan untuk pasien
psikiatrik. Manfaatnya tidak hanya untuk mengurangi keluhan fisik seperti nyeri, mual,
muntah, namun juga psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres.
Terdapat berbagai macam teknik guiged imagery yang digunakan dalam berbagai
penelitian, ada yang diajarkan langsung kepada pasien ada juga yang menggunakan medi
rekaman baik audio maupun visual dengan durasi yang bermacam- macam, sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Apostolo, J. L., & Kolcaba, K. (2009). The effects of guided imagery on comfort, depression,
anxiety, and stress of psichiatric inpatients with depressive disorders. Archives of
Psychiatric Nursing , 403-411.

Chen, S.-F., Wang, H.-H., Yang, H.-Y., & Chung, U.-L. (2015). Effects of relaxation with
guided imagery on the physical and psychological symptoms of breast cancer patients
undergoing chemotherapy. Iran Red Crescent Med .

Hosseini, M., Tirgari, B., Forouzi, M. A., & Jahani, Y. (2016). Guided imagery effects on
chemotheraphy induced nausea and vomiting in Iranian breast cancer patients.
Complementary Therapies in Clinical Practice , 8-12.

Jallo, N., Salyer, J., Ruiz, R. J., & French, E. (2015). Perceptions of guided imagery for stress
management in pregnant african american women. Archives od psychiatric nursing ,
249-254.

Kaplan, H., Sadock, B. (2010). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku klinis, jilid 2.
Tangerang: Bina Rupa Asara Publisher.

Khasanah, N. N., & Astuti, I. T. (2017). Teknik distraksi guided imagery sebagai alternatif
manajemen nyeri pada anak saat pemasangan infus. 326- 330.

Particolo, G. E., LaVoie, A., Slavin, B., Richards, N. L., Jagow, D., & Amstrong, K. (2017).
Bebeficial effects of guided imagery or clinical massage on the patients in a Progressive
Care Unit. American Association of Critical Care Nurses , 62-69.

Snyder, M., & Lindquist, R. (2002). Complementary/ alternative therapies in nursing. 4th ed.
New York: Springer.
RANGKUMAN ANALISIS JURNAL

Terapi Komplementer dan Alternatif

“Guided Imagery”

KEPERAWATAN HOLISTIK 2
Dosen Pembimbing: Ns. Sarah Ulliya, S.Kp., M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Eka Efriyanti 22020118183006


Srimpi Kumayaningrum 22020118183012
Nanang Apriyanto 22020118183026
Ireneus Pape No Mbeong 22020118183030
Benediktus Alexandrimus Buu 22020118183032
Siti Mariam Ismail 22020118183033

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019

Anda mungkin juga menyukai